You are on page 1of 11

UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA
Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281

Bahan Ajar:
BAB / POKOK BAHASAN I
RING DAN SUBRING
Direncanakan Untuk Perkuliahan
Minggu ke-1 dan 2

PENGANTAR STRUKTUR ALJABAR II


(Semester III/3 SKS/MMM-2201)
Oleh:
Prof. Dr. Sri Wahyuni, M.S.
Dr.rer.nat. Indah Emilia Wijayanti, M.Si.
Dra. Diah Junia Eksi Palupi, M.S.

Didanai dengan dana DIPA-UGM (BOPTN)


Tahun Anggaran 2013

November 2013
BAB I

RING DAN SUBRING

Pada MK Pengantar Struktur Aljabar I telah diperkenalkan suatu struktur


aljabar abstrak, yaitu grup. Grup merupakan suatu himpunan tak kosong yang
dilengkapi suatu operasi biner dan memenuhi beberapa aksioma. Ada banyak con-
toh grup yang dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, yakni grup (Z, +),
(Q, +), (R, +), (M2×2 (R), +), dan lain sebagainya. Namun kenyataannya ada
banyak himpunan yang dilengkapi dengan dua operasi biner dan memenuhi be-
berapa aksioma tertentu, sehingga dapat didefinisikan suatu struktur aljabar abstrak.
Pada bab ini akan diperkenalkan struktur abstrak dengan dua operasi tersebut, yakni
struktur ring.

1.1. Pengantar: Sifat Himpunan Bilangan Bulat Terhadap Penjumlahan dan


Perkalian

Sebelum masuk ke pokok bahasan utama bab ini tentang Ring dan Subring,
terlebih dahulu akan ditampilkan sifat-sifat himpunan bilangan bulat terhadap ope-
rasi penjumlahan dan perkalian bilangan-bilangan yang tidak asing lagi bagi kita.

Sudah diketahui dari ”Pengantar Struktur Aljabar I (Pengantar Teori


Grup)” bahwa, himpunan bilangan bulat Z terhadap penjumlahan + merupakan
grup Abelian. Juga sudah diketahui bersama bahwa selain operasi penjumlahan pa-
da himpunan bilangan bulat Z juga dapat didefinisikan operasi perkalian bilangan-
bilangan (dinotasikan dengan ·).

Dengan mudah dapat disimpulkan bahwa terhadap operasi penjumlahan +


dan perkalian ·, himpunan bilangan bulat Z bersifat:

1. terhadap penjumlahan +: (Z,+) merupakan grup Abelian

2. terhadap perkalian ·: Z bersifat assosiatif, yakni

(∀n1 , n2 , n3 ∈ Z)(n1 · n2 ) · n3 = n1 · (n2 · n3 )

1
3. terhadap keduanya (penjumlahan dan perkalian): Z bersifat distributif
kiri dan kanan, yakni

• (∀n1 , n2 , n3 ∈ Z)(n1 + n2 ) · n3 = (n1 · n3 ) + (n2 · n3 )

• (∀n1 , n2 , n3 ∈ Z)n1 · (n2 + n3 ) = (n1 · n2 ) + (n1 · n3 ).

1.2. Ring: Definisi, Contoh, dan Sifat Elementer

Dari fenomena sifat himpunan Z terhadap penjumlahan + dan perkalian ·


yang disebutkan dalam Subbab 1.1 di atas, didefiniskan struktur abstrak yang
disebut RING sebagai berikut.

Definisi 1.2.1. Misalkan R adalah sebarang himpunan tak kosong, dan pada R
didefinisikan 2 (dua) operasi yang dinotasikan dengan + dan · yang selanjutnya
disebut operasi penjumlahan dan perkalian. Himpunan R disebut RING terhadap
operasi penjumlahan + dan perkalian · jika memenuhi:

(i). terhadap penjumlahan +: (R,+) merupakan grup Abelian

(ii). terhadap perkalian ·: R bersifat assosiatif, yakni


(∀r1 , r2 , r3 ∈ R)(r1 · r2 ) · r3 = r1 · (r2 · r3 )

(iii). terhadap keduanya (penjumlahan dan perkalian): R bersifat distributif


kiri dan kanan, yakni

• distributif kiri: (∀r1 , r2 , r3 ∈ R) (r1 + r2 ) · r3 = (r1 · r3 ) + (r2 · r3 )

• distributif kanan: (∀r1 , r2 , r3 ∈ R) r1 · (r2 + r3 ) = (r1 · r2 ) + (r1 · r3 ).

Untuk mengefisienkan penulisan, himpunan R yang dilengkapi dengan ope-


rasi penjumlahan + dan perkalian · merupakan ring, dinotasikan tripel (R, +, ·).
Nampak jelas bahwa definisi ring merupakan abstraksi dari sifat yang dimiliki oleh
suatu obyek yang sudah kita kenal sehari-hari, yakni himpunan bilangan bulat Z
terhadap penjumlahan dan perkalian bilangan-bilangan.

Dari sini dengan mudah disimpulkan bahwa himpunan bilangan bulat Z


merupakan contoh ring terhadap operasi penjumlahan dan perkalian dan dituliskan
sebagai (Z, +, ·).

2
Contoh 1.2.2. Berikut contoh-contoh yang lain:

1. Dengan mudah dapat ditunjukkan bahwa himpunan bilangan rasional Q, him-


punan bilangan real R, dan himpunan bilangan kompleks C juga merupakan
ring terhadap operasi penjumlahan dan perkalian bilangan-bilangan yang sudah
kita kenal sehari-hari. Oleh karena itu dapat dituliskan dengan notasi

• Ring (Q, +, .),

• Ring (R,+,)

• Ring (C,+,).

Namun himpunan bilangan asli N bukan merupakan ring sebab terhadap pen-
jumlahan bukan merupakan grup.

2. Pandang himpunan matriks bujursangkar berukuran 2 × 2 dengan komponen-


komponen bilangan real, yakni
   
 a11 a12 
M2×2 (R) = A =   | aij ∈ R, i, j : 1, 2 .
 a21 a22 

Dari sifat-sifat penjumlahan dan perkalian matriks yang sudah dipelajari dalam
MK Aljabar Linear Elementer dapat ditunjukkan bahwa M2×2 (R) merupakan
ring terhadap operasi penjumlahan dan perkalian matriks.

Selanjutnya untuk setiap bilangan asli n, dapat ditunjukkan bahwa


   


 a11 a12 · · · a1n 



   

 a21 a22 · · · a2n 

   

Mn×n (R) = A =  . .. ..  | aij ∈ R .
 


  .. . ··· .  


   

··· a
 
 a n1 a n2 nn

merupakan ring terhadap operasi terhadap operasi penjumlahan dan perkalian


matriks. Sehingga dapat dinyatakan dengan ring

(Mn×n (R), +, ·).

Proses memperluas dari M2×2 (R) ke Mn×n (R) merupakan salah contoh proses
generalisasi.

3
3. Pandang himpunan semua fungsi dari R ke R sebagai berikut

F (R, R) = {f : R → R | f fungsi}.

Dari MK Kalkulus kita dapat mendefinisikan operasi penjumlahan fungsi dan


juga perkalian fungsi sebagai berikut. Untuk sebarang f, g ∈ F (R, R) didefi-
nisikan f + g dan f · g sebagai berikut:

(f + g)(x) = f (x) + g(x)

dan

(f · g)(x) = f (x) · g(x)

untuk setiap x ∈ R. Dengan menggunakan sifat-sifat dalam kalkulus dapat di-


tunjukkan bahwa F (R, R) merupakan ring. Sehingga dapat dinyatakan dengan
ring

(F (R, R), +, ·).

4. Dari MK Pengantar Logika Matematika dan Himpunan, sudah kita ketahui


bahwa jika A adalah sebarang himpunan maka himpuann kuasa dari A adalah
himpunan semua himpunan bagian A dinotasikan dengan

2A = {S | S ⊂ A}.

Dapat ditunjukkan bahwa (2A , +, ·) merupakan ring, dengan operasi penjumla-


han dan perkaliannya didefinisikan sebagai berikut:

(∀S1 , S2 ∈ 2A )S1 + S2 = (S1 − S2 ) ∪ (S2 − S1 )

dan

(∀S1 , S2 ∈ 2A )S1 · S2 = S1 ∩ S2

5. Dari MK Teori Grup, kita sudah tahu bahwa jika (G, +) adalah grup abelian,
maka kita dapat membentuk himpunan semua endomorphisma dari G ke G,
yakni

End(G) = {f : G → G | f homomorphisma grup}.

4
Kita sudah tahu bahwa (End(G), +) merupakan merupakan grup Abelian. Se-
lain itu kita dapat mendefinisikan operasi komposisi ◦ pada End(G), yakni

(f ◦ g)(x) = f (g(x)), ∀x ∈ G.

Dapat ditunjukkan bahwa (End(G), +, ◦) merupakan ring.

Sudah kita ketahui bahwa jika (R, +, ·) merupakan ring, maka jelas bahwa
(R, +) merupakan grup. Dengan demikian pada R akan terdapat elemen netral 0R
yang menenuhi:

(∀r ∈ R)0R + r = r + 0R = r,

dan setiap elemen r ∈ R terdapat −r ∈ R sedemikian hingga

r + (−r) = (−r) + r = 0R .

Berikut sifat-sifat dasar dari ring R dalam kaitannya dengan operasi perkaliannya.

Teorema 1.2.3. Jika (R, +, ·) merupakan ring, maka berlaku sifat-sifat sebagai
berikut:

(i). (∀r ∈ R)r · 0R = 0R · r = 0R

(ii). (∀r1 , r2 ∈ R)(−r1 ) · r2 = −(r1 · r2 ) = r1 · (−r2 )

(iii). (∀r1 , r2 ∈ R)(−r1 ) · (−r2 ) = (r1 · r2 )

(iv). (∀r1 , r2 ∈ R)(r1 + r2 )2 = r12 + r22 + r1 · r2 + r2 · r1

Bukti. (sebagai latihan) 

Terkait dengan operasi perkalian, nampak bahwa dari contoh-contoh yang


diberikan sebelumnya bahwa pada suatu ring (R, +, ·) terhadap operasi perkalian,
R belum tentu bersifat:

(a). komutatif; sebagai contoh ring matriks (M2×2 (R), +, ·)

(b). mempunyai elemen satuan; sebagai contoh ring (2Z, +, ·) tidak mempunyai
elemen satuan terhadap perkalian

5
(c). setiap elemen mempunyai invers terhadap perkalian; sebagai contoh (Z, +, ·)
yang mempunyai invers terhadap perkalian hanyalah 1 dan -1.

Dari kenyataan diatas, didefinisikan jenis-jenis ring berikut ini.

Definisi 1.2.4. Misalkan (R, +, ·) suatu ring.

(i). Ring R disebut ring komutatif jika R komutatif terhadap perkalian.

(ii). Ring R disebut ring dengan elemen satuan jika R mempunyai elemen satuan
terhadap perkalian.

(iii). Ring R disebut ring komutatif dengan elemen satuan jika R komutatif dan
mempunyai elemen satuan terhadap perkalian.

(iv). Ring R disebut ring pembagian (division ring) jika R mempunyai elemen
satuan dan setiap elemen tak nol di R mempunyai invers terhadap perkalian.

Contoh 1.2.5. 1. Ring (2Z, +, ·) merupakan ring komutatif, namun tidak mem-
punyai elemen satuan.

2. Ring matriks (M2×2 (R), +, ·) merupakan ring dengan elemen satuan I2 . Ring
matriks M2×2 (R) bukan ring komutatif.

3. Ring (Z, +, ·), (R, +, ·), (Q, +, ·), dan (C, , +, ·) masing-masing merupakan
ring komutatif dengan elemen satuan.

Berikut ini merupakan akibat dari Teorema 1.2.3.

Akibat 1.2.6. Diberikan sebarang ring R dengan elemen satuan 1R . Elemen 0R


dan 1R merupakan elemen yang berbeda jika dan hanya jika R 6= {0R }.

Bukti. (⇒). Sudah jelas R 6= {0R }, sebab 1R ∈ R dan 1R 6= 0R .


(⇐). Diketahui R 6= {0R }. Misalkan a ∈ R sedemikian sehingga a 6= 0R .
Andaikan 1R = 0R , diperoleh a = a1R = a0R = 0R . Hal ini terjadi kontradik-
si dengan fakta a 6= 0R . Jadi pengandaian salah, yang benar 1R 6= 0R . 

6
1.3. Subring: Definisi dan Syarat Perlu dan Cukup

Sudah kita ketahui bahwa himpunan bilangan bulat genap dapat dinyatakan
sebagai

2Z = {2n | n ∈ Z},

dan dengan mudah dapat ditunjukkan bahwa terhadap operasi penjumlahan dan
perkalian bilangan bulat 2Z juga merupakan ring. Hal ini berbeda dengan him-
punan bilangan ganjil

1 + 2Z = {1 + 2n | n ∈ Z}

bukan merupakan ring terhadap operasi penjumlahan bilangan-bilangan bulat, se-


bab tidak tertutup terhadap penjumlahan.

Dari fenomena ini, kita dapat mendefinisikan struktur subring sebagai berikut.

Definisi 1.3.1. Misalkan S adalah suatu himpunan bagian tak kosong dalam ring
(R,+,·). Himpunan S disebut subring dari R jika S juga merupakan ring terhadap
operasi penjumlahan dan perkalian yang sama pada ring R.

Jadi subring adalah suatu ring di dalam suatu ring. Nampak jelas bahwa 2Z
subring dalam ring (Z,+,·), dan 1 + 2Z bukan merupakan subring dalam (Z,+,·).

1. Dengan mudah dapat disimpulkan bahwa (Z,+,·) merupakan subring (Q,+,·),


juga merupakan subring di (R,+,·) dan (C,+,·).

2. Himpunan matriks segitiga atas


   
 a11 a12 
T2×2 (R) = A =   | a11 , a12 , a22 ∈ R
 0 a22 

merupakan subring dalam (M2×2 (R), +, ·). Begitu juga himpunan matriks
diagonal
   
 a11 0 
D2×2 (R) = A=  | a11 , a22 ∈R
 0 a22 

merupakan subring di (M2×2 (R), +, ·).

7
Dari definisi subring, dapat disimpulkan bahwa suatu himpunan bagian dari
suatu ring (R, +, ·) merupakan ring jika:

1. terhadap penjumlahan +: (S,+) juga merupakan grup Abelian

2. terhadap perkalian ·: S juga bersifat assosiatif, yakni


(∀s1 , s2 , s3 ∈ S)(s1 · s2 ) · s3 = s1 · (s2 · s3 )

3. terhadap keduanya (penjumlahan dan perkalian): S bersifat distributif kiri


dan kanan, yakni

• (∀s1 , s2 , s3 ∈ S)(s1 + s2 ) · s3 = (s1 · s3 ) + (s2 · s3 )

• (∀s1 , s2 , s3 ∈ S)s1 · (s2 + s3 ) = (s1 · s2 ) + (s1 · s3 )

Nampak bahwa:

1. Syarat 1 ekuivalen dengan menyatakan bahwa S merupakan subgrup dalam grup


(R, +), hal ini ekuivalen dengan terpenuhinya:

(∀s1 , s2 ∈ S)(s1 − s2 ) ∈ S.

2. Syarat 2 merupakan syarat keassosiatifan yang pasti terpenuhi oleh sebarang


himpunan bagian dari R. Terhadap operasi · ini yang masih harus dicek adalah
sifat ketertutupannya yakni

(∀s1 , s2 ∈ S)(s1 · s2 ) ∈ S.

3. Syarat 3 merupakan syarat kedistributifanan, yang juga pasti terpenuhi oleh se-
barang himpunan bagian dari R.

Dengan demikian, kita dapat menurunkan syarat perlu dan cukup agar him-
punan bagian S dalam ring R merupakan subring dalam teorema sebagai berikut.

Teorema 1.3.2. Misakan S himpunan tak kosong dalam ring (R, +, ·). Himpunan
S merupakan subring dari R jika dan hanya jika

(∀s1 , s2 ∈ S)(s1 − s2 ), s1 · s2 ∈ S.

8
Bukti. (⇒). Diketahui S merupakan subring dari (R, +, ·), sehingga berdasarkan
penjelasan sebelumnya diperoleh bahwa untuk setiap s1 , s2 ∈ S berlaku

s1 − s2 ∈ S dan s1 · s2 ∈ S.

(⇐). (sebagai latihan) 

Teorema di atas memberikan pada kita cara yang lebih efisien untuk menge-
cek suatu himpunan bagian dari suatu ring merupakan subring atau bukan.

1.4. Latihan

Kerjakan soal-soal latihan berikut ini.

1. Untuk sebarang ring (R, +, ·), tunjukkan bahwa {0} merupakan subring!

2. Apakah ring (2A , +, ·) pada Contoh 1.2.2 (4) merupakan ring dengan elemen
satuan? Jelaskan!

3. Jika (R1 , +1 , ·1 ) dan (R2 , +2 , ·2 ) merupakan ring, tunjukkan bahwa R1 ×R2 juga
merupakan ring terhadap operasi penjumlahan + dan perkalian · sebagai berikut:

(x1 , y1 ) + (x2 , y2 ) = (x1 +1 x2 , y1 +2 y2 )

(x1 , y1 ) · (x2 , y2 ) = (x1 ·1 x2 , y1 ·2 y2 )

untuk setiap (x1 , y1 ), (x2 , y2 ) ∈ R1 × R2 !

4. Tunjukkan secara umum himpunan kZ merupakan subring pada ring bilangan


bulat Z !

5. Misalkan A adalah sebarang himpunan tak kosong. Selanjutnya didefinisikan


himpunan semua fungsi dari A ke R sebagai berikut ini

F (A, R) = {f : A → R | f fungsi}.

Selanjutnya didefinisikan operasi penjumlahan + dan kali · pada F (A, R) seba-


gai beikut. Untuk setiap f1 , f2 ∈ F (A, R) dan untuk setiap a ∈ A,

(f1 + f2 )(a) = f1 (a) + f2 (a)

9
(f1 · f2 )(a) = f1 (a) · f2 (a).

Perhatikan bahwa soal ini adalah perluasan (generalisasi) dari Contoh 1.2.2 (3),
yakni dengan mengganti R dengan sebarang himpunan A. Buktikan (F (A, R), +, ·)
merupakan ring !

6. Tunjukkan jika S1 dan S2 masing-masing merupakan subring dalam ring (R, +, ·)


maka S1 ∩S2 juga merupakan subring di R, tetapi S1 ∪S2 belum tentu merupakan
subring!

7. Misalkan (R, +, ·) merupakan ring. Tunjukkan bahwa himpunan

C(R) = {a ∈ R | (∀x ∈ R)ax = xa}

merupakan subring! Subring C(R) selanjutnya disebut pusat (center) dari ring
R.

8. Misalkan S sebarang himpunan, R sebarang ring, dan f : S → R fungsi bijektif.


Untuk setiap x ∈ S, didefinisikan operasi penjumlahan dan perkalian sbb.:

x + y = f −1 (f (x) + g(y))

x · y = f −1 (f (x) · g(y)).

Tunjukkan bahwa S merupakan ring terhadap operasi penjumlahan dan perkalian


tersebut!

9. Buktikan bahwa untuk sebarang ring R, himpunan matriks berukuran n × n atas


ring R terhadap operasi penjumlahan dan perkalian matriks merupakan ring!

10. Misalkan
  
 z z2 
1
M=   | z1 , z2 ∈ C
 −z z 
2 1

dengan z notasi konjugat dari bilangan kompleks z. Buktikan bahwa M meru-


pakan ring terhadap operasi penjumlahan dan perkalian matriks!

10

You might also like