You are on page 1of 12

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

maupun spritual maupun sosial myang memungkinkan setiap orang untuk

hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam pengertian ini maka

kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari

unsur-unsur fisik, mental dan sosial termasuk kesehatan jiwa merupakan

bagian integral kesehatan (UU-RI, 2013).

Sekitar 1 milyar manusia atau setiap 1 diantara 6 penduduk dunia

adalah remaja. Sebanyak 85% diantaranya hidup di negara berkembang.

Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembangnya sangat

cepat. Antara tahun 1970 dan 2000, kelompok umur 15-24 jumlahnya

meningkat dari 21 juta menjadi 34 juta atau dari 18% menjadi 21% dari

total jumlah populasi penduduk Indonesia. Populasi remaja merupakan

kelompok penduduk yang cukup besar. Penduduk Indonesia cukup

didominasi oleh remaja. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2009

dengan usia 10-19 tahun sebesar 22,2% dari total penduduk (Waryana,

2010).

Menurut World Health Organization (WHO), masa remaja adalah

masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana


2

pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi

reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan

perkembangan, baik fisik, mental maupun peran sosial (Kumalasari,

2012).

Sebelum seorang wanita siap menjalani masa reproduksi, terdapat

masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang

lebih dikenal dengan masa pubertas. Permulaan masa pubertas yang

sering disebut sebagai pematangan fungsi reproduksi, pada perempuan

ditandai dengan haid. Remaja putri yang telah memasuki masa pubertas

akan mengalami menarche (Manuaba, 2010).

Bahwa di Amerika sekitar 95% anak perempuan mempunyai tanda

pubertas pada umur 12 tahun dan umur rata-rata 12,5 tahun. Menarche

atau menstruasi pertama merupakan salah satu perubahan pubertas

yang pasti dialami setiap anak perempuan. Bahwa di Indonesia gadis

remaja pada waktu Menarche bervariasi antara 10-16 tahun dan rata-rata

Menarche 12,5 tahun, usia Menarche lebih dini di daerah perkotaan dari

pada yang tinggal di Desa dan juga lebih lambat wanita yang kerja berat

(www.Jurnal KTI Wiwin, 2014).

Perubahan pada masa remaja merupakan masa peralihan/masa

transisi/masa pancaroba yang penuh gejolak yaitu kanak-kanak menuju

masa dewasa mandiri. Transisi dari masa kanak-kanak menjadi dewasa

meliputi perubahan penampilan fisik dan karakteristik fisiologis tubuh


3

yang sangat besar. Perubahan ini ditimbulkan oleh kematangan fisik

individu yang kompleks, saling berkaitan, dan memuncak, serta oleh

kemampuan masalah perubahan fisiologis pada remaja (Soetjiningsih,

2012).

Masa remaja merupakan masa ketika individu memasuki tahap

keempat daun siklus kehidupan manusia. Sebagai batasan pada masa ini

seorang anak dikatakan seorang anak berada pada masa remaja, yakni

pada usia 12-18 tahun. Pada usia ini anak juga akan mengalami masa

prapubertas dan masa pubertas. Secara fisik pada masa remaja akan

mengalami perubahan waktu kewaktu, antara lain adanya pengalaman

menarhea (remaja putri) dan juga perubahan seks sekunder (baik remaja

putri maupun putra) sebagai dampak dari perubahan dan perkembangan

hormonal. Dalam perkembangan psikis akan mengalami masa-masa

gejolak yang dimaksudkan untuk pencarian jati diri (Indriyani, 2014).

Dilaporkan bahwa 80% terjadi masalah perubahan fisiologis pada

remaja kesehatan pada remaja siklus kehidupan ini dipengaruhi oleh

faktor biologi, budaya, perilaku, dan sosial. Mortalitas dan morbilitas pada

remaja lebih banyak dipengaruhi oleh faktor biologis. Salah satu peran

faktor biologis adalah hormon. Dalam siklus kehidupan dan reproduksi,

peran hormon tersebut dipengaruhi oleh kondisi masalah kesehatan

wanita. Wanita pada usia masa reproduksi, yaitu usia pada 15-45 tahun

dari pubertas sampai dengan manoupouse tidak terlepas dari peran dari
4

hormon estrogen. Hormon estrogen akan mengalami penurunan sejalan

dengan bertambahnya usia. Dampak dari terjadinya penurunan hormon

ini dipengaruhi oleh masalah kesehatan reproduksi wanita (Arsita, 2012).

Pembentukkan hormon menyebabkan terjadinya perubahan yang

cukup besar pada tubuh, terutama fungsi dari hormon tersebut. Salah

satu hormon yang penting pada remaja putri adalah hormon estrogen

yang memiliki 2 fungsi penting, yaitu : pemicu timbulnya karakteristik

seksual pada wanita (pertumbuhan alat reproduksi) dan mengatur siklus

bulanan. Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi menjadi bekal

remaja dalam berperilaku sehat dan bertanggung jawab, namun tidak

semua remaja memperoleh informasi yang cukup dan benar tentang

kesehatan reproduksi. Keterbatasan pengetahuan dan pemahaman ini

dapat membawa remaja ke arah perilaku beresiko (Kumalasari, 2012).

Salah satu gangguan klinis dari infeksi atau keadaan abnormal alat

kelamin adalah keputihan (leukorrhea/flour albus) (Manuaba, 2010).

Keputihan (leukorrhea, vaginal discharge) adalah keluarnya sekret/cairan

dari vagina. Sekret tersebut dapat bervariasi dalam konsistensi, warna

dan bau. Keputihan dapat merupakan suatu keadaan yang normal

(fisiologis) atau sebagai tanda dari adanya suatu penyakit (patologis).

Jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan sekitar 75%

sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25% dan

berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana


5

(BKKBN), untuk wanita Indonesia yang mengalami keputihan sekitar

75%. Angka ini berbeda tajam dengan Eropa karena cuaca di Indonesia

yang lembab Bacterial Vaginosis (BV) adalah penyebab tersering

keputihan patologis (40% - 50% kasus infeksi vagina) (Endang, 2012).

Pada kondisi normal, vagina mengeluarkan cairan yang berasal

dari rahim yang umumnya cairan itu keluar sedikit, jernih dan tidak

berbau. Jika cairan (bukan darah) yang keluar dari vagina berlebihan,

maka keadaan tersebut disebut dengan keputihan. Setiap wanita pernah

mengalami keputihan dalam hidupnya, bahkan banyak yang sering

mengalaminya. Akan tetapi, bila cairan yang keluar berlebihan dan

terkadang menimbulkan rasa gatal serta berbau tidak sedap, maka perlu

untuk mewaspadainya (Setiati, 2009).

Data penelitian kesehatan tentang reproduksi wanita menunjukkan

75% wanita didunia pasti menderita masalah keputihan paling tidak sekali

seumur hidupnya dan 45% diantaranya bisa mengalami sebanyak dua

kali atau bahkan bisa lebih. Wanita Indonesia 75% pasti akan mengalami

keputihan minimal 1 (satu) kali dalam hidupnya. Lebih dari 70% wanita

Indonesia mengalami keputihan yang disebabkan oleh jamur dan parasit

seperti cacing kremi atau kuman (Trikomonas Vaginalis) (Shadine, 2009).

Penyakit keputihan merupakan masalah kesehatan yang spesifik

pada wanita. Dalam sebuah survei yang pernah dilakukan terhadap

pengunjung wanita pada beberapa apotek di Yogyakarta selama satu


6

bulan, didapatkan bahwa 60% pengunjung wanita sedang atau pernah

menggunakan obat untuk mengatasi masalah kesehatan pada organ

reproduksinya, terutama keputihan. Dan menurut hasil penelitian para

pakar, sebanyak 50% pelajar putri disekolah menengah dan perguruan

tinggi pernah mengalami keputihan ketika berusia kurang dari 25 tahun

(Setiati, 2011).

Keputihan dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi

mikroorganisme yaitu bakteri, jamur, virus atau parasit. Keputihan juga

dapat disebabkan karena gangguan keseimbangan hormon, stres,

kelelahan kronis, peradangan alat kelamin, benda asing dalam vagina,

dan adanya daam organ reproduksi seperti kanker leher rahim. Keputihan

akibat infeksi penularannya sebagai besar melalui hubungan seksual

(Manuaba, 2010).

Pengetahuan akan keputihan secara tepat akan membantu dalam

membedakan antara keputihan yang normal (fisiologis) dengan keputihan

yang tidak normal (patologis) sehingga pencegahan dan penanggulangan

dapat dilakukan secara dini dan menghindarkan wanita dari kemandulan

dan kanker rahim lebih lanjut (Shadine, 2009).

Pengetahuan yang dimiliki oleh remaja putri tentang pencegahan

dan mengatasi keputihan sangatlah berpengaruh pada perilaku remaja

putri dalam mencegah dan mengatasi keputihan. Pengetahuan remaja

putri tentang keputihan akan menentukan cara mengatasi keputihan yang


7

di alami oleh remaja putri. Rendahnya pengetahuan remaja mengenai

aspek kesehatan reproduksi pada remaja disebabkan oleh informasi yang

diperoleh kebanyakan bukan berasal dari para ahli dibidangnya, namun

justru dari sumber informasi yang kadang-kadang malah menyesatkan

(Notoatmojo, 2012)

Orang tua berperan dalam mengajarkan perawatan kesehatan

reproduksi kepada putrinya sejak memasuki masa pubertas. Masalah

kesehatan kesehatan seorang wanita setelah melewati masa pubertas

sangat kompleks. Hal yang sering di alami oleh remaja putri seperti

keputihan, nyeri haid, perubahan fisik ketika masa pubertas memerlukan

arahan atau petunjuk dari orang tua untuk menjelaskan semua tentang

kesehatan reproduksi. Pengenalan melalui sistem, fungsi, dan proses

reproduksi serta tentang tata cara merawat organ reproduksi harus

ditanamkan sejak dini oleh orang tua (Biardi, 2010).


8

Tabel 1.1
Jumlah Data Kejadian Keputihan di Puskesmas
Kota Jambi Tahun 2016

No Puskesmas Jumlah
1 Putri Ayu 58
2 Aur Duri 11
3 Simpang IV Sipin 10
4 Tanjung Pinang 2
5 Talang Banjar 7
6 Payo Selincah 1
7 Pakuan Baru 11
8 Talang Bakung 0
9 Kebun Kopi 0
10 Paalmerah I 112
11 Paalmerah II 0
12 Olak Kemang 0
13 Tahyatul Yaman 1
14 Koni 2
15 Paal V 0
16 Paal X 0
17 Rawasari 215
18 Kenali Besar 11
19 Simpang Kawat 0
20 Kebun Handil 1
Total 452
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Jambi 2015
9

Tabel 1.2
Jumlah Data Remaja yang Berkunjung di Puskesma
Kota Jambi Tahun 2016

No Puskesmas Jumlah
1 Putri Ayu 2.013
2 Aur Duri 0
3 Simpang IV Sipin 1.895
4 Tanjung Pinang 89
5 Talang Banjar 1.233
6 Payo Selincah 1.338
7 Pakuan Baru 455
8 Talang Bakung 857
9 Kebun Kopi 603
10 Paalmerah I 1.594
11 Paalmerah II 280
12 Olak Kemang 0
13 Tahyatul Yaman 1.169
14 Koni 116
15 Paal V 1.003
16 Paal X 903
17 Rawasari 2.093
18 Kenali Besar 265
19 Simpang Kawat 242
20 Kebun Handil 466
Total 12.834
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Jambi

Berdasarkan hasil survey pendahuluan terhadap 15 remaja putri

di Wilayah Kerja Puskesmas Rawasari Kota Jambi pada tanggal 9-10 Mei

2016 didapat bahwa 5 dari 15 remaja putri tersebut yang mengalami

keputihan mengatakan tidak mengetahui tentang pengertian, penyebab

dan perawatan yang harus dilakukan jika terjadi keputihan. Sedangkan 8


10

orang mengatakan orang tuanya tidak pernah memberi tahu tentang

keputihan dan cara mengatasinya dan 2 orang mengatakan orang tuanya

selalu mengawasi kesehatannya dan menanyakan tentang keputihan

serta cara mengatasinya jika terjadi keputihan.

Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik melakukan

penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan dan Peran Orang Tua

Remaja Putri Tentang Keputihan di Wilayah Kerja Puskesmas Rawasari

Kota Jambi tahun 2016” .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

rumusan masalah ini yaitu bagaimana gambaran pengetahuan dan peran

orang tua remaja putri tentang keputihan di Wilayah Kerja Puskesmas

Rawasari Kota Jambi tahun 2016.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan peran orang

tua remaja putri tentang keputihan di Wilayah Kerja Puskesmas

Rawasari Kota Jambi tahun 2016.


11

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang

keputihan di Wilayah Kerja Puskesmas Rawasari Kota Jambi

tahun 2016.

b. Untuk mengetahui gambaran peran orang tua remaja putri tentang

keputihan di Wilayah Kerja Puskesmas Rawasari Kota Jambi

tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Jambi

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi Dinas

Kesehatan Kota Jambi dalam membuat kebijakan tentang

penyuluhan kesehatan khususnya kepada remaja putri dan orang

tuanya tentang cara mengatasi keputihan (Flour Albus).

2. Bagi Puskesmas Rawasari Kota Jambi

Manfaat penelitian bagi Wilayah Kerja Puskesmas Rawasari

Kota Jambi khususnya remaja putri, yaitu untuk memberikan

informasi tentang pengertian, keputihan (Flour Albus)

3. Bagi Pihak Institusi Pendidikan

Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai

penyebab maupun penanganan keputihan yang terjadi pada wanita.


12

4. Bagi Peneliti

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan peran orang

tua terhadap keputihan dan penanganannya di Wilayah Kerja

Puskesmas Rawasari Kota Jambi tahun 2016 dan sebagai bahan

informasi tentang pengertian, penyebab dan cara perawatan jika

terjadi keputihan.

5. Bagi Peneliti Lainnya

Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan

penelitian yang lengkap di tempat lain.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Desktriptif dengan pendekatan

Cross Sectional Study yang bertujuan untuk mengetahui Gambaran

Pengetahuan dan Peran Orang Tua Remaja Putri Tentang Keputihan dan

Penanganannya di Wilayah Kerja Puskesmas Rawasari Kota Jambi

tahun 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri di

Wilayah Kerja Puskesmas Rawasari Kota Jambi sebanyak 2.093 orang.

Dengan jumlah sampel sebanyak 49 responden. Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan Teknik Purposive Sampling

Penelitian ini akan direncanakan pada pertengahan Agustus 2016

bertempat di wilayah kerja Puskesmas Rawasari Kota Jambi Tahun 2016.

Analisis data yang dipergunakan adalah analisis Univariat.

You might also like