Professional Documents
Culture Documents
Tic Facialis - Sripo PDF
Tic Facialis - Sripo PDF
Sayangnya sampai sekarang ilmu kedokteran belum berhasil menjawabnya. Tidak ada yang tahu persis
mengapa seorang anak dapat mengalami tic.
Memang diduga ada bagian otak yang
terganggu, terutama di daerah ganglia basalis,
tetapi gangguan ini tidak bisa dideteksi
dengan alat yang paling canggih sekalipun.
Gangguan bahan kimia otak seperti dopamin,
serotonin dan lain-lain juga tidak luput dari
pemeriksaan untuk mengetahui penyebab tic,
tetapi hasilnya juga masih simpang-siur.
Faktor genetik juga berperan. Di dalam
keluarga sering ada beberapa orang yang
mengalami tic. Sebagian anak mengalami perburukan gejala setelah infeksi tenggorok oleh kuman
streptokokus beta hemolitikus grup A. Keadaan ini disebut sebagai PANDAS (Pediatric Autoimmune
Neuropsychiatric Disorders associated with Streptococcal infection). Masalah lain adalah bahwa tic
sering muncul bersamaan dengan berbagai gangguan lainnya misalnya ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder), gangguan obsesif-kompulsif, depresi, kecemasan, gangguan kepribadian,
mengamuk, perilaku self-injurious, kesulitan belajar, gangguan tidur dan lain-lain. Semuanya merupakan
hagguan kejiwaan yang memerlukan bantuan dokter ahli jiwa.
Pada 26% anak, tic akan menghilang sendiri tanpa obat dalam waktu satu tahun. Selewatnya dari satu
tahun, tic menjadi kronis. Walaupun menetap, gejala akan berkurang pada 46% anak. Yang memburuk
hanya kira-kira 14% anak.
Tic berupa gerakan ringan tidak memerlukan terapi, karena sebagian besar akan hilang dalam 12 bulan.
Tetapi kalau gerakannya mengganggu rasa percaya diri anak dan mengganggu kehidupannya. Karena
itun harus mendapat obat. Teknik terapi perilaku sudah banyak dicoba tetapi tidak ada yang berhasil.
Ada kira-kira 20 macam obat yang dapat digunakan untuk tic, tetapi lagi-lagi belum ada satupun juga
yang 100% memuaskan. Apalagi obat-obat tersebut banyak mempunyai efek samping. Saat ini telah
dikembangkan teknik akupressur dan akupuntur untuk mengobati berbagai macam kelainan syaraf
termasuk Tic facialis. Akupunturist akan melakukan pijatan khusus di daerah sekitar wajah, mata dan
hidung pasien dengan tekanan pada titik-titik tertentu. Beberapa jarum pun akan ditusuk di daerah
sekitar wajah dan kaki untuk merangsang
kerja dan aliran syaraf agar dapat bekerja
dengan lebih baik. Pada beberapa kasus,
gejala Tic banyak mengalami perbaikan pada
pasien yang mendapatkan terapi akupuntur
dan akupressur pada wajah dibandingkan
dengan terapi medikamentosa, namun
pilihan terapi tetap tergantung dari
penderita karena kebanyakan orang
memang mengalami ketidak nyamanan saat
sesi terapi karena rasa sakit saat ditusuk
maupun saat dilakukan pijatan pada
wajah.(ISS)
Daftar Rujukan
1. Pusponegoro HD. Tic dan sindrom Tourette. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan I. Kesehatan
Anak XLIX, 2006
2. Neurologic Motoric Tic. Neurologic Disorders.
.http://www.advancedacupuncture.com/conditions/trigeminal_desor.html