Professional Documents
Culture Documents
Buku Full 311020121149
Buku Full 311020121149
U
ED
IK
IS
ED
TIM EVALUASI
DAN PENGAWASAN
PENYELENGGARAAN ANGGARAN
TOMMY
Si Agen Tak Tuk
TOMMY Si Agen Tak Tuk 1
Cetakan pertama, Juli 2012
Cetakan kedua, November 2012
Penyusun
Risman A Rachman
Lahir di Meulaboh, 9 Oktober 1968. Sejak kuliah di IAIN Ar-Raniry hingga kini aktif menulis di media lokal dan sesekali
di media nasional. Beberapa tulisan pernah dimuat dalam buku kumpulan tulisan. Pernah terlibat dalam penyusunan
buku, dan aktif mengelola pelatihan dan menjadi fasilitator untuk komunitas, LSM dan Pemerintah Daerah
Yulkausar
Aktif di Aceh Youth Family (AYOMI) sebagai relawan sosial remaja.
Freelancer desain, karikaturis dan perancang media komunikasi informasi edukasi.
“( yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) “ Ya
Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini sia-sia; Maha suci Engkau, lindungilah kami
dari azab neraka” (QS Ali Imran : 191)
TOMMY
Si Agen Tak Tuk
Edisi Kedua
Cetakan pertama, Juli 2012
Cetakan kedua, November 2012
1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 Ayat 1 dan Ayat 2 si pidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 bulan dan atau denda paling
sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling
banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan
atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau terkait sebagai dimaksud pada Ayat 1 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5(lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
PRAKATA
Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah SWT. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga dan sahabat, serta seluruh guru.
Sungguh Aceh adalah negeri yang mendapat kesempatan dari Allah SWT untuk belajar dari berbagai
kesulitan. Alhamdulillah, dari sulitnya konflik panjang Aceh, berbagai pembelajaran tentang resolusi
konflik bisa dihadirkan begitu perdamaian terwujud. Alhamdulillah juga karena dari kesulitan bencana
gempa dan tsunami juga hadir pembelajaran penangganan bencana khususnya tentang rekontruksi
dan rehabilitasi.
Allah juga memberi jalan bagi Aceh untuk menghadirkan pembelajaran yang sudah lama dibutuhkan
yakni alat pengendalian kegiatan APBD yang sudah lama dibutuhkan oleh jajaran pemerintah. Melalui
dukungan UKP4 dan TEPPA, Pemerintah Aceh diberikesempatan untuk berbagi pengalaman kepada
berbagai provinsi tentang Format Kendali Hulu Hilir yang dipandu oleh unit kerja P2K-APBA.
Jika semua itu bisa dilihat sebagai tanda-tanda baik bagi kebangkitan Aceh menapaki kembali zaman
pencerahannya maka menjadi penyusun buku yang diberi judul “Tommy Si Agen Tak Tuk” tentu sangat
bahagia. Allah Maha Besar. Alhamdulillah.
Syukur kepada Allah SWT. Shalawat kepada Nabi Allah, keluarga dan sahabat. Terimakasih
kepada Pemerintah Aceh, UKP4, TEPPA, Ketua dan staf unit kerja P2K-APBA, UNDP Indonesia atas
kepercayaannya. Terimakasih kepada keluarga (Rosita, De-Erista Mirati Putri, dan De-Erista Delila Kitari)
atas pengertian, dukungan dan doanya. Terimakasih kepada bapak Sulaiman Abda dan keluarga, The
Atjeh Post, The Atjeh Times dan GenKAceh atas dukungannya. Saran bisa disampaikan ke risman.
rachman@yahoo.com atau @risplus
Risman A Rachman
Penyusun
DAFTAR ISI
Memetik Bintang | 4
Belajar di Kuta Radja | 8
This is The Art! Not War! | 16
Surat Cinta | 26
Jurus Malem Diwa | 38
Orkestra Pengendalian | 54
Bongkar Isi Lemari | 62
Kepak Sayap Angsa | 88
Mencari Madu | 98
Lampiran | 110
E. : Format Kurva S
Isi Format
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam rapat internal membahas persiapan rapat koordinasi
bupati dan gubernur seluruh Indonesia, 19 Januari 2012, pernah mengingatkan para kepala daerah agar
penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012 tidak lambat seperti yang terjadi
pada 2011.
Pesan Presiden RI agar mengoptimalkan serapan anggaran tentu dalam rangka mendukung
pertumbuhan ekonomi melalui peran ABPN dan APBD. Dengan demikian, dalam konteks daerah,
Belanja Daerah yang telah tertuang dalam APBD daerah dan DPA masing-masing SKPD dapat
direalisasikan secara proporsional sepanjang tahun anggaran berjalan.
Permasalahan penyerapan anggaran sebenarnya merupakan masalah klasik yang sudah berlangsung
lama dari tahun ke tahun. Dan upaya-upaya percepatan penyerapan anggaran terus dilakukan, salah satunya
dengan dibentuknya Tim Evaluasi Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA). Salah satu tugas TEPPA adalah
menyampaikan laporan kepada Presiden pada bulan April, Agustus, dan November serta menyampaikan
perkembangannya kepada masyarakat.
Dalam kaitan dengan upaya percepatan tersebut, para Gubernur/Bupati/Walikota diharapkan megambil langkah
tindak lanjut, salah satunya dengan cara menunjuk Sekda sebagai penanggungjawab proses percepatan
penyerapan anggaran dan menunjuk satu orang penanggungjawab harian sebagai pejabat penghubung dengan
TEPPA.
Untuk memastikan kegiatan pemerintah berjalan sebagaimana mestinya, diperlukan upaya pengendalian yang
memadai. Beberapa daerah sudah mencoba untuk membuat sitem pengendalian namun belum efektif, dan masih
banyak daerah yang belum memiliki unit pengendalian. Provinsi Aceh merupakan salah satu Provinsi yang berhasil
dalam fungsi pengendalian kegiatan pemerintah, ditandai dengan penyerapan akhir tahun sebesar 93,5 % dan
SILPA hanya 6,5 % (anggaran 7,9 T).
Capaian kinerja Aceh itu patut dibagi pengalamannya kepada provinsi lain sehingga ada banyak lagi provinsi yang
bisa keluar dari problem klasik serapan anggaran dan rakyatpun semakin dapat menikmati manfaat dari kegiatan
pemerintah.
Sebagai Provinsi yang belum lama terbebas dari bencana tsunami dan konflik Aceh sangat
berkepentingan untuk memacu diri agar segera bisa sejajar dengan provinsi lain di Indonesia dalam
memberi manfaat pembangunan dari kegiatan pemerintah bagi rakyatnya.
Salah satu langkah baik yang sudah pernah dirintis dan tetap saya lanjutkan dimasa kepemimpinan
saya sebagai Penjabat Guburnur Aceh adalah melakukan pengendalian kegiatan pemerintah melalui
penggunaan alat kendali hulu hilir yang difailitasi oleh Unit Kerja Percepatan dan Pengendalian (P2K)
APBA.
Melalui pendekatan pengendalian hulu hilir saya merasa seperti memindahkan suasana lapangan ke
dalam ruang rapat pimpinan sehingga arahan, intruksi, dan putusan yang diperlukan menjadi sangat
tepat sasaran, fokus, dan tentunya efektif. Untuk itu, keberadaan unit kerja P2K-APBA menjadi sangat berguna bagi
pelaksana dan jajaran pimpinan di SKPA termasuk berguna bagi saya selaku Penjabat Gubernur Aceh.
Hampir semua menyadari bahwa birokrasi adalah kumpulan orang-orang dengan ragam latar belakangnya. Bisa
dibayangkan bagaimana sulitnya melakukan kerja yang membutuhkan kerjasama manakala tidak memiliki alat
yang mampuni dan bisa dipercaya untuk menghasilkan kinerja organisasi selalu di atas 90 %. Namun, dengan alat
kendali hulu hilir yang dioperasionalkan oleh P2K-APBA di tingkat proses maka seluruh keragaman latar belakang
menjadi sebuah tim kerja yang kompak, fokus, dan tertib di dalam melaksanakan kegiatan pemerintah.
Tidak semua bisa sukses segera karena masing-masing SKPA memiliki dinamikanya sendiri. Namun, dengan
tahapan-tahapan kerja pengendalian yang dipandu oleh unit kerja P2K-APBA, saya sebagai pimpinan segera
mengetahui kendala, hambatan, dan tantangan sehingga saya pun ikut pro aktif dalam mendorong dan mencari
dan memberi solusi.
Akhirnya, jika ada yang berhasil, saya menjadi semakin bahagia karena keberhasilan itu menjadi keberhasilan yang
diapresiasi oleh jajaran birokrasi sendiri, karena usaha bersama di antara mereka sendiri. Saya sebagai pemimpin
hanya ingin mengucap syukur karena Allah SWT telah memberi dan melapangkan jalan bagi kami semua.
Alhamdulillah.
Hanya ada 6 jenis Format Kendali Hulu Hilir. Format A.1, B, C, D, E, dan F. Dengan format yang kami
sebut Format Kendali Hulu Hilir inilah kegiatan APBA dikendalikan secara bersama. Kami, dari Unit
Percepatan dan Pengendalian (P2K) APBA hanya sebagai fasilitator untuk memandu dan memantau
proses.
Alhamdulillah, setelah menggunakan Format Kendali Hulu Hilir sebagai alat pengendalian kegiatan
APBD, Pemerintah Aceh, berhasil meningkatkan kinerjanya. Format Kendali Hulu Hilir hanya alat yang
masih terus disempurnakan. Selebihnya, kekuatan kebersamaanlah yang membuat pelaksanaan
kegiatan APBD semakin berhasil dan berhasil. Melalui Format Kendali Hulu Hilir, upaya bersama
dan satu bahasa senantiasa di dorong dan pada saat yang sama membangun tradisi kerja yang
bersandarkan pada data dan fakta.
Dengan modalitas tertib format itulah kami melakukan langkah pandu dan pantau di beberapa tahapan utama
di dalam siklus pelaksanaan kegiatan APBD, seperti memandu dan memantau lelang kolektif, memantau
tanda tangan kontrak kolektif, memantau papan proyek, memantau ‘tak tuk’, mengelola kunjungan lapangan,
menyusun dan memandu Rapat Pimpinan, menyajikan data melalui TV Monitor, dan memandu dan memantau
pendokumentasian yang selanjutnya menjadi buku rekam jejak.
9 langkah ditingkatan proses itu kami lakukan dengan tertib agar kewajiban Pemerintah Aceh melaksanakan
program pembangunan setiap tahunnya dapat semakin lebih baik dan lebih baik. Ini bukan usaha final melainkan
usaha manusiawi semua untuk semakin menyempurnakan capean dan hasil seiring perkembangan yang terus
berdinamika.
Satu keyakinan kami, jika dinamika hal yang tidak terelakkan maka hanya ada satu formula untuk dapat menembus
hambatan dan tantangan yang ada yaitu berpegang teguh pada kebersamaan, upaya bersama, pelaksana dan
pimpinan saling pro aktif, dengan format yang ada, agar kinerja organisasi selalu di atas 90 persen. Selebihnya,
100 persen milik-Nya.
Buku cerita berbagi pengalaman tentang Format Kendali Hulu dan Hilir yang ditulis dengan gaya bercerita ini
adalah edisi perkenalan sebagai usaha perdana kami dalam berbagi pengalaman. Selanjutnya, biarlah kita bertemu
kala memiliki mimpi yang sama, yakni untuk hari esok yang lebih baik. Alhamdulillah, selamat membaca buku edisi
penyempurnaan, edisi kedua, November 2012, ini.
Tommy, Si Agen Tak Tuk asal Aceh, masih di halaman belakang bersama burung
beo kesayangannya. Padahal, sebentar lagi suara azan akan segera bergema. Sepertinya,
konsultan manajemen yang kini menetap di Kota Gede itu sedang asyik bermain dengan
David, nama yang diberikan untuk sang burung beo yang sudah dipelihara sejak kecil.
“Kok, kusut mukanya? Gagal lagi, ya?”, David kembali bertanya, seperti hendak
menggoda majikannya.
Tommy memang sedang berpikir keras. Dia yang terkenal dingin tangan dalam
membuat sukses perusahaan swasta sedang sangat penasaran dengan hasil kerjanya.
Konsultasi yang diberikan untuk birokrasi Kota Gede belum juga mampu meningkatkan
serapan anggaran. Jika pun meningkat, serapan APBD hanya terjadi di akhir tahun
Serapan APBD hanya sementara di awal tahun, birokrasi belum berbuat banyak, baru sekedar administrasi gaji.
terjadi di akhir tahun
saja sementara di awal “Kalau serapan anggaran saja masih rendah bagaimana bisa mendorong
tahun, birokrasi belum pertumbuhan ekonomi?”, tanya Tommy dalam hati, sambil membayangkan pasar rakyat
berbuat banyak, baru yang lesu.
sekedar administrasi
gaji. “Kalau begini, mahasiswa bisa demo dan mendesak gubernur mundur karena tidak
mampu mewujudkan visi misi yang dulu di dukung rakyat pada masa Pilkada,” bisik hati
Tommy lagi, sambil membayangkan masa kampanye dulu. Kala itu, Tommy ikut memberi
masukan dalam perumusan visi dan misi calon gubernur dan wakil gubernur. “Ah, bisa-
bisa reputasiku sebagai konsultan manajemen bisa gagal. Jika tidak sukses karir, dapur
tidak mungkin berasap. Duh….”
David mendengar keluhan majikannya itu, dan bertanya, “Mengapa apanya, bos?”.
Berhubung sedang terlalu banyak yang ada di dalam benaknya, Tommy pun
menjawab sekenanya saja dengan nada yang agak ketus, “Banyak kali tanya!”.
***
TOMMY Si Agen Tak Tuk 7
Belajar ke Aceh
Semua aparat bisa jadi sudah berusaha keras
untuk menghasilkan kinerja birokrasi yang
lebih baik, dan akan menjadi semakin maksimal
dengan menggunakan alat kendali yang
dilaksanakan dengan tertib, secara bersama.
“Ah, kamu Tom! Pura-pura tanya. Ya, aku kan di Kuta Raja, Banda Aceh. Kamu,
kapan ke Aceh?”
“Lebih penting? Memangnya, ada yang lebih penting di Aceh, selain kopi?”
“Kamu ini bagaimana sih, Tom? Di daerahmu ada banyak hal yang menarik, dan ini
terkait dengan profesimu sebagai konsultan manajemen. Mau tahu nggak?”
Tommy meraih handuk, lalu menyeka air yang masih membasahi wajahnya. Tommy
menunda masuk kamar untuk berkemas. Baju tidur dari batik, masih melekat di tubuhnya
yang tembem.
“Alam, kamu serius!? Tapi, apa dulu informasi yang kamu punya. Cepat katakan
sebelum saya jadi semakin penasaran lagi!”
“Kali ini kamu ikuti saran saya, ya. Sebaiknya kamu ke Aceh sesegera mungkin. Di
sini ada formula yang kamu inginkan. Ini akan menjawab control system yang sedang
kamu bangun. Sekalian pulang kampunglah!”
“Maksudmu, di Aceh ada alat yang mampuni untuk pengendalian kegiatan APBD?”
“Itulah penyebab kenapa serapan anggaran tidak terserap secara tertib. Dan itu,
sukses diatasi sejak alat kendali hulu hilir diterapkan oleh Pemerintah Aceh sejak tiga
tahun terakhir dengan membentuk unit P2K APBA,” jelas Alam kepada Tommy mengutip
Itulah penyebab kenapa
serapan anggaran tidak penjelasan Ketua P2K-APBA,
terserap secara tertib.
Dan itu, sukses diatasi Kepada Tommy, Alam juga menyampaikan alasan tambahan arti penting
sejak alat kendali hulu pengendalian. “Kultur kerja ABS alias tidak berdasar data dan fakta bisa diatasi dengan
hilir diterapkan oleh alat kendali hulu hilir di Aceh. Atasan langsung dan pimpinan juga ikut ambil bagian
Pemerintah Aceh sejak
dalam memastikan kinerja organisasi terwujud, alias upaya bersama. Lebih dari itu,
tiga tahun terakhir
dengan membentuk dengan mengetahui titik kritis dalam kerja pengendalian dan percepatan barang/jasa
unit P2K APBA. semua menjadi lebih terpandu dan terpantau.”
Tommy yang sedari tadi menyimak langsung penasaran, dan bertanya kepada
rekannya, Alam, masih melalui telepon. “Alat kendali hulu hilir? Apa itu sebuah aplikasi?
Berapa dijual? Siapa penemunya? Kok saya belum baca diberita ya?.”
“Tommy, itu bakal menjadi aplikasi. Masih terus dikembangkan,” kata Alam
mengutip penjelasan Taqwallah yang akrab dipanggil Pak Taqwa.
Alam lalu menceritakan penjelasan Pak Taqwa kepada Tommy bahwa alat kendali
hulu hilir masih sebagai sebuah pembelajaran bersama untuk terus dikembangkan
Alam juga berkisah kalau pihak UNDP memiliki komitmen untuk membantu
menjadikan format kendali hulu hilir Aceh menjadi sebuah aplikasi pengendalian kegiatan
APBD. Sekarang, UNDP-AGTP membantu membuat buku dan dokumentasi film sebagai
lesson learned dan buku modul untuk panduan pendidikan dan pelatihan bagi perangkat
kerja daerah.
“Iya, saya tahu tentang reputasi UNDP,” Tommy menyelip penjelasan Alam.
UNDP memiliki
komitmen untuk Menurut Tommy, UNDP bersama mitranya punya riwayat panjang di Aceh, sejak
membantu menjadikan
masa BRR, masa peralihan ke Pemprov Aceh, dan juga saat ini. UNDP, menurut Tommy
format kendali hulu
hilir Aceh menjadi konsern untuk membantu, salah satunya mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
sebuah aplikasi di Indonesia, khususnya di daerah-daerah.
pengendalian kegiatan
APBD. Sekarang, “Baguslah kalau Tommy tahu. Sekarang, format kendali hulu hilir masih berbentuk
UNDP-AGTP membantu form isian data. Meski begitu manfaatnya dasyat. Jikapun sudah berbentuk aplikasi
membuat buku dan
tetap saja dibutuhkan pendekatan non aplikasi” kata Alam sambil membayangkan wajah
dokumentasi film
sebagai lesson learned Tommy yang penasaran.
dan buku modul untuk
panduan pendidikan “Tapi, saya belum yakin. Kamu harus menjawab beberapa pertanyaanku dulu,” kata
dan pelatihan bagi Tommy yang justru membuat wajah Alam berubah menjadi sewot.
perangkat kerja daerah.
“Kamu ini aneh! Masak tidak percaya dengan daerahmu sendiri. Apa kamu pikir
daerahmu hanya pintar berperang?!”
“Bukan begitu, bos. Aku hanya mau tanya, apa buktinya mesin birokrasi tidak
berjalan sebagaimana mestinya, seperti kata Pak Taqwa?”
“Menurut Pak Taqwa, ada 5 bukti birokrasi tidak berjalan sebagaimana mestinya,
yakni: koordinasi dan komunikasi yang kurang lancar, belum ada yang mengendalikan
“Itu sih, analisis umum. Apa ada yang spesifik dan unik?”
“Ck ck ck… Tommy, Tommy…. Itu, kan, problem klasik di birokrasi. Memang itu
analisis yang sudah umum. Nah, yang spesifik dari alat kendali Aceh ini adalah bahwa
mereka menekankan pengendalian sebagai upaya bersama, dan menjadikan format
kendali hulu hilir sebagai alat pandu dan pantau proses di semua tahapan manajemen
Alat kendali Aceh pemerintahan agar kinerja organisasi selalu di tinggi. Ini yang terlepas dari perspektif
ini menekankan
umum tentang pengendalian yang pernah saya tahu.”
pengendalian sebagai
upaya bersama, dan
“Maksudmu, alat kendali hulu hilir itu menjadi media pandu bagi proses
menjadikan format
kendali hulu hilir pengendalian dan sekaligus menjadi media pantau disemua proses tahapan
sebagai alat pandu dan pengendalian? Tapi, kenapa cuma di proses, mengapa tidak di substansi?”
pantau proses di semua
tahapan manajemen “Saya tidak berani mengatakan iya atau tidak. Nanti, kamu tidak mau lagi ke Aceh,”
pemerintahan. kata Alam dengan suara yang iramanya dibuat untuk sengaja menggoda rekannya.
Tak terasa mereka sudah bicara beberapa jam. Tommy dan Alam kemudian
mengakhiri perbincangan via telepon, dan saling pamit. Di luar, mobil sudah dipanaskan.
Tommy pun meluncur untuk membeli tiket pesawat, menuju ke Aceh pada penerbangan
pertama, esok paginya.
***
Tommy lalu melirik angkasa. Awan putih bagai sajadah untuk para malaikat. Putih,
bersih. “Cantiknya!”, ujar Tommy dalam hati.
Dulu, Tommy pergi dari Aceh karena ingin belajar ke negeri orang. Namun kemudian
menjadi lucu karena Ia harus pulang untuk mendapatkan apa yang dicarinya. “Kenapa
saya waktu itu memilih jauh-jauh, ya? Sudah jelas bagaimana orang datang ke Aceh
Dulu, orang datang
untuk belajar soal resolusi konflik, belajar soal penanganan bencana. Eh, sekarang, giliran
ke Aceh untuk
belajar soal resolusi saya mau belajar soal alat pengendalian, ternyata di Aceh juga! Aduh! Saya telat info
konflik, belajar ini! Tapi, apakah ada konsultan manajemen lain yang belajar pengendalian di Aceh?!
soal penanganan Jangan-jangan, sayalah orang pertamanya. Hmmm….”
bencana. Sekarang,
juga belajar soal alat Tommy pun menarik nafas panjang dan tertawa geli di dalam hati. “Duh, Si Tommy,
pengendalian
nih!”
Lamunan Tommy tiba-tiba buyar dikejutkan oleh sapaan ramah dari seorang
pramugari. “Minum apa, Pak?.”
Naluri isengnya timbul untuk menggoda pemilik senyum yang cantik, dan kini berdiri
di sampingnya. “Oh ya, kopi saja. Saya minta kopi Aceh?.”
“Maaf, Pak! Kami tidak menyediakan kopi Aceh. Kami hanya menyediakan
kopi biasa saja. Mau kopi hitam atau kopi susu?”, tanya pramugari itu kembali tanpa
menghiraukan keisengan lirikan Tommy terhadap dirinya.
“Mestinya, pesawat ini ikut menyediakan kopi Aceh, sebagai penghargaan terhadap
jasa di masa lalu. Kalau bukan orang Aceh yang memberikan emasnya, apa mungkin
sekarang ada penerbangan ini?”, omel Tommy di dalam hati.
Daripada kesal sendiri, akhirnya Tommy memilih untuk membuka notebook miliknya.
Dibukanya sebuah file dokumen yang berisi tulisan Agung Praptapa tentang Strategi
Pengendalian. Ia ingin membaca tulisan sosok yang dikaguminya itu. Meski seorang
dosen, namun beliau memiliki karya tulis yang enak sekali untuk dibaca. Tidak kaku,
sehingga mudah untuk dimengerti dan dinikmati, seperti menikmati buku cerita.
Tiga strategi agar
sistem pengendalian Tidak perlu waktu lama bagi Tommy untuk segera tenggelam di dalam kata-kata
dapat berkerja dengan yang tertulis di buku yang berjudul “The Art of Controlling People” karya Agung
baik, yaitu melalui Praptapa itu. Ia sangat tertarik dengan ulasan beliau yang masih bisa dilacak di website.
pengendalian hasil,
Menurut Agung, sistem pengendalian dibangun agar bisa mendapatkan tujuan
pengendalian aksi, dan
pengendalian orang. atau target yang sudah ditetapkan. Mengutip Merchant, pakar manajemen control
system, ada tiga strategi agar sistem pengendalian dapat berkerja dengan baik, yaitu
melalui pengendalian hasil, pengendalian aksi, dan pengendalian orang. Agung juga
menyarankan agar memakai ketiganya secara bersama-sama karena sifat dari masing-
masing strategi tersebut saling melengkapi dan mengisi.
Tommy segera menghirup kopi yang nyaris dingin, terlantar beberapa waktu.
“Kapan ya, saya bisa menulis buku. Minimal buku Manual yang bisa menjadi panduan
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)?”, bisik hati Tommy sambil matanya kembali melirik
buku.
“Bagaimana mungkin sebuah form isian bisa menjadi alat pandu sekaligus
alat pantau serta hasilnya bisa dipakai baik untuk pengambil kebijakan maupun
untuk pelaksana, termasuk bagi penghubung yang dikelola oleh TEPPA. Bagaimana
Format kendali hulu
hilir Aceh justru menjelaskannya? Kalau begini ceritanya, saya akan segera ke P2K Aceh untuk menggali
memiliki dimensi informasi.”
strategi dan bahkan
seni mengendalikan. Tommy kembali melihat pemandangan di luar jendela. Awan putih itu sekarang
posisinya sudah menjauh dan hamparan pemandangan hijaulah yang nampak. Ia agak
sedikit terhentak menyaksikan alam lukisan Aceh saat itu. Meskipun hijau tetapi sudah
mulai nampak ada penggundulan hutan di sana-sini. Ia pun kembali menarik nafas
panjang sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tiba-tiba saja terasa gatal tanpa sebab
yang pasti. “Aceh Green? Apa kabarmu? Bagaimana nasib kawasan gambut Rawa Tripa?”.
Tommy belum lupa dengan Aceh Green yang merupakan sebuah konsep
membangun Aceh bertumpu pada kedaulatan rakyat atas sumber daya alamnya. Konsep
itu dibuat agar Aceh tetap menjadi negeri yang asri sebagaimana Aceh di masa kendali
indatu moyang pada masa lalu. Jika Aceh hijau terwujud kembali itu bermakna tata kelola
Aceh tidak hanya baik dan bersih, tapi juga nyaman karena hijaunya, dan damai karena
konflik telah usai.
Tak lama kemudian, mucullah wajah seorang temannya yang bernama Amri, murid
yang sangat pintar membuat kesimpulan setiap kali dosen usai menerangkan. Kali ini,
Amri yang menjelaskan kepada rekan-rekannya di kelas, “Pengertian pengendalian
sebenarnya berkisar pada kegiatan memberikan pengamatan, pemantauan, penyelidikan,
dan evaluasi seluruh kegiatan manajemen agar tujuan yang telah ditetapkan dapat
Saat itu Amri tidak menjelaskan 5 (lima) tahapan langkah itu dan berhubung
penasaran, usai kuliah Tommy segera mencari data di internet. Benar saja, ternyata,
Pertama, penetapan
rangkuman Amri berdasarkan bacaan di internet, persisnya tulisan yang ditulis Syahlan A.
standar seperti dalam
bentuk tujuan atau Sume, SE, MM.
target.
“Amri…. Ketahuan, deh, kartunya!”
Kedua, penentuan
Tommy masih ingat secara lengkap dan terperinci kelima tahap atau langkah
pengukuran
pelaksanaan kegiatan pengendalian tersebut dengan baik sekali. Ia pun menguraikannya kembali di dalam
pikirannya sendiri.
Ketiga, pengukuran
pelaksanaan kegiatan. Pertama, penetapan standar seperti dalam bentuk tujuan atau target. Tommy
berpikir, mungkin ini dalam konteks birokrasi disebut dengan target serapan anggaran
Keempat,
perbandingan dan fisik yang ditampilkan dalam bentuk kurva S, yang juga dilihat dari sisi waktunya.
pelaksanaan
Kedua, penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan yang terkait tiga pertanyaan
dengan standar, dan
penyimpangan. penting, berapa kali pelaksanaan harus diukur, dalam bentuk apa pengukuran akan
dilakukan, dan siapa yang akan terlibat.
Kelima, pengambilan
tindakan koreksi, bila Ketiga, pengukuran pelaksanaan kegiatan, yang dilakukan sebagai proses yang
diperlukan berulang-ulang dan terus menerus, minimal dengan empat cara, yakni: pengamatan,
laporan-laporan, metode-metode otomatis, dan inspeksi, pengujian (test), atau dengan
pengambilan sampel.
***
“Tommy, ya? Kami dapat info dari Pak Alam. Dia berpesan agar kami menyertakan
Anda dalam kegiatan sosialisasi dan induksi Format Kendali Hulu Hilir. Selamat datang di
Aceh! Mari kita saling belajar untuk menyempurnakan.”
“Saya ini orang Aceh juga, kok! Saya pindah ke Kota Gede, sepuluh tahun lalu. Saat
itu Aceh masih konflik.”
Di atas pintu masuk ruang kerja, Ia melihat ada sebuah TV monitor yang padat
dengan informasi. Di layar TV monitor, terlihat Kurva S, informasi grade, dan beberapa
data berbentuk tabel dengan warna merah. “Hmmm… Menarik. Apa TV monitor bagian
dari rangkaian kerja pengendalian?!” bisik hati Tommy sambil melangkah ke ruang dalam,
yang juga terdapat TV monitor.
Belum sempat Ia berpikir dan mencerna lebih lanjut, sebuah suara menyapanya
dengan tegas namun ramah, “Selamat datang. Saya, Taqwallah. Silahkan masuk. Mari
bergabung. Di sana ada tamu dari beberapa provinsi. Mari, silahkan!”
Tommy memasuki ruangan. Hanya ada satu kursi yang kosong. “Mari, Pak Tommy,
TV monitor yang
menampilkan kursinya memang sudah disediakan. Beberapa hari yang lalu Pak Alam rekan bapak
informasi dalam memastikan Bapak datang ke Aceh dan itu, nama bapak juga ada dalam daftar cheklist
bentuk Kurva S,
peserta,” kata Leginem, yang diikuti senyum ramah dari Yuniar, Yoppy dan Indra, Tim
grade, dan tabel.
Pemandu P2K Aceh, sambil menunjuk LCD yang layarnya bening, dan jernih. Semua
terlihat jelas sehingga data yang dibuat dengan kerja keras, tidak sia-sia.
Tommy melihat dua layar LCD, yang keduanya menampilkan slide presentasi. Satu
slide daftar cheklist peserta dan satu lagi layar yang menampilkan peta provinsi yang
datang ke Aceh untuk berbagi pengalaman soal pengendalian. Dua orang gadis muda
berjilbab, Indriani dan Sanna Sari, terlihat siap memainkan komputer untuk keperluan
presentasi.
Dari slide terbaca bahwa 10 provinsi sudah belajar di Aceh. Ada 124 staf, 21 Pejabat
Eselon II dan 31 Pejabat Eselon III. Atau, ada 51 orang dari kelompok kebijakan dan 116
orang dari kelompok teknis. Mereka datang dari Riau, Jambi, Bengkulu, Jawa Timur,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan
Tommy merasa ini sangat penting. Jika saripati data disajikan hanya dalam satu
halaman sudah pasti bisa menyingkirkan satu hambatan penting dalam kerja percepatan
penyerapan anggaran. Fokus, dan langsung pada data dan fakta. Pasti semua orang bisa
bergerak dengan cepat, termasuk koreksi yang dibutuhkan dari pemimpin jika laporan
disajikan dalam satu halaman. Tommy tersenyum sendiri kala mengingat betapa sibuknya
pemimpin bila harus membaca dulu puluhan lembar laporan baru bisa menentukan
langkah lebih lanjut.
Sekilas, ia melirik peserta, ada yang membawa Buku APBD atau Buku DPA, dan
Tommy kembali teringat rekannya, Alam. “Inikah yang disebut dengan Format
Kendali Hulu Hilir?” sambil melirik buku di atas meja, dihadapannya. Tommy melihat
cuma ada enam jenis format, yaitu Format A, Format B, Format C, Format D, Format
E, dan Format F. Hanya enam saja rupanya. Apa enam format ini digunakan untuk
mengendalikan ribuan kegiatan APBD Aceh? Apa semua format digunakan oleh semua
KPA, siapa yang melakukan input data? Tim pengendalian atau tim SKPD?” tanya Tommy
Pesertanya juga
pada diri sendiri sambil berharap akan segera ada penjelasannya.
beragam. Ada staf 97
orang, ada pejabat
“Ternyata bukan cuma urusan format. Tapi, juga soal pengendalian ruangan yang
eselon II, 19 orang,
dan eselon III, 29 nyaman untuk melakukan kerja memandu dan memantau proses pengendalian,” bisik
orang. Total SKPD ada hatinya.
52.
Ada 49 orang dari Lalu Tommy membayangkan betapa ruangan seperti ini sangat mendukung kerja
kelompok kebijakan pengendalian. Tommy lantas membenarkan rekannya Alam bahwa di sini ada banyak lagi
dan
yang menarik untuk dijadikan dasar penerapan kerja pengendalian di daerah lain.
Ada 88 orang dari
kelompok teknis.
“Alam, benar. Pasti ada lagi yang bagus di sini, terkait alat dan tata kerja
pengendalian,” bisik hatinya lagi sambil melirik instalasi listrik yang juga rapi sehingga
tidak terlihat kabel yang berserakan, dan bisa membuat orang terpeleset atau jatuh.
Sebelumnya, Tommy sudah mencari informasi via internet. Dari sana Ia mendapat
informasi bahwa sejak semula Aceh termasuk daerah yang serapannya rendah. Sejak
tahun 2010 Provinsi Aceh berhasil dalam fungsi pengendalian kegiatan pemerintah,
ditandai dengan penyerapan akhir tahun sebesar 93,5% dan SILPA hanya 6,5% dari
anggaran Rp. 7,9 Trilyun.
Tommy lalu mendapatkan struktur organisasi percepatan dan pengendalian, dan dari
struktur ini tergambarkan sebagai berikut:
• Pendidikan S1
• Memandu SKPD
• Dewasa
• Pendidikan S1 Sipil
• Menguasai wilayah
Pengendalian Data:
• Menguasai wilayah
Sambil mendengarkan penjelasan Pak Taqwa yang penuh semangat Tommy ada kata
Tak-Tuk masuk sebagai salah satu “Kata Mutiara” kerja pengendalian. Tapi Tommy memilih
untuk menyimak, ketimbang menghayal teman-temannya yang memberi gelar dirinya
sebagai Agen Tak Tuk.
Pak Taqwallah lalu menjelaskan ketujuh makna “Kata Mutiara” kerja pengendalian,
“Pertama, 0=0. Artinya, seluruh variabel kendali dipastikan harus sinkron. Kedua,
anti virus ABS dan kambing hitam. Artinya seluruh aktivitas harus didukung fakta
“Wow, tujuh kata mutiara di dalam kerja pengendalian. Keren!” Hati Tommy
merayap kemana-mana, “Belum pernah ada kata mutiara di dalam kerja pengendalian,
sekalipun di dalam pembahasan seni mengendalikan orang!”
7 Kata Mutiara
Tommy terus saja memutar otaknya dan berbicara sendiri, di dalam hati, “Jadi, wajar
1. 0 = 0 saja jika si Alam menyebut ada yang unik di Aceh. Tapi, apa itu berguna sebagai prinsip
2. Anti virus ABS
pengendalian yang efektif?”
dan Kambing
Hitam
Memang dibutuhkan kata kunci dan juga tokoh kunci untuk menjadikan
3. Tanpa Jeda
4. Perkus pengendalian sebagai strategi sekaligus seni mengendalikan, berdaya guna. Berdaya
5. Tak Tuk guna artinya, sistem kendali yang kita gunakan membangun keyakinan yang memadai.
6. Pecah Telor Jangan sampai sistem yang dimiliki tidak dipercaya. Jadi, kata kunci menjadi titik tolak
7. Surat Cinta
kalau arah kegiatan sudah benar atau menjadi alarm bahwa diperlukan langkah koreksi
untuk memastikan terjadinya perbaikan sehingga tujuan atau target bisa dicapai. Jadi “nol
sama dengan nol”, “tak tuk” dan “Perkus” bisa sebagai kata kunci yang berguna untuk
kerja pengendalian sehingga para tokoh kunci memiliki satu bahasa.
Awalnya, Tommy kesal disebut sebagai Agen Tak Tuk. Sekarang, Tommy justru
senang setelah mengetahui pengertian Tak Tuk. Baginya, istilah Tak Tuk tidak sekedar
sebuah “tanda.” Tak Tuk juga berfungsi memperkuat kerja pengendalian karena menjadi
salah satu indikator proses. “Awalnya, Papa disebut Agen Tak Tuk karena sering sekali
bertanya apa sudah terdengar orang ketuk palu di lokasi proyek?,” ingat Tommy pada
penjelasan istrinya yang cantik.
Tommy lalu meraih telepon genggam, dan mengetik sebuah pesan singkat: “Mam,
i love you. Kita itu, 0=0. Artinya, kita berdua, papa + mama = 0. Tapi, ingat ya, mama.
Kalau beli barang, warnanya hitam atau putih, jangan warna lainnya kayak minggu lalu
mama beli meja dan kursi, he he he.” (Surat Cinta Papa).
***
F A1
FORMAT FORMAT
E B
FORMAT FORMAT
D C
D
imana letak kunci dari Format Kendali Hulu Hilir Aceh, dan lebih utama lagi, bagaimana
format ini berkerja sehingga ia mampu mengontrol hasil, aksi, dan orang. Kalau sekedar
sebuah aplikasi monitoring dan evaluasi, maka tentu jadi berbeda.”
Sekarang, Tommy dengan tekun mengikuti induksi format dari satu format, ke
format berikutnya, A - F. Menariknya, begitu diikuti langsung terasa manfaatnya, dan akan
segera diketahui “daya dorongnya.”
“Sudah seperti jurus di cerita silat Ko Ping Ho saja! Jurus tenaga dalam Dewa Langit.
Ya, kan?” tanya hatinya sambil tersenyum sendiri, lalu meralat menyebut jurus Malem
Sambil memperhatikan rekan-rekan dari berbagai daerah melakukan uji coba input
data Format A1, yang dipandu oleh Leginem, Ia kembali teringat pada penjelasan garis
besar format kendali hulu hilir beserta kegunaan dan manfaatnya yang disampaikan oleh
Pak Taqwallah. Tommy diam-diam mulai menghafal garis besar penjelasan mantan Wakil
Deputi Operasi BRR NAD-Nias sejak 2008, dr. Taqwallah. Cara Tommy belajar cepat unik
juga, ia bertanya dan menjawab sendiri, melalui catatan tangannya.
Hanya ada 6 jenis “Hanya ada enam jenis Format Kendali Hulu Hilir.”
Format Kendali Hulu
Hilir Aceh: Kalimat pembuka penjelasan awal dari Staf Ahli Gubernur Aceh itu langsung
1. Format A.1 menancap di benak Tommy, dan selanjutnya Tommy mengikuti dengan tekun penjelasan
2. Format B terkait Format Kendali Hulu Hilir, sambil mencatatnya.
3. Format C
4. Format D Format Kendali Hulu Hilir adalah alat atau tools yang dipakai untuk menjalankan
5. Format E
fungsi percepatan dan pengendalian kegiatan APBD. Format Kendali Hulu Hilir pada
6. Format F
dasarnya terdiri dari satu alat bantu dalam bentuk form, yakni Format A.1.
Format hasil konversi dari DPA ini kemudian menghasilkan 5 jenis format lainnya.
Disebut hulu hilir karena alat untuk pengendalian kegiatan APBD ini menjadi alat pandu
dan pantau proses dari siklus manajemen pemerintahan daerah, mulai dari perencanaan
hingga selesainya kegiatan, mulai dari Januari sampai dengan Desember.
B C D E F
Skema 1: Jenis Format Kendali Hulu Hilir
FORMAT Format A1 menjadi dasar dilakukannya pengendalian hulu hilir, atau sebagai alat bantu bagi kerja
A.1 Apa Saja Kegunaan
pengendalian Format
kegiatan APBD. Kendali
Dari Format Hulu
A1 hadir limaHilir?
format lainnya.
FORMAT Format B adalah format pantau proses pengadaan barang dan jasa oleh SKPD yang memiliki kegiatan
B pengadaan. Format B digunakan untuk memantau proses pengadaan barang dan jasa dan data mitra kerja;
FORMAT Format C adalah format pantau kinerja KPA/PPTK. Format C digunakan untuk melakukan deteksi dini
C paket bermasalah;
FORMAT Format D adalah format pantau kegiatan strategis. Format D digunakan sebagai panduan kunjungan
D lapangan;
FORMAT Format E adalah format untuk memantau realisasi fisik dan keuangan yang disajikan dalam bentuk
E kurva S. Format E digunakan untuk mengukur kinerja umum SKPD disampaikan pada Rapim atau materi
laporan TEPPA, dan
FORMAT Format F adalah format rekam jejak. Format F digunakan sebagai alat bantu auditor, bahan Pansus
F DPRD atau bahan identifikasi asset, dan untuk keperluan laporan lainnya.
FORMAT
A.2
FORMAT FORMAT
A.1 A.3
FORMAT
A.4
Skema 2: Sub Katagori Format A.1
Format A.1 memiliki sub katagori Format A.2 dan Format A.3 ditambah Format A.4.
Format A.2 adalah hasil otomatisasi Format A.1 dalam bentuk resume APBD ditambah
Format A.3 untuk melihat lokasi kegiatan. Format A4 merupakan bagian dari Format A.1
dibuat sebagai Form Isian Rencana Umum Pengadaan (RUP) bagi SKPD yang memiliki
kegiatan pengadaan;
FORMAT
B
FORMAT FORMAT FORMAT FORMAT
Format B memiliki 4 sub katagori, yakni Format B.1, Format B.2, Format B.3, dan
46 TOMMY Si Agen Tak Tuk
Format B.6.
Format B untuk pantau proses pengadaan. Format B.1 untuk mengetahui paket-
paket yang sudah siap lelang. Format B.2 untuk mengetahui status lelang apakah sesuai
jadwal, tidak sesuai jadwal, atau belum aksi. Format B.3 adalah format untuk memantau
hasil lelang, apakah sudah tanda tangan kontrak dan kapan tak tuk dilapangan. Format
B.2 dibantu Format B.4 dan Format B.5 sebagai panduan untuk mengetahui waktu dan
proses di dalam pengadaan pascakualifikasi (Format B.4) dan prakualifikasi (Format
B.5). Sedangkan Format B.6 adalah format untuk memantau kegiatan yang tidak siap
lelang, sekaligus mengetahui alasan teknis tidak siap lelang dan komitmen waktu untuk
memastikan terjadinya lelang.
FORMAT
FORMAT FORMAT
C.1 C.lain
Skema 5: Sub Katagori Format C
FORMAT
FORMAT FORMAT
D.1 D.2
Skema 6: Sub Katagori Format D
Format D memiliki sub katagori Format D.1 untuk pantau kegiatan konstruksi dan
Format D.2 untuk pantau kegiatan non konstruksi. Format ini memiliki ciri tersendiri yakni
memiliki form isian kondisi saat ini dan solusi yang diisi pada saat melakukan kunjungan
lapangan. Form ini, khususnya Format D.1 memiliki data foto yang menggambarkan
FORMAT
Format E memiliki sub katagori Format E.1, Format E.2 dan Format E.3. Format E.1
untuk Rapor Bulanan, Format E.2 sebagai lampiran list kegiatan berstatus merah, dan
Format E.3 untuk lampiran laporan TEPPA;
FORMAT
FORMAT FORMAT
F.1 F.2
Skema 8: Sub Katagori Format F
FORMAT
A.2
FORMAT FORMAT FORMAT
A.4
Skema 9: Link Format A.1
Format A.1 terhubung dengan DPA-SKPD atau APBD. Format A.1 menjadi Format A.2,
dan Format A.1 juga menjadi Format A.3. Sedangkan Format A4 merupakan bagian dari
Format A.1. Sebagai alat bantu, ke empat format ini bersifat statis. Perbaikan baru terjadi
manakala terjadi perubahan DPA.
FORMAT
B.1
A.1
FORMAT
FORMAT FORMAT
B.2
A.4 B FORMAT
B.3
FORMAT
B.6
Skema 10: Link Format B
Format B merupakan bagian dari Format A.4, dan bersifat dinamis. Ukuran
dinamisnya adalah sampai semua kegiatan pengadaan terjadi lelang (100%). Format B.1
merupakan bagian dari Format B, dan sebagai alat bantu pengumuman lelang maka
Format B.1 bersifat statis. Format B.2 merupakan bagian dari Format B.1, dan bersifat
dinamis. Ukuran dinamisnya adalah sejak pengumuman lelang sampai dengan tanda
tangan kontrak. Format B.3 merupakan bagian dari Format B.2 dan bersifat dinamis.
Ukurannya, sudah tanda tangan kontrak sampai dengan aktivitas lapangan. Sedangkan
Format B.6 adalah bagian dari Format B. Sifat format ini juga dinamis. Ukurannya, semua
kegiatan kembali lelang, atau secara format, kembali ke Format B.1.
D
FORMAT
Format C adalah rekap dari Format C.1 dan seterusnya (sebanyak KPA/PPTK).
Sedangkan Format C.1 bagian dari Format A.1. Kedua format ini sangat dinamis sepanjang
12 bulan.
FORMAT FORMAT
FORMAT FORMAT
C.1 C.lainnya
B.3 D
FORMAT
C
Skema 12: Link Format D
Format D adalah bagian dari Format B.3 dan bersifat dinamis. Ukuran dinamisnya
adalah sejak adanya aktivitas lapangan sampai dengan kegiatan sudah PHO, dan dibuat
rekam jejak.
Format E adalah pindahan dari Format C dan bersifat dinamis sepanjang 12 bulan.
Sedangkan Format F adalah kelanjutan dari Format D dan bersifat final.
FORMAT FORMAT
FORMAT FORMAT
F.1 F.2
D F
FORMAT
D PA A.1
Des - Jan
B C D E F
Jan - Maret Feb - Des Apr - Nov Jan - Des Nov - Jan
Skema 15: Rentang Waktu Penggunaan Jenis Format Kendali Hulu Hilir
1. Format A.1 di input minimal sejak DPA sudah ada. Lebih bagus lagi jika Format
A.1 di input bersamaan dengan penyusunan RKA,
Semua jenis Format Kendali Hulu Hilir, Format A.1 sampai dengan Format F
menghasilkan data dukung yang berguna bagi tindakan pengendalian yang dilakukan
oleh tokoh kunci.
Data dari Format A.1 menjadi dasar untuk dilakukannya pengendalian hulu hilir. DPA/ FORMAT
APBD menjadi dokumen acuan. A.1
Data dari Format B menghasilkan bahan untuk evaluasi ULP terkait status proses lelang,
sampai dengan tanda tangan kontrak. Pihak ULP dengan cepat mengetahui berapa FORMAT
paket yang siap lelang, sedang lelang, sudah tanda tangan kontrak, atau paket belum
atau gagal lelang.
B
Data dari Format C berguna untuk mengetahui kinerja KPA/PPTK terkait aktivitas umum
masing-masing. Berapa kegiatan yang sudah selesai fisik dan keuangan (biru), berapa FORMAT
yang masih dalam pelaksanaan (hijau), berapa yang masih dalam proses tapi belum jatuh
tempo (kuning), dan berapa yang belum dilaksanakan padahal sudah jatuh tempo (merah).
C
Data dari Format D berguna untuk bahan kunjungan lapangan. Dari Format D bisa FORMAT
dihasilkan katalog, paket perhatian khusus, dan status fisik. D
Data dari Format E berguna untuk mengetahui siapa saja yang mendapat Surat Cinta FORMAT
(Surat Teguran), isu utama, dan tindak lanjut Rapim. E
Data dari Format F dapat juga digunakan sebagai bahan auditor, Pansus dan data FORMAT
penyusunan asset. F
Format Kendali Hulu Hilir digunakan oleh dua pihak, yakni bagian teknis dan bagian
kebijakan. Format Kendali Hulu Hilir, jenis dan sub katagorinya, digunakan oleh SKPD –
Ka.Program. Bagi SKPD yang tidak memiliki kegiatan pengadaan barang dan jasa melalui
lelang maka tidak menggunakan Format B dan subkatagorinya. Sedangkan untuk bagian
kebijakan (TEPPA - Provinsi) lebih utama menggunakan Format A.1 dan sub katagorinya,
Format B dan sub katagorinya, Format C (Rekap Aktivitas Umum), Format D (Paket
Perhatian Khusus), dan Format F dan sub katagorinya (Laporan utamanya).
Tommy terkejut sendiri dengan suara yang memanggilnya itu. Ia pun segera tersadar
dan tersipu. Rupanya, sejenak pengagum komik silat china ini menghayal, akibatnya kedua
tangannya memberi gerakan menangkis serangan.
“Ups, jurus tendangan dewa. Sekali tendang, semua lawan melayang, ups, ups,
haiyaa....”
***
Abcdef
Mari pakai alat kendali
Agar mudah mengenali
Mudah juga per baiki
A itu DPA
B pantau pengadaan
C untuk pantau KPA
Abcdef
Mari ingat bersama
Mudahkan cara kerja
Hati semua bahagia
Awalnya, unit Sedang asyik-asyiknya berkutat dengan lagu yang baru saja usai dibuatnya, Ia sudah
kerja percepatan harus kembali lagi ke dunia nyata. “Pak Tommy, kita sudah dijemput. Yuk, kita ke P2K. Hari
dan pengendalian
ini kami akan ikuti proses input data. Bapak mau ikut atau sekedar ikut simulasi saja? Yuk,
kegiatan APBA yang
dibentuk pada 10 pak. Saya duluan ke mobil, ya,” kata Budi yang berasal dari Gorontalo.
Januari 2010 dengan
Surat Keputusan Tommy bergegas kembali ke kamar untuk mengambil komputer tabletnya, dan lalu
Gubernur Aceh menyusul ke mobil untuk segera meluncur ke kantor P2K yang terletak di lingkungan
berkantor di ruang kantor Gubernur Aceh. Awalnya, unit kerja percepatan dan pengendalian kegiatan APBA
rapat biro organisasi.
yang dibentuk pada 10 Januari 2010 dengan Surat Keputusan Gubernur Aceh berkantor
di ruang rapat biro organisasi. April 2010 baru pindah di ruang gedung Biro Isra, Kantor
Gubernur Aceh yang terletak di Jalan T. Nyak Arief.
Sambil menelusuri jalan menuju Jalan T. Nyak Arief, Tommy membuka buka catatan
di komputer tabletnya dan melihat sumber daya manusia P2K APBA. Sewaktu pertama kali
dibentuk, Tim P2K terdiri dari 1 orang ketua, 7 orang penanggungjawab, istilahnya Penjab,
3 orang sebagai tim data, 5 orang sebagai tim teknis, dan 10 orang tim sekretariat.
Sekarang, Tim P2K terdiri dari 1 orang ketua, 7 orang penjab, 5 orang tim data, 20 orang
Format Kendali Hulu Hilir sudah dikembangkan sejak tahun 2006, dan Pemerintah
Aceh, pada masa kepemimpinan Irwandi Yusuf, menggunakannya pada 2010 dan
dilanjutkan oleh Penjabat Gubernur Aceh, Tarmizi A. Karim. Hasilnya sangat membantu
fungsi pengendalian kegiatan Pemprov Aceh. Kinerja yang awalnya cuma berkisah
di angka 60 % meningkat menjadi selalu di atas 90% sejak digunakan tools Format
Kendali Hulu Hilir. Taqwallah bersama teman-teman atas dukungan Pemrov Aceh terus
mengembangkan tools yang disebut Format Kendali Hulu Hilir. Format ini juga pernah
diterapkan di BRR NAD-Nias dan hasilnya juga menggembirakan. Kinerja serapan
anggaran BRR NAD-Nias kala itu juga di atas 90%.
Tidak ada sistem
yang baik atau yang Hanya saja, menurut pengakuan Taqwallah, tools ini masih perlu untuk
buruk, yang ada disempurnakan apalagi jika ingin diterapkan di provinsi lainnya, selain Aceh. Taqwallah
adalah suatu desain mengibaratkan tools ini bagai istri yang paling tahu apa penyakit suaminya. Artinya,
sistem pas (fit)
yang paing tahu apa masalah di provinsi masing-masing hanya mereka yang di provinsi.
dengan lingkungan
yang dihadapi oleh Taqwallah hanya mengingatkan bahwa jika diperlukan penyempurnaan maka prosesnya
organisasi. tidak boleh sembarangan. Tools ini memiliki keterkaitan satu dengan lainnya sehingga
penyempurnaannya mesti dipertimbangkan dengan matang.
“Pak Taqwa ada benarnya,” kata Tommy dalam hati sambil mengangguk-anggukkan
kepala sendiri.
Dalam artikel yang berkenaan dengan lingkungan bisnis itu juga ditulis bahwa
lingkungan bisnis ibarat suatu teritorial, untuk menjelajahi diperlukan suatu peta. Peta
yang menggambarkan lingkungan bisnis yang dihadapi oleh menajemen disebut
paradigma the way we see the world, paradigma tertentu kita memandang dunia yang
dihadapi, dan dengan paradigma ini kita bersikap dan bertindak. Serta berdasarkan
paradigma tersebut kita mendesain sistem suatu alat yang kita digunakan untuk
mengorganisasikan berbagai sumber daya untuk mewujudkan sistem.
Peta yang
menggambarkan “Artikel pengendalian untuk bisnis ini tidak jauh beda dengan lingkungan dalam
lingkungan bisnis
pengertian birokrasi,” gumam Tommy ingin menarik relevansi artikel yang dibacanya
yang dihadapi oleh
menajemen disebut dengan apa yang sedang dijelajahinya di Aceh, terkait alat pengendalian kegiatan
paradigma the way pemerintah.
we see the world.
“Pak Tommy, tadi saya dengar Bapak bernyanyi di kamar. Kok, syairnya seperti
Format Kendali Hulu Hilir saja. Apa pendengaran saya yang salah?”, tanya Fri, salah
seorang peserta yang menginap persis di sebelah kamarnya di hotel.
Daripada malu, Tommy memilih untuk bersikap biasa saja. “Nanti, kita diskusikan
lagi, ya. Kita sudah sampai. Saya senang jika Ibu Fri mau berdiskusi terkait dengan seni
pengendalian. Siapa tahu itu berguna,” jawab Tommy sambil membuka ruang untuk
berdiskusi usai kegiatan input data di P2K.
***
Mengatur ruangan, termasuk menata kursinya juga memiliki aspek kendali. Dengan
jumlah kursi sebanyak jumlah orang maka segera diketahui apakah orang yang mestinya
Setelah semua peserta lengkap, Leginem memulai penjelasan proses input data
Format A1, di dampingi Ikhwan, Firdaus (bagian data), serta Hanan Fahrizal dari tim
teknis. Semua menyimak dan Tommy diam-diam bertanya dan membuat catatan tentang
cara melakukan input masing-masing form kerja Format Kendali Hulu Hilir:
2. Memiliki dokumen pendukung kerja, seperti Ringkasan APBD, dan DPA yang
sudah diberi nomor halaman secara manual untuk memudahkan pelacakan jika
ada kesalahan;
5. Memiliki daftar nama beserta nomor kontak Kepala SKPD, KPA dan PPTK, serta
nama dan nomor kontak person petugas DPKKD;
6. Memiliki resume jadwal proses lelang baik yang pascakualifikasi maupun yang
prakualifikasi;
7. Memiliki alat pendukung kerja sebaiknya laptop dengan processor minimal core
i5 yang sudah terinstal Microsoft Office 2007, dan pastikan bebas virus;
9. Soft Format Kendali Hulu Hilir dalam bentuk excel harus sudah di copy ke laptop
petugas input data;
10. Petugas input data di dampingi oleh Kepala Bidang Program, atau ULP terkait
proses lelang, data rekanan, atau KPA terkait metode pengadan, status kegiatan,
dan PPTK terkait detail perkembangan proyek;
11. Membangun hubungan baik dengan DPKKD untuk keperluan informasi serapan
anggaran untuk menghindari kesalahan atau perbedaan;
12. Sebelum melakukan input data perlu dibuat lembar checklist kesiapan format
pantau hulu hilir agar bisa dengan mudah diketahui perkembangan dan
hambatannya.
1. Data tetap/baku (fixed), yaitu data DPA yang dikonversikan ke dalam Format A1.
2. Data tambahan, yaitu data yang tidak ada di Format A1. Data ini diperoleh
akibat aktivitas dari kegiatan. Misalnya data lelang yang diperoleh dari ULP atau
KPA akibat dari aktivitas lelang.
3. Data dinamis, yaitu data akibat dari progress kegiatan. Misalnya, kegiatan yang
siap untuk di lelang di Format B1 pindah ke Format B2 karena dipantau proses
lelangnya, dan akan berpindah ke Format B3 karena menjadi paket hasil lelang,
dan akan berpindah ke Format B6 karena paketnya menjadi tidak siap lelang.
Data di Format B6 bisa berpindah lagi ke Format B1 jika menjadi paket siap
untuk segera di lelang.
FORMAT
A.2
FORMAT FORMAT
A.1 A.3
FORMAT
A.4
Skema 1: Sub Katagori Format A.1
1. Petugas input dan Ka. Pogram sebaiknya memahami bahwa Format A1 sebagai
hasil konversi dari DPA. Beda DPA dengan Format A1 adalah pada susunannya. Jika
di DPA susunannya berdasarkan kinerja (program dan kegiatan) maka di Format
A1, untuk kepentingan pengendalian, susunannya di ubah menjadi berdasarkan
operasional kegiatan, yakni metode pengadaan dan jenis belanja.
2. Jenis belanja dibagi dalam dua kelompok, yaitu Belanja Tidak Langsung (BTL) dan
Belanja Langsung (BL).
Pada File Format A1-F Terdapat Sheet Metode, Lokasi, Nama Singkat SKPD & Kode
SKPD :
• Nama SKPD : Untuk Pengkodean & Singkatan SKPD yg disepakati bersama serta
Nama & NIP Kadis & Ka. Program
Kolom 2 : Isi semua nama KPA pada SKPD di bawah baris Belanja Pegawai;
Selanjutnya isi Nama Kegiatan/Paket pada masing2 Metode
Pengadaan.
Kolom 6 : Isi “ K “ Jika Hasil Kegiatan berupa Konstruksi & “ NK “ Bila Non
Konstruksi (Setelah Pengisian ini, maka No Register Keluar
secara Otomatis).
Kolom 7 : Isi “ BTLP “ untuk Belanja Tidak Langsung Pegawai, “ BLP “ untuk
Belanja Langsung Pegawai, “ BJ “ untuk Belanja Barang & Jasa serta
“ BM “ untuk Belanja Modal.
Kolom 8 : Tidak Diisi untuk kriteria Kontraktual kecuali Swakelola diisi dengan
“ SWAT “ untuk Swakelola Rutin Kantor & “ SWAP “ untuk Swakelola
Program.
Kolom 10 : Isi dengan singkatan yang telah di sepakati untuk Prov, Kab/Kota
sesuai dengan lokasi pelaksanaan kegiatan (Merujuk pada Sheet
LOKASI).
1. Lakukan pengecekan data pagu di DPA setiap selesai melakukan input satu
kelompok kegiatan di Format A1;
2. Setelah selesai, lakukan uji kebenaran hasil input dengan Format A2 untuk melihat
keluaran pagu BTL dan BL. Jika sudah sesuai dengan angka pagu ikat di atas lembar
kerja maka hasil input Format A1 sudah benar;
3. Lihat data di Format A3 untuk menguji kebenaran data paket, dan untuk melihat
apakah data kode atau singkatan sudah benar. Jika di Format A3 tidak keluar nama
lokasi maka ada kesalahan input data di Format A1;
4. Semua perbaikan dilakukan pada lembar kerja Format A1. Jika masih tetap salah
periksa lembaran DPA, siapa tahu ada halaman yang kurang atau bertukar, atau
lainnya.
FORMAT
2. Isi semua kolom yang tersedia dengan data yang bisa diperoleh dari ULP;
3. Isi kolom status dengan kode warna, dengan berpedoman di keterangan yang
terdapat di atas format, sebagai berikut:
b. Untuk kegiatan yang dalam proses lelang isi kode warna hijau
c. Untuk kegiatan yang siap lelang sebelum tanggal ditetapkan isi kode kuning
d. Untuk kegiatan yang tidak siap lelang sampai dengan tanggal yang
ditetapkan isi kode merah.
5. Selain Format B, maka semua sub katagori Format B bersifat dinamis. Artinya,
posisi data di Format B1, B2, B3, dan B6 bisa berpindah-pindah. Data di Format
B1 jika sudah selesai pengumuman berpindah ke Format B2. Jika sudah selesai
lelang dan tanda tangan kontrak data berpindah ke Format B3, sedangkan data
yang tidak siap lelang berpindah ke Format B6. Data yang sudah siap untuk di
lelang berdasarkan jadwal komitmen yang di buat di Format B6 berpindah lagi ke
Format B1. Untuk itu lakukan perbaikan data setiap kali terjadi perbaikan progres di
kegiatan lelang,
6. Penggunaan Format B selesai jika status paket lelang sudah biru semua.
4. Persamaan data di Format B, Format B1, dan Format B2 adalah sama-sama memiliki
data Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan nama KPA;
5. Format B3 memiliki tiga informasi yang tidak ada di Format B, B1, dan B2, yaitu nilai
kontrak, sisa kontrak, nama dan nomor kontak PPTK, rekanan, waktu mulai dan
akhir paket kegiatan dilaksanakan dan tanggal pelaksanaan tanda tangan kontrak
dan tak-tuk;
6. Format B6 tersedia kolom penjelasan teknis mengapa tidak siap lelang dan kolom
komitmen tanggal lelang, kapan diumumkan, buka penawaran dan tanda tangan
kontrak.
1. Lakukan pengisian tanggal di 12 proses yang terdapat dalam lembar jadwal proses
lelang pascakualifikasi (Format B4) dan 24 proses prakualifikasi (Format B5),
Penjelasan input data ke dalam Format C dan Format D dipandu oleh Indra
Syahbana, didampingi tim teknis Mahyidin dan tim data Ardiansyah yang kemudian
dicatat juga oleh Tommy, di buku catatannya, yakni sebagai berikut:
FORMAT
FORMAT FORMAT
C.1 C.lain
Skema 3: Sub Katagori Format C
2. Isi kolom-kolom yang tersedia, yang datanya tidak berasal dari Format A1;
3. Pastikan di isi kolom tanggal pelaksanaan untuk melihat realistis jadwal kegiatan;
5. Isi kode warna untuk menentukan status dengan mempedomani keterangan status
yang ada di atas format;
1. Jika lebih dari satu KPA tambah lembar format C1, dan kode format berikutnya
menjadi Format C2 dan seterusnya (sebanyak KPA);
2. Tanggal pelaksanaan harus di isi dan dijaga agar tidak berubah-rubah karena
tanggal pelaksanaan menjadi ukuran dalam pemberian status. Tanggal pelaksanaan
juga menjadi alat untuk melihat realistis tidaknya waktu pelaksanaan kegiatan;
3. Sisa kontrak sebaiknya di isi setelah status kegiatan berwarna biru (selesai kegiatan
baik fisik maupun keuangan);
4. Pengisian data realisasi fisik mengacu pada Format D, dan data realisasi keuangan
untuk lebih cepatnya dan menghindari perbedaan data sebaiknya menggunakan
data di DPKKD.
FORMAT
FORMAT FORMAT
D.1 D.2
Skema 4: Sub Katagori Format D
1. Masukkan list paket yang hendak di pantau ke dalam Format D. Data list paket ada
di Format B3;
2. Cheklist kegiatan yang menjadi perhatian khusus di kolom Perkus, dan kegiatan
yang pelaksanaannya lambat di kolom lamban;
3. Beri status berdasarkan keterangan status di atas format setelah melihat realisasi
fisik di kolom realisasi sampai dengan tanggal terakhir kunjungan lapangan.
1. Input semua data tetap (tidak berubah) di Format D1 untuk kegiatan kontruksi, dan
di Format D2 untuk kegiatan non kontruksi;
2. Pasang denah lokasi dan foto kondisi sebelum dibangun (nol persen) yang tidak
diubah sampai PHO;
3. Pasang dua foto di kondisi saat pengecekan namun berbeda tanggalnya. Foto di
tanggal terakhir akan menjadi tanggal sebelumnya jika sudah ada foto baru hasil
kunjungan lapangan (Format D1 dan D2);
4. Isi realisasi fisik dan keuangan menurut bulan kunjungan dengan tetap
menyediakan angka realisasi sebelumnya di Format D1 atau D2;
Kepala Tommy sudah mulai panas. Ia yakin bukan hanya Ia saja yang merasakan
hal yang sama. Ia melihat ada beberapa orang di sana yang sudah mulai menguap dan
terkantuk-kantuk. Ada juga yang mencorat-coret saja karena sudah tak sanggup lagi
berpikir.
Setelah makan siang dan istirahat sejenak, Tommy kembali lagi mampu
mengumpulkan seluruh pikirannya untuk kembali fokus. Apalagi, apa yang dibahas
lebih rumit dan butuh perhatian ekstra. Ia terus mengingatkan dirinya tentang apa yang
menjadi tujuannya datang ke tempat itu, “Ayo, Tommy! Apa yang tak mungkin jika kita
mau berusaha keras? Semangat!!!”.
FORMAT
Secara grafis kurva S adalah penggambaran kemajuan kerja (bobot 0%) kumulatif pada
sumbu vertical terhadap waktu pada sumbu horizontal. Kemajuan kegiatan biasanya diukur
terhadap jumlah uang yang telah dikeluarkan oleh proyek. Perbandingan kurva S rencana
dengan kurva pelaksanaan memungkinkan dapat diketahuinya kemajuan pelaksanaan
proyek apakah sesuai, lambat, ataupun lebih dari yang di rencanakan.
Kurva S ini secara gampang akan terdiri atas dua grafik yaitu grafik yang merupakan
rencana dan grafik yang merupakan realisasi pelaksanaan. Perbedaan garis grafik pada
suatu waktu yang diberikan merupakan deviasi yang dapat berupa Ahead ( realisasi
pelaksanaan lebih cepat dari rencana) dan Delay (realisasi pelaksanaan lebih lambat dari
rencana).
1. Sebagai alat yang diperlukan untuk membuat EVM (Earned Value Method);
2. Sebagai alat yang dapat membuat prediksi atau forecast penyelesaian proyek;
3. Sebagai alat untuk mereview dan membuat program kerja pelaksanaan proyek dalam
satuan waktu mingguan atau bulanan. Biasanya untuk melakukan percepatan;
Harga Kegiatan
Bobot Kegiatan = x 100
Harga Total Kegiatan
Misalnya sebuah proyek memiliki bobot pekerjaan seperti pada tabel di bawah ini.
3,457,844.27
Bobot kegiatan (2) x 100 = 5.787 %
59,740,543.99
5.787 %
= 0,965 %
6
Hasil setiap periode dijumlahkan dan selanjutnya bobot per periode ditambahkan
periode sebelumnya sehingga akhir proyek akan mencapai bobot 100 %. Selanjutnya,
dibuatkan kurva dengan memplot nilai bobot per periodenya, seperti pada gambar di
bawah ini.
Untuk mengalokasikan waktu dari sebuah pekerjaan kita dapat menggunakan cara
volume pekerjaan dinding keseluruhan harus dibagi dengan kecepatan konstruksi material
batu bata merah, yaitu 6 – 8 m2/hari.
Jika dalam pembuatan Time Schedule waktu dibagi menjadi per minggu, maka
hasil pembagian volume pekerjaan dengan kecepatan konstruksi harus dibagi dengan
tujuh hari dalam satu minggu. Misalnya pada contoh proyek pada lantai satu memiliki
volume pekerjaan dinding sebesar 51 m3. Maka langkah untuk menghitung alokasi
pekerjaan, pertama adalah konversi satuan volume dari m3 menjadi m2 , karena 1 m3
sama dengan 6,7 m2 (tebal bata pada umumnya), maka:
51 m3 x 6,7 = 341,7 m2
Kemudian satuan luas yang didapat dari konversi volume pekerjaan dibagi dengan
kecepatan konstruksi dinding menggunakan pasangan batu bata merah:
341,7 m2
= 42,7 hari
8 m2
Jika dalam time schedule waktu pelaksanaan didistribusikan menjadi satuan minggu,
maka jumlah hari yang diperoleh harus dibagi dengan tujuh hari:
42,7 hari
= 61,1 atau 6 minggu
4 hari
5,787 %
= 0,965 %
6
Nah, sekarang sudah dapat kita ketahui dari mana angka 0,965 di gambar time
schedule di atas dan bagaimana cara alokasi waktu enam minggu untuk pekerjaan beton/
dinding. (sumber: http://harispradipta.blogspot.com)
2
3 5
1 6 7
4
8 10
9 11
12 13
Kolom Penjelasan
1 Nama Lengkap Provinsi
2 Nama SKPD
7 Deviasi keuangan dan fisik pada sisa waktu antara tanggal target dan realisasi
9.1 Diisi realisasi bulan lalu keuangan dan fisik (BTL, BL, dan Total)
9.2 Kenaikan realisasi keu dan fisik bandingan antara bulan lalu dan kondisi terakhir
9.3 Bila realisasi keuangan dan fisik lebih sedikit dibanding target (otomatis)
Diisi rencana dan realisasi: Untuk kolom rencana setahun diisi diawal pembuatan kurva
11
S - Kolom realisasi diisi pada akhir bulan berjalan
Resume Pagu - Paket - Bobot - Realisasi dan Realisasi Per-KPA, sumber data dari Format
12
C. Pastikan total keuangan dan fisik sama dengan poin 9.6
FORMAT
FORMAT FORMAT
F.1 F.2
Skema 6: Sub Katagori Format F
1. Lakukan input data list paket yang sudah PHO, sumber data di Format D;
4. Input semua kolom di Format F1 untuk rekam jejak kegiatan kontruksi dan Format F2
untuk kegiatan non konstruksi, data bisa dilihat di Format D1 dan D2;
Setelah acara selesai dan kembali ke hotel, Tommy kembali memilih untuk tidak
beristirahat. Tommy berdiri di depan cermin dan menatap tubuhnya. Seperti ada ajakan
untuk melihat dirinya dari sisi aliran data yang ada di Format Kendali Hulu Hilir. Diam-diam
Tommy mulai membayangkan kepalanya sebagai Dokumen APBD atau DPA. Tangannya
menunjuk kearah jantung dan menempatkannya sebagai Format A1. Dari Format A1 lalu
Tommy menunjukkan seluruh bagian penting di tubuhnya, dan setelah semua lengkap ia
menggambar dalam bentuk ilustrasi yang diberi judul Organ Agen Tak Tuk, sebagai berikut:
Tommy tertarik pada formula terbang burung angsa. Bentuknya semacam formasi
huruf “V.” Satu di depan yang lainnya di belakang. Ada yang memimpin dan ada yang
dipimpin. Pemimpin memimpin arah dan yang dipimpin mengikuti arah, termasuk
Tommy kembali teringat konsep satu bahasa dalam cara pandang kerja
pengendalian yang dibangun oleh P2K-APBA. Menurut Pak Taqwa, orang-orang
dipemerintahan terdiri dari berbagai ragam latar belakang. Jika tidak ada satu bahasa
dalam pelaksanaan kegiatan APBD maka sudah pasti tujuan akan sulit dicapai.
Begitu pula dalam hal melaksanakan kegiatan, jika pembagian peran tidak dijalankan
secara maksimal maka tidak mungkin untuk mencapai target yang sudah ditetapkan.
Sudah pasti akan terlalu banyak alasan untuk menghindar melakukan sesuatu yang benar
dan tepat. Sudah pasti juga terlalu banyak hambatan keterlambatan manakala atasan
Satu bahasa itu langsung tidak bisa mengorganisir pelaksana. Sudah pasti pula tidak mungkin untuk
mensyaratkan
mencapai target manakala pemimpin tidak tahu persis apa arahan, tindakan, dan putusan
keharusan semua
pihak untuk fokus yang harus dilakukan berhubung tidak ada data dukung.
pada arah dan tujuan
yang sama dengan Dalam kerja pengendalian juga dibutuhkan satu bahasa antara pelaksana dan
cara berbagi peran pimpinan. Satu bahasa itu mensyaratkan keharusan semua pihak untuk fokus pada
untuk mencapai arah dan tujuan yang sama dengan cara berbagi peran untuk mencapai target-target
target-target yang
yang sudah ditetapkan. Satu alat kendali yang sederhana akan menjadi berdaya guna
sudah ditetapkan.
manakala semua pihak satu bahasa, fokus dan tertib.
“Daripada terus bertanya, ada baiknya besok saya akan bertanya langsung kepada
tim pemandu P2K-APBA,” tekad Tommy. Tommy lalu kembali asyik dengan pemandangan
negeri Aceh usai bencana tsunami. Ulee Lheu yang makin indah. Sebuah kawasan yang
tidak hanya menjadi jalur pelayaran Banda Aceh – Sabang, tapi juga menjadi salah satu
objek wisata kota yang bila dikelola dengan baik akan mendatangkan manfaat bagi
semua.
“Kalau begitu, kita akan bertemu di Rapim ya. Kami, boleh ikut nggak?”
“Boleh saja untuk melihat bagaimana caranya Rapim dikelola. Sebenarnya, yang
ikut Rapim hanya dari pihak SKPD. Dan, tidak boleh membawa staf.”
“Begini, Pak Tommy. Sebelum ke Rapim ada tahapan yang harus dilalui, terlebih
dahulu.”
“Iya benar. Tapi, hasil input data ke dalam Format yang dilakukan oleh kawan-
kawan dari SKPD dilakukan normalisasi dulu, lalu dipresentasi dalam desk dan disiapkan
bahan-bahan Rapimnya dalam forum Pra Rapim.”
“Loh, kenapa harus ada desk dan pra rapim lagi? Kan semua data sudah diuji
dengan rumus nol sama dengan nol? Apa itu dalam rangka untuk mensiasati laporan
sehingga hanya data yang diperlukan saja yang diberikan kepada pimpinan. Maksud
saya, menghaluskan atau mengindahkan laporan?”
“Jika maksud Pak Tommy itu yang negatif maka tidak. Jika diindahkan itu artinya
seni dalam menyajikan laporan itu ada benarnya. Rapim itu ada musim-musimnya.
Setiap musim ada Setiap musim ada yang menjadi isu utama. Isu inilah yang akan dibahas di forum Pra-
yang menjadi isu Rapim untuk kemudian dibawa ke forum Rapim. Misalnya, jika musim duren maka yang
utama. Isu inilah disampaikan ya soal duren dan tidak mungkin soal langsat juga.”
yang akan dibahas
di forum Pra-Rapim “Maksud saya, hanya laporan terpilih saja. Sehingga pimpinan senang!”
untuk kemudian
dibawa ke forum “Semua laporan itu pasti terpilih, Pak Tommy. Itulah gunanya format. Dan, sudah
Rapim. pasti pimpinan harus disenangkan hatinya. Tapi, bukan ABS, pak. Artinya, pimpinan
harus disuguhkan laporan yang berdasarkan data dan fakta, fokus, tepat sehingga
arahan, intruksi, dan intervensi pimpinan bisa efektif dan berdaya guna. Jika pimpinan
ikut serta…”
“Iya betul-betul. Saya ingat, kunci kerja percepatan dan pengendalian adalah upaya
bersama memantau proses agar terdeteksi sejak dini. Pelaksana dan pimpinan pro aktif
dan dengan format kendali berkerja untuk mencapai kinerja organisasi selalu di atas 90
persen.”
“Ha ha ha sudah hafal diluar kepala ni, Pak Tommy. Saya yakin, ilmu bapaklah
“Ah, bu Yuni. Saya belajar juga, kan. Semua kita ini makhluk yang tidak pernah
berhenti belajar dan belajar untuk membaikkan apa yang sudah ada.”
“Oh ya, apa saja bahan yang akan dinormalisasikan. Sudah pasti ini ada kaitannya
dengan Rapim dan itu artinya yang akan dibahas di Desk Pra Rapim kan? Oh ya, makna
normalisasi itu apa ya?”
Artinya, yang
melakukan
“Normalisasi artinya, yang belum 0 = 0 akan dicari penyebabnya sehingga seluruh
input data dan
pimpinannya variabel kendali benar-benar singkron. Dan semua data yang di format sudah 0 = 0
harus mencapai (sudah sinkron) akan di deskkan. Artinya, yang melakukan input data dan pimpinannya
kesepakatan bahwa harus mencapai kesepakatan bahwa posisi terkini kegiatan mereka sebagaimana yang
posisi terkini
tersaji di dalam data.”
kegiatan mereka
sebagaimana yang “Kalau begitukan bisa saja terjadi usaha manipulasi data?”
tersaji di dalam data.
“Selama masih di dunia, ya semua bisa terjadi kan pak. Tapi, dengan menggunakan
format kendali hulu hilir ini maka data akan saling melakukan crosschek sehingga
akan ketahuan jika dilakukan manipulasi. Rumus 0 = 0 juga menjadi alat uji untuk
memastikan data yang ada benar adanya.”
“Duh, tambah bingung ni. Begini saja. Bagaimana kalau bu Yuni urut lagi tertib
kerjanya.”
“Ah Pak Tommy ini, pura-pura tidak paham. Baiklah. Saya coba jelaskan lagi ya.”
Pertama, memandu tahap input data. Pada tahapan ini dilakukan kerja pengisian
Format Kendali Hulu Hilir, mulai dari Format A.1 – Format F. Kerja input data sepenuhnya
dilakukan oleh operator atau tim input data dari SKPD. Tugas tim pengendalian hanya
memandu dan memantau proses.
Kedua, tahap normalisasi. Artinya, data yang sudah di input dilakukan normalisasi
khususnya terhadap format yang 0 ≠ 0. Sebagaimana diketahui 0 = 0 bermakna seluruh
variabel kendali dipastikan harus sinkron. Misalnya, jika ada 50 paket pengadaan barang
Pada tahap ini dan jasa melalui lelang maka 20 sedang lelang, 10 sudah lelang, 10 siap lelang, dan
data yang ada 10 tidak siap lelang. Tugas ini juga dilakukan oleh Tim SKPD. Tim pengendalian juga
(hasil input) dan
memandu dan memantau proses.
sudah singkron lalu
dipresentasi untuk Ketiga, tahap desk. Pada tahap ini data yang ada (hasil input) dan sudah singkron lalu
memastikan bahwa
dipresentasi untuk memastikan bahwa hasil input sudah benar semuanya. Untuk itu
hasil input sudah
benar semuanya. terlebih dahulu dibuat naskah desk sebagai bahan presentasi. Naskah desk terdiri dari
Untuk itu terlebih semua hasil input dan format terpilih untuk dijadikan bahan persiapan Rapim. Pada saat
dahulu dibuat naskah presentasi harus hadir Kepala SKPD, Sekretaris, Kabid/KPA, PPTK, Operator/petugas input,
desk sebagai bahan
termasuk tim pengendalian. Tujuannya, habis desk segera dilakukan perbaikan jika masih
presentasi.
ada data yang keliru.
Keempat, Pra Rapim dan Rapim. Pada tahap ini disiapkan data-data sesuai dengan
isu Rapim. Bahan-bahan pra rapim terdiri dari surat berserta lampirannya. Surat yang
berupa penyampaian Naskah Rapim turut dilampirkan Kurva S, Format A.2, Format
C, dan Format C.1. Lampiran itu berlaku untuk semua SKPD. Bagi SKPD yang memiliki
paket lelang maka ikut dilampirkan juga Format B.2, B.3, B.4, B.5 dan B.6 serta Format
D, D.1 dan D.2. . Setelah surat di otorisasi maka di kirim sebagai bahan Rapim. Dari bahan
Pra Rapim kemudian dibuat bahan Rapim seperti Kurva S, Grade, dan list merah per-SKPD
Kelima, tindak lanjut Rapim. Setelah Rapim langsung dibuat tindak lanjut Rapim.
“Oh ya bu Yuni. Tadi ada tersebut isu-isu Rapim. Bisa dijelaskan lebih lanjut?”
“Itukan sudah Pak Tommy catat kemarin saat bapak bincang-bincang saat istirahat.
Itu, yang saat Pak Tommy duduk satu meja dengan Yoppy, Agam, Ahmad, Yan, Firdaus,
dan David juga Ikhwan. Lupa ya, Pak hehe.”
“Ah, mana mungkin! Oke, saya periksa dulu ya. Bisa jadi memang saya yang lupa
hehe.”
Target
No. Bulan Isu Form Tanggal
keuangan (%)
“Saya mau di sini dulu beberapa hari. Rencana mau ke tempat saudara dulu di Aceh.“
“Ya iyalah, pak. Nikmati dulu negeri Aceh yang sudah damai dan lagi giat-giatnya
membangun. Apalagi sekarang sudah ada pemimpin baru hehe.”
“Iya, saya mau ke Aceh Barat dulu. Ada saudara yang ajak mengambil madu di
hutan.”
“Oh, iya juga ya. Saya paham. Orang yang akan mengambil madu maka harus lebih
dahulu tahu dimana lokasi madu. Tapi kan petani madu tidak pakai format, bu Rafida.”
“Ha ha ha…format lagi, format lagi. Tapi kan sama-sama mengambil madu juga,
kan Pak. Orang kunjungan lapangan juga mengambil madu. Maksudnya data terkini
dilapangan terkait progress fisik terkini masing-masing paket langsung di lokasi kegiatan.
Itu madu yang sangat berguna bagi perjalanan sebuah kegiatan.“
Orang kunjungan
lapangan juga “Hidup memang penuh tamsil ya dan alam terus member pelajaran bagi kita.
mengambil madu. Terkadang juga apa yang kita lakukan sudah tersedia pelajarannya di alam. Ini kita
Maksudnya data
yang tidak memperhatikan ayat-ayat alam atau bagaimana ya. Tapi, sudahlah. Ayo, bu
terkini dilapangan
terkait progress jelaskan lagi dong.”
fisik terkini masing-
Rafida, salah satu koordinator teknis di P2K APBA kemudian menjelaskan secara
masing paket
langsung di lokasi umum terkait kunjungan lapangan.
kegiatan.
Kegiatan ini dilakukan untuk melakukan update data Format D, D.1 dan D.2 yang
kemudian menjadi sumber data format kinerja masing-masing KPA, yaitu Format C.
Untuk melakukan Kunlap agar berdaya guna maka dilakukan langkah-langkah berikut:
4. Menyiapkan Format D, D.1 dan D.2 masing-masing paket termasuk paket perkus.
Ass, Ka.P2K lap hasil kunlap 9 Mei B. Aceh : target 6 pkt, kunj 6 (taktuk 6, tdk taktuk 0),
blm kunj 0 pkt.
A. Resume :
• Tdk taktuk 0
Ass, Ka.P2K laporan hasil kunlap 9 Mei B. Aceh : Target 7 pkt, kunj 6 (taktuk 6, tdk taktuk
0), blm kunj 1 pkt.
A. Resume :
• Tdk taktuk 0
1. Keswan : 2
2. BPBA : 1
3.Dispora : 3
FORMAT
DPA A.1
B C D E F
6 Jenis Format Kendali Hulu Hilir Aceh
Salah seorang yang dipanggil itu adalah saudara dr. H. Taqwallah, M.Kes. Maka
gemuruh tepuk tangan dan teriakan pun membahana saat pria kelahiran Banda Aceh, 4 Mei
1964, menuju panggung acara.
Semua pasti tahu mengapa gemuruh itu terjadi begitu sang dokter yang pernah
meraih prestasi teladan (2005), TKHD Aceh Utara (1996), dan prestasi kerja luar biasa
baiknya (2009), melangkahkan kakinya. Di dalam hati masing-masing, pasti penuh dengan
peta visual kenangan karena hampir semua orang pasti pernah “bertemu” dengan sosok
yang selama di BRR NAD-Nias memegang “pisau operasi” proyek. Dalam kapasitasnya
sebagai Kepala P4W (2007) dan kemudian menjadi Wakil Deputi Operasi Bidang
Pengendalian Pembangunan ia memang mendapat tugas “membedah” semua proyek
untuk mendeteksi segala kemungkinan, minimal mengetahui kondisi “kesehatan” dan
“perkembangan” anatomi proyek (2007-2009)
Hasil deteksi proyek melalui “teknik operasi bedah pantau” dokter yang saat ini
menjabat sebagai Wakil Ketua I IDI Wilayah Aceh (2012-2014) inilah seluruh informasi
disajikan kepada pimpinan dalam gelar rapat pimpinan atau yang akrab disebut rapim.
Tentu saja apa yang disajikan dalam rapim menjadi menarik. Menjadi lebih menarik
karena tim pengambil atau pembahas keputusan adalah orang-orang yang ‘mengatasi”
keilmuannya sang dokter yang bertugas di Seunuddon (1993-1997), Samalanga (1997-2000),
dan Simeulue (2000-2006). Soalnya, seluruh peserta adalah pemilik atau atasan langsung
proyek/paket yang secara professional bertolak dari latar belakang ilmu paket masing-
Tapi, di menu sajian “Format Pantau P4W” (salah satu unit kerja Kedeputian Bidang
Operasi) kala itu, seluruh kenyataan disampaikan dengan tepat. Paket terbengkalai, paket
borok, paket lewat Desember 2008, dan lainnya dinyatakan dengan lugas.
Semua ini bukan untuk tujuan mendiskreditkan salah satu pihak atau juga untuk
menjatuhkan lembaga melainkan (dalam prosesnya) untuk dapat dicarikan resep dan
obat yang tepat sesuai dengan “sakit” yang se-sungguhnya. Informasi apa adanya ini pula
yang akhirnya membuat semua pihak di BRR dapat dengan tepat dan cepat melakukan
antisipasi.
Dibalik itu semua, ada satu kekuatan yang dimiliki oleh format pantau pengendalian
ini, yakni halaman pertama. Informasi yang disajikan di halaman pertama tidak hanya
mengkonstruksi peta proyek atau paket dan kondisi-nya melainkan juga disajikan dengan
pertimbangan yang matang dan bahkan penuh dengan sentuhan seni sehingga kala
disampaikan langsung membuat semua orang fokus pada informasi yang ada.
Jika sudah demikian tentu semua itu tidak hanya karena seorang dokter Taqwallah
yang sudah mengikuti Diklar SPAMA (2001) dan Diklatpim Tk.II (2004) tapi juga pada
semua tim pengendalian berserta dukungan semua pihak. Bisa diduga, tanpa kerja
professional yang didukung oleh kesediaan untuk berkerja keras tanpa kenal lelah dan
Pertanyaan menarik, apakah mereka “takut” pada mantan Kepala Perwakilan Wilayah
IV BRR NAD-Nias, seorang Taqwallah? Jawaban sesungguhnya ada pada hati masing-
masing. Tapi dugaan yang wajar karena ada satu kesadaran yang dimiliki bahwa kerja
keras dengan sistem yang jelas membuat semua orang mampu melewati hari-hari penuh
tantangan.
Akhirnya, harus diakui bahwa dengan format pantau bukan hanya telah membantu
lembaga ini bisa mengakhiri tugas dan mandatnya dengan lega, lebih dari itu format
pantau ini juga telah memproduksi satu zat baru dalam tubuh personil tim pengendalian
yakni zat kerja keras yang sangat berguna bagi evolusi dan revolusi kinerja pembangunan
daerah dan Indonesia, kala kita berada dan berkerja dimana pun.
Sejak tahun 2010, zat kerja keras itu disuntik ke “tubuh” SKPD Pemprov Aceh, dan
dokter yang belum menjadi dokter ahli itu, Taqwallah, sejak 2010 menjadi staf ahli Gubernur
Aceh dan Ketua P2K-APBA kembali menggunakan racikan bersama timnya, Format Kendali
Hulu Hilir, untuk diterapkan sebagai alat untuk melakukan pengendalian kegiatan APBA,
dan hasilnya juga makin lebih baik. Energi kerja keras makin tertular dan tentu akan semakin
sempurna kala Format Kerja Keras ini disambut juga oleh Zaini Abdullah yang juga seorang
dokter, atau akrab disapa Doto.
***