You are on page 1of 5

Luka Jahitan Perineum

by erma puspita dewi • April 21, 2015 • 0 Comments

Luka jahitan perineum

a. Pengertian Laserasi perineum adalah robekan jaringan antara pembukaan vagina dan
rektum. Luka jahitan perineum bisa disebabkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena
proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan maupun tindakan
episiotomi (Rukiyah, 2010).

b. Etiologi Faktor penyebab luka jahitan perineum pada ibu nifas antara lain partus
presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong, pasien tidak mampu berhenti
mengejan, partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebih,
edema dan kerapuhan pada perineum, vasikositas vulva yang melemah jaringan perineum,
arkus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala
bayi kearah posterior, dan perluasan episiotomi (Oxorn, 2010). Faktor penyebab janinnya
antara lain bayi besar, posisi kepala yang abnormal, kelahiran bokong, ekstraksi forcep yang
sukar, dan distosia bahu (Oxorn, 2010).

c. Prognosis Kemungkinan atau diagnosa potensial pada ibu nifas dengan luka jahitan
perineum adalah potensial terjadi infeksi luka jahitan perineum. Untuk mengantisipasi
terjadinya diagnosa potensial tersebut, bidan perlu mengobservasi keadaan fisik pada
genetalia dan perineum, perawatan luka jahitan perineum serta pemberian obat antibiotik
(Uliyah, 2006; Anggraini, 2010). Hasil atau evaluasi pada ibu nifas dengan luka jahitan
perineum tidak ada nyeri, tidak oedema, sembuh dan kering, tidak ada infeksi, serta ibu dapat
melewati masa nifas dengan baik (Ambarwati, 2010).

d. Pencegahan laserasi Laserasi pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala janin
dilahirkan, keadaan ini akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali.
Adanya kerja sama yang baik antara pasien dengan penolong persalinan saat kepala crowning
sangat berperan dalam upaya pencegahan laserasi. (Nugraheny, 2010).

e. Tingkat atau derajat luka jahitan perineum Tingkat atau derajat luka jahitan perineum
menurut Sulistyawati (2010) dibagi menjadi 4:

1) Tingkat I Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa atau
mengenai kulit perineum sedikit.

2) Tingkat II Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selaput lendir vagina
juga mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani

3) Tingkat III Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot –otot
sfingter ani.

4) Tingkat IV Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot
sfingter ani, dinding depan rectum.
f. Tahapan penyembuhan luka jahitan perineum Luka jahitan perineum dialami oleh 75%
ibu yang melahirkan pervaginam. Tahapan penyembuhan luka jahitan perineum menurut
Boyle (2008) dapat dibagi sebagai berikut :

1) Hemostatis (0 – 3 hari) Vasokontriksi sementara dari pembuluh darah yang rusak terjadi
pada saat sumbatan trombosit dibentuk dan diperkuat juga oleh serabut fibrin untuk
membentuk sebuah bekuan.

2) Inflamasi Respon inflamasi akut terjadi beberapa jam setelah cedera, dan efeknya bertahan
hingga 5 – 7 hari. Karakteristik Inflamasi yang normal antara lain kemerahan, kemungkinan
pembengkakan, suhu sedikit meningkat diarea setempat (atau pada kasus luka yang luas,
terjadi periksia sistematis), kemungkinan ada nyeri. Selama peralihan dari fase inflamasi ke
fase proliferasi jumlah sel radang menurun dan jumlah fibroblas meningkat.

3) Proliferasi (3 – 24 hari) Selama fase proliferasi, pembentukan pembuluh darah yang baru
berlanjut di sepanjang luka. Fibroblas meletakkan substansi dasar dan serabut – serabut
kolagen serta pembuluh darah baru mulai menginfiltrasi luka. Tanda inflamasi mulai mulai
berkurang dan berwarna merah terang.

4) Maturasi (24 – 1 bulan) Bekuan fibrin awal digantikan oleh jaringan granulasi, setelah
jaringan granulasi meluas hingga memenuhi defek dan defek tertutupi oleh permukaan
epidermal yang dapat bekerja dengan baik, mengalami maturasi. Terdapat suatu penurunan
progesif dalam vaskularitas jaringan parut, yang berubah dari merah kehitaman menjadi
putih. Serabut – serabut kolagen mengadakan reorganisasi dan kekuatan regangan luka
meningkat.

5) Parut Maturasi jaringan granulasi mungkin menjadi faktor kontributor yang paling penting
dalam berkembangnya masalah parut. Setelah penyembuhan, jaringan ini lebih tebal
dibandingkan dengan kulit normal, tetapi tidak setebal jika dibandingkan dengan luka
tertutup yang baru saja terjadi. Folikel rambut dan sebasea atau kelenjar keringat tidak
tumbuh lagi pada jaringan parut.

g. Tanda dan gejala luka jahitan perineum Tanda dan gejala luka jahitan perineum antara
lain merasa nyeri, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum, jahitan
perineum tampak lembab, merah terang, perdarahan hebat, serta tampak pengeluaran lochea
rubra pada perineum (Anggraini, 2010; Saleha, 2009).

h. Tanda infeksi masa nifas Tanda-tanda infeksi masa nifas menurut Manuaba (2010),
yaitu:

1) Infeksi lokal a) Pembengkakan luka b) Terbentuk pus c) Perubahan warna lokal d)


Pengeluaran lochea bercampur nanah e) Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri f) Temperatur
badan dapat meningkat

2) Infeksi umum a) Tampak sakit dan lemah b) Temperatur meningkat lebih dari 390C c)
Tekanan darah menurun dan nadi meningkat d) Pernafasan meningkat dan terasa sesak e)
Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma f) Terjadi gangguan involusi uterus g) Lochea
bau dan keluar nanah
i. Penanganan Penanganan luka jahitan perineum berdasarkan derajatnya menurut
Wiknjosatro (2008), yaitu :

1) Derajat I Penjahitan tidak diperlukan jika tidak ada perdarahan dan jika luka teraposisi
secara alamiah.

2) Derajat II Pada robekan perineum derajat II setelah diberi anesthesi lokal otot – otot
diafragma urogenitalis di hubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada
vagina dan kulit perineum di tutup dengan mengikutsertakan jaringan – jaringan dibawahnya.

3) Derajat III Menjahit robekan perineum derajat III harus dilakukan dengan teliti, mula –
mula dinding depan rektum yang robek dijahit, kemudian fasia per rektal ditutup dan
muskulus sphingter ani eksternum yang dijahit. Selanjutnya dilakukan penutupan robekan
seperti diuraikan untuk robekan perineum derajat II. Untuk mendapat hasil baik terapi pada
robekan perineum total, perlu diadakan penanganan pasca pembedahan yang sempurna.

4) Derajat IV Perbaikan segera dengan benang yang dapat diserap perlu dilakukan. Robekan
derajat ketiga dan keempat membutuhkan perhatian khusus supaya wanita
dapatmempertahankan kontinensia fekal.

j. Perawatan luka jahitan perineum

1) Tujuan perawatan luka jahitan perineum Tujuan perawatan perineum adalah mencegah
terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan. Untuk mencegah terjadinya
infeksi, menjaga kebersihan perineum dan memberikan rasa nyaman pada pasien ( Rukiyah,
2011).

2) Lingkup perawatan Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi


organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk
melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan
penampung lochea atau pembalut (Rukiyah, 2010).

3) Waktu perawatan

a) Perawatan yang dilakukan oleh bidan di rumah sakit, antara lain perawatan luka laserasi
atau episiotomi dengan cara dibersihkan dengan air hangat, bersih, dan gunakan kasa steril
(Anggraini, 2010). Kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi dengan
diberikan obat antibiotik, analgetik, uterotonika, vitaminamin A 200.000 unit 1×1 (tablet),
roboransia (Saleha, 2009; Thompson, 2008). Nasehati ibu untuk menjaga perineumnya selalu
bersih dan kering, hindari obat- obatan tradisional pada perineum, mencuci perineum dengan
sabun dan air bersih yang mengalir tiga sampai empat kali sehari, kembali dalam seminggu
untuk memeriksa penyembuhan lukanya (APN, 2007). KIE (Komunikasi Informasi dan
Edukasi) tentang rasa nyeri pada luka jahitan, anjurkan ibu untuk menjaga agar perineum
selalu bersih dan kering, anjurkan ibu untuk menghindari obat-obatan tradisional, melakukan
perawatan luka dengan teknik aseptik, menjaga personal hygiene (Ambarwati, 2010).

b) Perawatan yang dilakukan oleh ibu saat di rumah, adalah saat mandi: ibu post partum pasti
melepas pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada
cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian
pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum;
setelah buang air kecil: pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air
seni pada rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu
diperlukan pembersihan perineum; setelah buang air besar: diperlukan pembersihan sisa-sisa
kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum
yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara
keseluruhan (Rukiyah, 2011).

k. Faktor pengaruh penyembuhan luka jahitan perineum Faktor-faktor yang


mempengaruhi penyembuhan luka jahitan perineum menurut Rukiyah (2010) antara lain :

a) Gizi Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses
penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein.
Obat-obatan: 1) Steroid Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan menggangu respon
inflamasi normal. 2) Antikoagulan Dapat menyebabkan hemoragi.

b) Keturunan Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi terhadap proses penyembuhan


luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi insulin
dapat di hambat, sehingga dapat menyebabkan glukosa darah meningkat dan terjadi penipisan
protein-kalori.

c) Sarana Prasarana Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam
perawatan perineum akan mempengaruhi penyembuhan perineum.

d) Budaya dan Keyakinan Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan


perineum, misalnya kebiasaan kerak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan
gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka.

3. Episiotomi

a. Pengertian Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal,
otot-otot dan fasia perineum serta kulit sebelah depan perineum (Sarwono, 2007)

b. Bentuk episiotomi Bentuk episiotomi yang lazim dilakukan menurut Sarwono (2007)
adalah :

1) Episiotomi median yaitu sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus ke
bawah tetapi tidak sampai sfingter ani.

2) Episiotomi mediolateral yaitu sayatan dimulai dari bagian belakang introitus vagina
menuju ke arah belakang dan samping.

Bagikan ya Jika Bermanfaat

 Print
 Facebook
 Twitter
 Email
 Google

Related

Skill Lab Kebidanan vulva higiene Part 2August 8, 2015In "Video"

Episiotomi Medio Lateralis - Melebarkan Jalan LahirJuly 13, 2016In "Video"

Skill Lab Kebidanan vulva higiene Part 1August 8, 2015In "Video"

Tags: ibu nifas ibu nifas dengan luka jahitan perineum luka jahitan pada ibu nifas luka jahitan
perineum nifas dengan luka jahitan

You might also like