You are on page 1of 4

Kista Ovarium

a. Definisi
Kista ovarium adalah suatu kantong abnormal berisi cairan atau setengah cair yang
tumbuh dalm indung telur (ovarium). (Setiati, 2009)
Kista ovarium adalah dinding kista tipis terdapat epitel kuboid atau dasar yang
dikelilingi oleh jaringan pengikat atau lemak, kista berisi termih (Prawirohardjo, 2011).
b. Anatomi Fisiologi Ovarium
Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus dibawah
tuba uterina dan terikat disebelah belakang oleh ligamentum latum uterus (Evelyn, 2009).
Ovarium mempunyai 3 fungsi :
a) Memproduksi ovum.
b) Memproduksi hormon estrogen.
c) Memproduksi progesteron.
Ovarium merupakan dua struktur kecil, masing-masing berbentuk oval berukuran 2 x 4 x
1.5 terlentak di dinding lateral pelvis di dalam ruangan bernama fossa ovarica (Moore,
2010 dalam Mulyaningsih, 2015) .
Ovarium diselubungi oleh selaput tipis disebut tunika albugenia. Ovarium memproduksi
hormon-hormon kewanitaan, estrogen, dan progesteron (Moore, 2010 dalam
Mulyaningsih, 2015).
Ovarium disebut juga indung telur, di dalam ovarium ini terdapat jaringan bulbus dan
jaringan tubulus yang menghasilkan ovum (telur) dan ovarium hanya terdapat pada wanita.
Letaknya dalam pelvis disebelah kiri dan kanan uterus, membentuk mengembangkan serta
melepaskan ovum dan menimbulkan sifat kewanitaan. Bentuknya bulat telur, beratnya 5-
6 gr. Bagian dalam ovarium disebut medula ovari dibuat dari jaringan ikat. Bagian luar
bernama korteks ovari, terdiri dari partikel-partikel yaitu kantong-kantong kecil yang
berdinding epitelum dan berisi ovarium. Kelenjar ovarika menghasilkan hormon estrogen
dan progesteron. Apabila folikel de graff sobek, maka terjadi pendarahan sehingga terjadi
pengumpulan darah didalam rongga folikel dan sel yang berwarna kuning yang berasal
dari dinding folikel telah masuk kedalam gumpalan itu dan membentuk korpus luteum
(badan kuning) bila ovum yang keluar dibuahi oleh korpus luteum tumbuh terus menjadi
besar. Bila ovum tidak dibuahi, maka korpus luteum bertahan selama 12-14 hari tepat
sebelum menstruasi berikutnya korpus luteum menjadi atropi. (Mulyaningsih, 2015)
c. Etiologi
Penyebab terjadinya kista ovarium adalah terjadinya gangguan pembentukan hormon pada
hipotalamus, hipofise, atau ovarium (Nugroho, 2010). Menurut Setiati (2009) faktor
penyebab terjadinya kista ovarium yaitu :
1) Faktor Reproduksi
Riwayat reproduksi (kehamilan-persalinan) terdahulu serta durasi dan jarak reproduksi
memiliki dampak terbesar dalam penyakit ini, paritas yang rendah dan infertilitas
(kemandulan), menarche (pertama kali mendapat menstruasi) dini dan menopause
yang terlambat meningkatkan risiko untuk berkembangnya kista ovarium. Peningkatan
insiden kista ovarium pada wanita lajang, wanita nulipara (tidak memiliki keturunan)
menunjukkan ovulasi yang teratur yang tidak diselingi dengan kehamilan,
meningkatkan predisposisi wanita mengidap keganasan. Kehamilan yang multiple
(kembar) dapat meningkatkan efek protektif menghadapi perkembangan kanker
ovarium. Apabila dibandingkan dengan wanita nulipara, satu sampai dua kehamilan
menghasilkan risiko relatif 0,49-0,97%. Wanita dengan jumlah kehamilan lebih dari
tiga mengalami penurunan risiko sebanyak 0,35-0,76%, apabila dibandingkan dengan
populasi kontrol. Faktor lain yang dapat mengurangi risiko adalah faktor menyusui.
2) Faktor Hormonal
Penggunaan hormon eksogen pada terapi gejala menopause berhubungan dengan
peningkatan risiko insiden maupun tingkat mortalitas kista ovarium. Beberapa literatur
menunjukkan penggunaan terapi sulih hormon jangka panjang (>5-10 tahun)
mengakibatkan peningkatan risiko 1,5-2,0 kali lipat. Peningkatan risiko secara spesifik
terlihat pada wanita pengguna hormon estrogen tanpa disertai progesteron.
Peningkatan berat badan juga memungkinkan terjadinya peningkatan risiko terjangkit
penyakit ini.
3) Faktor Genetik
Pada umumnya kista ovarium bersifat sporadis/tidak beraturan. Pada hubungan
keluarga dan keturunan dilaporkan hanya 5-10%. Riwayat keluarga merupakan faktor
penting dalam terjadinya penyakit kista ovarium. Dalam kasus dimana terdapat dua
anggota keluarga yang mengidap kista ovarium, risiko akan meningkat menjadi 7%.
4) Faktor lingkungan
Pada sebuah penelitian menyebutkan bahwa diet wanita pengidap kanker ovarium
dapat ditemukan pada pola diet berat, hal ini kemungkinan berhubungan dengan
tingginya angka insiden kista ovarium.
d. Patofisiologi
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang merupakan pembesaran
sederhana konstituen ovarium normal, folikel graff atau korpus luteum, atau kista ovarium
dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epitel ovarium (Brunner & Suddath, 1998
dalam Mulyaningsih, 2015).
e. Klasifikasi
Berdasarkan sifatnya kista dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1) Kista Non Neoplastik
Yang termasuk kista non neoplastik adalah kista fungsional dan kista simpleks. Kista-
kista ini bukanlah suatu kelainan dan biasanya tak berbahaya. Pada suatu keadaan
tertentu di ovarium, yaitu setelah terjadi ovulasi atau pengeluaran sel telur, bekas
folikelnya yang berisi cairan, seperti kista dalam indung telur yang terkadang ada yang
membesar dengan sendirinya, kemudian akan menghilang dengan sendirinya,
kemudian akan menghilang dengan sendirinya pula. Hal ini terjadi begitu saja tanpa
ada faktor penyebabnya. Sifat kista ini tidak membesar atau tidak melebihi ukuran lima
centimeter. Pada kista ini tidak ada tanda -tanda ke arah pertumbuhan sel yang
berlebihan atau ke arah neoplasma (Setiati, 2009).
2) Kista Neoplastik / Kista Ovarium
Kista neoplastik merupakan jenis kista yang mengarah pada penyakit neoplasma, yaitu
penyakit yang mengarah pada keganasan atau cenderung ke arah tumor. Kista
neoplastik ini terbagi berdasarkan beberapa sifat berikut :
a) Kista Serosum
Kista ini berisi cairan bening yang bentuk dan warnanya seperti air perasan kunyit.
Bila bersarang di indung telur kista ini mudah pecah. Jenis kista ini sering berubah
menjadi penyakit ganas (disebut kanker) indung telur atau kanker ovarium. Proses
pembesaran kista serosum sangat dipengaruhi oleh siklus menstruasi karena saat
menstruasi, penambahan jumlah cairan indung telur terjadi. Hormon estrogen yang
meningkat saat kehamilan juga memicu pembesaran kista. Umumnya, kista
berbentuk seperti buah yang bertangkai. Bila kehamilan semakin besar, maka
rahim yang membesar karena pertumbuhan janin akan mendesak kista itu.
Akibatnya, bisa saja tangkai kista terpuntir. Keadaan ini disebut torsi yang
merupakan kasus darurat karena penderita akan mengalami sakit yang teramat
sangat. Untuk mencegah terjadinya torsi begitu ditemukan kista pada kehamilan
triwulan awal, kista harus segera diangkat (Setiati, 2009). Namun, pendeteksi kista
serosum haruslah akurat. Secara sepintas, bentuk kista ini mirip badan kuning
(korpus luteum), yaitu sisa sarang sel telur yang memang ada saat kehamilan. Jadi,
bila dari pemantauan USG (ultrasonografi) dan terlihat kantong besar di indung
telur, kantong tersebut tidak dapat langsung divonis sebagai kista. Korpus luteum
memang dibutuhkan pada saat kehamilan muda. Korpus luteum yang disangka
kista ini diambil, maka keguguran dapat terjadi. Dengan mempertimbangkan segi
keamanan penderita, maka proses pengangkatan ditunda hingga masa kehamilan
berusia 14 minggu. Saat itu, korpus luteum sudah menghilang. Jika dari
pemeriksaan USG kantong itu masih ada, maka dapat dipastikan bahwa kantong
tersebut adalah kista dan operasi dilakukan untuk mengangkatnya (Setiati, 2009)
b) Kista Musinosum
Kista ini berisi cairan berupa lendir kental yang lengket. Sama seperti serosum,
kista musinosum pun akan membesar akibat adanya kehamilan. Oleh karena itu,
saat terdeteksi, kista musinosum harus segera diangkat. Penanganan kista
musinosum harus dilakuakan seksama agar tidak pecah. Bila pecah, maka cairan
yang seperti lem kanji akan membuat organ-organ di dalam rongga perut
menempel. Kondisi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan usus saling
menempel dan kista akan sulit diambil (Setiati, 2009).
c) Kista Dermoid
Bentuk cairan pada kista dermoid seperti mentega, timbul dari sisa-sisa sel embrio
yang tertempel ke organ genital sejak masih dalam kandungan. Jadi, kista ini
merupakan bawaan sejak lahir dan dapat dialami oleh pria dan wanita. (Setiati,
2009).
d) Kista Endometriosis
Menurut Setiati (2009) tentang kista endometriosis :
Kista endometriosis ini terjadi akibat tumbuhnya jaringan endometrium diluar
rongga rahim. Seharusnya, jaringan endometrium berada dalam rongga rahim. Saat
menstruasi, endometrium ini akan luruh dan akan mengeluarkan darah menstruasi.
Akan tetapi, endometrium ini kadang tumbuh diluar rongga rahim sehingga
darahnya tidak keluar. Inilah yang membentuk jaringan yang membesar atau kista
yang berisi darah menstruasi. Kista ini kerap disebut juga sebagai kista cokelat.
Kista ini berasal dari sel-sel selaput perut yang disebut peritoneum penyebanya
dapat terjadi karena infeksi kandungan menahun, misalnya keputihan yang tidak
ditangani sehingga kuman-kumannya masuk ke dalam selaput perut melalui
saluran indung telur. Infeksi tersebut melemahkan daya tahan selaput perut
sehingga mudah terserang penyakit. Gejala kista ini sangat khas karena berkaitan
dengan menstruasi. Seperti diketahui, saat menstruasi tidak semua darah tumpah
dari rongga rahim ke liang vagina, tetapi ada yang memercik ke rongga perut.
Kondisi ini merangsang sel-sel rusak yang ada di selput perut sehingga mengidap
penyakit baru yang dikenal endometriosis. Karena sifat penyusupannya yang
perlahan endometriosis sering disebut sebagai kanker jinak. Kanker ini tumbuh
diseluruh lapangan perut dan pelan-pelan menyebar ke hampir semua organ tubuh,
misalnya usus, paru-paru, hati, mata, otak, kulit, dan otot rahim. Akan tetapi,
tempat bersarang yang paling sering adalah indung telur. Bentuk indung telur yang
terkena endometriosis akan mengembang dan bertambah besar saat menstruasi
datang.
Tidak heran kalau penderita endometriosis sering mengalami nyeri menstruasi. Ini
akibat indung telur yang membengkak saat menstruasi. Begitu darah keluar, rasa
sakit akan berkurang. Akan tetapi, jika sudah terjadi pelekatan di perut rasa sakit
yang luar biasa akan timbul. Seluruh tubuh, terasa seperti dipelintir.
Umumnya, wanita yang mengalami kista endometriosis akan mengalami gangguan
kesuburan atau sulit mempunyai anak. Biasanya, keluhan yang kerap terjadi adalah
rasa nyeri menstruasi yang berlebihan.
f. Tanda dan Gejala
Menurut Setiati (2009) tanda dan gejala kista ovarium :
1) Menstruasi yang datang terlambat dan disertai rasa nyeri.
2) Nyeri menstruasi hebat dan terus menerus.
3) Terjadi pembesaran di perut. Kadang-kadang kalau kista masih kecil, belum teraba.
Namun, semakin besar kista akan semakin teraba, seperti ada benjolan.
4) Muncul gejala-gejala penekanan akibat pembesaran kista, misalnya ke depan
menekan kandung kencing, ke belakang rektum. Akibatnya, muncul gangguan air
besar dan buang air kecil.
5) Jika kista bertangkai, rasa nyeri perut dapat muncul dengan tiba-tiba, bahkan muntah-
muntah dapat terjadi sebagai akibat tangkai kista yang terpuntir.
6) Luas permukaan endometrium menjadi lebih tebal sehingga menstruasi jadi lebih
banyak. Karena kontraksi rahim berkurang atau terganggu, maka perdarahan saat
mens lebih banyak.
7) Muncul rasa nyeri tumpul, perasaan penuh atau tertekan pada daerah perut.
8) Serangan rasa nyeri yang tajam yang muncul mendadak pada perut bagian bawah.
9) Pembengkakan tungkai bawah yang tidak disertai rasa sakit

You might also like