You are on page 1of 25

BAB 1

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Alkana termasuk dalam hidrokarbon jenuh (asiklik). Jenis alkana yang paling
sederhana adalah metana. Alkana tidak larut dalam air dan senyawa ini berbentuk
cairan yang lebih ringan dari air, karena itu alkana terapung di atas air. Hal ini
disebabkan karena alkana yang bersifat non polar.
Alkana mempunyai titik didih yang rendah dibandingkan dengan senyawa
organik lainnya dengan berat molekul yang sama. Hal ini disebabkan karena daya tarik
menarik diantara molekul non polar, lemah, sehingga proses pemisahan molekul satu
dengan yang lainnya (sama dengan proses perubahan dari fase cair ke fase gas) relatif
memerlukan sedikit energi.
Alkena merupakan suatu senyawa hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih
ikatan rangkap dua atom karbon. Alkana mempunyai ikatan sigma dan ikatan pi antara
dua atom karbon yang berhadapan. Akena sering disebut juga olefin dan dikatakan
hidrokarbon tidak jenuh karena tidak mempunyai jumlah maksimum atom yang dapat
di tampung oleh tiap atom karbon.
Ikatan rangkap karbon-karbon merupakan gugus fungsional yang banyak
terdapat dalam produk-produk alam dan pada umumnya ikatan rangkap ini akan
bergabung dengan gugus fungsional yang lain. Selain itu alkena juga banyak
ditemukan dalam komponen-komponen minyak bumi.
Alkena mempunyai sifat non polar , larut dalam air sebab mempunyai ikatan
pi, dan mudah larut dalam lemak dan minyak. Alkena dapat dibuat melalui berbagai
reaksi senyawa-senyawa seperti reaksi alkil halida, dehalogenasi vicinil dihalida, reaksi
wittig (reaksi dengan ilid phosponium), dehidrasi alkohol, dan hidrogenasi alkuna.

Alkena merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang mempunyai ikatan


rangkap dua. Alkana dan alkena dapat dibedakan dengan berbagai macam reagen atau
pereaksi, diantaranya dengan pereaksi baeyer, yang mengandung KMnO4 . kedua
golongan senyawa ini juga dapat dibedakan bila direaksikan dengan air brom (Br2).
Ada beberapa cara kimia lain yang juga dapat digunakan untuk membedakan kedua
golongan senyawa ini
RUMUSAN MASALAH

TUJUAN
BAB 2
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN ALKANA

Alkana (juga disebut dengan parafin) adalah senyawa kimia hidrokarbon


jenuh asiklis. Alkana termasuk senyawa alifatik (http://id.wikipedia.org/wiki/Alkana,
21 September 2013 ), Alkana merupakan senyawa hidrokarbon alifatik jenuh, yaitu
hidrokarbon dengan rantai terbuka dan semua ikatan karbonnya merupakan ikatan
tunggal. Senyawa alkana mempunyai rumus : CnH2n + 2 (JamesE. Brady), Alkana
adalah rantai karbon yang memiliki ikatan tunggal (jenuh),
(http://khayasar.wordpress.com/2012/10/28/alkana-rumus-umum-alkana-cnh2n-2-r-
alkil-cnh2n-1/
Dengan kata lain, alkana adalah sebuah rantai karbon panjang dengan ikatan-
ikatan tunggal. Rumus umum untuk alkana adalah CnH2n+2. Alkana yang paling
sederhana adalah metana dengan rumus CH4. Tidak ada batasan berapa karbon yang
dapat terikat bersama. Beberapa jenis minyak dan wax adalah contoh alkana dengan
atom jumlah atom karbon yang besar, bisa lebih dari 10 atom karbon.
Setiap atom karbon mempunyai 4 ikatan (baik ikatan C-H atau ikatan C-C),
dan setiap atom hidrogen mesti berikatan dengan atom karbon (ikatan H-C). Sebuah
kumpulan dari atom karbon yang terangkai disebut juga dengan rumus kerangka.
Secara umum, jumlah atom karbon digunakan untuk mengukur berapa besar ukuran
alkana tersebut (contohnya: C2-alkana). Gugus alkil, biasanya disingkat dengan
simbol R, adalah gugus fungsional, yang seperti alkana, terdiri dari ikatan karbon
tunggal dan atom hidrogen, contohnya adalah metil atau gugus etil.
Alkana

1. Alkana disebut juga senyawa hidrokarbon jenuh (senyawa parafin). Semua


valensi C telah terisi (jenuh) dengan H.
2. Hidrokarbon jenuh tidak punya gugus fungsional, sifat kimia tidak khas
dibandingkan dengan senyawa organik yg punya gugus fungsi.
3. Hidrokarbon jenuh memberi kerangka karbon bagi senyawa organik yang
punya gugus fungsi.
4. Susunan molekulnya hanya terdiri atas atom C dan H.
5. Golongan senyawa ini sangat sukar bereaksi dengan zat lain sehingga affinitas
(daya tarik menarik gabungan) kecil.

Alkana Rantai Lurus

Rumus umum alkana adalah CnH2n+2 dimana n adalah jumlah atom karbon
pada molekul alkana. Ada dua buah cara untuk menulis rumus struktur. Sebagai
contoh, buatana dapat dituliskan sebagai CH3CH2CH2CH3 atau CH3(CH2)2CH3.

Jumlah Karbon Nama Rumus Molekul Rumus Struktur

1 Metana CH4 CH4

2 Etana C2H6 CH3CH3

3 Propana C3H8 CH3CH2CH3

4 Butana C4H10 CH3CH2CH2CH3

5 Pentana C5H12 CH3CH2CH2CH2CH3

6 Heksana C6H14 CH3(CH2)4CH3

7 Heptana C7H16 CH3(CH2)5CH3

8 Oktana C8H18 CH3(CH2)6CH3

9 Nonana C9H20 CH3(CH2)7CH3

10 Dekana C10H22 CH3(CH2)8CH3

TATA NAMA ALKANA


1. Nama alkana didasarkan pada rantai C terpanjang sebagai rantai utama. Apabila ada
dua atau lebih rantai yang terpanjang maka dipilih yang jumlah cabangnya
terbanyak
2. Cabang merupakan rantai C yang terikat pada rantai utama. di depan nama
alkananya ditulis nomor dan nama cabang. Nama cabang sesuai dengan nama
alkana dengan mengganti akhiran ana dengan akhiran il (alkil).
3. Jika terdapat beberapa cabang yang sama, maka nama cabang yang jumlah C nya
sama disebutkan sekali tetapi dilengkapi dengan awalan yang menyatakan jumlah
seluruh cabang tersebut. Nomor atom C tempat cabang terikat harus dituliskan
sebanyak cabang yang ada (jumlah nomor yang dituliskan = awalan yang
digunakan), yaitu di = 2, tri = 3, tetra =4, penta = 5 dan seterusnya.
4. Untuk cabang yang jumlah C nya berbeda diurutkan sesuai dengan urutan abjad (
etil lebih dulu dari metil ).
5. Nomor cabang dihitung dari ujung rantai utama yang terdekat dengan cabang.
Apabila letak cabang yang terdekat dengan kedua sama dimulai dari :
• Cabang yang urutan abjadnya lebih dulu ( etil lebih dulu dari metil )
• Cabang yang jumlahnya lebih banyak ( dua cabang dulu dari satu cabang )

Contoh :
Apakah nama hidrokarbon di bawah ini ?

pertama kali kita tentukan rantai utamanya.....Rantai utama adalah rantai terpanjang :

rantai utamanya adalah yang di kotak merah...... Kenapa?? coba kalian


perhatikan sisi sebelah kiri, bila rantai utamanya yang lurus (garis putus2) maka
sama2 akan bertambah 2 atom C tapi hanya akan menimbulkan satu cabang (bagian
yang belok ke bawah)....sedangkan bila kita belokkan ke bawah akan timbul 2 cabang
(Aturan no 1). Sekarang coba kalian perhatikan bagian kanan, penjelasannya lebih
mudah....bila rantai utamanya yang lurus (garis putus2) hanya bertambah satu atom C
sedangkan bila belok ke bawah maka akan bertambah 2 atom C. Jadi rangkaian rantai
utama itu boleh belak-belok dan gak harus lurus......asal masih dalam satu rangkaian
yang bersambungan tanpa cabang.
rantai karbon yang tersisa dari rantai utama adalah cabangnya.....
terlihat ada 3 cabang yakni 1 etil dan 2 metil.....penomoran cabang kita pilih yang
angkanya terkecil :
• Bila dari ujung rantai utama sebelah kiri maka etil terletak di atom C rantai utama
nomor 3 dan metil terletak di atom C rantai utama nomor 2 dan 6
• Bila dari ujung rantai utama sebelah kanan maka etil terletak di atom C rantai utama
nomor 6 dan metil di atom C rantai utama nomor 3 dan 7
kesimpulannya kira urutkan dari ujung sebelah kiri.....
Urutan penamaan : nomor cabang - nana cabang - nama rantai induk
jadi namanya : 3 etil 2,6 dimetil oktana
cabang etil disebut lebih dahulu daripada metil karena abjad nama depannya dahulu
(abjad "e" lebih dahulu dari "m"). karena cabang metil ada dua buah maka cukup
disebut sekali ditambah awalan "di" yang artinya "dua". karena rantai utamanya terdiri
dari 8 atom C maka rantai utamanya bernama : oktana.
bentuk struktur kerangka Alkana kadangkala mengalami penyingkatan.....misalnya :

CH3 (warna hijau) merupakan ujung rantai


CH2 (warna biru) merupakan bagian tenganh rantai lurus
CH (warna oranye) percabangan tiga
C (warna merah) percabangan empa

Contoh:
Alkana Bercabang

 Cabang (substituen) yang mempunyai cabang, dinomori dari karbon substituen yang
melekat pada rantai induk.
 Penomoran substituen dimulai dari karbon yang melekat pada rantai induk.
 Keseluruhan nama dari cabang substituen ditulis dalam kurung, dengan didahului
nomor yang mencerminkan induk yang mana karbon itu bergabung.
 Substituen ditulis urut abjad. Untuk mengurutkan sesuai abjad, abaikan awalan (di-,
tri, tetra-) tetapi jangan abaikan posisi seperti iso- dan tert-

Alkana Siklis

 Rantai induk ditentukan dari karbon yang membentuk cincin terbesar (misal,
sikloalkana adalah sikloheksana)
 Ketika dua cincin bergabung, cincin yang lebih besar adalah yang menjadi rantai
induk, sedangkan yang kecil menjadi cabang sikloalkil.

Penggunaan Alkana

Senyawa alkana dekat dengan kehidupan manusia. Penerapan senyawa alkana dalam
kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:
 Metana untuk bahan bakar roket
 Butana untuk pengisi korek api
 Pentana banyak digunakan untuk kebutuhan industri
 Heksana dapat digunakan untuk mengisolasi senyawa alam yang sifatnya non polar
 Pentana (bensin) digunakan untuk kendaraan bermotor.
 Iso-oktana adalah bensin dengan kualitas tinggi (biasa disebut pertamax)
 Sebagai bahan pembuatan polimer
 Sebagai intermediet dalam sintesis senyawa organik

Bilangan Oktan

Pada bahan bakar bensin, biasanya dikenal dengan bilangan oktan. Bilangan oktan
adalah menyatakan persentase kandungan senyawa iso-oktana di dalam bahan bakar
bensin. Misalnya, suatu pertamax mempunyai bilangan oktan 95. Hal itu berarti pertamax
tersebut terdiri atas 95% iso-oktana dan sisanya (5%) pentana.
Semakin tinggi bilanagan oktan, maka semakin bagus. Bahan bakar bensin dengan
bilangan oktan rendah akan menghasilkan jelaga (arang) yang banyak.
Alkana umumnya digunakan untuk bahan bakar, minyak pelumas.

 Alkana paling sederhana CH4 (metana).


 CH4 terbentuk karena pembusukan tumbuh-tumbuhan (selulosa) pada rawa-rawa oleh
bakteri pd proses anaerob. Juga terbentuk CO2 dan N.
 Gas metana = gas rawa = gas tambang
 Sumber utama alkana adalah gas alam dan petroleum. Dengan distilasi fraksinasi
petroleum dapat dipisah menjadi beberapa fraksi.

SIFAT – SIFAT FISIKA DAN ALKANA


Alkana adalah senyawa non polar. Akibatnya, gaya tarik antar molekul lemah.
Alkana rantai lurus sampai dengan butana adalah gas pada temperatur kamar, sementara
alkana C5 sampai C 7 cairan. Alkana rantai lurus dengan 18 atom C atau lebih adalah zat
padat
Titik didih suatu senyawa sebagaian bergantung pada banyaknya energi yang
diperlukan oleh molekul- molekulnya untuk lolos dari fase cair menuju fase gas. Titik
didih senyawa dalam deret homolog, seperti misalnya alkanabertambah sekitar 30 untuk
tiap gugus metilena ( CH2) tambahan. Kenaikan titik didih pada hakikat disebabkan oleh
membesarkan oleh membesarnya gaya tarik vander wasls antara molekul yang makin
panjang. Deret deret homolog lain menunjukan gejala yang serupa. CH3I CH3CH2I
CH3CH2CH2I

Percabangan dalam bagian hidrokarbon molekul nmenurunkan titik didih (


dibandingkan harga yang diduga ) oleh karena terganggu gaya tarik van der walls antara
molekul- molekul dalam fase padat. Karena non polar, alkana larut dalam pelarut
nonpolar atau sedikit polar seperti misalnya alkana lain, dietil eter ( CH3CH2OCHCH
)atau benzena . Kelarutan itu disesbabkan oleh gaya van der waals antara pelarut dan zat
terlarut. Alkana tidak larut dalam air.
Semua alkana lebih ringan daripada air , suatu fakta yang mudah diingat karena
benzena dan minyak motor mengapung dalam air.

Senyawa rendah : C1- C4 pada T dan P biasa: bentuk gas

Senyawa sedang : C5- C17 bentuk cair

Senyawa tinggi : ≥ C18 bentuk padat

 Kelarutan : Alkana mudah larut dalam zat pelarut organik non polar, misal C 6H6,
CCl4, eter, CHCl3. Tak larut dalam pelarut polar, tak larut air.
 Berat jenis : Setiap penambahan atom C, BJ naik tetapi paling tinggi 0,8.
 Titik didih : makin tinggi jumlah C, td makin tinggi, setiap penambahan 1 atom C,
rata-rata bertambah 20-30°C. Makin banyak cabang C td makin rendah.

SIFAT KIMIA ALKANA


Alkana tidak reaktif dibandingkan dengan senyawa organik yang memiliki gugus
fungsional. Misalnya banyak senyawa organik bereaksi dengan asam kuat, basa, zat
pengoksid atau zat pereduksi. Umunya alkana tidak bereaksi dengan reagensia ini. Karena
sifat kurang reaktif ini, maka kadang- kadang alkana disebut sebagai parafin ( Latin :
parum affins ‘afinitas kecil sekali ‘).
Ada dua reaksi utama alkana akan dibahas disini. Pertama ialah reaksi dengan
halogen, misalnya gas klor. Reaksi penting lain dai alkana ialah pembakaran alkana dan
penggunaannya sebagai sumber energi.
Struktur alkana

Isomeri

 Adalah suatu senyawa yang berumus molekul sama tetapi rumus struktur berbeda
 Pada deret alkana, yang mempunyai isomeri dimulai dari butana (C4H10), punya 1
isomer: butana dan 2-metil propana.

pentana (C6H12), 3 isomer: pentana, 2-metil butana, 2,2-dimetilpropana

Makin besar jumlah C, makin banyak pula isomernya.


Reaksi – reaksi senyawa organik alkana
1. Pembakaran
Pembakaran adalah reaksi cepat suatu senyawa dengan oksigen. Pembakran
disertai dengan pembebasan kalor ( panas ) dan cahaya, yakni dua bentuk
energi yang dicari manusia sejak mereka pertama kali membuat api dan
menemukan bahwa api tiu menghangatkan. Meskipun pembakaran dibahas
dalam alkana tapi perlu kita ingat bahwa semua senyawa organik itu dapat
terbakar.
Pembakaran campuran organik seperti kayu tidak selalu berupa pengubahan
sederhana menjadi CO2 dan H2O. Pembakaran adalah hasil sejumlah besar
reaksi yang rumit. Salah satu macam reaksi yang terjadi adalah pirolisis, yakni
pemecahan termal molekul besar menjadi molekul kecil tanpa kehaidran
oksigen. Pirolisis molekul- molekul besar dalam kayu misalnya, menghasilkan
molekul gas yang lebih kecil yang kemudian beraksi dengan oksigen diatas
permukaan kayu itu. Reaksi dengan oksigen ini menghasilkan nyala. Pada
permukaan kayu terjadi oksidasi lambat tetapi sangat panas ( dari ) residu
karbon. Sebagian besar kalor dari suatu api kayu atau batubara berasal dari
oksidasi lambat ini, bukan dari nyala yang sesungguhnya.
Pembakaran sempurna ialah pengubahan suatu senyawa menjadi CO2 dan
H2O. Jika persediaan oksigen tidak cukup untuk pembakaran sempurna ,
terjadilah pembakaran tak sempurna. Pembakran tak sempurna menghasilkan
karbon monoksida, atau kadang- kadang menghasilkan karbon dalam bentuk
arang atau jelaga.

Tabel Panas pembakaran untuk bebrapa hidrokarbon


Nama - H Nama - H
kkal/mol kkal/mol
Metana 213 Siklopropana 500
Etana 373 Siklobutana 656
Propana 531 Siklo pentana 794
Butana 688 Sikloheksana 944
Pembakaran tak sempurna
2CH3CH2CH3 + 7O2 6CO2 +8H2O
Karbon monoksida
CH3CH2CH3 + O2 3C + 4H2O

- Kalor Pembakaran
Energi yang dibebaskan bila suatu senyawa teroksidasi sempurna menjadi CO2 dan
H2O disebut kalor pembakaran H. Pada kondisi laboratorium yang terawasi, H
dapat diukur ( harga negatif bila energi dibebaskan , karena molekul kehilangan
energi )
CH4 +2O2 CO2 + 2H2O +213 kkal/mol
Metana
2CH3CH2CH2CH3 +13O2 8O2 +10H2O +688 kkal/mol
Butana
Harga kalor pembakaran terutama bergantung pada banyaknya hidrogen dan karbon
dalam sebuah molekul. Dalam deret homolog , energi yang dibebaskan bertambah
dengan sekitar 157kkal/mol untuk tiap gugus metilena tambahan.
2. Reaksi substitusi
 Seperti yang diektahui bahwa ikatan pada alkana berciri tunggal, kovalen dan
nonpolar. Oleh karenanya alkana relatif stabil (tidak reaktif) terhadap kebanyakan
asam, basa, pengoksidasi atau pereduksi yang dapat dengan mudah bereaksi dengan
kelompok hidrokarbon lainnya. Karena sifatnya yang tidak reaktif tersebut, maka
alkana dapat digunakan sebagai pelarut.
 Walaupun alkana tergolong sebagai senyawaan yang stabil, namun pada kondisi dan
pereaksi tertentu alkana dapat bereaksi dengan asam sulfat dan asam nitrat, sekalipun
dalam temperatur kamar. Hal tersebut dimungkinkan karena senyawa kerosin dan
gasoline mengandung banyak rantai cabang dan memiliki atom karbon tersier yang
menjadi activator berlangsungnya reaksi tersebut. Berikut ini ditunjukkan beberapa
reaksi alkana
2. Reaksi Substitusi
Pada reaksi subsitusi terjadi pergantian atau pertukaran suatu atom/gugus atom oleh
atom atau gugus lain.
CH4 + Cl2  CH3Cl + HCl metil klorida
(klorometana)
CH3Cl + Cl2  CH2Cl2 + HCl metil diklorida
(diklorometana)
CH2Cl2 + Cl2  CHCl3 + HCl metil triklorida
(triklorometana)
CHCl3 + Cl2  CCl4 + HCl karbon tetraklorida
(tetraklorometana)
CnH2n+2 + X2 → CnH2n+1X + HX

3. Reaksi Oksidasi
 Alkana sukar dioksidasi oleh oksidator lemah atau agak kuat seperti KMNO4, tetapi
mudah dioksidasi oleh oksigen dari udara bila dibakar. Oksidasi yang cepat dengan
oksingen yang akan mengeluarkan panas dan cahaya disebut pembakaran atau
combustion
 Hasil oksidasi sempurna dari alkana adalah gas karbon dioksida dan sejumlah air.
Sebelum terbentuknya produk akhir oksidasi berupa CO2 dan H2 O, terlebih dahulu
terbentuk alkohol, aldehid dan karboksilat.
 Alkana terbakar dalam keadaan oksigen berlebihan dan reaksi ini menghasilkan
sejumlah kalor (eksoterm)
 CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2 + 212,8 kkal/mol
C4H10 + 2O2 → CO2 + H2O + 688,0 kkal/mol
 Reaksi pembakaran ini merupakan dasar penggunaan hidrokarbon sebagai penghasil
kalor (gas alam dan minyak pemanas) dan tenaga (bensin), jika oksigen tidak
mencukupi untuk berlangsungnya reaksi yang sempurna, maka pembakaran tidak
sempurna terjadi. Dalam hal ini, karbon pada hidrokarbon teroksidasi hanya sampai
pada tingkat karbon monoksida atau bahkan hanya sampai karbon saja.
2CH4 + 3O2 → 2CO + 4H2O
CH4 + O2 → C + 2H2O
 Penumpukan karbon monoksida pada knalpot dan karbon pada piston mesin
kendaraan bermotor adalah contoh dampak dari pembakaran yang tidak sempurna.
Reaksi pembakaran tak sempurna kadang-kadang dilakukan, misalnya dalam
pembuatan carbon black, misalnya jelaga untuk pewarna pada tinta.

4. Reaksi halogenasi
 Reaksi dari alkana dengan unsur-unsur halogen disebut reaksi halogenasi.
Reaksi ini akan menghasilkan senyawa alkil halida, dimana atom hidrogen dari
alkana akan disubstitusi oleh halogen sehingga reaksi ini bisa disebut reaksi
substitusi.
 Halogenasi biasanya menggunakan klor dan brom sehingga disebut juga
klorinasi dan brominasi. Halongen lain, fluor bereaksi secara eksplosif dengan
senyawa organik sedangkan iodium tak cukup reaktif untuk dapat bereaksi dengan
alkana.
 Laju pergantian atom H sebagai berikut H3 > H2 > H1. Kereaktifan halogen
dalam mensubtitusi H yakni fluorin > klorin > brom > iodin.
Ch4+Cl2  CH3Cl+HCl
5. Reaksi Sulfonasi
 Sulfonasi merupakan reaksi antara suatu senyawa dengan asam sulfat. Reaksi
antara alkana dengan asam sulfat berasap (oleum) menghasilkan asam alkana
sulfonat. dalam reaksi terjadi pergantian satu atom H oleh gugus –SO3H. Laju reaksi
sulfonasi H3 > H2 > H1.

6. Reaksi Nitrasi
 Reaksi nitrasi analog dengan sulfonasi, berjalan dengan mudah jika terdapat
karbon tertier, jika alkananya rantai lurus reaksinya sangat lambat.
7. Reaksi Pirolisis
 Proses pirolisis atau cracking adalah proses pemecahan alkana dengan jalan
pemanasan pada temperatur tinggi, sekitar 10000 C tanpa oksigen, akan
dihasilkan alkana dengan rantai karbon lebih pendek
 Proses pirolisis dari metana secara industri dipergunakan dalam pembuatan
karbon-black. Proses pirolisa juga dipergunakan untuk memperbaiki struktur
bahan bakar minyak, yaitu, berfungsi untuk menaikkan bilangan oktannya dan
mendapatkan senyawa alkena yang dipergunakan sebagai pembuatan plastik.
Cracking biasanya dilakukan pada tekanan tinggi dengan penambahan suatu
katalis (tanah liat aluminium silikat
PENGERTIAN ALKENA
Alkena adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh yang memiliki satu ikatan
rangkap (C = C). Senyawa yang mempunyai dua ikatan rangkap disebut alkadiena,
yang mempunyai tiga ikatan rangkap disebutalkatriena,dan seterusnya.

Bagaimana rumus umum alkena? Perhatikan senyawa-senyawa di bawah ini


kemudian bandingkan!

Apa kesimpulan yang Anda ambil? Ya benar, alkena ternyata mengikat lebih
sedikit dua atom hidrogen dibandingkan alkana. Karena rumus umum alkana
CnH2n + 2, maka rumus umum alkena adalah :CnH2n (James E.Brady, 1990)

Alkena ialah suatu hidrokarbon yang mengandung suatu ikatan rangkap dua
antara dua atom C yang berurutan. Kadang-kadang alkena disebut olefin, dari kata
olefiant gas (gas yang membentuk minyak), suatu nama lain untuk etilena
(CH2=CH2). Alkena disebut juga hidrokarbon tidak jenuh karena tidak mempunyai
jumlah maksimum atom yang datap ditampung oleh setiap atom karbon. Alkena
mempunyai ikatan sigma dan ikatan phi antara dua atom karbon yang berhadapan.

Ikatan rangkap karbon-karbon merupakan gugus fungsional yang banyak


terdapat dalam produk-produk alam dan pada umumnya ikatan rangkap ini akan
bergabung dengan gugus fungsional yang lain. Selain itu alkena juga banyak
ditemukan dalam komponen-komponen minyak bumi.

Dalam system IUPAC, rantai lurus alkena diberi nama sesuai dengan alkana
dengan mengganti akhiran –ana menjadi –ena.

CH2=CH2 CH3CH=CH2

Etana propena

Isomer dalam Alkena:

1) Isomer Bangun
Semua alkena yang memiliki 4 atau lebih atom karbon memiliki isomeri
bangun. Ini berarti bahwa ada dua atau lebih rumus bangun yang bisa dibuat untuk
masing-masing rumus molekul.

Sebagai contoh, untuk C4H8, tidak terlalu sulit untuk menggambarkan ketiga
isomer bangunnya, sebagaimana ditunjukkan oleh gambar berikut:
2) Isomeri Geometris (cis-trans)
Ikatan karbon-karbon rangkap (C=C) tidak memungkinkan adanyarotasi
dalam struktur. Ini berarti bahwa gugus-gugus CH3 pada kedua ujung molekul bisa
dikunci pada posisinya baik pada salah satu sisi molekul atau pada dua sisi yang
berlawanan.

Apabila gugus-gugus berada pada satu sisi disebut sebagai cis2-butena dan
apabila gugus-gugus berada pada dua sisi yang berlawanan disebut trans2-butena.

2.2 SIFAT ALKENA

 Sifat-sifat fisik alkena

1. Titik Didih

Masing-masing alkena memiliki titik didih yang sedikit lebih rendah


dibanding titik didih alkana yang sama jumlah atom karbonnya. Etena,
propena dan butena berwujud gas pada suhu kamar, selainnya adalah
cairan.

C1 sampai C4 pada suhu kamar berbentuk gas

C5 ke atas pada suhu kamar berbentuk cair


Satu-satunya gaya tarik yang terlibat dalam ikatan alkena adalah gaya
dispersi Van der Waals, dan gaya-gaya ini tergantung pada bentuk molekul
dan jumlah elektron yang dikandungnya. Gaya Van der Waals adalah gaya
antar molekul pada senyawa kovelen. Untuk gaya Van der Waals pada
alkena yang bersifat non-polar disebut gala London (dipil sesaat). Makin
besar Mr senyawa alkena, gaya Van del Waals makin kuat, sehingga titik
didih (TD) makin tinggi. Masing-masing alkena memiliki 2 lebih sedikit
elektron dibanding alkana yang sama jumlah atom karbonnya.

2. Kelarutan

Alkena hampir tidak dapat larut dalam air, tapi larut dalam pelarut-pelarut
organik, seperti lemak dan minyak.

 Kereaktifan Kimiawi

1. Ikatan dalam alkena

Sifat-sifat ikatan kimia dalam senyawa etena yang mengandung ikatan


karbon rangkap dua (C=C) berlaku pada ikatan C=C dalam alkena yang
lebih kompleks.

Etena digambarkan sebagai berikut:

Ikatan rangkap antara atom karbon adalah dua pasang elektron bersama. Salah
satu dari pasangan elektron dipegang pada sebuah garis lurus antara dua inti
karbon, tapi pasangan lainnya dipegang dalam sebuah orbital molekul di atas
dan di bawah bidang molekul. Orbital molekul adalah sebuah ruang dalam
molekul dimana terdapat kemungkinan besar untuk menemukan sepasang
elektron tertentu.
Pada gambar di atas, garis antara kedua atom karbon menunjukkan sebuah
ikatan normal - pasangan elektron bersama terletak dalam sebuah orbital
molekul pada garis antara dua inti. Ikatan ini disebut ikatan sigma.

Pasangan elektron yang lain ditemukan di suatu tempat dalam bagian berarsir
di atas atau di bawah bidang molekul. Ikatan ini disebut ikatan pi. Elektron-
elektron dalam ikatan pi bebas berpindah kemanapun dalam daerah berarsir ini
dan bisa berpindah bebas dari belahan yang satu ke belahan yang lain.

Elektron pi tidak sepenuhnya dikendalikan oleh inti karbon seperti pada


elektron dalam ikatan sigma, dan karena elektron pi terletak di atas dan di
bawah daerah kosong dari molekul, maka elektron-elektron ini relatif terbuka
untuk diserang oleh partikel lain.

Tata Nama Alkena

1) Alkena rantai lurus


Nama alkena rantai lurus sesuai dengan nama–nama alkana, tetapi dengan mengganti
akhiran –ana menjadi –ena.

Contoh:

• C2H4etena

• C3H6propena

• C4H8butena

2) Alkena rantai bercabang

Urutan penamaan adalah:

a) Memilih rantai induk, yaitu rantai karbon terpanjang yang mengandung ikatan
rangkap.
Contoh:

b) Memberi nomor, dengan aturan penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai
induk, sehingga ikatan rangkap mendapat nomor terkecil (bukan berdasarkan posisi
cabang).

Contoh:

c) Penamaan, dengan urutan:

- nomor atom C yang mengikat cabang

- nama cabang

- nomor atom C ikatan rangkap

- nama rantai induk (alkena)

Contoh:
(John Mc. Murry Fay 4th ed)

Keisomeran Alkena

Alkena mempunyai dua keisomeran sebagai berikut.

1) Keisomeran Struktur

Keisomeran struktur, yaitu keisomeran yang terjadi jika rumus molekul sama,
tetapi rumus struktur berbeda. Keisomeran pada alkena mulai ditemukan pada
C4H8 terus ke suku yang lebih tinggi. Perhatikan contoh di bawah ini!

a) C4H8 mempunyai tiga macam isomer, yaitu:

b) C5H10 mempunyai lima macam isomer, yaitu:

2) Keisomeran Geometri
Keisomeran geometri, yaitu keisomeran yang terjadi karena perbedaan
orientasi gugus-gugus di sekitar C ikatan rangkap.

Contoh:

2–butena mempunyai dua isomer geometri, yaitu cis–2–butena dan

trans–2–butena.

Syarat terjadinya isomer geometri adalah apabila masing-masing atom karbon


yang berikatan rangkap mengikat 2 atom atau 2 gugus yang berbeda, sehingga jika
atom atau gugus yang diikat tersebut bertukar tempat, maka strukturnya akan menjadi
berbeda.

Sifat Fisik alkena

Nama alkena Rumus Mr Titik leleh Titik didih (0C) Wujud pada
molekul (0C) 25 0C
Etena C2H4 28 -169 -104 gas
Propena C3H6 42 -185 -48 gas
1-Butena C4H8 56 -185 -6 gas
1-Pentena C5H10 70 -165 30 cair
1-Heksena C6H12 84 -140 63 cair
1-Heptena C7H14 98 -120 94 cair
1-Oktena C8H16 112 -102 122 cair
1-Nonena C9H18 126 -81 147 cair
1-Dekena C10H20 140 -66 171 cair
Rumus umum CnH2n
1. Titik didih dan titik leleh alkena naik dengan pertambahan nilai Mr.
2. Alkena bersifat non-polar sehingga sukar larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi
mudah larut dalam pelarut organik non-polar seperti etanol.
3. Sifat fisis alkena (titik didih dan titik leleh) dengan Mr yang sama (isomer) untuk
rantai lurus lebih tinggi dari rantai bercabang.
4. Titik didih senyawa alkena yang berisomer geometri, struktur cis lebih tinggi dari
trans. Mislanya cis-2-butena (3,7 0C) lebih tinggi dari trans-2-butena (0,8 0C).
5. C2-C4 berwujud gas, C5-C17 berwujud cair, dan C18 dst berwujud padat.
Sifat kimia alkena
Alkena lebih reaktif dibandingkan alkana, karena memiliki ikatan rangkap dua C=C.
Reaksi yang terjadi pada alkena :
1. Reaksi adisi alkena (ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal)
a. Reaksi alkena dengan halogen (halogenasi)
CH2=CH2 + Cl2 CH2Cl-CH2Cl
Etena klorin 1,2-dikloroetana
b. Reaksi alkena dengan hidrogen (hidrogenasi)
CH2=CH2(g) + H2(g) katalis Ni/Pt CH3-CH3(g)
Etena etana
c. Reaksi alkena dengan hidrogenhalida/asam halida (hidrohalogenasi)
Aturan Markovnikov : pada alkena tidak simetris atom H dari asam halida
(HX) akan terikat pada atom C yang mempunyai ikatan rangkap dan mengikat atom
H lebih banyak.
CH3CH=CH2 + HBr CH3CH-CH3Br
1-propen a2-bromopropana
d. Reaksi alkena dengan air (hidrasi)
Alkena bereaksi dengan air membentuk alkohol.
CH2=CH2(g) + H2O katalis H+ CH3-CH2-OH(g)
Etena 300 0C, 70 atm etanol
e. Reaksi alkena dengan asam sulfat (H2SO4)
CH2=CH2(g) + H2SO4
CH3-CH2-OSO3H + H2O
C2H5OH + H2SO4
suhu ruang panas
f. Polimerisasi adisi pada alkena
Pada senyawa alkena jika antara molekul-molekul (manomer) yang
sama mengadakan reaksi adisi, maka akan terbentuk molekul-molekul besar
dengan rantai yang panjang. Peristiwa ini disebut polimerisasi. Polimer-
polimer sintesis banyak dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh
polimer dari alkena misalnya polietilen (plastik), polivinil klorida (pipa
paralon), dan politetraetena (teflon).
Polimerisasi etena : n/2(CH2=CH2)
(CH2)n Etena katalis polietena
2. Pembakaran alkena
C2H4(g) + 3O2(g)
2CO2(g) + 2H2O(g) , bersifat eksotermik
3. Reaksi oksidasi alkena
OH-
CH2=CH2 + KMnO4
CH2OH-CH2OH
Etena 1,2-etanadiol (etilen glikol)

Pembuatan
a.Dehidrasi alkohol
Suatu alkena dibuat dengan mereaksikan alkohol dengan asam sulfat
pada suhu 1650C. Produk samping yang dihasilkan adalah uap air.
Contoh : CH3-CH2-OH-CH2-CH2-O

b.Dehidrohalogenasi alkil halida


Alkil halida dapat diubah menjadi alkena dengan mereaksikannya
dengan larutan kalium hidroksida dalam etanol. Hasil samping yang dihasilkan
berupa garam kalium halida dan air.
c.Dehalogenasi dihalida visinal
Suatu alkil dihalida dapat diubahmenjadi alkena dengan bantuan seng dalam
metanol. Produk samping yang dihasilkan adalah garam
seng(II) halida.

d.Pemecahan (Cracking) hidrokarbon dalam minyak bumi


Pembuatan alkena juga dibuat dengan pemecahan hidrokarbon dalam minyak
bumi dengan katalis platina pada suhu tinggi. Hasil yang didapatkan berupa
campuran beberapa senyawa organik.

Kegunaan
a.Oleofin digunakan dalam industri petrokimia.
b.Alkena suku rendah digunakan dalam industri polimer (contoh :
plastik).

You might also like