You are on page 1of 13

PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN SYOK

NEUROGENIK
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(dr. T. Luisa Nunuhitu)

1. Pengertian Shock neurogenik (shock vasogenik) adalah


ketidakseimbangan stimulasi saraf simpatis dan saraf
parasimpatis pada otot pembuluh darah.
Syok neurogenik juga disebut sinkop. Syok neurogenik terjadi
karena reaksi vasovagal berlebihan yang mengakibatkan
terjadinya vasodilatasi menyeluruh di daerah splangnikus
sehingga aliran darah ke otak berkurang.
2. Tujuan Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / perawat dalam
melakukan pelayanan penanganan Syok Neurogenik.
3. Kebijakan Tenaga perawat yang profesional dan dianggap mampu/bisa
dan diberi wewenang untuk melakukan tindakan.
4. Prosedur 1. Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari
kaki (posisi Trendelenburg).
2. Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen,
sebaiknya dengan menggunakan masker. Pada pasien
dengan distress respirasi dan hipotensi yang berat,
penggunaan endotracheal tube dan ventilator mekanik
sangat dianjurkan. Langkah ini untuk menghindari
pemasangan endotracheal yang darurat jika terjadi distres
respirasi yang berulang. Ventilator mekanik juga dapat
menolong menstabilkan hemodinamik dengan menurunkan
penggunaan oksigen dari otot-otot respirasi.
3. Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang
dengan resusitasi cairan. Cairan kristaloid seperti NaCl
0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya diberikan per infus
secara cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan yang
cermat terhadap tekanan darah, akral, turgor kulit, dan urin
output untuk menilai respon terhadap terapi.
4. Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih,
berikan obat-obat vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang
indikasi kontra bila ada perdarahan seperti ruptur lien) :
PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN SYOK
NEUROGENIK
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
2/2

4. Prosedur  Dopamin : Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis


> 10 mcg/kg/menit, berefek serupa dengan norepinefrin.
Jarang terjadi takikardi.
 Norepinefrin : Efektif jika dopamin tidak adekuat
dalam menaikkan tekanan darah. Monitor terjadinya
hipovolemi atau cardiac output yang rendah jika
norepinefrin gagal dalam menaikkan tekanan darah
secara adekuat. Pada pemberian subkutan, diserap tidak
sempurna jadi sebaiknya diberikan per infus. Obat ini
merupakan obat yang terbaik karena pengaruh
vasokonstriksi perifernya lebih besar dari pengaruh
terhadap jantung (palpitasi). Pemberian obat ini
dihentikan bila tekanan darah sudah normal kembali.
Awasi pemberian obat ini pada wanita hamil, karena
dapat menimbulkan kontraksi otot-otot uterus.
 Epinefrin : Pada pemberian subkutan atau im, diserap
dengan sempurna dan dimetabolisme cepat dalam
badan. Efek vasokonstriksi perifer sama kuat dengan
pengaruhnya terhadap jantung Sebelum pemberian obat
ini harus diperhatikan dulu bahwa pasien tidak
mengalami syok hipovolemik. Perlu diingat obat yang
dapat menyebabkan vasodilatasi perifer tidak boleh
diberikan pada pasien syok neurogenik
 Dobutamin: Berguna jika tekanan darah rendah yang
diakibatkan oleh menurunnya cardiac output.
Dobutamin dapat menurunkan tekanan darah melalui
vasodilatasi perifer.
Pasien-pasien yang diketahui/diduga mengalami syok
neurogenik harus diterapi sebagai hipovolemia. Pemasangan
kateter untuk mengukur tekanan vena sentral akan sangat
membantu pada kasus-kasus syok yang meragukan.
5. Unit Terkait Rawat Inap
IGD
ICU
PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN SYOK
SEPTIK
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(dr. T. Luisa Nunuhitu)
1. Pengertian Shock Septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang
menyebar luas yang merupakan bentuk paling umum syok
distributif. Pada kasus trauma, syok septik dapat terjadi bila
pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit. Syok
septik terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus
abdomen dan kontaminasi rongga peritonium dengan isi usus.
Shock sepsis adalah shock yang disebabkan produksi
toksin/infeksi.
2. Tujuan Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / perawat dalam
melakukan pelayanan penanganan dan mencegah terjadinya
Syok Sepsis/septik dan kematian pada pasien.
3. Kebijakan Tenaga perawat yang profesional dan dianggap mampu/bisa
dan diberi wewenang untuk melakukan tindakan.
4. Prosedur 1. Pengumpulan spesimen urin, darah, sputum dan drainase
luka dilakukan dengan tekhnik aseptik.
2. Pemberian suplementasi nutrisi tinggi kandungan protein
secara agresif dilakukan selama 4 hari dari awitan syok.
3. Pemberian cairan intravena dan obat-obatan yang
diresepkan termasuk antibiotik Dopamin, dan Vasopresor
untuk optimalisasi volume intravaskuler

5. Unit Terkait Rawat Inap


IGD
ICU
PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN SYOK
KARDIOGENIK
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
1/3

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(dr. T. Luisa Nunuhitu)
1. Pengertian Ketidak mampuan jantung mengalirkan cukup darah ke
jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolism, berasal
akibat gangguan fungsi pompa jantung. (Penanganan Pasien
shock kardiogenik adalah : Upaya yang dilakukan pada pasien
dengan reaksi shock kardiogenik).
2. Tujuan Mencegah terjadinya shock kardiogenik dan kematian pada
pasien
3. Kebijakan Tenaga perawat yang 4opamine4nal dan dianggap mampu/4opa
dan diberi wewenang untuk melakukan tindakan.
4. Prosedur 1. Patikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar
sebaiknya dilakukan intubasi.
2. Berikan oksigen 8 – 15 liter/menit dengan menggunakan
masker untuk mempertahankan PO2 70 – 120 mmHg
3. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar
syok yang ada harus diatasi dengan pemberian morfin.
4. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan
asam basa yang terjadi.
5. Bila mungkin pasang CVP.
6. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti
hemodinamik.
Medikamentosa :
1. Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri.
2. Anti ansietas, bila cemas.
3. Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi.
4. Sulfas 4opamine, bila frekuensi jantung < 50x/menit.
5. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila
perfusi jantung tidak adekuat. Dosis Dopamine 2-15
mikrogram/kg/m.
6. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga
diberikan amrinon IV.
7. Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m.
PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN SYOK
KARDIOGENIK
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
2/3

4. Prosedur 8. Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan


oksigenasi jaringan.
9. Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi
supraventrikel.
Obat alternative (Menurut Dean AJ, Beaver KM (2007):
1. Emergent therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstabilkan hemodinamik
pasien dengan oksigen, pengaturan jalan nafas (airway
control), dan akses intravena. Diperlukan usaha untuk
memaksimalkan fungsi ventrikel kiri.
2. Volume expansion
Jika tidak ada tanda volume overload atau edema paru,
volume expansion dengan 100Ml bolus dari normal saline
setiap 3 menit sebaiknya dicoba; hingga, baik perfusi yang
cukup maupun terjadi kongesti paru. Pasien dengan infark
ventrikel kanan memerlukan peningkatan tekanan untuk
mempertahankan atau menjaga kardiak output.
3. Inotropic support
a. Pasien dengan hipotensi ringan (tekanan darah sistolik
80-90 mmHg) dan kongesti pulmoner, untuk hasil
terbaik dirawat dengan dobutamine (2,5 mikrogram/kg
berat badan/menit, pada interval 10 menit). Dobutamine
menyediakan dukungan inotropik saat permintaan
oksigen miokardium meningkat secara minimal.
b. Pasien dengan hipotensi berat (tekanan darah sistolik
kurang dari 75-80 mmHg) sebaiknya dirawat dengan
dopamine.
Pada dosis lebih besar dari 5,0 mikrogram/kg berat
badan/menit, stimulasi alfa-adrenergik secara bertahap
meningkat, menyebabkan vasokonstriksi perifer.
Pada dosis lebih besar dari 20 mikrogram/kg berat
badan/menit, dopamine meningkatkan ventricular
irritability tanpa keuntungan tambahan.
c. Kombinasi dopamine dan dobutamine merupakan
strategi terapeutik yang efektif untuk syok kardiogenik,
meminimalkan berbagai efek samping dopamine dosis
tinggi yang tidak diinginkan dan menyediakan
bantuan/dukungan inotropik.
PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN SYOK
KARDIOGENIK
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
3/3

4. Prosedur d. Jika dukungan tambahan untuk tekanan darah


diperlukan, maka dapat dicoba norepinephrine, yang
berefek alfa-adrenergik yang lebih kuat. Dosis awal :
0,5-1 mikrogram/menit.
5. Terapi reperfusi
Reperfusi miokardium iskemik merupakan terapi yang
efektif untuk pasien dengan infark miokard akut dan syok
kardiogenik.

5. Unit Terkait IGD


ICU
OK/RR
Rawat Inap
Rawat Jalan
PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN SYOK
ANAFILAKTIK
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(dr. T. Luisa Nunuhitu)

1. Pengertian Suatu 7ias7ssi klinis yang ditandai dengan adanya hipotensi,


7ias7ssiona, kulit yang dingin, pucat basah, hiperventilasi,
perubahan status mental, penurunan produksi urine yang
diakibatkan oleh reaksi anafilaksis.
2. Tujuan Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / perawat dalam
melakukan pelayanan penanganan Syok Anafilaktik.
3. Kebijakan Tenaga perawat yang 7ias7ssional dan dianggap mampu/7ias
dan diberi wewenang untuk melakukan tindakan.
4. Prosedur 1. Penanganan Utama dan segera :
a. Hentikan pemberian obat / antigen penyebab.
b. Baringkan penderita dengan posisi tungkai lebih tinggi
dari kepala (trendenlenburg).
c. Berikan Adrenalin 1 : 1000 ( 1 mg/ml )
- Segera secara IM pada otot deltoideus, dengan dosis
0,3 – 0,5 ml (anak : 0,01 ml/kgbb), dapat diulang
tiap lima menit,
- pada tempat suntikan atau sengatan dapat diberikan
0,1 – 0,3 ml
- Pemberian adrenalin IV apabila terjadi tidak ada
respon pada pemberian secara IM, atau terjadi
kegagalan sirkulasi dan syok, dengan dosis (
dewasa) : 0,5 ml adrenalin 1 : 1000 ( 1 mg / ml )
diencerkan dalam 10 ml larutan garam faali dan
diberikan selama 10 menit.
d. Bebaskan jalan napas dan awasi vital sign ( Tensi, Nadi,
Respirasi ) sampai syok teratasi.
e. Pasang infus dengan larutan Glukosa faali bila tekanan darah
systole kurang dari 100 mmHg.
f. Pemberian oksigen 5-10 L/menit (sungkup)
g. Bila diperlukan rujuk pasien ke Ruang perawatan intensif
(ICU)
PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN SYOK
ANAFILAKTIK
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
2/2

4. Prosedur 2. Penanganan Tambahan :


a. Pemberian Antihistamin :
Difenhidramin injeksi 50 mg, dapat diberikan bila
timbul urtikaria.
b. Pemberian Kortikosteroid :
Hydrokortison inj 7 – 10 mg / kg BB, dilanjutkan 5 mg
/ kg BB setiap 6 jam atau deksametason 2-6 mg/kgbb.
untuk mencegah reaksi berulang.
Antihistamin dan Kortikosteroid tidak untuk
mengatasi syok anafilaktik.
c. Pemberian Aminofilin IV, 4-7 mg/kgbb selama 10-20
menit bila terjadi tanda – tanda bronkospasme, dapat
diikuti dengan infuse 0,6 mg /kgbb/jam, atau
brokodilatator aerosol (terbutalin, salbutamol ).
3. Penanganan penunjang :
a. Tenangkan penderita, istirahat dan hindarkan
pemanasan.
b. Pantau tanda-tanda vital secara ketat sedikitnya pada
jam pertama.
5.Unit Terkait IGD
ICU
OK/RR
Rawat Inap
Rawat Jalan
PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN SYOK
HIPOVOLEMIK
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(dr. T. Luisa Nunuhitu)
1. Pengertian Penanganan / Upaya yang dilakukan pada pasien dengan reaksi
shock hipovolemik
2. Tujuan Mencegah terjadinya shock hipovolemik dan kematian pada
pasien
3. Kebijakan Adanya tenaga perawat profesional yang dianggap bisa dan
diberi wewenang untuk melakukan tindakan
4. Prosedur 1. Pasang infus RL atau NaCl 0,9 diguyur,(sesuai dengan
instruksi dokter).Pemasangan 2 jalur intravena / infus
cabang dengan jarum besar dan berikan infus cairan
kristaloid dengan jumlah yang lebih dari yang hilang
2. Koreksi dehidrasi jika terjadi dehidrasi
3. Pasang Oxygen kalau perlu
4. Perhatikan keadaan turgor kulit
5. Observasi ketat tanda-tanda vital
6. Untuk perdarahan dengan shock kelas III – IV selain
diberikan infus kristaloid sebaiknya disiapkan transfusi
darah segera setelah sumber perdarahan dihentikan

5. Unit Terkait Rawat Inap


IGD
ICU
ALUR PASIEN BENCANA DARI LUAR
RUMAH SAKIT
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(dr. T. Luisa Nunuhitu)
1. Pengertian Tatalaksana penerimaan pasien dari bencana yang terjadi di
luar Rumah Sakit sampai dibawa ke Rumah Sakit untuk
mendapatkan pertolongan segera dan ditangani di unit
Emergenci
2. Tujuan 1) Rumah Sakit sebagai tempat rujukan dapat berperan secara
benar sesuai dengan klasifikasi dan derajat dari kasus yang
ada
2) Untuk melakukan trigade ulang sesuai kebutuhan yang ada
sebagai informasi kepada yang berkaitan dengan korban
yang ada sehingga terjadi pelayanan yang prima
3. Kebijakan 1) Selalu siap menerima kiriman pasien dari korban yang
terjadi diluar Rumah Sakit dengan segala resikonya
2) Menyiapkan fasilitas dan sumber daya dan tenaga yang ada
termasuk dapat menghidupkan system bencana yang ada
3) Melakukan koordinasi yang bersifat interen dan sektoral
untuk antisipasi segala kemungkinan yang terjadi
4) Meningkatkan status keamanan dari Rumah Sakit sebagai
langkah antisipasi
4. Prosedur 1) Bila ada kiriman yang bersifat masal maka segala upaya
yang ada dilakukan oleh petugas yang bertugas dan
selanjutnya yang bertanggung jawab pada saat itu membuat
laporan dan melaporkan kebagaian yang lebih tinggi
2) Bila yang bersangkutan termasuk korban yang memerlukan
tindakan trauma maka penderita didorong keruang trigade
bedah yang selanjutnya ditangani oleh tim trauma
3) Bila bersangkutan memerlukan tindakan medic yang
bersifat non trauma maka penderita didorong kebagian
trigade medis selanjutnya dikoordinasikan dengan bidang
terkait dari kasus tersebut
ALUR PASIEN BENCANA DARI LUAR
RUMAH SAKIT
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
2/2

Ditetapkan Direktur
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(dr. T. Luisa Nunuhitu)
4. Prosedur 4) Bila korban bersifat missal maka seluruh komponen yang
ada di IGD dioptimalkan dan system bencana dihidupkan
(langkah pertama Brigade siaga bencana Rumah Sakit
dioptimalkan
5) Selanjutnya setelah selesai penanganan definitive maka
penderita tersebut didorong keruang keperawatan yang
sesuai dengan kasus dengan kelasnya
6) Untuk tindakan dikamar Operasi dapat dilakukan di OK
IGD dan juga OK IBS ini tergantung dari kebutuhan
7) Pada kasus kasus yang bersifat missal di Rumah Sakit
sudah tidak mampu memberikan pelayanan terbaik maka
kewajiban Rumah Sakit mengkonsumsikan ke Rumah
Sakit lainnya untuk membantu memberikan perawatan
yang terbaik
5. Unit terkait 1. IGD dengan Tim Penanggulangan Bencana
2. SMF terkait
3. Radiologi
4. Rekam Medik
ALUR PASIEN BENCANA DIDALAM
RUMAH SAKIT

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(dr. T. Luisa Nunuhitu)
1. Pengertian Tatalaksana penerimaan pasien yang mengalami bencana
didalam Rumah Sakit Bintang Laut
2. Tujuan 1) Meningkatkan mobilisasi dalam transportasi pasien saat
dilakukan efakuasi dari tempat kejadian
2) Menyiapkan tempat-tempat alternative yang perlu ada bila
terjadi bencana Rumah Sakit itu sendiri
3) Melakukan komunikasi dengan pihak Rumah Sakit lain
bila diperlukan
3. Kebijakan 1) Memahami dena bangunan dan gedung – gedung seluruh
Rumah Sakit
2) Mengetahui unit – unit pelayanan yang memungkinkan
dapat memeberikan pelayanan
3) Tahu tugas dan fungsi masing – masing karyawan
4) Menyiapkan blangko referral bila diperlukan
5) Factor keamanan yang tidak bisa di tiadakan
4. Prosedur 1) Petugas dimana bangunan atau bagian dari bangunan
mengalami kerusakan akibat bencana maka petugas
yang bersangkutan wajib mengadakan komunikasi
kepada tempat dimana penderita itu akan dibawa untuk
mendapatkan perawatan yang lebih lanjut
2) Pemindahan penderita dilakukan dengan tenaga yang
ada atau mohon pertolongan dengan induk pengelola
3) Jalur transportasi disesuaikan dengan keadaan lapangan
4) Selama tranportasi untuk tujuan efakuasi maka
diharapkan tetap memakai kaidah- kaidah safety
5) Untuk komunikasi yang bersifat lintas program menjadi
tanggung jawab pelayanan keperawatan
6) Selama mobilisasi korban diharapkan tidak terjadi
kegaduhan dimana peran keamanan sebagai unit
pendukung betul – betul memegang peranan penting.
ALUR PASIEN BENCANA DIDALAM
RUMAH SAKIT

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


2/2

Tanggal Terbit Ditetapkan Direktur


STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

(dr. T. Luisa Nunuhitu)


5. Unit terkait 1. SMF yang terkait
2. Rekam Medik
3. Radiologi
4. Keamanan

You might also like