You are on page 1of 35

1

USULAN PENELITIAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMAIN SEPAKBOLA AKIBAT


PEMUTUSAN PERJANJIAN SECARA SEPIHAK OLEH KLUB
SEPAKBOLA PESERTA INDONESIA SUPER LEAGUE DITINJAU DARI
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM
ASURANSI

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara Hukum (rechstaat) dan bukan

merupakan Negara berdasarkan kekuasaan (machtstaat), seperti yang

terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, untuk selanjutnya disebut sebagai “UUD 1945” yang menentukan

secara tegas bahwa negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum,

prinsip Negara Hukum menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan

hukum yang berarti bahwa Negara termasuk di dalamnya setiap Individu,

masyarakat, pemerintah dan lembaga Negara yang lain dalam

melaksanakan hak dan kewajibannya harus dilandasi oleh Hukum. 1

Pada pembukaan UUD 1945 alinea keempat dicantumkan tujuan

dan cita-cita yang hendak dicapai oleh segenap masyarakat Indonesia

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu mewujudkan

masyarakat yang adil dan makmur. Upaya untuk mewujudkan tujuan dan

cita-cita bangsa Indonesia tersebut seperti yang tercantum dalam

1
Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2000, hlm. 136.
2

Pancasila dan UUD 1945 dilaksanakan melalui pembangunan secara

menyeluruh berbagai aspek kehidupan secara seimbang guna

meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakat Indonesia seutuhnya.

Tujuan dan cita-cita negara Repulik Indonesia adalah menciptakan

masyarakat yang adil dan makmur dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia sebagai dasar kebebasan masyarakat. Pemerintah menjamin

kepastian hukum sebagaimana yang telah diatur dalam peraturan

perundang-undangan, dengan demikian maka hukum memberikan

kepastian tentang perlindungan hak setiap warganya.

Pembangunan nasional yang dilakukan pemerintah Indonesia

dilandaskan pada Pancasila dan UUD 1945, dilakukan secara

berkesinambungan guna mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

Salah satu aspek dalam pembangunan nasional adalah pembangunan di

bidang hukum. Pembangunan di bidang hukum harus menjamin

terwujudnya ketertiban dalam masyarakat dalam suatu negara, karena

ketertiban adalah tujuan pokok pertama dari segala hukum, karena

ketertiban ini pula sebagai syarat fundamental bagi adanya suatu

masyarakat manusia yang teratur.2

Pembangunan nasional di dalamnya mencakup pula mengenai

pembangunan di bidang olahraga yang ditunjang oleh pembangunan

sektor perekonomian dan sektor hukum. Menurut Mochtar Kusumaatmaja

bahwa salah satu fungsi hukum adalah untuk menyediakan jalur-jalur bagi

2
Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam
Pembangunan Nasional, Bandung: Bina cipta, 1986, hlm. 2.
3

pembangunan (politik, ekonomi, maupun sosial budaya) masyarakat.

Fungsi hukum dalam bidang perekonomian adalah sebagai sarana untuk

melakukan pemerataan, mewujudkan cita-cita keadilan sosial, maka

dengan demikian jelas bahwa antara ekonomi dan hukum saling

mempengaruhi.3

Pembangunan di bidang olahraga dapat berjalan dengan baik

apabila dalam sistem bidang olahraga tersebut dapat melindungi hak-hak

dan kepentingan-kepentingan para pihak yang turut andil dalam

pelaksanaannya. Dalam bidang olahraga, dengan adanya aturan atau

perangkat hukum yang mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiaban para

pihak dalam pelaksanaan dan jaminan setiap para pihak untuk mematuhi

dan menghormati, maka asas kepastian hukum bagi para pihak dapat

terwujud dengan baik, sehingga tercipta pembangunan nasional yang adil

dan makmur bagi seluruh rakyat Indonesia.


Olahraga dapat memberikan dampak positif bagi yang sering

melakukannya. Salah satu dampak positifnya yaitu mendapatkan

kesehatan bagi tubuh baik secara jasmani maupun rohani. Olahraga di

Indonesia sangat beragam, salah satu yang menjadi fokus pembahasan

dalam penelitian ini yaitu mengenai olahraga sepakbola.

Sepakbola merupakan cabang olahraga yang banyak digemari oleh

masyarakat banyak di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sepakbola

adalah permainan beregu, oleh karena itu, kerjasama regu merupakan

3
Amrizal, Hukum Bisnis, Risalah Teori dan Praktik, Jakarta: Djambatan, 1999, hlm.
5.
4

tuntutan permainan sepakbola yang harus dipenuhi oleh setiap pemain

yang menginginkan kemenangan.4

Sebagian besar masyarakat dapat dengan mudah memahami

olahraga ini karena cabang olahraga ini memiliki karakteristik yang cukup

sederhana sehingga dapat dimainkan oleh semua kalangan. Mulai dari

anak-anak sampai orang dewasa, yang kaya sampai yang miskin, yang

berada di kota maupun yang berada di desa, bahkan tidak hanya

dimainkan oleh kaum laki-laki saja, melainkan pula kaum wanita pun

banyak yang dengan antusiasnya mengikuti cabang olahraga ini.

Dalam pelaksanaannya olahraga sepakbola di Indonesia

dilaksanakan oleh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia untuk

selanjutnya disebut sebagai “PSSI” yang berdasarkan Statuta Persatuan

Sepakbola Seluruh Indonesia edisi revisi 2011 Pasal 1 Ayat 5 merupakan

merupakan satu-satunya organisasi sepakbola nasional di wilayah

hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu PSSI

membuat suatu kompetisi yang mempertemukan tim–tim sepakbola

terbaik di Indonesia, dan dapat menjadi sebuah pembuktikan bagi setiap

pemain yang berlaga di kompetisi tersebut untuk menunjukkan

kemampuan bermain sepakbola.

Sepakbola saat ini mulai berkembang sebagai suatu industri.

Secara ekonomi, perputaran uang di dalam industri ini cukup besar. Hal

4
Soedjono, Sepakbola: Taktik dan Kerjasama, Yogyakarta: BP Kedaulatan
Rakyat, 1985, hlm. 16.
5

tersebut bisa terjadi karena terdapat beberapa sumber pendapatan yang

cukup besar dalam industri sepakbola, mulai dari hak penyiaran atas

pertandingan, biaya transfer pemain, sponsorship, gaji pemain, dan

pendapatan dari penjualan merchandise.5

Setiap pemain yang berbakat dan berprestasi dalam bermain bola

dapat menjadi olahragawan sepakbola. Dalam Pasal 1 Ayat 7 Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional

untuk selanjutnya disebut sebagai “UU Sistem Keolahragaan Nasional”

menegaskan bahwa Olahragawan adalah pengolahraga yang mengikuti

pelatihan secara teratur dan kejuaraan dengan penuh dedikasi untuk

mencapai prestasi. Olahraga prestasi dilaksanakan melalui proses

pembinaan dan pengembangan secara terencana, berjenjang, dan

berkelanjutan dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi

keolahragaan.

Pemain sepakbola yang berprestasi dapat menjadi pemain yang

profesional dan hal tersebut dapat dijadikan sebagai mata pencaharian.

Olahraga sepakbola yang telah dijadikan mata pencaharian, maka dalam

kegiatannya juga dipersamakan dengan orang yang bekerja.

Olahragawan yang bekerja pada klub sepak bola juga terikat dalam suatu

perjanjian yang mengatur antara pemain dan klub sepakbola.

5
Football industry, http://www.economywatch.com/world-industries/football/,
Diakses pada hari Rabu, 9 Maret 2016, Pukul 11.23 WIB.
6

Khusus mengenai perjanjian di dalam olahraga sepakbola,

Perjanjian tersebut merupakan perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh

dua pihak untuk saling mengikatkan diri berdasarkan kesepakatan tertulis

yang dituangkan ke dalam perjanjian kerja antara klub sepakbola dengan

pemain dan diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan mengenai perjanjian

yang ada di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata untuk

selanjutnya disebut sebagai “KUHPerdata”. Dalam Pasal 1338 Ayat (1)

KUHPerdata yang menegaskan bahwa semua perjanjian yang dibuat

secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya.

Dalam rangka mewujudkan asas kepastian hukum bagi para pihak

maka diperlukan suatu ikatan melalui perjanjian antara pemain dengan

klub sepakbola yang berisi mengenai hak dan kewajiban para pihak,

sanksi, larangan, jaminan kesehatan, jangka waktu perjanjian serta

klausul-klausul lainnya.

Pada tahun 2007, PSSI menggagas Liga Super Indonesia (LSI)

atau Indonesia Super League (ISL) untuk selanjutnya disebut sebagai

“ISL” adalah kompetisi sepakbola antar klub profesional level tertinggi di

Liga Indonesia. LSI diselenggarakan oleh PT Liga Indonesia yang dimiliki

oleh PSSI. ISL dikuti 18 tim terbaik yang akan saling bertanding satu

putaran penuh kompetisi 34 pertandingan, kandang dan tandang. Sistem

operasi untuk setiap klub peserta dengan promosi dan degradasi ke Divisi
7

Utama. Jadwal kompetisi tidak menentu dan disesuaikan dengan kondisi


6
atau suasana yang terjadi di Indonesia.

ISL pertama kali diselenggarakan pada tahun 2008. Kompetisi ini

dilaksanakan untuk mengikuti persyaratan The Federation Interntionali De

Football Association untuk selanjutnya disebut sebagai “FIFA”

menyatakan bahwa liga teratas dari suatu negara harus diikuti oleh paling

sedikit 18 klub dan setiap klub diharapkan merupakan klub profesional

tanpa dibantu dana subsidi Pemerintah yaitu diluar Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah (APBD). 7

Pada tahun 2015, klub sepakbola yang berlaga di kompetisi

Indonesia super League melakukan pemutusan perjanjian dengan para

pemainnya. Hal tersebut dilakukan akibat pembekuan PSSI yang

dilakukan oleh kementerian pemuda dan olahraga dengan mengeluarkan

surat keputusan yang menyatakan bahwa PSSI tidak boleh melakukan

kegiatan yang berkaitan dengan sepakbola dengan batas waktu yang

belum ditentukan.8

Pada pelaksanaannya timbul berbagai permasalahan-

permasalahan hukum yang dapat mengakibatkan kerugian bagi para

pihak khususnya para pemain yang sering merasa dirugikan karena

6
Liga Super Indonesia, https://id.wikipedia.org/wiki/Liga_Super_Indonesia,
diakses pada hari Kamis, tanggal 10 Maret 2016, Pukul 10.23 WIB.
7
Ibid.
8
Windi Wicaksono, Liputan 6 : Pagar digembok, kantor PSSI disegel,
http://bola.liputan6.com/read/2216129/pagar-digembok-kantor-pssi-disegel, diakses pada
hari Jumat, tanggal 27 November 2015, Pukul 14.45 WIB.
8

tindakan klub sepakbola yang memutuskan perjanjian secara sepihak

sebelum berakhirnya masa kerja perjanjian.

Akibatnya banyak pemain professional sepakbola Indonesia yang

telah melakukan perjanjian kerja dengan klub sepakbola peserta

Indonesia Super League tidak dapat dilanjutkan lagi sehingga banyak

pemain yang mengalami kerugian. Karena seharusnya pemain dapat

pemasukan atau gaji dari kompetisi Indoensia Super League serta

mengenai asuransi yang menjamin kesehatan bagi pemain sepakbola.

Pemain sepakbola ada kalanya mengalami cidera akibat

pertandingan maupun latihan bersama klubnya. Dalam perjanjian

kerjasama antara pemain dan klub peserta ISL terdapat klausula tentang

jaminan kesehatan sehingga diperlukan adanya asuransi.

Bencana terhadap pemain atau sering disebut cidera yang datang

dalam bermain sepakbola merupakan suatu hal yang belum pasti, tetapi

merupakan risiko yang harus ditanggung. Risiko selalu berkaitan dengan

ketidakpastian, termasuk di dalamnya ketidakpastian dimasa yang akan

datang, namun tidak salah apabila seseorang melakukan tindakan

berjaga-jaga untuk memperkecil risiko yang ditimbulkan dari peristiwa atau

cidera tersebut, bukan hanya melakukan proteksi atas tanggung jawab

risiko, salah satunya dengan cara asuransi.


9

Meskipun telah dibuat suatu perjanjian kerja antara klub

sepakbola dangan pemain sepak bola, tetapi pada kenyataannya

masih banyak sekali penyimpangan dalam dunia persepakbolaan

seperti yang telah dicontohkan di atas, terkadang jaminan kepastian

hukum pemain sepak bola masih kurang menguntungkan bagi

pemain sepak bola, berdasarkan perjanjian kerja pemain yang telah

dibuat dan juga seharusnya isi dari perjanjian kerja

mengakomodasikan kepentingan kedua belah pihak, jangan hanya

menguntungkan pihak klub sepakbola saja.

Penulisan hukum di bidang Kenotariatan sudah pernah dilakukan

oleh beberapa Mahasiswa Proram Studi Magister Kenotariatan

Universitas Padjadjaran yaitu Indra Prayitno (NPM : 110620080050)

dengan judul penulisan Penggunaan Akta Otentik di dalam Perjanjian

Olahraga Sepakbola Sebagai Alternatif Perlindungan Hukum Terhadap

Atlet Yang Dirugikan.

Perbedaan terdapat antara penulisan-penulisan di atas terhadap

penulisan yang dilakukan oleh peneliti. Perbedaan penulisan-penulisan di

atas dalam bidang Hukum Perjanjian yang berkaitan dengan perjanjian

sama-sama terletak pada objek penulisannya. Objek penulisan yang

disebutkan di atas yaitu hanya terfokus kepada penggunaan akta otentik

sebagai alternatif perlindungan hukum terhadap atlet yang dirugikan,

sehingga objek penulisan yang dilakukan oleh peneliti berbeda dengan

penulisan yang dilakukan oleh penulis sebelumnya. Dengan demikian


10

judul usulan penelitian ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk

yang sama, sehingga keaslian usulan penelitian ini dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut di atas mendorong

peneliti untuk menganalisis permasalahan tersebut yang diwujudkan

dalam bentuk penulisan hukum yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP PEMAIN SEPAKBOLA AKIBAT PEMUTUSAN

PERJANJIAN SECARA SEPIHAK OLEH KLUB SEPAKBOLA PESERTA

INDONESIA SUPER LEAGUE DITINJAU DARI KITAB UNDANG-

UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM ASURANSI.”

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian di atas, Peneliti membatasi permasalahan dengan

mengidentifikasikannya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perlindungan hukum yang dapat dilakukan

pemain sepakbola yang mendapatkan pemutusan perjanjian

secara sepihak oleh klub sepakbola peserta Indonesia super

League ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata?

2. Bagaimanakah implementasi asuransi dalam perjanjian

pemain antara klub sepakbola dengan pemain sepakbola

terhadap pemutusan perjanjian secara sepihak oleh klub

sepakbola peserta Indonesia super League ditinjau dari

Hukum Asuransi?
11

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan oleh

penulis, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menentukan pelaksanaan hak dari pemain terhadap

pemutusan perjanjian secara sepihak oleh klub sepakbola

peserta Indonesia Super League .

2. Untuk memberikan gambaran atas praktik asuransi dalam

memberikan jaminan kesehata bagi pemain sepakbola di

Indonesia yang mengikuti kompetisi Indonesia Super

League.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

memberikan kegunaan, antara lain sebagai berikut :

1. Secara teoretis :

a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

terhadap pengembangan ilmu hukum pada umumnya

serta hukum perjanjian dan hukum asuransi pada

khususnya, terutama dalam kaitannya dengan

perlindungan hukum bagi pemain sepakbola di

Indonesia.
12

b. Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dalam kegiatan

akademik dan non akademik.

2. Secara Praktis :

a. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat,

terutama pemain sepakbola di Indonesia, Klub

sepakbola peserta ISL sebagai pihak yang

memberikan perjanjian kerja kepada pemain

sepakbola untuk membela klub tersebut di kompetisi

ISL.

b. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah,

khususnya Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia

sebagai badan liga Indonesia yang

menyelenggarakan kompetisi ISL.

E. Kerangka Pemikiran

Pembangunan nasional yang dilaksanakan di Indonesia

berlandaskan pada UUD 1945. Dalam Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945

disebutkan bahwa Indonesia adalah negara hukum, maka dengan

demikian negara Indonesia menganut asas kepastian hukum. Salah satu

aspek dalam pembangunan nasional adalah pembangunan di bidang

hukum. Pembangunan di bidang hukum ini harus menjamin terwujudnya

ketertiban dalam masyarakat atau negara, karena ketertiban adalah tujuan


13

pokok dan pertama dari segala hukum, karena ketertiban ini pula sebagai

syarat fundamental bagi adanya suatu masyarakat manusia yang teratur. 9

Fungsi hukum dalam bidang perekonomian adalah sebagai sarana

untuk melakukan pemerataan, mewujudkan cita-cita keadilan sosial.

Hukum sebagai alat pembaharuan masyarakat dalam mengatur dan

menata kehidupan bermasyarakat diharapkan mampu mempercepat

proses pembangunan. Pembangunan di bidang olahraga hanya dapat

terselenggara dengan lancar serta melindungi hak-hak dan kepentingan-

kepentingan warga negara terhadap kepentingan-kepentingan yang hakiki

apabila dilaksanakan atas dasar tertib hukum dan dapat dijamin kepastian

hukumnya.

Dalam bidang olahraga dengan adanya perangkat hukum yang

mengatur hak-hak dan kewajiban para pihak dalam menjalankan

profesinya, serta adanya jaminan bahwa perangkat hukum tersebut benar-

benar dihormati dan dipatuhi, maka asas kepastian hukum bagi para pihak

dapat diwujudkan sehingga pembangunan nasional yang bertujuan

menciptakan keadilan dan kemakmuran bagi rakyatnya dapat tercapai.

Salah satu pranata hukum yang dapat dijadikan sarana untuk

mencapai tujuan hukum tersebut di atas adalah pranata hukum yang

mengatur mengenai perjanjian. Perjanjian menurut Pasal 1313

KUHPerdata adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Menurut Subekti
9
Mochtar Kusumaatmadja, Loc.Cit.
14

bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada

orang lain atau di mana 2 (dua) orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan sesuatu hal.10 Peristiwa itu merupakan perikatan yaitu

hubungan antara kedua orang tersebut sehingga dikatakan bahwa

perjanjian menerbitkan dan menimbulkan suatu perikatan antara dua

orang yang membuatnya. Tindakan atau perbuatan hukum menimbulkan

hubungan hukum perjanjian sehingga terhadap satu pihak diberi oleh

pihak yang lain untuk memperoleh prestasi, sedangkan pihak yang lain itu

melaksanakan prestasinya.

Pasal 1338 KUHPerdata menganut asas kebebasan berkontrak

yaitu setiap orang bebas untuk mengadakan dan menentukan isi

perjanjian, asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum diluar apa yang tidak diatur

oleh KUHPerdata.

Dalam perjanjian kerja agar memenuhi sahnya suatu perjanjian

maka harus dipenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian berdasarkan

ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, bahwa untuk sahnya suatu perjanjian

diperlukan empat syarat:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.


2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal

10
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Pembimbing Masa, 2003. hlm 1.
15

Sepakat dalam ketentuan pasal tersebut bukan hanya mencakup

pengertian sepakat untuk mengikatkan diri, tetapi juga sepakat untuk

mendapatkan prestasi.11 Kata sepakat tersebut dianggap sah apabila

subjek hukum berwenang berdasarkan Undang-Undang untuk

melakukannya. Siapa yang dapat dan boleh bertindak dan mengikatkan

diri adalah setiap orang yang cakap bertindak (handelingsbekwaam) dan

mampu melakukan suatu tindakan yang konsekuensi hukum. 12

Asas Kebebasan Berkontrak memberikan hak pada setiap orang

untuk dapat mengadakan berbagai kesepakatan sesuai dengan kehendak

dan persyaratan yang disepakati kedua belah pihak, dengan syarat-syarat

subjektif dan objektif tentang sahnya suatu perjanjian tetap dipenuhi

(Pasal 1320 KUH Perdata).13

Selain asas kebebasan berkontrak tersebut, terdapat beberapa

asas lainnya yang berlaku dalam suatu perjanjian, asas-asas tersebut

antara lain:14

1. Asas Konsensuil, yaitu bahwa pada

dasarnya suatu perjanjian sudah mengikat pada saat tercapainya

kesepakatan, kecuali hukum/undang-undang menentukan lain.

11
Herlin Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di bidang
Kenotariatan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2009, hlm. 73.
12
Herlin Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia,
Bandung :PT. Citra Aditya Bakti, 2006, hlm. 110.
13
A.Z. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen-Suatu Pengantar, Jakarta:
Daya Widya, 1999, hlm. 46.
14
Mariam Darus Badrulzaman, Kitab Undang-undang Hukum Perdata Buku III
Tentang Hukum Perikatan Dan Penjelasannya, Bandung: Alumni, 1983, hlm. 26.
16

Asas ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari ketentuan Pasal

1320 KUHPerdata juncto Pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata.


2. Asas Kekuatan Mengikat (Pacta Sun

Servanda), yaitu asas yang mengatakan bahwa berlakunya suatu

perjanjian yang sah dibuat oleh para pihak mempunyai kekuatan

mengikat yang sama dengan undang-undnag bagi mereka yang

membuatnya (Pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata).


3. Asas itikad baik, yang mengatakan

bahwa suatu perjanjian harus didasarkan dengan itikad baik (Pasal

1338 Ayat (3) KUHPerdata).


4. Asas keseimbangan sebagai asas

etikal, yaitu asas yang menyatakan bahwa janji antara parap pihak

hanya akan dianggap mengikat sepanjang dilandasi pada asas

adanya keseimbangan hubungan antara kepentingan perorangan

dan kepentingan umum atau adanya keseimbangan kepentingan

kedua belah pihak sebagaimana masing-masing pihak

mengharapkan.

Asas-asas sebagaimana yang diuraikan di atas, memberikan

penegasan bahwa di dalam suatu perjanjian terdapat suatu kekuatan

mengikat bagi siapapun yang membuatnya. Kekuatan mengikatnya suatu

perjanjian bermakna bahwa perjanjian tersebut mengikat bagi para pihak

yang membuatnya untuk memenuhi kewajiban dan mendapatkan haknya

sesuai dengan apa yang telah disepakati di dalam perjanjian tersebut,

namun apabila kewajiban dan haknya tidak dipenuhi maka perbuatan


17

tersebut merupakan suatu tindakan pengingkaran terhadap isi perjanjian,

atau yang lebih dikenal dengan wanprestasi.

Konsekuensi yuridis dari tindakan wanprestasi adalah timbulnya hak

dari pihak yang dirugikan dalam perjanjian untuk menuntut ganti kerugian

dari pihak yang telah merugikannya, yaitu pihak yang telah melakukan

wanprestasi, menurut Pasal 1246 KUHPerdata, tuntutan yang dapat

diajukan yaitu:

1. Kerugian yang nyata-nyata diderita.

2. Keuntungan yang seharusnya diperoleh.

Pengecualian terhadap tindakan wanprestasi dapat diberlakukan

apabila terjadi keadaan memaksa (force majeur) yang sebelumnya telah

ditentukan di dalam klausul perjanjian tersebut. Keadaan memaksa adalah

suatu keadaan dimana pihak debitur dalam suatu perjanjian terhalang

untuk melaksanakan prestasinya karena keadaan atau peristiwa yang

tidak terduga pada saat dibuatnya perjanjian tersebut, keadaan atau

peristiwa yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur,

sementara debitur tersebut tidak dalam keadaan beritikad buruk atau

bahwa peristiwa yang menyebabkan terjadinya keadaan memaksa

tersebut tidak termasuk dalam asumsi dasar (basic assumption) dari para

pihak sewaktu membuat perjanjian tersebut karena sekiranya peristiwa

tersebut pada saat dibuatnya perjanjian sudah dapat diduga akan terjadi,

maka hal tersebut seyogyanya sudah dinegosiasikan antara para pihak

dalam perjanjian yang bersangkutan, contoh dari peristiwa yang


18

menyebabkan terjadinya keadaan memaksa antara lain: banjir, angin

puting beliung, gempa, munculnya peraturan baru yang melarang

pelaksanaan prestasi dari perjanjian.

Secara garis besar, suatu force majeur dari perjanjian terdiri dari:15

1. force majeur karena sebab-sebab yang tidak terduga.


2. force majeur karena keadaan memaksa.
3. force majeur karena perbuatan tersebut dilarang.

apabila force majeur terjadi terhadap suatu perjanjian, sehingga salah

satu atau kedua pihak tidak dapat atau terhalang untuk melaksanakan

prestasinya, maka para pihak dibebaskan untuk melaksanakan prestasi

dan tidak ada satu pihak pun yang dapat meminta ganti rugi karena tidak

dilaksanakannya perjanjian yang bersangkutan.

Perjanjian kerjasama di bidang olahraga sepakbola merupakan

perjanjian baku yang klausul-klausul di dalamnya telah ditentukan

berdasarkan ketentuan serta regulasi dari PSSI yang kemudian diadopsi

oleh klub sepakbola peserta ISL, untuk selanjutnya diterapkan kepada

seluruh pemain sepakbola yang hendak membuat suatu perjanjian antara

keduanya dengan memenuhi ketentuan syarat sahnya perjanjian di dalam

Pasal 1320 KUHPerdata serta menuangkannya dalam bentuk tertulis

walaupun haknya dibawah tangan. Subjek dalam perjanjian tersebut

adalah para pihak yaitu pihak pertama yang merupakan suatu organisasi

atau klub-klub yang berbadan hukum yang bergerak dibidang olahraga

sepakbola profesional, serta pihak kedua adalah Subjek hukum

15
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti, 2005.
hlm. 18.
19

perorangan yaitu pemain sepakbola. Perjanjian yang dibuat tersebut diatur

berdasarkan ketentuan-ketentuan mengenai perjanjian.

Setiap perjanjian dapat yang dibuat selama tidak bertentangan

dengan ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, perjanjian tersebut berlaku

sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Berlaku

sebagai undang-undang memiliki arti bahwa perjanjian tersebut memiliki

kekuatan mengikat berdasarkan asas Pacta Sun Servanda. Kekuatan

mengikatnya suatu perjanjian bermakna bahwa perjanjian tersebut

mengikat bagi para pihak yang membuatnya untuk memenuhi kewajiban

dan mendapatkan haknya sesuai dengan apa yang telah disepakati di

dalam perjanjian tersebut. Berdasarkan ketentuan Pasal 1233

KUHPerdata menegaskan bahwa perikatan lahir karena suatu persetujuan

atau karena undang-undang.

Perjanjian antara pemain sepakbola dengan klub sepabola peserta

ISL merupakan perjanjian baku yang klausul-klausul di dalamnya telah

ditentukan berdasarkan ketentuan Komite Persepakbolaan Internasional

yang diadopsi oleh PSSI untuk selanjutnya diterapkan kepada seluruh

klub sepakbola dan pemain sepakbola yang hendak membuat suatu

perjanjian antara keduanya dengan memenuhi ketentuan syarat sahnya

perjanjian di dalam Pasal 1320 KUHPerdata serta menuangkannya dalam

bentuk tertulis walaupun hanya dibawah tangan. Subjek dalam perjanjian

tersebut adalah para pihak yaitu pihak pertama yang merupakan suatu

organisasi atau perkumpulkan sepakbola yang kini berubah menjadi


20

Perseroan Terbatas (PT) berbadan hukum yang bergerak dibidang

olahraga profesional, serta pihak kedua adalah subjek hukum perorangan

yaitu pemain sepakbola profesional, adapun pihak-pihak yang terkait

lainnya adalah Agen Pemain, Badan Liga Indonesia sebagai regulator

pemerintah dibidang olahraga yang kini berubah menjadi Badan Hukum

PT. Liga Indonesia untuk selanjutnya disebut sebagai “PT.LI”, dan PSSI.

Dalam perjanjian antara pemain sepakbola dengan klub sepabola

peserta ISL terdapat klausula mengenai asuransi. Asuransi atau

pertanggungan menurut ketentuan Pasal 246 KUHD merupakan

perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada

tertanggung dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian

kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang

mungkin dideritanya akibat dari suatu evenemen.

Memperhatikan ketentuan Pasal 246 KUHD, ketentuan hukum

perjanjian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa unsur asuransi yaitu:

1. merupakan suatu perjanjian


2. adanya premi
3. adanya kewajiban mengganti kerugian
4. adanya suatu peristiwa yang belum pasti terjadi.

Objek asuransi itu sendiri adalah berupa benda, hak atau

kepentingan yang melekat pada benda dan sejumlah uang yang disebut

premi atau ganti kerugian. Melalui objek asuransi ini, ada tujuan yang

hendak dicapai oleh pihak-pihak. Penanggung bertujuan untuk

memperoleh pembayaran sejumlah premi berupa imbalan pengalihan


21

risiko tertanggung bertujuan bebas risiko dan memperoleh penggantian

jika timbul penggantian dari harta miliknya. Dengan kata lain, asuransi

adalah salah satu bentuk pengendalian risiko yang dilakukan dengan cara

mengalihkan atau transfer risiko dari satu pihak ke pihak lain yaitu dalam

hal ini adalah perusahaan asuransi.

Disamping sebagai bentuk pengendalian risiko, asuransi juga memiliki

mamfaat diantaranya sebagai:

1. Pengalihan Risiko

2. Penghimpunan Dana

3. Premi Seimbang.

Hubungan antara risiko dan asuransi ini merupakan hubungan

yang erat satu dengan yang lainnya. Pengertian risiko diberi suatu

batasan sebagai kemungkinan terjadinya suatu kerugian atau batalnya

seluruh atau sebagian dari suatu keuntungan yang semula diharapkan

karena suatu kejadian di luar kuasa manusia, kesalahan sendiri atau

perbuatan manusia lain.16

Guna mengurangi suatu risiko yang akan timbul, khususnya

kerugian secara keuangan, maka ada cara untuk mengatasi risiko

tersebut, antara lain berupa17:

1. Menerima (Retention)

16
Gunarto, Asuransi Kebakaran Indonesia, Jakarta: Tirta Pustaka, 1984, hlm. 11.
17
Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat
Berharga, Bandung: PT. Alumni, 2003, hlm. 7.
22

Apabila kerugian yang mungkin tidak terlalu berdasar jika

dibandingkan dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk

melakukan pencegahannya, oleh yang bersangkutan diputuskan

untuk diterima saja resiko yang mungkin timbul tersebut. Demikian

pula apabila keuntungan yang diperoleh diperkirakan akan terjadi

lebih besar daripada kerugian yang mungkin terjadi.

2. Menghindari (avoidance)

Dengan menghindari risiko, berarti yang bersangkutan menjauhkan

diri dari perbuatan atau peristiwa yang dapat menimbulkan risiko

baginya.

3. Mencegah (Prevention)

Mencegah adalah melakukan beberapa usaha sehingga akibat

yang tidak diharapkan, yang mungkin timbul, dapat diatasi atau

dihindari.

4. Mengalihkan atau membagi (transfer of distribution)

Dengan cara ini ada kemungkinan pihak ketiga yang bersedia

menerima risiko yang mungkin ada diderita orang lain. Usaha ini

dilakukan dengan melalui perjanjian asuransi dengan penanggung,

sehingga pihak terakhir ini akan memberikan ganti kerugian atau

sejumlah uang apabila dimaksud menjadi kenyataan.

Di dalam perjanjian asuransi yang pada umunya juga tedapat

didalam perjanjian-perjanjian lainnya harus memenuhi 5 unsur yang pada


23

hakikatnya selalu terkandung pada setiap jenis perjanjian termasuk

perjanjian asuransi yaitu:18

1. Perjanjian selalu menciptakan hubungan hukum.

2. Perjanjian menunjukkan adanya kemampuan atau kewenangan.

3. Perjanjian mempunyai atau berisikan suatu tujuan, bahwa pihak

yang satu akan memperoleh dari pihak yang lain suatu prestasi

suatu prestasi yang mungkin memberikan sesuatu, melakukan

sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

4. Dalam setiap perjanjian, kreditur berhak atas prestasi dari debitur,

yang dengan sukarela akan memenuhinya.

5. Bahwa dalam setiap perjanjian debitur wajib dan bertanggungjawab

melakukan prestasinya sesuai dengan isi perjanjian.

Mengingat sangat penting perjanjian asuransi sesuai dengan

tujuannya, yaitu sebagai suatu perjanjian yang memberikan proteksi,

maka perjanjian ini sebenarnya menawarkan suatu kepastian mengenai

kerugian-kerugian ekonomis yang mungkin diderita karena suatu peristiwa

yang belum pasti.

Pada dasarnya hukum asuransi berisikan ketentuan-ketentuan

yang berkaitan dengan hak dan kewajiban para pihak sebagai akibat dari

perjanjian pengalihan dan pembagian risiko yang diadakan oleh yang

18
Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta: Sinar
Grafika,2008, hlm. 82.
24

bersangkutan, maka hukum asuransi pada pokoknya merupakan objek

perdata.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanggung jawab

adalah kewajiban menanggung segala sesuatunya bila terjadi apa-apa

boleh dituntut, dipersalahkan, dan diperkarakan. Dalam kamus hukum,

tanggung jawab adalah suatu keseharusan bagi seseorang untuk

melaksanakan apa yang telah diwajibkan kepadanya. 19 Menurut hukum

tanggung jawab adalah suatu akibat atas konsekuensi kebebasan

seorang tentang perbuatannya yang berkaitan dengan etika atau moral

dalam melakukan suatu perbuatan. 20 Selanjutnya menurut Titik Triwulan

pertanggungjawaban harus mempunyai dasar, yaitu hal yang

menyebabkan timbulnya hak hukum bagi seorang untuk menuntut orang

lain sekaligus berupa hal yang melahirkan kewajiban hukum orang lain

untuk memberi pertanggungjawabannya.21

Hukum perdata dasar pertanggungjawaban dibagi menjadi dua

macam, yaitu kesalahan dan risiko. Dengan demikian dikenal dengan

pertanggungjawaban atas dasar kesalahan (lilability without based on

fault) dan pertanggungjawaban tanpa kesalahan yang dikenal (lilability

without fault) yang dikenal dengan tanggung jawab risiko atau tanggung

jawab mutlak (strick lilabiliy).22 Prinsip dasar pertanggung jawaban atas

19
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, 2005.
20
Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta,
2010, hlm. 41.
21
Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum Bagi Pasien, Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2010, hlm. 48.
22
Ibid, hlm. 48.
25

dasar kesalahan mengandung arti bahwa seseorang harus bertanggung

jawab karena telah melakukan kesalahan karena merugikan orang lain.

Sebaliknya prinsip tanggung jawab risiko adalah bahwa konsumen

penggugat tidak diwajibkan lagi melainkan produsen tergugat langsung

bertanggung jawab sebagai risiko usahanya.

Menurut Abdulkadir Muhammad teori tanggung jawab dalam

perbuatan melanggar hukum (tort liability) dibagi menjadi beberapa teori,

yaitu :23

1. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang

dilakukan dengan sengaja (intertional tort liability), tergugat harus

sudah melakukan perbuatan sedemikian rupa sehingga merugikan

penggugat atau mengetahui bahwa apa yang dilakukan tergugat

akan mengakibatkan kerugian.


2. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang

dilakukan karena kelalaian (negligence tort lilability), didasarkan

pada konsep kesalahan (concept of fault) yang berkaitan dengan

moral dan hukum yang sudah bercampur-campur (interminglend).


3. Tanggung jawab mutlak akibat perbuatan melanggar hukum tanpa

mempersoalkan kesalahan (stirck liability), didasarkan pada

perbuatannya baik secara sengaja maupun tidak sengaja, artinya

meskipun bukan kesalahannya tetap bertanggung jawab atas

kerugian yang timbul akibat perbuatannya.

F. Metode Penelitian
23
Muhammad Abdulkadir, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung:Citra Aditya
Bakti, 2010, hlm. 503.
26

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan tesis ini

adalah :

1. Metode Pendekatan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan

yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif merupakan studi

dokumen, yakni menggunakan sumber-sumber data sekunder saja

yang berupa peraturan-peraturan, perundang-undangan

keputusan-keputusan pengadilan, teori-teori hukum, dan pendapat-

pendapat para sarjana hukum terkemuka.24

Menurut Abdulkadir Muhammad, penelitian yuridis normatif

adalah:25

“. . . penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai


aspek, yaitu aspek teori, sejarah, filosofi, perbandingan, struktur
dan komposisi, lingkup dan materi, konsistensi, penjelasan umum
dan pasal demi pasal, formalitas dan kekuatan mengikat suatu
undang-undang, serta bahasa hukum yang digunakan, tetapi tidak
mengkaji aspek terapan atau implementasinya”.

Dengan demikian, pendekatan yang digunakan adalah dengan

menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute

approach). Pendekatan ini dilakukan dengan menganalisa

pengaturan yang berkenaan dengan perjanjian kerjasama,

terutama mengenai pemutusan perjanjian secara sepihak, serta

pengaturan dalam hukum asuransi, terutama mengenai jaminan

kesehatan bagi pemain sepakbola di Indonesia.

24
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Cetakan Pertama,
Jakarta: Granit, 2004, hlm. 92.
25
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Cetakan Kesatu,
Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004, hlm. 101-102.
27

2. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif analisis yang

merupakan pemaparan ketentuan-ketentuan mengenai klasifikasi

saham dan asas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian,

serta bagaimana penerapan asas kebebasan berkontrak dalam

menetapkan klasifikasi saham dalam praktik.

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif

analisis yang merupakan pemaparan ketentuan-ketentuan

mengenai pemutusan kontrak secara sepihak dalam hukum

perjanjian, serta bagaimana penerapan asuransi dalam pemutusan

kontrak secara sepihak.

3. Tahap Penelitian

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder

dan data primer yang diperoleh dengan cara sebagai berikut:

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yang

merupakan metode pengumpulan dan pengkajian

data sekunder. Data sekunder yaitu data yang telah

tersaji dan telah diolah terdiri dari: 26

1) Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan objek penelitian

antara lain :

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.


26
Ibid, hlm. 67.
28

b. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992

tentang Usaha Perasuransian.

2) Bahan hukum sekunder yaitu dokumen-dokumen

hukum serta buku-buku (literature) hukum,

pendapat para ahli hukum, buku-buku penelitian

(litbang) hukum, hasil-hasil karya ilmiah dan hasil

peneilitian para sarjana hukum.

3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan hukum

lain yang menjelaskan lebih lanjut bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder seperti

tambahan berita negara, surat kabar, majalah,

tabloid, jurnal-jurnal hukum, internet, kamus dan

lain sebagainya.

b. Penelitian Lapangan (Field Research) merupakan

metode pengumpulan data dengan cara wawancara

dengan pihak dan instansi terkait. Metode ini

bertujuan untuk menganalisis dan merefleksikan data

primer yang diperoleh langsung dari lapangan untuk

menunjang data sekunder.

4. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian dikumpulkan dengan teknik sebagai berikut:

a. Studi Dokumen
29

Studi dokumen ini dilakukan terhadap data sekunder untuk

mendapatkan landasan teoretis, berupa hukum positif, pendapat-

pendapat atau tulisan para ahli atau pihak lain berupa informasi

baik dalam bentuk formal maupun melalui naskah resmi.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan melalui tanya jawab dengan narasumber,

diantaranya:

1. Wawancara dengan klub sepakbola peserta ISL.

2. Wawancara dengan perusahaan asuransi.

5. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis yuridis kualitatif yang merupakan penelitian yang bertitik

tolak dari peraturan perundang-undangan sebagai norma hukum

positif dan data yang diperoleh, kemudian dianalisis secara

kualitatif yang merupakan analaisis yang bersifat yuridis dengan

tidak menggunakan rumus matematis.

6. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka

penelitian ini akan dilakukan di Bandung dan Jakarta. Adapun

lokasi penelitian ini dilakukan di:

a. Data sekunder diperoleh antara lain di:


30

1. Perpustakaan Fakultas Hukum Program Magister

Kenotariatan Universitas Padjadjaran, Jalan Cimandiri

Nomor 2, Bandung.

2. Perpustakaan Mochtar Kusumaatmadja Fakultas Hukum

Universitas Padjadjaran, Jalan Dipati Ukur Nomor 35,

Bandung.

3. Perpustakaan Pusat Universitas Padjadjaran Bandung

(Center of Information Scientific Resources and Library),

Jalan Dipati Ukur Nomor 46, Bandung.

4. Perum Percetakan Negara Republik Indonesia, Jalan

Percetakan Negara No. 21, Jakarta.

b. Penelitian lapangan dilakukan di:

1. Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia, Jalan H.R. Rasuna Said Kav. 6-7,

Jakarta.

2. Kantor Praktisi Hukum,

seperti Notaris dan Konsultan Hukum.

3. Kantor Perseroan

Terbatas.

G. Sistematika Penulisan

Guna memudahkan dalam mencapai maksud dan tujuan penelitian

ini, maka sistematika penulisan dalam peneltian ini yaitu :


31

BAB I PENDAHULUAN

Berupa pendahuluan yang menguraikan mengenai latar

belakang dari penelitian ini kemudian mengurai permasalahan

lebih spesifik dengan identifikasi masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II BEBERAPA ASPEK TENTANG HUKUM PERJANJIAN

MENURUT KUHPERDATA DAN HUKUM ASURANSI

Membahas mengenai aspek yang terdapat dalam perjanjian

yang merupakan sumber dari perikatan. Serta aspek asuransi

sebagai pengalihan dan pembagian risiko.

BAB III PELAKSANAAN PEMUTUSAN PERJANJIAN SECARA

SEPIHAK ANTARA PEMAIN SEPAKBOLA DENGAN KLUB

SEPAKBOLA PESERTA INDONESIA SUPER LEAGUE

Bab ini membahas mengenai dari proses perjanjian, kendala-

kendala yang dihadapi serta kasus yang terdapat dalam

perjanjian kerja antara pemain sepakbola dengan klub sepakbola

peserta Indonesia Super League.

BAB IV ANALISIS TENTANG HAK PEMAIN SEPAKBOLA AKIBAT

PEMUTUSAN PERJANJIAN SECARA SEPIHAK OLEH KLUB

SEPAKBOLA PESERTA INDONESIA SUPER LEAGUE


32

DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

DAN HUKUM ASURANSI

Bab ini membahas mengenai analisis dari identifikasi masalah

yang dibahas dari penelitian ini yang meliputi Bagaimanakah

perlindungan hukum yang dapat dilakukan pemain sepakbola

yang mendapatkan pemutusan perjanjian secara sepihak oleh

klub sepakbola peserta Indonesia super League ditinjau dari

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, serta implementasi

asuransi dalam perjanjian pemain antara klub sepakbola dengan

pemain sepakbola terhadap pemutusan perjanjian secara

sepihak oleh klub sepakbola peserta Indonesia super League

ditinjau dari Hukum Asuransi.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi simpulan dari masalah yang dibahas dan saran-

saran dari penulis berkaitan dengan masalah, yang terdiri dari

kesimpulan dan saran


33

DAFTAR PUSTAKA

Amrizal, hukum bisnis, risalah teori dan praktik, Djambatan, Jakarta, 1999.

Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, 2005.

A.Z. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen-Suatu Pengatar, Daya


Widya, Jakarta, 1999.

Gunarto, Asuransi Kebakaran Indonesia, Tirta Pustaka, Jakarta, 1984.

Herlin Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia,


PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006.

----------------------, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di


bidang Kenotariatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009.

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penulisan Hukum Normatif,


Bayumedia Publishing, Malang, 2005.

Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat


Berharga, PT. Alumni, Bandung, 2003.

Mariam Darus Badrulzaman, Kita Undang-undang Hukum Perdata Buku


III Tentang Hukum Perikatan Dan Penjelasannya, Alumni, Bandung,
1983.

Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam


Pembangunan Nasional, Bina cipta, Bandung, 1986.
34

Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, Gaya Media Pratama,
Jakarta, 2000.

Muhammad Abdulkadir, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti,


2010.

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung,
2005.

Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Cetakan Pertama,


Granit, Jakarta, 2004.

Soedjono, Sepakbola: Taktik dan Kerjasama, BP Kedaulatan Rakyat,


Yogyakarta, 1985.

Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,


2010.

Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar


Grafika, Jakarta, 2008.

Subekti, Hukum Perjanjian, Pembimbing Masa, Jakarta, 2003.

Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum Bagi Pasien,


Prestasi Pustaka, Jakarta, 2010.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Kitab undang-undang Hukum Dagang

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan


Nasional

Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Asuransi

Sumber Pustaka Lain


35

Liga Super Indonesia, https://id.wikipedia.org/wiki/Liga_Super_Indonesia.

Football industry, http://www.economywatch.com/world-industries/football/.

Windi Wicaksono, Liputan 6 : Pagar digembok, kantor PSSI disegel,


http://bola.liputan6.com/read/2216129/pagar-digembok-kantor-pssi-
disegel.

You might also like