You are on page 1of 9

EFEK SAMPING PENGGUNAAN TERAPI ORAL

PADA PASIEN ASMA


Heni Lutfiyati 1), Zullies Ikawati 2),Chairun Wiedyaningsih 3)
Email : henilutfiyati@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi oral terhadap hasil terapi pasien
asma. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pengambilan data secara
prospektif dari Februari-April 2014. Data diambil dari penelusuran rekam medis, wawancara
dan lembar pengumpul data. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 75 pasien tetapi
hanya 71 pasien yang mengikuti seluruh proses penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan dari 71 pasien yang mendapat terapi oral sebanyak 19 orang
(26,7%) muncul adanya efek samping. Efek samping yang paling banyak dirasakan oleh pasien
adalah gastritis atau gangguan pencernaan pada pasien yang mendapat terapi Methylprednisolon,
Cetirizin, kapsul (aminofilin, salbutamol dan GG) yaitu 8 pasien (11,3%), dan berdebar
sebanyak 3 pasien (4,2%). Pada pasien yang mendapatkan terapi kombinasi Methylprednisolon,
Cetirizin, dan salbutamol sebanyak 3 pasien (4,2%) juga mengalami gastristis.
Kata kunci: efek samping, asma, terapi oral

Abstract
Evaluation of Oral Therapy in Outcome Therapy of Asthma Patients. This study aims to
determine the effect of oral therapy in outcome therapy of asthma patients.This study is an
observational study with prospective data collection from February to April 2014. Data taken
from medical records, interviews and data collection sheet. Patients who met the inclusion
criteria in 75 patients but only 71 patients were followed throughout the research process.
The results showed of 71 patients receiving oral therapy as many as 19 people (26,7%)
appear side effects. The side effects most widely felt by the patient is gastritis/ gastrointestinal
disease in patients receiving Methylprednisolon, cetirizine, capsules (aminofilin, salbuatmol,
and GG) in 8 patients (11,3%), and palpitations as much as 3 patients (4,2%). In patients
receiving combination therapy Methylprednisolon, cetirizine, and salbutamol as much as 3
patients (4,2%) also experienced gastristis.
Keywords : side effects, asthma, oral therapy

1) Prodi DIII Farmasi, Universitas Muhammadiyah Magelang


2)Magister Farmasi Klinik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
3)Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, Vol. I, No. 1, September 2015 | 21


PENDAHULUAN Magelang sebagian besar menggunakan obat oral
Asma secara fisiologis ditandai oleh adanya karena mahalnya harga obat inhaler sehingga
penyempitan saluran napas bronkus yang tidak terjangkau oleh pasien dan terkait
reversibel dan meluas dan adanya peningkatan ketersediaan sediaan inhalasi di Balai Kesehatan
nyata responsivitas bronkus terhadap stimulan Paru Masyarakat (BKPM) Wilayah Magelang
yang terhirup dan secara patologis ditandai oleh sehingga pasien asma yang berobat rawat jalan
remodeling mukosa bronkus disertai hampir sebagian besar menggunakan terapi oral.
penumpukan kolagen dibawah lamina retikularis
epitel bronkus dan hyperplasia sel seluruh METODE PENELITIAN
struktur paru -pembuluh darah, otot polos, serta Penelitian ini merupakan penelitian
sel kelenjar sekretorik dan goblet.1 Badan observasional dengan pengambilan data secara
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah prospektif. Penelitian observasional adalah
penderita asma 100-150 juta dan jumlah ini penelitian dimana peneliti hanya melakukan
diperkirakan akan terus bertambah hingga observasi tanpa memberikan intervensi pada
180.000 orang setiap tahun 2 variabel yang akan diteliti 7 . Data diperoleh dari
Kortikosteroid merupakan anti inflamasi penelusuran rekam medis, wawancara dan
yang efektif untuk menangani asma. Efek lembar pengumpul data sebelum dan sesudah
penggunaan kortikosteroid pada asma menggunakan terapi oral. Populasi dalam
tergantung pada dosis dan durasi, begitu pula penelitian ini adalah pasien asma dewasa yang
efek sampingnya 3. Beberapa efek samping berobat rawat jalan di Balai Kesehatan Paru
penggunaan kortikosteroid adalah hipertensi, Masyarakat (BKPM) Wilayah Magelang dan
emotional instability, psychic derangements (euphoria, mendapatkan terapi oral selama Februari - April
insomnia, mood swings), bruising, facial erythema, 2014. Pengambilan sampel dengan metode
wound healing impaired, carbohydrate intolerance, purposive sampling yang dibatasi waktu
cushing syndrome, diabetes mellitus, fluid retention, penelitian. Pasien yang dijadikan sampel
growth suppression (pada anak), hypokalemia memiliki kriteria inklusi yaitu pasien yang
alkalosis, hypothyroidism enhanced, menstrual terdiagnosa asma dan berobat rawat jalan di
irregularities, sodium retention, pancreatitis, peptic Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM)
ulcer, ulcerative esophagitis, peningkatan enzim Wilayah Magelang, berusia 18-65 tahun,
hati, osteoporosis, fraktur, steroid myophaty, mendapatkan terapi oral, dan bersedia diikutkan
exophtalmos, glaucoma, intraocular pressure dalam penelitian sedangkan kriteria eksklusinya
increased, posterior subcapsular cataracts 4 adalah pasien buta huruf, hamil dan menyusui,
Studi tentang kortikosteroid inhalasi mempunyai cacat fisik dan mental,
menunjukkan kegunaannya dalam mengkonsumsi alkohol dan merokok, memiliki
memperbaiki fungsi paru, mengurangi komplikasi penyakit pernapasan lainnya seperti
hiperrespon saluran nafas, mengurangi gejala, tuberculosis (TBC), kanker paru atau penyakit
mengurangi frekuensi dan beratnya paru obstruktif kronis (PPOK), pneumonia,
eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup 5 infeksi saluran pernapasan atas dan lain-lain.
Terapi asma pada pasien dewasa diberikan
secara oral, inhalasi dan parenteral. Keuntungan HASIL DAN PEMBAHASAN
pemberian obat secara inhalasi adalah
1. Karakteristik Pasien
konsentrasi obat dapat optimal karena obat
Data yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki efek lokal yang langsung ke dalam paru
adalah pasien asma dewasa yang menggunakan
- paru dan mempunyai efek samping lebih kecil
terapi oral berjumlah 71 pasien. Karakteristik
dibandingkan dengan pemberian secara
6 subyek meliputi, jenis kelamin, umur, pekerjaan,
parenteral (Bateman dkk., 2010).
pendidikan, durasi asma, tingkat keparahan,
Peresepan untuk pasien asma di Balai
waktu kontrol, riwayat alergi, dan ada tidaknya
Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Wilayah
anggota keluarga yang menderita asma.
Karakteristik dari pasien asma ditunjukkan sebanyak 34,0% hal ini diduga adanya pengaruh
secara distribusi kategori menurut hormonal dan hiperesponsif jalan napas. Hal ini
pengelompokan dari variabel yang diteliti\ sesuai dengan penelitian yang menunjukkan
bahwa perempuan memiliki faktor resiko yang
Tabel 1. Karakteristik pasien berdasarkan demografi mempengaruhinya, diantaranya adalah adanya
Karakteristik Frekuensi peranan psikis premenstruasi pada perempuan
Jenis kelamin dan hormon progesterone. Hormon progesterone
Laki-laki 26 (36,6%) menyebabkan bronkokonstriksi sehingga
perempuan 45 (63,4%) memicu serangan asma 12. Pasien perempuan
Umur (Tahun) lebih banyak memiliki asma yang tidak
18-24 12 (16,9%) terkontrol berhubungan dengan cara perempuan
25-44 41 (57,7%) dalam melaporkan gejalanya dan lebih sering
45-65 18 (25.4%) mencari pengobatan ke rumah sakit 10 .
Pekerjaan Pasien terbanyak adalah umur 25 - 44
Bekerja 43 (60,6%) tahun dengan jumlah 41 (57,7%). Pada pasien
Tidak bekerja 28 (39,4%) usia 25 - 44 tahun merupakan usia produktif
Tingkat pendidikan
sehingga aktivitasnya banyak dan sulit untuk
≤SMA/ sederajat 64 (90,1%)
mencegah paparan allergen dikarenakan beban
>SMA 7 (9,9%)
hidup dan pekerjaan yang berat. Oleh karena
Frekuensi kunjungan
itu perlu dilakukan identifikasi penyebab/
Rutin 5 (7,0%)
alergi dan edukasi untuk mengurangi paparan
Kalau sesek 66 (93,0%)
Riwayat keluarga 60 (100,0%) alergennya sehingga dapat meningkatkan
Tidak ada 4 (6,7%) kualitas hidupnya.
Ada 56 (93,3%) Riwayat pekerjaan pasien asma sebanyak 43
orang (60,6%) adalah bekerja dan 28 orang (39,4%)
adalah tidak bekerja. Hasil penelitian ini berbeda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah dengan penelitian 12, 13 yang menunjukkan bahwa
pasien asma perempuan 45 orang (63,4%) lebih riwayat pekerjaan pasien asma yang paling banyak
besar dibandingkan jumlah pasien laki - laki 26 adalah ibu rumah tangga. Tingginya angka
orang (36,6%) sesuai dengan Global Initiative for kejadian asma pada ibu rumah tangga diduga ada
Asthma (2011) yang menyebutkan bahwa hubungannya dengan paparan allergen di
prevalensi tinggi penderita asma usia dewasa lingkungan rumah 9. Riwayat pekerjaan merupakan
adalah perempuan dibandingkan laki - laki. salah satu faktor bagaimana pasien akan terpapar
Perbandingan kejadian asma pada orang dewasa allergen meskipun penelitian tentang pengaruh
antara laki-laki dan perempuan lebih kurang pekerjaan dengan angka kejadian asma belum
sama dan pada menopause perempuan lebih banyak dilakukan. Diperkirakan 1 dari 10 kasus
banyak dari laki-laki karena salah satu gejala asma terjadi pada orang dewasa karena
yang terjadi pada wanita menopause adalah pekerjaannya 9.
emosional, dan peningkatan emosi dapat Tingginya angka kejadian asma pada pasien
mengaktifkan system parasimpatis yang dapat yang bekerja karena besarnya tekanan di tempat
menyebabkan kontriksi otot polos bronkiolus kerja dan beratnya beban kerja, pikiran, stress,
sehingga terjadi bronkokonstriksi 8. Hal ini banyaknya aktivitas dan sulitnya menghindari
berbanding terbalik saat usia anak - anak dimana paparan alergen sehingga meningkatkan
pasien anak laki - laki cenderung lebih beresiko frekuensi serangan asma. Oleh karena itu perlu
terhadap asma dibandingkan perempuan 9. edukasi pada pasien agar dapat menilai kondisi
Distribusi serupa ditemukan pada penelitian 10 dirinya sendiri sehingga asmanya dapat
yaitu pasien perempuan 64,5% dan pasien laki - terkontrol dengan baik. Alergen dan sensitisasi
laki 35,5%. Penelitian 11 asma dewasa perempuan bahan lingkungan kerja juga merupakan
sebanyak 66,0% dan laki-laki penyebab utama asma, dengan pengertian
faktor lingkungan tersebut pada awalnya melakukan kontrol rutin karena pasien tidak bisa
mensensitisasi jalan napas dan datang di saat jam kerja sehingga pasien hanya
mempertahankan kondisi asma tetap aktif kontrol jika terjadi kekambuhan saja dan selama
dengan mencetuskan serangan asma atau tidak kontrol ke rumah Sakit Persahabatan
menyebabkan menetapnya gejala 14 terdapat penurunan signifikan fungsi paru dan
Pendidikan pasien asma yang berobat rawat peningkatan derajat berat asma.. Hal ini sesuai
jalan dan mendapatkan terapi oral paling banyak dengan penelitian 16 yang menyatakan alasan
adalah pasien dengan tingkat pendidikan utama tidak kontrol adalah resep dan
≤SMA/sederajat yaitu 37 orang (64,0%). Hasil pemeriksaan cukup mahal 43,4%, jam berobat
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan bertepatan dengan jam kerja atau jam sekolah
oleh 13 bahwa pasien asma yang mempunyai 23,4%, dengan memakai obat warung sembuh
riwayat pendidikan ≤SMA yang paling banyak 13,4%, tidak tahan efek samping obat 10%, terlalu
menderita asma dibandingkan pendidikan lama antri 3,4%, cukup datang ke UGD 3,4%.
yang lebih tinggi . Pasien dengan durasi < 5 Pasien asma yang mempunyai riwayat
tahun adalah yang terbanyak berobat rawat keluarga menderita asma sebanyak 47 orang
jalan. Hal ini mungkin dikarenakan pasien (66,2%) . Orang yang dalam anggota keluarganya
dengan durasi yang lebih lama sudah dapat menderita asma mempunyai resiko juga untuk
mengontrol kondisi asmanya karena sudah terkena asma karena genetik merupakan faktor
dapat mengendalikan faktor pencetus dan resiko asma. Fenotip yang berkaitan dengan
mengetahui apa yang harus dilakukan jika asma, dikaitkan dengan ukuran subjektif (gejala)
terjadi serangan sehingga mengurangi dan objektif (hipereaktivitas bronkus, kadar IgE
frekuensi kunjungan ke rumah sakit. serum) dan atau keduanya 14 . Faktor pencetus
Pasien dengan diagnosa asma persisten asma terbanyak dalam penelitian ini adalah
ringan 44 orang (62,0%) dan asma persisten dingin, debu dan kelelahan
sedang 27 orang (38,0%). Tidak ada pasien 2. Gambaran Penggunaan Obat
yang masuk dalam kelompok asma persisten
Berdasarkan penggunaannya maka obat
berat. Dalam penelitian ini pasien dengan
asma terbagi dalam dua golongan yaitu
diagnosa persisten berat tidak ada dikarenakan
pengobatan jangka panjang untuk mengontrol
pasien asma persisten berat berobat rawat inap
gejala asma dan pengobatan cepat untuk
karena kondisi klinik yang tidak
mengatasi serangan akut asma.
memungkinkan untuk berobat rawat jalan.
Frekuensi kunjungan ke Balai Kesehatan Tabel 2. Golongan dan jenis obat asma oral yang digunakan
Paru Masyarakat (BKPM) Wilayah Magelang
Golongan obat Jenis obat Frekuensi
sebanyak 66 orang (93,0%) datang berobat hanya Kortikosteroid Methylprednisolon 71 (100.00%)
jika terjadi serangan dan 5 orang (7,0%) datang Methylxanthin Aminofilin 53 (74.65%)
berobat secara rutin. Asma merupakan penyakit Agonis ß2 Salbutamol 71 (100.0%)
kronis yang pengobatannya jangka panjang dan Adrenergik
kepatuhan pengobatan pasien akan short acting
mempengaruhi keberhasilan terapi. Menurut Antihistamin Cetirizin 61 (85.92%)
Ekspektoran Gliseril guaiakolat 60 (84.51%)
teori pengobatan yang rutin akan mengubah
gambaran klinis dan fungsi paru pasien asma 14.
Dokter sebaiknya menganjurkan penderita untuk Kortikosteroid sistemik memiliki aktivitas
kontrol tidak hanya bila terjadi serangan akut, sama dengan kortikosteroid lokal tetapi efek
tetapi kontrol teratur terjadwal, interval berkisar samping lebih besar oleh karena itu bentuk sistemik
1- 6 bulan bergantung kepada keadaan asma. Hal ini sebaiknya digunakan jika obat-obatan lain
tersebut untuk meyakinkan bahwa asma tetap sudah tidak memberikan perbaikan atau pada
terkontrol dengan mengupayakan penurunan kondisi berat 17.Teofilin banyak dijumpai dalam
terapi seminimal mungkin 14 . Berdasarkan bentuk kompleks dengan etilendiamin yang
penelitian 15 alasan pasien tidak dinamakan aminofilin. Di Indonesia,
aminofilin merupakan salah satu golongan besar diberikan dalam racikan kapsul yang
methylxanthine yang sering digunakan.. Agonis mengandung salbutamol 2 mg, Gliseril Guaikolat
ß2 adrenergik (short acting) yang paling banyak 50 mg dan aminofilin 75 mg.
digunakan adalah salbutamol. Agonis ß2 Penanganan asma selain untuk mengatasi
adrenergik (short acting) diprediksi mampu gejala seperti sesak napas, sesak dada, batuk
meningkatkan kekambuhan pada pasien asma juga untuk menekan terjadinya inflamasi
anak dan dewasa, sehingga disarankan untuk dalam hal ini kortikosteroid merupakan obat
dikombinasi dengan obat anti asma yang lain 18 yang efektif untuk mengatasi inflamasi.
Pasien asma sebagian besar mendapatkan Penggunaan kortikosteroid oral
obat antialergi karena alergi merupakan salah menimbulkan berbagai efek samping karena
satu faktor pencetus asma. Pada penelitian ini itu telah dikembangkan kortikosteroid
anti alergi yang digunakan adalah cetirizin. inhalasi yang memiliki keuntungan obat
19
menyatakan Cetirizin mampu mencegah dapat langsung ke paru-paru, memiliki
eksaserbasi asma yang disebabkan oleh serbuk toksisitas lebih rendah daripada pemberian
sari. Cetirizine dosis 5-10mg/hari efektif efektif sistemik 22
dalam mengobati rhinitis alergi dan menurunkan Kortikosteroid oral secara regular diperlukan
gejala asma pada pasien dengan asma ringan dan pada asma tergantung kortikosteroid, tetapi
sedang 20 . Gliseril Guaikolat digunakan pasien pemberian kortikosteroid dapat sama sekali tidak
dalam kapsul racikan bersama salbutamol dan efektif pada asma resisten kortikosteroid 23 .
aminofilin. Menurut 21 antitusif dan mukolitik Frekuensi asma yang tidak sensitif terhadap
diberikan pada pasien ketika eksaserbasi dan kortikosteroid tersebut sekitar 5% dari seluruh
pada pasien yang parah. pasien asma sedangkan asma resisten
kortikosteroid frekuensinya kurang dari 0.1%.
Distribusi penggunaan kombinasi obat anti
Pasien asma resisten kortikosteroid jumlahnya
asma yang diresepkan untuk pasien asma di
tidak banyak tetapi dapat menimbulkan masalah
Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM)
dalam penatalaksanaannya 24 .
Wilayah Magelang dapat dilihat pada tabel 3.
Obat penunjang untuk terapi asma menurut
25 adalah ketotifen dan N-Asetilsistein. Ketotifen
Tabel 3. Distribusi penggunaan kombinasi
obat anti asma oral adalah suatu antihistamin yang mengantagonis
secara nonkompetitif dan relatif selektif reseptor
Kombinasi obat Frekuensi
H1, menstabilkan sel mast dan menghambat
Methylprednisolon + Cetirizin + 47 (66,2%)
Kapsul (Aminofilin, salbutamol, GG) penglepasan mediator dari sel-sel yang berkaitan
Methylprednisolon + Cetirizin + 9 (12,7%) dengan reaksi hipersensitivitas. Indikasi ketotifen
Salbutamol untuk manajemen profilaksis asma. Asetilsistein
Methylprednisolon + Cetirizin + 5 (7,0%) merupakan terapi tambahan untuk sekresi
Salbutamol + GG mukus yang tidak normal, kental pada penyakit
Methylprednisolon + kapsul 6 (8,5%)
bronkopulmonari kronik (emfisema kronik,
(Aminofilin, salbutamol, GG)
Methylprednisolon + Salbutamol 2 (2,8%)
emfisema pada bronchitis, bronchitis asma
Methylprednisolon + Salbutamol + GG 2 (2,8%) kronik, tuberculosis, amiloidosis paru-paru) dan
penyakit bronkopulmonari akut (pneumonia,
Terapi asma yang paling banyak digunakan
bronchitis, trakeobronkitis).
adalah Methylprednisolon + Cetirizin + racikan
Obat lain yang diberikan bersama dengan obat
kapsul asg yang berisi Aminofilin, salbutamol,
asma adalah mukolitik -ekspektoran, analgetik,
Gliseril Guaiakolat sebanyak (66,2%). Pemberian
antibiotik, gastritis dan vitamin-suplemen
kombinasi obat lebih dari satu macam
disesuaikan dengan keluhan pasien ketika datang
menyebabkan meningkatnya efek samping dan
untuk kontrol. Data yang diperoleh dari rekam
mengurangi kepatuhan pasien. Di Balai
medis menunjukkan bahwa selain obat asma pasien
Kesehatan paru Masyarakat (BKPM) Wilayah
diresepkan juga obat tambahan untuk mengatasi
Magelang obat asma reliever sebagian
keluhan yang dirasakan ketika
pasien datang berobat. Salah satu kondisi yang 28 . Data penelitian penggunaan analgetik
biasa menyertai asma adalah batuk oleh karena dalam mendukung pengobatan asma belum
itu pada pasien asma sering diberikan tambahan ditemukan sehingga pemberian obat ini untuk
mukolitik dan ekspektoran. Obat tambahan yang terapi supportif atau preventif untuk
diresepkan adalah ambroxol, fluimucil dan Obat mengatasi keluhan pasien.
Batuk Hitam . Antitusif tidak bermanfaat jika Pemberian obat asma dikombinasi dengan
diberikan pada pasein asma karena antitusif obat asma lain atau obat tambahan yang
dapat menyebabkan retensi sputum yang akan dikhawatirkan dapat memperbesar efek samping
berbahaya bagi pasien 25 dari penggunaan obat tersebut dan mengurangi
Fluimucil merupakan nama dagang dr N - tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat.
asetilsistein diresepkan juga sebagai obat Efek samping dari penggunaan obat asma
tambahan untuk sekresi mukus yang tidak seringkali tidak disadari oleh pasien. Berikut
normal dan kental. Aksi mukolitik asetilsistein merupakan efek samping yang dirasakan oleh
berhubungan dengan kelompok sulfhidril pasien asma yang mendapat terapi oral
pada molekul, yang bekerja langsung untuk berdasarkan hasil wawancara dengan pasien.
memecahkan ikatan disulfide antara ikatan
Tabel 4.Efek samping yang dirasakan pasien asma
molekuler mukoprotein, menghasilkan yang mendapat terapi oral
depolimerisasi dan menurunkan viskositas
mucus. Aktivitas mukolitik pada asetilsistein Terapi Efek samping Frekuensi
1. Methylprednisolon, Ceti- Berdebar 3 (4,2%)
meningkat seiring dengan peningkatan pH 25. rizin, kapsul (aminofilin, Gastritis 8 (11,3%)
Antibiotik diberikan pada pasien yang salbutamol, GG) Berdebar dan gastritis 1 (1,4%)
Nafsu makan 1 (1,4%)
datang disertai keluhan batuk dahak berwarna bertambah
dan flu meskipun tidak dilakukan kultur dokter 2. Methylprednisolon, Gastritis 3 (4,2%)
Cetirizin, salbutamol
mendiagnosa adanya infeksi. Antibiotik tidak
3. Methylprednisolon, Gastritis 1 (1,4%)
diberikan kecuali pada keadaan disertai infeksi Cetirizin, salbutamol, GG
bakteri yang ditandai dengan gejala sputum 4. Methylprednisolon, kapsul Berdebar 1 (1,4%)
(aminofilin, salbutamol,
purulen dan demam. Infeksi bakteri yang sering GG)
menyertai serangan asma adalah bakteri Gram 5. Methylprednisolon, Gastritis 1 (1,4%)
positif, dan bakteri atipik kecuali pada keadaan Salbutamol

dicurigai ada infeksi bakteri Gram negatif


(penyakit/ gangguan pernapasan kronik) dan
bahkan anaerob seperti sinusitis, bronkiektasis Dari 71 pasien yang mendapat terapi oral
sebanyak 19 orang (26,7%) muncul adanya efek
atau penyakit paru obstruksi kronik (PPOK).
Antibiotik pilihan sesuai bakteri penyebab atau samping. Efek samping yang paling banyak
pengobatan empiris yang tepat untuk gram dirasakan oleh pasien adalah gastritis/ gangguan
positif dan atopik; yaitu makrolid , golongan pencernaan pada pasien yang mendapat terapi
kuinolon dan alternatif amoksisilin/ amoksisilin Methylprednisolon, Cetirizin, kapsul (aminofilin,
dengan asam klavulanat 14. salbutamo, GG) yaitu 8 pasien (11,3%), dan
berdebar sebanyak 3 pasien (4,2%). Pada pasien
Analgetik (parasetamol) diberikan pada
yang mendapatkan terapi kombinasi
pasien dengan untuk mengurangi keluhan
Methylprednisolon, Cetirizin, dan salbutamol
pusing, sakit kepala atau demam. Obat gastritis
sebanyak 3 pasien (4,2%) juga mengalami
diberikan karena pasien ada keluhan gangguan
gastristis. Efek samping ini mungkin
pencernaan seperti dada panas, mual. Vitamin
dikarenakan penggunaan kortikosteroid
dan suplemen diresepkan sebagai obat tambahan
(methylprednisolon). Data efek samping ini
untuk pasien asma untuk meningkatkan daya
diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien
tahan tubuh pasien. Vitamin C mempunyai
dimana pasien merasakan efek samping tersebut
manfaat membantu terhadap Exercise-induced
setelah penggunaan terapi oral dan pasien tidak
asthma 27. Peranan vitamin C dalam pencegahan
memiliki riwayat penyakit tersebut sebelumnya.
atau pengobatan asma masih kontroversi
Efeksampingpenggunaaan Efek samping salbutamol adalah
methylprednisolon adalah gangguan rangsangan kardiovaskular, tremor otot
kardiovaskuler (aritmia, edema, hipertensi), rangka dan hipokalemia. Pemberian secara
gangguan system saraf pusat (delirium, inhalasi jauh lebih sedikit menimbulkan efek
euphoria, halusinasi, sakit kepala, insomnia, samping daripada oral. Dianjurkan pemberian
vertigo), gangguan endokrin dan metabolik inhalasi, kecuali pada penderita yang tidak
(adrenal suppresion , alkalosis, amenorrhea, cushing dapat/ mungkin menggunakan terapi inhalasi.
syndrome, diabetes mellitus, intoleransi glukosa,
hiperglikemia, hipelipidemia, hipokalemia, KESIMPULAN
retensi Natrium dan cairan), gangguan Dari penelitian tentang efek samping
pencernaan ( peningkatan berat badan, mual, penggunaan terapi oral pada pasien asma dapat
pancreatitis, peptic ulcer, mual) 4 meskipun 98,6% ditarik kesimpulan bahwa efek samping
pasien mendapatkan kortikosteroid tapi tidak dijumpai pada 19 pasien (26,7%) dari 71 pasien.
semua pasien merasakan munculnya efek Efek samping yang dirasakan pasien adalah
samping. Hal ini mungkin dikarenakan karena gastritis, berdebar dan nafsu makan bertambah
pasien menggunakan obat nya tidak teratur
sehingga efek samping hampir tidak dirasakan DAFTAR ACUAN
dan meskipun durasi menderita asmanya sudah 1. Katzung, B.G., 2010, Farmakologi Dasar dan
lama efek samping juga tidak dirasakan karena Klinik, Edisi 10, Penerbit Buku Kedokteran
pasien hanya menggunakan obat jika serangan, EGC, Jakarta
hal ini bisa dilihat dari frekuensi kunjungan / 2. Anonim, 2008. Keputusan Menteri
kontrol yang sebagian besar datang berobat Kesehatan Republik Indonesia NOMOR
hanya jika terjadi serangan. 1023l MEN KESISK/XI/2008 Tentang
Efek samping golongan methylxanthin Pedoman Pengendalian Penyakit Asma.
berpotensi terjadi pada dosis tinggi ( ≥10 mg/ Menteri Kesehatan Republik Indonesia, .
kgBB/ hari atau lebih); hal itu dapat dicegah 3. Kelly, H.W., Sorkness, C.A., Asthma, in
dengan pemberian dosis yang tepat dengan Dipiro, J.T.(Eds), 2008, Pharmacoterapy A
monitor ketat. Gejala gastrointestinal nausea, Pathophysiologic Approach, sixth edition,
muntah adalah efek samping yang paling dulu 1334-1352, Apleton and lange, Stanford
dan sering terjadi. Efek kardiopulmoner seperti connecticut
takikardia, aritmia dan kadangkala merangsang 4. Lacy, Charles F.; Armstrong, Lora I.;
pusat napas. Intoksikasi teofilin dapat Goldman, Morton P., 2008, Drug Information
menyebabkan kejang bahkan kematian. Di Handbook, 17th Ed., Lexi-Comp Inc., Canada
Indonesia, sering digunakan kombinasi oral 5. Syarifudin dan Koentjahja, 2001 .
teofilin/aminofilin dengan agonis beta-2 kerja Kortikosteroid Pada Asma Kronis. The
singkat sebagai bronkodilator; maka diingatkan Indonesia Society of Respirology, .
sebaiknya tidak memberikan teofilin/aminofilin 6. Bateman, E.D., Boulet, L.P., Cruz, A.,
baik tunggal ataupun dalam kombinasi sebagai FitzGerald, M., Haahtela, M., Levy, M., et
pelega/bronkodilator bila penderita dalam terapi al. 2010, Global Strategy for Asthma
teofilin/ aminofilin lepas lambat sebagai Management and Prevention Update 2010,,
pengontrol. Dianjurkan memonitor kadar Global Initiative for Asthma, South Africa
teofilin/aminofilin serum penderita dalam 7. Notoatmodjo, S., 2012. Metodologi Penelitian
pengobatan jangka panjang. Umumnya efek Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
toksik serius tidak terjadi bila kadar dalam serum 8. Choi, I.S., 2011. Gender-specific asthma
< 15 ug/ml, walau terdapat variasi individual treatment. Allergy, asthma & immunology
tetapi umumnya dalam pengobatan jangka research, 3: 74–80.
panjang kadar teoflin serum 5-15 ug/ml (28- 9. Bateman, E.D., Boulet, L.P., Cruz, A.,
85uM) adalah efektif dan tidak menimbulkan FitzGerald, M., Haahtela, M., Levy, M., et
efek samping 14 al. 2011, Global Strategy for Asthma
Management and Prevention Update 2011,, 19. Dijkman JH, Hekking PR, Molkenboer JF,
Global Initiative for Asthma, South Africa Nierop G, Vanderschueren R, Bernheim J,
10. Atmoko, W., Faisal, HKP., Bobian, ET., Van Ganse EH, 1990, Prophylactic Treatment
Adisworo, MW., Yunus, F., 2011, Prevalensi of Grass Pollen-Induced Asthma With
Asma Tidak Terkontrol dan Faktor - faktor Cetirizine, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
yang berhubungan dengan Tingkat Kontrol pubmed/1979241
Asma di Poliklinik Asma Rumah S a k i t 20. Al_hindawi E, Wahadne A, Najada A,
Persahabatan, Jurnal Respirasi Indonesia Habahbeh Z, 2002, The Efficacy of Cetirizine in
11. Guilbert, T.W., Garris, C., Jhingran, P., The Treatment of Allergic Rhinitis and Allergic
Bonafede, M., Tomaszewski, K.J., Bonus, T., Bronchial Athma, http://rotapharm.
dkk., 2011. Asthma that is not well-controlled md/data/scientific _ publications/
is associated with increased healthcare ROLINOZ/rolinoz%20lit%202.pdf
utilization and decreased quality of life. 21. Laforest, L., Van Ganse, E., Devouassoux,
The Journal of asthma: official journal of the G., El Hasnaoui, A., Osman, L.M., Bauguil,
Association for the Care of Asthma, 48: 126–132. G., dkk., 2008. Dispensing of antibiotics,
12. Desmawati, Yovi, I., Bebasari, E., 2011, antitussives and mucolytics to asthma
Gambaran Hasil Pemeriksaan Spirometri patients: a pharmacy-based observational
pada Pasien Asma Bronkial di Poliklinik survey. Respiratory medicine, 102: 57–63.
Paru RSUD Arifin Achmad PekanBaru, 22. Gupta, R., Jindal, D.P., dan Kumar, G., 2004.
Fakultas Kedokteran Universitas Riau. hal Corticosteroids: the mainstay in asthma
4-6. therapy. Bioorganic & Medicinal Chemistry,
13. Herawati M, 2013, Pengaruh Konseling 12: 6331–6342.
Oleh Farmasis Terhadap Tingkat Kontrol 23. Barnes PJ, Pauwels R A, 1994,
Asma dan Kepuasan Terapi Inhalasi Theophylline in the management of
Pasien Asma Rawat Jalan, Tesis, asthma: Eur Respr Journal
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta 24. Rozaliyani A., dkk. 2011.Mekanisme Resistens
14. Anonim, 2003, Asma Pedoman Diagnosis dan Kortikosteroid Pada Asma. FKUI: Jakarta
Penatalaksanaan di Indonesia, Perhimpunan 25. Muchid, A., Wurjati, R., Chususn, Komar,
Dokter Paru Indonesia Z., Purnama., NR., Masrul, dkk, 2007,
15. Priyanto, 2009, Farmakoterapi dan Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma,
Terminologi Medis, edisi revisi, Penerbit Departemen Kesehatan Republik
Rineka Cipta, Jakarta Indonesia, Jakarta
16. Iskandar, Yunus, F., Giriputro, S., 26. Anonim, 2002, Guidelines for the Diagnosis and
Hupudio, H., dan Mangunnegoro, H., Management of Asthma, The National Asthma
1996. Studi Banding Perkembangan Education and Prevention Program (NAEPP),
Penyakit Asma Bronkial Pada Penderita Update on Selected Topics 2002, National
yang Kontrol Teratur dengan Tidak Institute Of Health, Lung, and Blood, http :
Kontrol secara Teratur di Poliklinik Asma www.nhlbi.nih.gov/guidelines/asthma/
Rumah Sakit Persahabatan. Jurnal execsumm.pdf
Respirologi Indonesia, 92–98. 27. Milan, SJ, Hart A, Wilkinson. 2013, Vitamin C for
17. Ikawati, Z., 2011. Penyakit Sistem asthma and exercise-induced bronchoconstriction,
Pernapasan Dan Tata Laksana Terapinya. The Cochrane Collaboration, h t t p : / /
Bursa Ilmu, Yogyakarta Indonesia. onlinelibrary .wiley.com . ezproxy .ugm.
18. Stanford, Richard., Shah, Manan B., ac.id/doi/10.1002/14651858.CD010391.
D’Souza, Anna O., Dhamane, Amol D., pub2 /pdf/standard
2012, Short-acting β-agonist use and its ability 28. Riccioni, G., Barbara, M., Bucciarelli, T., di
to predict future asthmarelated outcomes Top Ilio, C., dan D’Orazio, N., 2007. Antioxidant
of Form, Journal of allergy immunologi and vitamin supplementation in asthma. Annals
asthma 109: 6: 403-407 of clinical and laboratory science, 37: 96–101.

You might also like