You are on page 1of 25

PEDIKULOSIS KAPITIS

I. PENDAHULUAN
Pedikulosis kapitis adalah suatu infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh Pediculus
humanus var. capitis.1-4 Selain menyerang kulit dan rambut kepala, pedikulosis dapat pula
menyerang badan oleh Pediculus humanus var corporis dan menyerang daerah pubis oleh Phtyrus
pubis.1,5,6
Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia tanpa adanya batasan umur, jenis kelamin, ras, status
ekonomi & status sosial.7-9 Gejala utama yang sering ditemukan adalah gatal pada kulit kepala
terutama pada bagian belakang telinga dan tengkuk. Pedikulosis kapitis disebut juga kutu kepala atau
head lice,10

II. EPIDEMIOLOGI
Penyakit pedikulosis kapitis dapat ditemukan di seluruh dunia pada semua usia terutama pada anak-
anak dan dewasa muda. Insidens tertinggi pada usia sekitar 3 – 12 tahun. Pedikulosis kapitis lebih
sering timbul pada wanita dibandingkan pria.7,8
Penularan penyakit ini lebih sering melalui kontak kepala dengan kepala, namun dapat juga melalui
benda-benda seperti sisir, topi, bantal, dan asesoris rambut yang dipakai secara bergantian.3,8
Higienitas yang buruk juga dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit ini, misalnya jarang
membersihkan rambut atau rambut yang panjang pada wanita.5,9,11

III. ETIOLOGI
Penyakit pedikulosis kapitis disebabkan oleh parasit subspecies Pediculus humanus var. capitis.
Parasit ini termasuk dalam golongan filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Phthiraptera, subordo
Anoplura, family Pediculidae dan species Pediculus humanus.7,12

Siklus hidup Pediculus humanus capitis melalui stadium telur, larva, nimfa dan dewasa. Satu kutu
kepala betina dapat hidup selama 16 hari dan menghasilkan 50 – 150 telur. Telur berbentuk oval dan
umumnya berwarna putih atau kuning.13 Telur diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti
tumbuhnya rambut, yang berarti makin ke ujung makin terdapat telur yang lebih matang. Telur kutu
membutuhkan 8 – 9 hari untuk menetas.2,4
Telur yang menetas akan menjadi nimfa. Bentuknya menyerupai kutu dewasa, namun dalam ukuran
kecil. Nimfa akan menjadi dewasa 9 – 12 hari sesudah menetas. Untuk hidup, nimfa harus
memperoleh makanan berupa darah.2
Pediculus humanus capitis berbentuk seperti biji wijen dengan panjang sekitar 1 – 2 mm, tidak
bersayap, memipih di bagian dorsoventral dan memanjang. Parasit ini memiliki 3 pasang kaki yang
disesuaikan sebagai pengepit rambut dan mulut pengisap kecil di bagian anterior yang menjadi
bagian untuk mendapatkan darah. Kutu kepala dapat merayap dengan cepat, di atas 23 cm/menit.
Kutu dewasa dapat bertahan hidup sekitar 30 hari di kepala manusia. Kutu dapat mati dalam 1 – 2
hari setelah jatuh dari rambut.1,14
Kutu kepala terdiri atas kutu jantan dan betina. Kutu betina dibedakan dengan kutu jantan
berdasarkan ukuran tubuh yang lebih besar dan adanya penonjolan daerah posterior yang
membentuk huruf V yang digunakan untuk menjepit sekeliling batang rambut ketika bertelur. Kutu
jantan memiliki pita berwarna coklat gelap yang terbentang di punggungnya.1

IV. PATOGENESIS
Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk rmenghilangkan rasa gatal. Sepanjang
siklus kehidupannya, larva dan kutu dewasa menyimpan kotorannya di kulit kepala, yang akan
menyebabkan timbulnya rasa gatal. Selain itu gatal juga ditimbulkan oleh liur dan ekskreta dari kutu
yang dimasukkan ke dalam kulit waktu menghisap darah. Garukan yang dilakukan untuk
menghilangkan gatal akan menyebabkan terjadinya erosi dan ekskoriasi sehingga memudahkan
terjadinya infeksi sekunder.1,9

V. GAMBARAN KLINIS
Gejala awal yang dominan adalah rasa gatal pada kulit kepala. Rasa gatal dimulai dari yang ringan
sampai rasa gatal yang tidak dapat ditoleransi.1,5 Lesi papul yang gatal biasanya terdapat pada
daerah belakang telinga dan bagian tengkuk leher, akibat garukan pada kulit kepala akan terjadi erosi
dan ekskoriasi. Adanya infeksi sekunder yang berat menyebabkan terbentuknya pustul, abses.6

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis :
- Pemeriksaan mikroskop dapat mengkonfirmasi diagnosis. Dengan pemeriksaan mikroskop dapat
terlihat kutu dewasa dengan 6 kaki, yang tebalnya 1-4 mm, tidak bersayap, berwarna abu-abu
berkilat sampai merah jika menghisap darah.3,7
- Pemeriksaan dengan lampu wood pada daerah yang terinfestasi memperlihatkan fluoresensi
kuning-hijau dari kutu dan telur.3, 4

Pemeriksaan histologi: Pemeriksaan histologi jarang dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Hasil
dari biopsi memperlihatkan perdarahan intradermal dan infiltrat yang dalam berbentuk baji dengan
banyak eosinofil dan limfosit.7

VII. DIAGNOSA
Diagnosis pedikulosis kapitis dapat ditegakkan melalui inspeksi pada kulit kepala dan rambut, dengan
menemukan kutu atau telur berwarna abu-abu berkilat. Kutu dan telur tersebut dapat dikonfirmasi
melalui pemeriksaan mikroskop.1,3

VIII. DIAGNOSIS BANDING


a. Dermatitis seboroika
Dermatitis seboroik memberikan gambaran klinis berupa daerah eritema dan skuama pada daerah
kepala dan terasa gatal oleh penderita. Dapat dibedakan dengan pedikulosis kapitis dengan tidak
ditemukannya telur atau kutu pada daerah kepala yang gatal.19,20
b. Impetigo krustosa
Impetigo krustosa disebabkan oleh Staphylococcus B hemolyticus ditandai dengan eritema dan
vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita datang berobat yang terlihat adalah krusta tebal
berwarna kuning seperti madu.18
C. Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala dimana terdapat kelainan berupa
lesi bersisik, kemerahan, kerion, dan gatal. Pada pemeriksaan dengan KOH, akan didapatkan spora
dan hifa yang merupakan elemen jamur yang merupakan penyebab tinea kapitis.23, 24

IX. PENATALAKSANAAN
1.Pedikulosid
a. Permethrin(1%)
Permethrin 1% cream rinse diberikan ke kulit kepala dan rambut. Awalnya rambut dicuci dengan
shampoo nonconditioner kemudian dikeringkan dengan handuk. Lalu diberikan Permethrin 1%
cream rinse selama 10 menit kemudian dibilas. Hal ini diperkirakan dapat membasmi sekitar 20%-
30% dari telur. Tetapi, disarankan agar pemakaiannya diulang apabila kutu masih terlihat pada 7-10
hari setelahnya. Permethrin mempunyai keuntungan efek toksin yang rendah dan pengobatannya
cepat.16,17
b. Pyrethrin
Pyrethrin diperoleh dari suatu sari alami bunga chrysanthemum. Pyrethrin yang dikombinasi dengan
piperonyl butoxide adalah neurotoksik untuk kutu tetapi kurang toksik terhadap manusia. Produk ini
seperti shampoo dimana diberikan pada rambut yang kering dan didiamkan selama 10 menit
sebelum dibilas. Penggunaan dapat diulang 7-10 hari kemudian untuk membasmi kutu kepala yang
baru.16,17
c. Malathion
Obat malathion organophosphate adalah suatu penghambat cholinesterase dan telah digunakan
selama 20 tahun untuk pengobatan kutu kepala9. Malathion 0,5% atau 1% yang digunakan dalam
bentuk losio atau spray. Caranya : malam sebelum tidur rambut dicuci dengan sabun kemudian
dipakai losio malathion, lalu kepala ditutup dengan kain. Keesokan harinya rambut dicuci lagi dengan
sabun lalu disisir dengan sisir yang halus dan rapat (serit). Pengobatan ini dapat diulang lagi
seminggu kemudian, jika masih terdapat kutu atau telur.1,7,10
d. Lindane(1%)
Lindane adalah organochloride yang mempunyai efek toksik terhadap CNS (Central Nervous System)
apabila penggunaannya tidak benar. Penggunaannya seperti shampoo dan dapat didiamkan kurang
lebih selama 10 menit dengan pemakaian yang berulang dalam 7-10 hari. Dalam beberapa tahun
kasus resisten pernah dilaporkan diseluruh dunia. Oleh karena adanya efek toksik terhadap CNS yang
dapat menyebabkan serangan dan kematian,sehingga penggunaan lindane terhadap pasien harus
dibatasi.16,17
e. Krotamiton(10%)
Krotamiton 10% dalam bentuk losion digunakan untuk terapi skabies, dan beberapa penelitian
menunjukkan krotamiton 10% juga efektif untuk kutu kepala dimana diberikan ke kulit kepala dan
didiamkan selama 24 jam sebelum dibilas. Aman untuk anak, dewasa, dan wanita hamil.16
f. Ivermectin oral
Ivermectin adalah suatu agen antiparasitik yang efektif untuk kutu kepala. Ivermectin diberikan
dengan dosis tunggal secara oral 200 mikrogram/oral dengan dosis pemberian 2 kali setelah 7-10
hari. Ivermectin tidak boleh diberikan ke anak yang berat badannya kurang dari 15 kg. Penggunaaan
Ivermectine oral belum diakui oleh FDA ( Food and Drug Administration ) sebagai pedikulosid.16
g. Trimethoprim-sulfamethoxazole oral
Antibiotik ini biasa juga disebut cotrimoxazole digunakan dalam dosis otitis media, sama efektif
pemberiannya untuk kutu kepala. Antibiotik ini dapat membasmi simbiosis bakteri dalam gerak kutu
atau berhubungan langsung dengan efek toksik dari kutu. Penggunaan Trimethoprim-
sulfamethoxazole belum diakui sebagai pedikulosid oleh FDA (Food and Drug Administration).17

2. Pengobatan Lingkungan
a. Desinfeksi semua perhiasan kepala, syal, mantel, handuk, dan seprei dengan mesin cuci dalam air
panas, kemudian keringkan dengan menggunakan panas. Selain itu benda yang akan dibersihkan
dapat dimasukkan ke dalam sebuah kantong plastik, disemprot dengan pedikulosid lalu disimpan 2-4
minggu. Sisir dan sikat harus direndam dalam air panas selama 5-10 menit. Perabot dan permadani
harus dibersihkan dengan penghisap.
b. Anggota keluarga dan teman sekolah juga harus diobati.
c. Beritahu para guru sekolah bila ditemukan kasus indeks.25

X. PENCEGAHAN
Penyakit ini pada dasarnya dapat dicegah melalui pola hidup yang bersih. Misalnya dengan
pemberantasan kutu yang berada dilingkungan sekitar. Benda-benda yang terpapar dengan
penderita (misalnya, kasur, bantal, linen, handuk, mainan, topi) seharusnya dicuci bila
memungkinkan kemudian dikeringkan. Air yang digunakan adalah air panas dengan suhu lebih dari
50-55°C selama paling kurang 5 menit. 8
Membersihkan lingkungan tempat tinggal akan membantu mengurangi kesempatan untuk terpapar
kembali dengan kutu kepala. Periksalah setiap orang yang berada didalam lingkungan rumah tangga
pada saat bersamaan, sebelum membersihkan lingkungan tersebut. Bersihkan semua lantai dengan
alat penghisap debu, permadani, bantal, karpet, dan semua pelapis meubel yang ada. Semua sisir
dan sikat rambut yang digunakan oleh penderita kutu kepala harus di rendam dalam air dengan suhu
diatas 130°F( 540C) , alkohol atau pedikulosid selama 1 jam.
Penjelasan kepada anak-anak terutama tentang cara mencegah penularan melalui penggunaan topi,
sisir, dan bandana bersama juga dapat dipertimbangkan. Menyediakan tempat penyimpanan barang-
barang milik anak secara terpisah di dalam ruang kelas juga dapat mencegah penyebaran kutu ini.8
XI. KOMPLIKASI
Beberapa orang akan berkembang menjadi suatu infeksi sekunder akibat garukan. Adanya infeksi
sekunder yang berat menyebabkan terbentuknya pustul dan abses.6

XII. PROGNOSIS
Baik bila hygiene diperhatikan.1 Kegagalan terapi disebabkan oleh penggunaan shampo yang tidak
benar dan reinfestasi parasit.13

XIII. KESIMPULAN
Pedikulosis kapitis adalah penyakit pada kulit kepala dan rambut yang disebabkan oleh parasit
Pediculus humanus capitis. Cara penularan penyakit ini ditularkan melalui kontak kepala dengan
kepala atau melalui benda-benda seperti sisir, bantal, dan asesoris rambut. Manifestasi klinis yang
paling sering timbul adalah gatal pada kulit kepala terutama pada bagian belakang telinga dan
tengkuk leher yang disebabkan oleh saliva dan ekskreta dari kutu yang dimasukkan ke dalam kulit
waktu menghisap darah. Diagnosis ditegakkan berdasarkan inspeksi pada kulit kepala dan helaian
rambut untuk menemukan kutu yang masih hidup dan telurnya. Dengan pemeriksaan mikroskopis
dapat ditemukan telur berwarna abu-abu dan berkilat. Pengobatan yang dilakukan berupa terapi
medikamentosa dan terapi non-medikamentosa. Pencegahan dapat dilakukan terutama dengan
menjaga higiene rambut, pakaian, serta benda-benda yang dapat menjadi media penularan.

DAFTAR PUSTAKA
Handoko, RP. Pedikulosis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu penyakit
kulit dan kelamin.4th ed. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia;
1987.p.119-120.

Head Lice Infestation (Pediculosis) [online] 2008 Februari 1.[cited 2008 April 3]
Available from : URL:http://health.state.ga.us/pdfs/epi/zvbd/Head%20Lice%20Fact
%20Sheet.pdf

Wilson DC, Leyva WH, King LE. Insect Bites and Infestations. In: Fitzpatrick TB.
Johnson RA, Wolff K, Suurmond D, editors. Color Atlas and Synopsis Of Clinical
Dermatology.4th ed. Newyork: McGraw-Hill,inc; 2001. p.827-29.

Kane KS, Ryder JB, Johnson RA, Baden HP, Stratigos A, editors. Insect Bites and
Infestations. In : Color Atlas & Synopsis Of Pediatric Dermatology. New York :
McGraw Hill;2002. p610-13

Mckoy KC, Moschella SL. Parasites, Arthropods, Hazardous Animals, and Tropical
Dermatology. In: Moschella SL, Hurley HJ, editors. Dermatology.2th ed. Philadelphia:
W.B.Saunders company; 1992.p.1731-1802.

Habif TP. Infestations and Bites. In : Clinical Dermatology 4th edition A Color Guide to
Diagnosis and Therapy. Edinburg : Mosby; 2004. p506-9
Guenther L. Pediculosis [online]. 2006 December 4. [cited 2008 April 3]; Available from:
URL: http://www.emedicine.com/infectiousdisease/topic1769.htm.

Kettle DS. Head lice. [online]. 1995. [cited 2007 September 24]; [3 screens]. Available
from: URL: http://medent.usyd.edu.au/fact/headlice.html.

Burns DA. Disease Caused by Arthropods and Other Noxious Animals. In: Champion
RH, Burton JL, Ebling FJG, editors. Rook/ Wilkinson/ Ebling Textbook of
dermatology.5th ed. London: Blackwell Scientific Publications; 1992.p.1283-85.

Meinking TL, Burkhart CN, Burkhart CG. Infections, infestation and bites. In: Bolognia
JL, Jorizzo JL, Rapini RP, editors. Dermatology. London: Mosby; 2003. p.1324-26.

Graham-Brown R, Savin J, Milner J, editors. Head Lice. In : In Clinical Practice Series


Dermatology. China : Churcill Livingstone, 2004. p 48-51

Head Louse [online]. 2008 Maret 28. [cited 2008 April 3]; Available from : URL:
http://en.wikipedia.org/wiki/Head_louse

Parish LC. Pediculosis. In Frankel DH, editor. Field Guide to Clinical Dermatology.
Philadelphia : Lippincott Williams&Wilkins;1999. p 16-18

Ko C, Elston DM. Pediculosis. In :Tyring SK, Lupi O, Hengge UR, editors. Tropical
Dermatology. Philadelphia : Churcill Livingstone;2006. p387-392

Head Lice [online] 2006 Maret 17 [cited 2008 April 3]; Available from : URL:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000840.htm

Pediculosis Capitis (Head Lice) [online] [cited 2008 April 3]; Available from : URL:
http://pediatrics.aappublications.org/cgi/content/full/110/3/638?
ijkey=e9ca60b1f002cef44343b8cff6711f1843b7270c

Frankowsky BL, Weiner LB. Head Lice [online] 2002 [cited 2008 April 3] ;Available
from : URL:http://pediatrics.aappublications.org/cgi/content/full/114/3/e275

Djuanda A. Pyoderma. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu penyakit kulit
dan kelamin.4th ed. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia; 1987.p.55-57.

Selden S. Seborrheic dermatitis [online]. 2007 March 14. [cited 2008 April 3]; Available
from: URL: http://www.emedicine.com/DERM/topic396.htm

Djuanda A,. Dermatosis Eritroskuamosa. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors.


Ilmu penyakit kulit dan kelamin.4th ed. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia; 1987. p 173-78

Sladden MJ, Johnston GA. More Common Skin Infection in Children. [online] 2005
[cited 2007 Oktober 5] ; Available from :
URL:http://www.bmj.com/cgi/content/full/330/7501/1194
Scalp Psoriasis vs. Seborrheic Dermatitis : How are they different? [online] 2005
September 9. [cited 2008 April 2008] ; Available from :
URL:http://health.yahoo.com/topic/skinconditions;_ylt=AmXdBz..XqDKBvU_I60m1
6PmNs4F

Budimulja U. Mikosis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu penyakit kulit
dan kelamin.4th ed. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia; 1987.p.87-94.

Lehler MS. Health Information Ring Worm , Tinea Capitis [online] 2007 Juni 21 [cited
2008 April 3] ; Available from : URL:http://www.uwhealth.org/

Goldstein BG, Goldstein AO, Arthropoda. In: Pendit BU, editors. Dermatologi Praktis.1st
ed. Jakarta: Hipokrates; 1994. p 62-4.
Infestasi Kutu (Pedikulosis)

Infestasi Kutu (Pedikulosis) adalah serbuan kutu yang menyebabkan rasa gatal hebat dan bisa
menyerang hampir setiap kulit tubuh.

PENYEBAB
Kutu hampir tak dapat dilihat, merupakan serangga tak bersayap yang mudah menular dari orang ke
orang melalui kontak badan dan karena pemakaian bersama baju atau barang lainnya.

Kutu kepala sangat mirip dengan kutu badan, meskipun sebenarnya merupakan spesies yang
berlainan.
Kutu kemaluan memiliki badan yang lebih lebar dan lebih pendek dibandingkan kutu kepala dan kutu
badan.
Kutu kepala dan kutu kemaluan hanya ditemukan pada manusia, sedangkan kutu badan juga sering
ditemukan pada pakaian yang bersentuhan dengan kulit.

Kutu kepala ditularkan melalui kontak langsung atau melalui sisir/sikat/topi yang digunakan bersama-
sama.
Infestasi kutu kepala kadang menyebar ke alis, bulu mata dan janggut.
Kutu kepala sering ditemukan pada murid-murid di satu sekolah.

Penularan kutu badan tidak semudah penularan kutu rambut.


Kutu badan biasanya menyerang orang-orang yang tingkat kebersihan badannya buruk dan orang-
orang yang tinggal di pemukiman yang padat.
Kutu badan bisa membawa penyakit tifus, demam parit dan demam kambuhan.

Kutu kemaluan menyerang daerah kemaluan, ditularkan pada saat melakukan hubungan seksual.

Kutu kepala betina

Kutu kepala jantan


GEJALA
Infestasi kutu menyebabkan gatal-gatal hebat.
Penggarukan seringkali menyebabkan kulit terluka, yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi bakteri.

Kadang terjadi pembengkakan kelanjar getah bening di leher belakang akibat adanya infeksi kulit
kepala.
Anak-anak hampir tidak menyadari adanya kutu kepala atau hanya merasakan iritasi kulit kepala yang
samar-samar.

Rasa gatal akibat kutu badan biasanya lebih hebat dirasakan di bahu, bokong dan perut.
Kutu kemaluan menyebabkan rasa gatal di sekitar penis, vagina dan anus.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik (ditemukan kutu).

Kutu betina melepaskan teluar berwarna abu-abu keputihan yang berkilau dan tampak sebagai
butiran kecil yang menempel di rambut.
Kutu badan dewasa dan telurnya tidak hanya ditemukan pada rambut badan, tetapi juga pada lipatan
baju yang bersentuhan dengan kulit.
Kutu kemaluan meninggalkan kotoran berwarna coklat tua di pakaian dalam. Kutu kemaluan sulit
ditemukan dan bisa terlihat sebagai bintik kecil kebiruan di kulit. Telurnya menempel di dasar
rambut, sangat dekat dengan kulit.

PENGOBATAN
Permethrin merupakan pengobatan kutu yang paling aman, paling efektif dan paling nyaman.

Lindane (tersedia dalam bentuk krim, losyen atau shampoo) juga bisa mengatasi kutu tetapi tidak
dapat diberikan kepada anak-anak karena bisa menimbulkan komplikasi neurologis.

Kadang digunakan piretrin.

Ketiga obat tersebut bisa menimbulkan iritasi.


10 hari setelah pemakaian, ketiga obat tersebut harus dioleskan kembali untuk membunuh kutu yang
baru menetas.

Infestasi pada alis atau bulu mata sulit untuk diobati; kutu biasanya diambil dengan menggunakan
tang khusus.
Jeli minyak polos bisa membunuh atau melemahkan kutu di bulu mata.

Jika sumber infestasi (sisir, topi, pakaian dan seprei) tidak dibersihkan melalui pencucian, penguapan
atau dry cleaning, maka kutu bisa bertahan hidup dan kembali menginfeksi manusia.
EKTOPARASIT
Ektoparasit jarang menyebabkan infeksi saluran kelamin,
tetapi ditularkan dari orang ke orang melalui hubungan erat,
khususnya hubungan seksual.
Pedikulosis pubis
Ordo Anaplura mencakup lebih dari 400 spesies kutu
penghisap yang merupakan ektoparasit mammalia dan dari
tiga spesies kutu pada manusia yaitu Phtirius pubis (kutu
pubis), Pediculus humanis capitis (kutu kepala) dan P. huma-
nus humanus (kutu badan) spesies yang sering ditularkan
melalui hubungan seksual adalah kutu pubis atau crabs.
Kutu memiliki 5 tahap kehidupan yang semuanya terjadi
pada tuan rumah yaitu telur, tiga tahap nymphal dan tahap
dewasa. Penularan dari orang ke orang terutama melalui
hubungan intim. Kutu pubis tidak menyebar secepat kutu
manusia lain di luar tuan rumah karena jangka hidupnya lebih
singkat (24 jam dibandingkan beberapa hari untuk yang lain),
penularan seksual lebih dominan. Populasi dengan insiden
tertinggi kutu pubis sama dengan gonore dan sifilis yaitu
bujangan antara 15-25 tahun.
Kepekaan terhadap efek gigitan kutu bervariasi antar
individu. Bila baru pertama kali mungkin butuh 5 hari
sebelum gejala sensitisasi alergis terjadi dan gejala yang
utama adalah gatal, luka eritema, iritasi dan inflamasi. Diag-
nosis infestasi kutu dilakukan dengan (1) sejarah terinci dari
penderita, (2) kemungkinan infestasi kutu dan pertimbangan
tanda dan gejala penderita serta (3) pengamatan teliti pen-
derita. Baik kutu dewasa maupun telurnya mudah dilihat
dengan mata telanjang.
Penatalaksanaan dan disinfeksi harus diindividulisasi.
Idealnya digunakan pedikulosida yang efektif membunuh baik
kutu dewasa maupun telurnya, untuk itu biasanya dibutuhkan
waktu kontak minimal l jam. Juga kontak di rumah yang lain
harus diamati sehingga baik sumber maupun penyebarannya
dapat diobati. Obat bebas yang paling efektif mengandung
piretrin dan piperonibutoksida, sedangkan obatetikal yang
banyak digunakan adalah
benzenheksaklorida 1 % di
samping sulfur petrolatum 6%, tiabendazol 5-10%, DDT dan
malathion. Yang paling baru adalah primetrin yang secara
kimia mirip piretrin tetapi bersifat termo dan fotostabil, efek
toksis rendah serta spektrum aktivitas insektisida lebar. Semua
pedikulosida menganggu fungsi ganglion saraf kutu hingga
menyebabkan paralisa pernapasan dan kematian. Kadang-
kadang gatal yang merupakan gejala penting semua infestasi
kutu tidak hilang dengan pedikulosida karena faktor reaksi
alergi dan/atau iritasi sehingga dibutuhkan antipruritus/

antiinflamasi. Pakaian harus dicuci dengan air panas atau dry


cleaning dan yang tidak bisa dicuci harus diberi disinfektan.
Scabies
Sesungguhnya scabies telah diketahui merupakan pe-
nyakit akibat gigitan kutu Sarcoptes scabiei sejak tahun 1687
yang biasanya berkumpul pada tangan dan pergelangan. Kutu
betina menggali stratum korneum dan bertelur 2-3 butir tiap
hari yang kemudian tumbuh menjadi dewasa dalam 10-14
hari. Tahap selanjutnya biasa disertai papula dengan rasa
gatal. Epidemi berlangsung dalam siklus 30 tahunan dengan
selang 15 tahun antara suatu akhir epidemi dan timbulnya
yang baru yang biasanya berlangsung selama 15 tahun juga.
Penyebabnya multifaktorial antara lain kemiskinan, higina
buruk, pelacuran, misdiagnosis, faktor demografi dan ekologi.
Dalam hal ini faktor imunologi penting. Kenaikan insiden
scabies sejak tahun 1960-an sedikit banyak sejalan dengan
gonore dan lebih banyak pada pria seperti PHS lainnya serta
usia antara 20-30 tahun sehingga dari sudut epidemiologi
dapat dikelompokkaan dalam PHS.
Karakteristik penderita dengan infestasi scabies
merupakan cermin populasi pada umumnya dan penularan
biasanya melalui hubungan erat personal. Masa inkubasi yang
panjang, khususnya bila pertama kali (6 minggu), menyebab-
kan penelusuran sumber sulit. Pada masa aktif seksual,
penularan melalui hubungan seksual bisa terjadi. Scabies juga
merupakan salah satu penyakit dari berbagai PHS yang juga
mungkin ditularkan dalam rumah tangga kepada tiap individu
dari segala usia. Makin besar muatan parasit pada individu,
makin tinggi kemungkinan penularan.
Gejala gatal khas scabies adalah malam hari atau setelah
mandi air panas, lesi hampir simetris dan tangan biasanya
yang pertama kali terkena (khususnya di sela jari). Lesi
tampak sebagai papula atau vesikel yang mengandung kutu
dan telurnya serta sangat menonjol pada pangkal jari, per-
mukaan anterior pinggang dan siku serta lipatan paha dan
kelamin eksternal pada pria; sedangkan pada wanita pada
puting susu, perut dan bagian bawah pantat. Penularan karena
kontak langsung kulit, melalui pakaian atau melalui hubungan
seksual yang sering kali bersamaan dengan gonore, sifilis,
pedikulosis pubis. Scabies atypi terjadi pada infeksi HIV dan
merupkan salah satu infeksi oportunistik. Komplikasi infeksi
bakteri sekunder mungkin timbul (biasanya karena digaruk),
misalnya kolonisasi strain streptokokus nefritogenik pada lesi
scabies yang menyebabkan glomerulonefritis, khususnya di
daerah tropis. Diagnosis diferensial mencakup hampir semua
dermatosis pruritik dengan teknik lab untuk studi mikros-
kopik.
Pilihan obat scabisida harus memperhitungkan efektivitas
dan toksisitas, pada awalnya terutama dengan sulfur dan
cenderung mulai ke scabisida modern karena segi kosmetika
sulfur kurang baik. Penatalaksanaan juga harus melibatkan
orang-orang yang berhubungan dekat atau pasangan seksual.
24 jam setelah terapi yang efektif penderita tidak dapat
menularkan lagi kepada orang lain, tetapi gejala mungkin
masih ada sampai beberapa minggu. Scabisida yang biasa
digunakan bersamaan dengan scabisida seperti antihistamin

atau salisilat dan untuk sisa pruritus setelah terapi scabisida


dapat digunakan hidrokortison pada orang dewasa dan
emolien pada bayi/anak. Diagnosis dini dan penatalaksanaan
dengan scabisida yang efektif untuk penderita dan kontak
seksual/rumah tangga merupakan kunci pencegahan.

S. scabiei : untuk usia lebih besar dari 10 tahun digunakan


lindan 1% selama 8 jam atau benzilbenzoat 25% selama 2
malam atau krotamiton 10% atau sulfur 6%, sedangkan untuk
usia lebih kecil dari 10 tahun atau wanita hamil/menyusui
hanya boleh digunakan krotamiton 10% atau sulfur 6%.
3. Beneson AS. Control of Communication Diseases in Man. 14
th
ed.
American Public Health Association. 1985 ; 171-77, 192-84, 251-53,
256-67, 278-80, 341-43, 401-2, 432-33.
4.
Sutarjo. Dasar Biologis Klinis Penyakit Infeksi. ed. 4, Yogyakarta Gajah
Mada University Press, 1994 : 279-83, 291-4.
P pubis : digunakan lindan 1% topikal selama 8 jam atau
piretrin dan piperonil butoksida secara topikal selarna 10
menit.

Pedikulosis
A. Pengertian
Pedikulosis adalah penyakit kulit menular akibat infestasi pedikulus (tuma), sejenis kutu yang hidup
dari darah manusia, pada rambut kepala & kemaluan atau baju. Kutu tersebut akan memberi keluhan
gatal akibat gigitannya. Kutu hampir tak dapat dilihat, merupakan serangga tak bersayap yang mudah
menular dari orang ke orang melalui kontak badan dan karena pemakaian bersama baju atau barang
lainnya.

B. Epidemologi
• Tuma à parasit obligat manusia
• Kosmopolit tidak dipengaruhi musim
• Insiden: kebersihan << (org dan lingk), sos ekonomi <<
• Penularan
– Kontak langsung erat (tmsk STD)
– Melalui alat-alat a.l topi, sisir, tempat tidur, dll
• Di EROPA tuma sebagai vektor dari:
– Ricketsia: Tifus epidemik, demam parit
Spirochaeta (Borrelia recurrentis) menyebabkan demam berulang

C. Etiologi
Penyakit pedikulosis disebabkan oleh parasit Pediculus yang biasa kita kenal dengan kutu. Kutu
hampir tak dapat dilihat, merupakan serangga tak bersayap yang mudah menular dari orang ke orang
melalui kontak badan dan karena pemakaian bersama baju atau barang lainnya. Ada beberapa kutu
yang menyebabkan pedikulosis, seperti kutu kepala juga kutu badan.
Kutu kepala sangat mirip dengan kutu badan, meskipun sebenarnya merupakan spesies yang
berlainan. Kutu kemaluan memiliki badan yang lebih lebar dan lebih pendek dibandingkan kutu
kepala dan kutu badan.

D. Klasifikasi
Ada 3 jenis kutu yang menyerang mausia, yaitu :
1. Pedikulosis Kapitis
Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala atau tuma yang disebut Peduculus humanus
capitis pada kulit kepala. Tuma betina akan meletakkan telur-telurnya (nits) di dekat kulit kepala.
Telur ini akan melekat erat pada batang rambut dengan suatu substansi yang liat. Telur akan menetas
menjadi tuma muda dalam waktu sekitar 10 hari dan mencapai maturasinya dalam tempo 2 minggu.
2. Pedikulosis Korporis
Pedikulosis Korporis merupakan infestasi kutu pediculus humanus corporis pada badan. Keadaan ini
menghinggapi orang yang jarang mandi atau yang hidup dalam lingkungan yang rapat serta tidak
pernah mengganti bajunya.
3. Pedikulosis Pubis
Pedikolisis pubis, yang merupakan infestasi oleh phthirus pubis( crab louser; kutu kemaluan ) sangat
sering dijumpai. Infestasi parasit ini umumnya terjadi di daerah genital dan terutama ditularkan lewat
hubungan seks.

E. Patofisiologi
Siklus hidup Pediculus melalui stadium telur, larva, nimfa dan dewasa. Parasit ini bisa hidup pada
tubuh atau padaislakutu kepala betina dapat hidup selama 16 hari dan menghasilkan 50 – 150 telur.
Kutu mendapatkan makanan dengan cara menghisap darah pada kulit. Hama ini meninggalkan
telurnya dipermukaan kulit dan juga menempel pada batang rambut, baik itu di daerah kepala,
badan ataupun pubis manusia. Kutu manusia menyuntikkan getah pencernaan dan ekskreatanya ke
dalam kulit yang menimbulkan rasa gatal yang hebat. Kutu sangat subur pada kodisi yang padat
penduduknya.
Kutu kepala dan kutu kemaluan hanya ditemukan pada manusia, sedangkan kutu badan juga sering
ditemukan pada pakaian yang bersentuhan dengan kulit. Kutu kepala ditularkan melalui kontak
langsung atau melalui sisir/sikat/topi yang digunakan bersama-sama. Infestasi kutu kepala kadang
menyebar ke alis, bulu mata dan janggut. Kutu kepala sering ditemukan pada murid-murid di satu
sekolah.
Penularan kutu badan tidak semudah penularan kutu rambut. Kutu badan biasanya menyerang
orang-orang yang tingkat kebersihan badannya buruk dan orang-orang yang tinggal di pemukiman
yang padat. Kutu badan bisa membawa penyakit tifus, demam parit dan demam kambuhan. Kutu
kemaluan menyerang daerah kemaluan, ditularkan pada saat melakukan hubungan seksual.
F. Manifestasi Klinis
Pedikulosis Kapitis, tuma paling sering ditemukan disepanjang bagian postorior kepala dan
dibelakang telinga. Telur tuma dapat dilihat dengan mata telanjang sebagai benda yang terbentuk
oval, mengkilap dan berwarna perak yang sulit dilepas dari rambut. Gigitan serangga ini
menyebabkan rasa gatal yang hebat dan garukan yang dilakukan untuk menghilangkan gatal sering
menimbulkan infeksi bakteri sekunder seperti impetigo serta furunkulosis. Infestasi tuma lebih sering
ditemukan pada anak-anak dan orang dengan rambut yang panjang. Tuma dapat ditularkan lansung
lewat kontak fisik atau tidak langsung leawat sisir, sikat rambut, wig, topi dan perangkat tempat tidur
( bantal, seprei dll) yang terenfiksi oleh tuma.
Pedikulosis Korporis, daerah kulit yang terutama terkena adalah bagian yang paling terkena pakaian
dalam ( yaitu , leher, badan dan paha ). Kutu badan terutama hidup dalam pelipit pakaian dan di
temapt ini, kutu merekat erat sementara menusuk kulit penderita dengan probosisnya. Gigitan kutu
menyebabkan titik-titk pendarahan yang kecil dan khas. Ekskoriasi yang menyebar luas dapat terlihat
sebagai akibat dari rasa gatal dan perbuatan menggaruk yang intensif, khususnya pada badan serta
leher. Di antara lesi sekunder yang ditimbulkan terdapat guratan linier garukan yang paralel dan
ekzema dengan derajat ringan. Pada kasus menahun, kulit pasien menjadi tebal, kering dan bersisik
dengan daerah-daerah yang berpigmen serta berwarna gelap.
Pedikulosis pubis, “debu” berwarna cokelat kemerahan (ekskresi kutu) dapat ditemukan pada
pakaian dalam. Kutu kemaluan dapat menginfestasi rambut dada, aksila, janggut dan bulu mata.
Makula yang berwarna kelabu-biru kadang-kadang dapat terlihat pada badan, paha dan aksila
sebagai akibat dari reaksi saliva serangga tersebut dengan bilirubin ( yang mengubahnya menjadi
biliverdin ) atau ekskresi yang dihasilkan oleh kelenjar liur kutu. Lipatan pubis harus diperiksa dengan
kaca pembesar untuk mendeteksi keberadaan phthirus pubis yang merayap disepanjang batang
rambut atau keberadaan telur kutu tersebut yang menempel erat dengan rambut atau tempat
pertemuan antara rambut dan kulit. Rasa gatal merupakan gejala yang paling sering ditemukan,
khususnya di malam hari, infestasi oleh kutu kemaluan dapat dijumpai bersama dengan penyakit
menular kelamin (gonore, kandidiasis, sifilis).

G. Penegakan Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik (ditemukan kutu). Kutu betina
melepaskan teluar berwarna abu-abu keputihan yang berkilau dan tampak sebagai butiran kecil yang
menempel di rambut.
Kutu badan dewasa dan telurnya tidak hanya ditemukan pada rambut badan, tetapi juga pada lipatan
baju yang bersentuhan dengan kulit. Kutu kemaluan meninggalkan kotoran berwarna coklat tua di
pakaian dalam. Kutu kemaluan sulit ditemukan dan bisa terlihat sebagai bintik kecil kebiruan di kulit.
Telurnya menempel di dasar rambut, sangat dekat dengan kulit.

H. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Permethrin merupakan pengobatan kutu yang paling aman, paling efektif dan paling nyaman.
Lindane (tersedia dalam bentuk krim, losyen atau shampoo) juga bisa mengatasi kutu tetapi tidak
dapat diberikan kepada anak-anak karena bisa menimbulkan komplikasi neurologis.
Kadang digunakan piretrin. Ketiga obat tersebut bisa menimbulkan iritasi. 10 hari setelah pemakaian,
ketiga obat tersebut harus dioleskan kembali untuk membunuh kutu yang baru menetas. Infestasi
pada alis atau bulu mata sulit untuk diobati, kutu biasanya diambil dengan menggunakan tang
khusus. Jeli minyak polos bisa membunuh atau melemahkan kutu di bulu mata.
Jika sumber infestasi (sisir, topi, pakaian dan seprei) tidak dibersihkan melalui pencucian, penguapan
atau dry cleaning, maka kutu bisa bertahan hidup dan kembali menginfeksi manusia.
2. Tindakan Keperawatan
Pada penderita Pedikulosis kapitis terapinya mencakup pengeramasan rambut memakai sampo yang
mengandung lindane (Kwell) atau senyawa piretrin dengan piperonil butoksida ( sampo RID atau R&C
). Kepada pasien dianjurkan untuk mengeramas kulit kepala dan rambut menurut petunjuk pemakain
sampo tersebut. Sesudah dibilas sampai bersih, rambut disisir dengan sisis bergigi halus (serit) yang
sudah dicelupkan dalam cuka agar telur atau cangkar telur tuma yang tertinggal dapat terlepas dari
batang rambut. Telur tuma sangat sulit dilepas dan mungkin harus diambil dengan jari tangan satu
per satu ( karena itu, orang awam memakai istilah “ mencari kutu”. Semua barang, pakaian, handuk
dan perangkat tempat tidur yang bisa mengandung tuma atau telurnya harus dicuci dengan air panas
sedikitnya dengan suhu 54oC atau dicuci kering untuk mencegah infestasi ulang. Perabot, permadani
dan karpet yang berbulu harus sering dibersihkan dengan alat vacum cleaner. Sisir dan sikat rambut
juga harus didisinfeksi dengan sampo. Semua anggota keluarga dan orang yang berhubunagn erat
dengan pasien harus diobati. Komplikasi seperti pruritas yang hebat, pioderma ( infeksi kulit yang
membentuk pus ) dan dermatitis diobati dengan preparat antipruritus, antibiotik sistemik serta
kortikosteroid tropikal.
Sedangkan pada penderita Pedikulosis korporis dan Pedikulosis pubis, kepada pasien diminta untuk
memakai sabun dan air. Kemudian, lindane (Kwell) atau melation dalam isopropil alkohol (losion
Prioderm) dioleskan pada daerah-daerah kulit yang terenfeksi dan daerah yang berambut menurut
petunjuk informasi produk. Terapi topikal alternatif lainnya adalah pedikulida berbahan dasar piretrin
(RID yang merupakan preparat yang bisa dibeli bebas) atau tembaga oleat 0,03% (Curpex). Jika bulu
mata turut terkena vaseline dapat dioleskan tebal-tebal dua kali sehari selama 8 hari yang kemudian
diikuti oleh pencabutan secara mekanis setiap telur kutu yang tertinggal. Komplikasi, seperti pruritis
hebat, pioderma (infeksi yang membentuk pus pada kulit) dan dermatitis diobati dengan preparat
antipruritis, antibiotik sistemik serta kortikosteroid topikal. Perlu diingat bahwa kutu badan dapat
menularkan penyakit epedemik pada manusia, yaitu penyakit riketsia (tifus epidemik, demam hilang
timbul dan trench fever). Mikroorganisme penyebabnya berada dalam traktus gastrointestinal
serangga tersebut dan dapat diekskresikan ke permukaan kulit pasien yang terinfeksi.

I. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat gatal yang digaruk kemudian terjadi infeksi yang bila dibiarkan
akan keluar nanah. Kemudian timbul impetigo yaitu inflamasi kulit yang akut dan menular, yang
ditandai oleh pustula dan skuama.

J. Pencegahan
Penyakit ini pada dasarnya dapat dicegah melalui pola hidup yang bersih. Misalnya dengan
pemberantasan kutu yang berada dilingkungan sekitar. Benda-benda yang terpapar dengan
penderita (misalnya, kasur, bantal, linen, handuk, mainan, topi) seharusnya dicuci bila
memungkinkan kemudian dikeringkan. Air yang digunakan adalah air panas dengan suhu lebih dari
50-55°C selama paling kurang 5 menit. 8
Membersihkan lingkungan tempat tinggal akan membantu mengurangi kesempatan untuk terpapar
kembali dengan kutu kepala. Periksalah setiap orang yang berada didalam lingkungan rumah tangga
pada saat bersamaan, sebelum membersihkan lingkungan tersebut. Bersihkan semua lantai dengan
alat penghisap debu, permadani, bantal, karpet, dan semua pelapis meubel yang ada. Semua sisir
dan sikat rambut yang digunakan oleh penderita kutu kepala harus di rendam dalam air dengan suhu
diatas 130°F (540C), alkohol atau pedikulosid selama 1 jam.
Penjelasan kepada anak-anak terutama tentang cara mencegah penularan melalui penggunaan topi,
sisir, dan bandana bersama juga dapat dipertimbangkan. Menyediakan tempat penyimpanan barang-
barang milik anak secara terpisah di dalam ruang kelas juga dapat mencegah penyebaran kutu ini.

PEDIKULOSIS KAPITIS
I. PENDAHULUAN
Pedikulosis kapitis adalah suatu infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh
Pediculus humanus var. capitis.1-4 Selain menyerang kulit dan rambut kepala, pedikulosis
dapat pula menyerang badan oleh Pediculus humanus var corporis dan menyerang daerah
pubis oleh Phtyrus pubis.1,5,6
Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia tanpa adanya batasan umur, jenis kelamin, ras,
status ekonomi & status sosial.7-9 Gejala utama yang sering ditemukan adalah gatal pada
kulit kepala terutama pada bagian belakang telinga dan tengkuk. Pedikulosis kapitis disebut
juga kutu kepala atau head lice,10

II. EPIDEMIOLOGI
Penyakit pedikulosis kapitis dapat ditemukan di seluruh dunia pada semua usia terutama pada
anak-anak dan dewasa muda. Insidens tertinggi pada usia sekitar 3 – 12 tahun. Pedikulosis
kapitis lebih sering timbul pada wanita dibandingkan pria.7,8
Penularan penyakit ini lebih sering melalui kontak kepala dengan kepala, namun dapat juga
melalui benda-benda seperti sisir, topi, bantal, dan asesoris rambut yang dipakai secara
bergantian.3,8 Higienitas yang buruk juga dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit ini,
misalnya jarang membersihkan rambut atau rambut yang panjang pada wanita.5,9,11

III. ETIOLOGI
Penyakit pedikulosis kapitis disebabkan oleh parasit subspecies Pediculus humanus var.
capitis. Parasit ini termasuk dalam golongan filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo
Phthiraptera, subordo Anoplura, family Pediculidae dan species Pediculus humanus.7,12

Siklus hidup Pediculus humanus capitis melalui stadium telur, larva, nimfa dan dewasa. Satu
kutu kepala betina dapat hidup selama 16 hari dan menghasilkan 50 – 150 telur. Telur
berbentuk oval dan umumnya berwarna putih atau kuning.13 Telur diletakkan di sepanjang
rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut, yang berarti makin ke ujung makin terdapat telur
yang lebih matang. Telur kutu membutuhkan 8 – 9 hari untuk menetas.2,4
Telur yang menetas akan menjadi nimfa. Bentuknya menyerupai kutu dewasa, namun dalam
ukuran kecil. Nimfa akan menjadi dewasa 9 – 12 hari sesudah menetas. Untuk hidup, nimfa
harus memperoleh makanan berupa darah.2
Pediculus humanus capitis berbentuk seperti biji wijen dengan panjang sekitar 1 – 2 mm,
tidak bersayap, memipih di bagian dorsoventral dan memanjang. Parasit ini memiliki 3
pasang kaki yang disesuaikan sebagai pengepit rambut dan mulut pengisap kecil di bagian
anterior yang menjadi bagian untuk mendapatkan darah. Kutu kepala dapat merayap dengan
cepat, di atas 23 cm/menit. Kutu dewasa dapat bertahan hidup sekitar 30 hari di kepala
manusia. Kutu dapat mati dalam 1 – 2 hari setelah jatuh dari rambut.1,14
Kutu kepala terdiri atas kutu jantan dan betina. Kutu betina dibedakan dengan kutu jantan
berdasarkan ukuran tubuh yang lebih besar dan adanya penonjolan daerah posterior yang
membentuk huruf V yang digunakan untuk menjepit sekeliling batang rambut ketika bertelur.
Kutu jantan memiliki pita berwarna coklat gelap yang terbentang di punggungnya.1
IV. PATOGENESIS
Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk rmenghilangkan rasa gatal.
Sepanjang siklus kehidupannya, larva dan kutu dewasa menyimpan kotorannya di kulit
kepala, yang akan menyebabkan timbulnya rasa gatal. Selain itu gatal juga ditimbulkan oleh
liur dan ekskreta dari kutu yang dimasukkan ke dalam kulit waktu menghisap darah. Garukan
yang dilakukan untuk menghilangkan gatal akan menyebabkan terjadinya erosi dan
ekskoriasi sehingga memudahkan terjadinya infeksi sekunder.1,9

V. GAMBARAN KLINIS
Gejala awal yang dominan adalah rasa gatal pada kulit kepala. Rasa gatal dimulai dari yang
ringan sampai rasa gatal yang tidak dapat ditoleransi.1,5 Lesi papul yang gatal biasanya
terdapat pada daerah belakang telinga dan bagian tengkuk leher, akibat garukan pada kulit
kepala akan terjadi erosi dan ekskoriasi. Adanya infeksi sekunder yang berat menyebabkan
terbentuknya pustul, abses.6
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis :
- Pemeriksaan mikroskop dapat mengkonfirmasi diagnosis. Dengan pemeriksaan mikroskop
dapat terlihat kutu dewasa dengan 6 kaki, yang tebalnya 1-4 mm, tidak bersayap, berwarna
abu-abu berkilat sampai merah jika menghisap darah.3,7
- Pemeriksaan dengan lampu wood pada daerah yang terinfestasi memperlihatkan fluoresensi
kuning-hijau dari kutu dan telur.3, 4

Pemeriksaan histologi: Pemeriksaan histologi jarang dilakukan untuk menegakkan diagnosis.


Hasil dari biopsi memperlihatkan perdarahan intradermal dan infiltrat yang dalam berbentuk
baji dengan banyak eosinofil dan limfosit.7
VII. DIAGNOSA
Diagnosis pedikulosis kapitis dapat ditegakkan melalui inspeksi pada kulit kepala dan
rambut, dengan menemukan kutu atau telur berwarna abu-abu berkilat. Kutu dan telur
tersebut dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan mikroskop.1,3

VIII. DIAGNOSIS BANDING


a. Dermatitis seboroika
Dermatitis seboroik memberikan gambaran klinis berupa daerah eritema dan skuama pada
daerah kepala dan terasa gatal oleh penderita. Dapat dibedakan dengan pedikulosis kapitis
dengan tidak ditemukannya telur atau kutu pada daerah kepala yang gatal.19,20
b. Impetigo krustosa
Impetigo krustosa disebabkan oleh Staphylococcus B hemolyticus ditandai dengan eritema
dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita datang berobat yang terlihat adalah
krusta tebal berwarna kuning seperti madu.18
C. Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala dimana terdapat kelainan
berupa lesi bersisik, kemerahan, kerion, dan gatal. Pada pemeriksaan dengan KOH, akan
didapatkan spora dan hifa yang merupakan elemen jamur yang merupakan penyebab tinea
kapitis.23, 24
IX. PENATALAKSANAAN
1.Pedikulosid
a. Permethrin(1%)
Permethrin 1% cream rinse diberikan ke kulit kepala dan rambut. Awalnya rambut dicuci
dengan shampoo nonconditioner kemudian dikeringkan dengan handuk. Lalu diberikan
Permethrin 1% cream rinse selama 10 menit kemudian dibilas. Hal ini diperkirakan dapat
membasmi sekitar 20%-30% dari telur. Tetapi, disarankan agar pemakaiannya diulang apabila
kutu masih terlihat pada 7-10 hari setelahnya. Permethrin mempunyai keuntungan efek toksin
yang rendah dan pengobatannya cepat.16,17
b. Pyrethrin
Pyrethrin diperoleh dari suatu sari alami bunga chrysanthemum. Pyrethrin yang dikombinasi
dengan piperonyl butoxide adalah neurotoksik untuk kutu tetapi kurang toksik terhadap
manusia. Produk ini seperti shampoo dimana diberikan pada rambut yang kering dan
didiamkan selama 10 menit sebelum dibilas. Penggunaan dapat diulang 7-10 hari kemudian
untuk membasmi kutu kepala yang baru.16,17
c. Malathion
Obat malathion organophosphate adalah suatu penghambat cholinesterase dan telah
digunakan selama 20 tahun untuk pengobatan kutu kepala9. Malathion 0,5% atau 1% yang
digunakan dalam bentuk losio atau spray. Caranya : malam sebelum tidur rambut dicuci
dengan sabun kemudian dipakai losio malathion, lalu kepala ditutup dengan kain. Keesokan
harinya rambut dicuci lagi dengan sabun lalu disisir dengan sisir yang halus dan rapat (serit).
Pengobatan ini dapat diulang lagi seminggu kemudian, jika masih terdapat kutu atau
telur.1,7,10
d. Lindane(1%)
Lindane adalah organochloride yang mempunyai efek toksik terhadap CNS (Central Nervous
System) apabila penggunaannya tidak benar. Penggunaannya seperti shampoo dan dapat
didiamkan kurang lebih selama 10 menit dengan pemakaian yang berulang dalam 7-10 hari.
Dalam beberapa tahun kasus resisten pernah dilaporkan diseluruh dunia. Oleh karena adanya
efek toksik terhadap CNS yang dapat menyebabkan serangan dan kematian,sehingga
penggunaan lindane terhadap pasien harus dibatasi.16,17
e. Krotamiton(10%)
Krotamiton 10% dalam bentuk losion digunakan untuk terapi skabies, dan beberapa
penelitian menunjukkan krotamiton 10% juga efektif untuk kutu kepala dimana diberikan ke
kulit kepala dan didiamkan selama 24 jam sebelum dibilas. Aman untuk anak, dewasa, dan
wanita hamil.16
f. Ivermectin oral
Ivermectin adalah suatu agen antiparasitik yang efektif untuk kutu kepala. Ivermectin
diberikan dengan dosis tunggal secara oral 200 mikrogram/oral dengan dosis pemberian 2
kali setelah 7-10 hari. Ivermectin tidak boleh diberikan ke anak yang berat badannya kurang
dari 15 kg. Penggunaaan Ivermectine oral belum diakui oleh FDA ( Food and Drug
Administration ) sebagai pedikulosid.16
g. Trimethoprim-sulfamethoxazole oral
Antibiotik ini biasa juga disebut cotrimoxazole digunakan dalam dosis otitis media, sama
efektif pemberiannya untuk kutu kepala. Antibiotik ini dapat membasmi simbiosis bakteri
dalam gerak kutu atau berhubungan langsung dengan efek toksik dari kutu. Penggunaan
Trimethoprim-sulfamethoxazole belum diakui sebagai pedikulosid oleh FDA (Food and Drug
Administration).17

2. Pengobatan Lingkungan
a. Desinfeksi semua perhiasan kepala, syal, mantel, handuk, dan seprei dengan mesin cuci
dalam air panas, kemudian keringkan dengan menggunakan panas. Selain itu benda yang
akan dibersihkan dapat dimasukkan ke dalam sebuah kantong plastik, disemprot dengan
pedikulosid lalu disimpan 2-4 minggu. Sisir dan sikat harus direndam dalam air panas selama
5-10 menit. Perabot dan permadani harus dibersihkan dengan penghisap.
b. Anggota keluarga dan teman sekolah juga harus diobati.
c. Beritahu para guru sekolah bila ditemukan kasus indeks.25

X. PENCEGAHAN
Penyakit ini pada dasarnya dapat dicegah melalui pola hidup yang bersih. Misalnya dengan
pemberantasan kutu yang berada dilingkungan sekitar. Benda-benda yang terpapar dengan
penderita (misalnya, kasur, bantal, linen, handuk, mainan, topi) seharusnya dicuci bila
memungkinkan kemudian dikeringkan. Air yang digunakan adalah air panas dengan suhu
lebih dari 50-55°C selama paling kurang 5 menit. 8
Membersihkan lingkungan tempat tinggal akan membantu mengurangi kesempatan untuk
terpapar kembali dengan kutu kepala. Periksalah setiap orang yang berada didalam
lingkungan rumah tangga pada saat bersamaan, sebelum membersihkan lingkungan tersebut.
Bersihkan semua lantai dengan alat penghisap debu, permadani, bantal, karpet, dan semua
pelapis meubel yang ada. Semua sisir dan sikat rambut yang digunakan oleh penderita kutu
kepala harus di rendam dalam air dengan suhu diatas 130°F( 540C) , alkohol atau pedikulosid
selama 1 jam.
Penjelasan kepada anak-anak terutama tentang cara mencegah penularan melalui penggunaan
topi, sisir, dan bandana bersama juga dapat dipertimbangkan. Menyediakan tempat
penyimpanan barang-barang milik anak secara terpisah di dalam ruang kelas juga dapat
mencegah penyebaran kutu ini.8
XI. KOMPLIKASI
Beberapa orang akan berkembang menjadi suatu infeksi sekunder akibat garukan. Adanya
infeksi sekunder yang berat menyebabkan terbentuknya pustul dan abses.6

XII. PROGNOSIS
Baik bila hygiene diperhatikan.1 Kegagalan terapi disebabkan oleh penggunaan shampo yang
tidak benar dan reinfestasi parasit.13

XIII. KESIMPULAN
Pedikulosis kapitis adalah penyakit pada kulit kepala dan rambut yang disebabkan oleh
parasit Pediculus humanus capitis. Cara penularan penyakit ini ditularkan melalui kontak
kepala dengan kepala atau melalui benda-benda seperti sisir, bantal, dan asesoris rambut.
Manifestasi klinis yang paling sering timbul adalah gatal pada kulit kepala terutama pada
bagian belakang telinga dan tengkuk leher yang disebabkan oleh saliva dan ekskreta dari kutu
yang dimasukkan ke dalam kulit waktu menghisap darah. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
inspeksi pada kulit kepala dan helaian rambut untuk menemukan kutu yang masih hidup dan
telurnya. Dengan pemeriksaan mikroskopis dapat ditemukan telur berwarna abu-abu dan
berkilat. Pengobatan yang dilakukan berupa terapi medikamentosa dan terapi non-
medikamentosa. Pencegahan dapat dilakukan terutama dengan menjaga higiene rambut,
pakaian, serta benda-benda yang dapat menjadi media penularan.

Pedikulosis

Peduculosis adalah gangguan pada tubuh yang disebabkan oleh infeksi pedikulus
(kutu/tuma), Ada dua jenis pedikulus yang sering ditemukan yaitu Pedikulus humanus kapitis
(kutu rambu di badan) dan Pedikulus Humanus kapitis (kutu rambu kepala).
Epidemiologi
Kutu rambut merupakan parasit manusia saja dan tersebar di seluruh dunia. Tempat-tempat
yang disukainya adalah rambut pada bagian belakang kepala. Pedikulosis dapat bergerak
dengan cepat dan mudah berpindah dari satu hospes ke hospes lain. Kutu rambut ini dapat
bertahan 10 hari pada suhu 5oc tanpa makan, dapat menghisap darah untuk waktu yang lama,
mati pada suhu 400c. Panas yang lembang pada suhu 600c memusnahkan telur dalam waktu
15-30 menit. Pedikulosis mudah ditularkan melalui kontak langsung atau dengan perantara
barang-barang yang dipakai bersama-sama. Misalnya sisir, sikat rambut, topi dan lain-lain.
Anak-anak yang tinggal di pegunungan dengan udara dingin di pagi hari menjadikan enggan
atau malas untuk mandi ataupun mencuci rambut saat mereka bersiap-siap pergi ke sekolah.
Disamping itu kesadaran masyarakat dan orang tua akan kesehatan dan kebersihan diri anak-
anaknya masih tergolong kurang baik. Sebagian besar dari mereka mengeluh dengan rasa
gatal yang hebat pada rambut kepala dan adanya borok. Akibat garukan pada kulit kepala
mereka. Rasa gatal adalah gejala pertama dan bekas garukan adalah gejala yang khas dari
infeksi pedikulus.
Pedikulus merupakan ektoparasit yang menginfeksi manusia, termasuk dalam famili
pediculidae yang penularannya melalui kontak langsung dan dengan perantara barang-barang
yang dipakai bersama-sama. Misalnya : sisir, sikat rambut, topi, dan lain-lain.
Morfologi
Kutu rambut dewasa
Kutu rambut dewasa berbentuk pipih dan memanjang, berwarna putih abu-abu, kepala ovoid
bersudut, abdomen terdiri dari 9 ruas, Thorax dari khitir seomennya bersatu. Pada kepala
tampak sepasang mata sederhana disebelah lateral, sepasang antenna pendek yang terdiri atas
5 ruas dan proboscis, alat penusuk yang dapat memanjang. Tiap ruas thorax yang telah
bersatu mempunyai sepasang kaki kuat yang terdiri dari 5 ruas dan berakhir sebagai satu sapit
menyerupai kait yang berhadapan dengan tinjolan tibia untuk berpegangan erat pada rambut.

Kutu rambut jantan berukuran 2mm, alat kelamin berbentuk seperti huruf “V”. Sedangkan
kutu rambut betina berukuran 3mm, alat kelamin berbentuk seperti huruf “V” terbalik. Pada
ruas abdomen terakhir mempunyai lubang kelamin di tengah bagian dorsal dan 2 tonjolan
genital di bagian lateral yang memegang rambut selama melekatkan telur. Jumlah telur yang
diletakkan selama hidupnya diperkirakan 140 butir.
Nimfa
Nimfa berbentuk seperti kutu rambut dewasa, hanya bentuknya lebih kecil.
Telur
Telur berwarna putih mempunyai oper culum 0,6-0,8 mm disebut “nits”. Bentuknya lonjong
dan memiliki perekat, sehingga dapat melekat erat pada rambut. Telur akan menetas menjadi
nimfa dalam waktu 5-10 hari.
Siklus Hidup
Lingkaran hidup kutu rambut merupakan metamorfosis tidak lengkap, yaitu telur-nimfa-
dewasa. Telur akan menetas menjadi nimfa dalam waktu 5-10 hari sesudah dikeluarkan oleh
induk kutu rambut. Sesudah mengalami 3 kali pergantian kulit, nimfa akan berubah menjadi
kutu rambut dewasa dalam waktu 7-14 hari. Dalam keadaan cukup makanan kutu rambut
dewasa dapat hidup 27 hari lamanya.
Pedikulosis hidup berkembang biak pada rambut kepala lebih suka pada rambut yang kotor,
lembab, jarang disisir dan dikeramas. Menginfeksi manusia yang tidak menjaga kebersihan
rambut kepala.
Pedikulosis dapat bergerak dengan cepat dan mudah berpindah dari satu hospes ke hospes
lain. Mudah ditularkan melalui kontak langsung atau dengan perantara barang-barang yang
dipakai bersama-sama. Misalnya sisir, sikat rambut, topi dan lain-lainnya. Sangat banyak
ditemukan diantara anak sekolah terutama gadis-gadis yang kurang menjaga kebersihan
rambut kepala.
Patologi dan Gejala Klinik
Lesi pada kulit kepala disebabkan oleh tusukan kutu rambut pada waktu menghisap darah.
Lesi sering ditemukan di belakang kepala atau kuduk. Air liur yang merangsang
menimbulkan papula merah dan rasa gatal yang hebat. Gigitannya akan menyebabkan iritasi
pada kulit yang disebabkan oleh air liur yang dikeluarkan pada waktu menghisap darah
penderita.
Tiap manusia memiliki kepekaan yang berlainan. Lesi kutan yang ditimbulkan oleh gigitan
Pedikulus memberikan reaksi yang sangat gatal. Menggaruk besar menambah peradangan
dan karena infeksi sekunder oleh bakteri terbentuklah pustel crusta dan proses penanahan.
Rasa gatal merupakan gejala pertama dan yang paling penting, tanda bekas garukan
merupakan tanda yang khas.
Pada infeksi berat, helaian rambut akan melekat satu dengan yang lainnya dan mengeras,
dapat ditemukan banyak kutu rambut dewasa, telur (nits) dan eksudat nanah yang berasal dari
gigitan yang meradang. Infeksi mudah terjadi dengan kontak langsung. Pencegahan
dilakukan dengan menjaga kebersihan kepala.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan jika terdapat rasa gatal-gatal yang hebat dengan bekas-bekas garukan
dan dipastikan jika ditemukan Pedikulus dewasa, nimfa dan telurnya.
Macam-Macam Pengobatan
Pemberantasan pedikulosis dapat dilakukan dengan menggunakan tangan, sisir serit atau
dengan pemakaian insektisida golongan klorin (Benzen heksa klorida). Pencegahan dilakukan
dengan menjaga kebersihan rambut kepala. Pada pemeriksaan teknik yang digunakan yaitu
pemeriksaan langsung. Teknik ini merupakan paling mudah dikerjakan dan waktu yang
dibutuhkan sedikit. Keuntungan lain yang tidak menggunakan reagen yang merusak parasit
dan reagen yang digunakan sedikit. Formalin berfungsi untuk mematikan parasit.

Macam-macam obat untuk Pedikulus :


Shampo Lidane 1%. Gamma benzene heksa klorid atau piretrin. Dosis, shampo rambut
biarkan 4-10 menit, kemudian dibilas piretrin. Pakai sampai rambut menjadi basah, biarkan
10 menit kemudian dibilas. (Tindak lanjut periksa rambut 1 minggu setelah pengobatan untuk
telur dan kutu rambut).
Selep Lindang (BHC 10%) ; atau bedak DDT 10% atau BHC 1% dalam pyrophylite; atau
Benzaos benzylicus emulsion. Dosis, epala dapat digosok dengan salep Lindane (BHC 1%)
atau dibedaki dengan DDT 10% atau BHC 1% dalam pyrophlite atau baik dengan
penggunaan 3 – 5 gram dari campuran tersebut untuk sekali pemakaian. Bedak itu dibiarkan
selama seminggu pada rambut, lalu rambut dicuci dan disisir untuk melepaskan telur. Emulsi
dari benzyl benzoate ternyata juga berhasil (Brown.H.W, 1983).

Cair / Peditox / Hexachlorocyclohexane 0,5%. Dosis, osokkan pada rambut dan kepala
sampai merata biarkan semalam kemudian dicuci lalu dikeringkan.
Kesadaran tentang pentingnya perawatan badan dan rambut perlu ditanamkan baik kepada
orang tua maupun para siswa sendiri. Pengobatan juga harus dilakukan jika siswa sudah
terjangkit yang ditandai dengan rasa gatal-gatal di kepala.

You might also like