You are on page 1of 8

Universitas Indonesia

Ujian Akhir Semester

Victims Compensation

Disusun sebagai Take Home Test mata kuliah Viktimologi yang dibimbing oleh

Dra. Mamik Sri Supatmi M.Si

Disusun oleh

Teta Muliantias (1506686910)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM SARJANA DEPARTEMEN KRIMINOLOGI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2017

1
Pernyataan originalitas dan anti plagiarism

Essay UAS mata kuliah Viktimologi yang saya tulis ini merupakan karya originalitas saya
sendiri dan seluruh sumber tulisan yang saya pergunakan telah saya cantumkan
sebagaimana mestinya. Bila mana dikemudian hari ditemukan hal yang berbeda dengan
pernyataan saya ini, saya bersedia menanggung sanksi yang diberikan pengajar.

Depok, 25 Mei 2017

Teta Muliantias

2
Kompensasi Korban Kejahatan dalam Kasus Bom Bunuh Diri di Kampung Melayu

Korban kejahatan diartikan sebagai seseorang yang telah menderita kerugian


sebagai akibat suatu kejahatan dan atau rasa keadilannya secara langsung telah terganggu
sebagai akibat dari pengalamannya sebagai target atau sasaran kejahatan.1 Berdasarkan
Deklarasi Prinsip-Prinsip Dasar Keadilan Bagi Korban Kejahatan Dan Penyalahgunaan
Kekuasaan, yang dikeluarkan pada Tahun 1985 sebagai Resolusi PBB Nomor 40/34 Tanggal
29 November 1985 yang telah disepakati oleh banyak negara, kita dapat mengerti bahwa
korban kejahatan ialah orang yang secara perseorangan maupun kelompok telah
mendapatkan kerugian baik luka fisik, luka mental, penderitaan emosional, kehilangan harta
benda atau perusakan yang besar terhadap hak dasar mereka melalui tindakan maupun
pembiaran yang telah diatur dalam hukum pidana yang dilakukan di dalam negara anggota
termasuk hukum yang melarang dalam penyalahgunaan kekuasaan. 2

Guna memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat dalam beraktivitas,
tentunya kejahatan ini perlu ditanggulangi baik melalui pendekatan yang sifatnya preventif
maupun refresif, dan semua harus ditangani secara profesional serta oleh suatu lembaga
yang berkompeten. Berkaitan dengan korban kejahatan, perlu dibentuk suatu lembaga
khusus untuk menanganinya. Tidak jarang ditemukan seseorang yang mengalami
penderitaan (fisik, mental, atau materiil) akibat suatu tindak pidana yang menimpa dirinya
(karena kejadian ini merupakan aib bagi dirinya maupun keluarganya) sehingga lebih baik
korban menyembunyikannya, atau korban menolak untuk mengajukan ganti kerugian karena
dikhawatirkan prosesnya akan menjadi semakin panjang dan berlarut-larut yang dapat
berakibat timbulnya penderitaan yang berkepanjangan.

Hak-hak korban pelanggaran Hak Asasi Manusia secara komprehensif yang tidak
hanya terbatas pada hak untuk tahu (right to know) dan hak atas keadilan (right to justice)
tetapi juga hak atas reparasi (right to reparation). Yang dimaksud dengan hak reparasi atau
lebih sering kita dengar dengan istilah seperti kompensasi, rehabilitasi dan restitusi yang bisa
diterjemahkan sebagai proses pemulihan yaitu suatu hak yang menunjuk kepada semua tipe
1
Doak, Jonathan. 2005. Victims' Rights in Criminal Trials: Prospects for Participation. Journal of Law
and Society, Vol. 32, No. 2 (Jun., 2005), pp. 294.
2
http://hukum positif.com/node/18. Keberadaan Korban ditinjau Dalam Pandangan Teori dan Praktik,
diakses pada tanggal 25 Mei 2017, pukul 11.05 WIB.

3
pemulihan baik material maupun non material bagi korban pelanggaran hak asasi manusia;
pemulihan ini sering disebut dengan istilah kompensasi, rehabilitasi dan restitusi.

Kompensasi korban kejahatan adalah suatu bentuk program pemerintah untuk


mengganti kerugian korban kejahatan kekerasan seperti penyerangan, pembunuhan,
pemerkosaan, dan, di beberapa negara bagian termasuk didalamnya yaitu pencurian. 3
Program kompensasi korban kejahatan umumnya akan dibayarkan untuk biaya medis, biaya
konseling, pemakaman atau biaya pemakaman, dan kehilangan gaji atau upah atas
pekerjaan. Beberapa negara bagian juga mencakup pemberian biaya seperti konseling
keuangan, pembersihan TKP, perjalanan untuk perawatan medis atau pengadilan, atau biaya
relokasi untuk korban yang harus pindah untuk keamanan fisik mereka. 4 Kompensasi juga
memiliki batasan pada jenis biaya tertentu, misalnya, batasan jumlah yang dapat dibayarkan
untuk biaya pemakaman atau pemakaman, untuk konseling, atau untuk biaya pengobatan.

Kompensasi korban mengacu pada pembayaran atau reparasi yang dilakukan kepada
korban kejahatan. Korban kejahatan kekerasan mungkin menderita tekanan finansial yang
sama dahsyatnya dengan luka fisik dan trauma emosional mereka. Kompensasi korban
bekerja sebagai restitusi moneter oleh badan pemerintah kepada orang-orang yang terluka
oleh kejahatan pribadi yang kejam. Jumlah kompensasi berasal dari pengumpulan denda dan
biaya yang dinilai dalam kasus pengadilan. 5 Korban langsung dari kejahatan kekerasan
umumnya berhak mendapatkan kompensasi. Beberapa negara bagian hanya
mengkompensasi korban luka-luka yang terluka dalam kejahatan tersebut, sementara yang
lain juga mengkompensasi korban kejahatan kekerasan yang mengalami trauma namun tidak
mengalami cedera fisik akibat kejahatan tersebut. 6 Keluarga korban pembunuhan bisa
mendapatkan kompensasi untuk membayar tagihan medis dan pemakaman atau biaya
pemakaman, dan membayar konseling dan kehilangan dukungan. 7Beberapa negara bagian
3
Mbazira, Christopher., Mubangizi, John C. 2014. The victim-centred approach in criminal
prosecutions and the need for compensation: reflections on international approaches and the
legislative and policy frameworks in Uganda and South Africa. The Comparative and International Law
Journal of Southern Africa, Vol. 47, No. 2 (JULY 2014), pp. 211.
4
Ibid. Mbazira, Christopher., Mubangizi, John C, pp 212.
5
Leval, Pierre N. 2013. The Long Arm of International Law: Giving Victims of Human Rights Abuses
Their Day in Court. Foreign Affairs, Vol. 92, No. 2 (MARCH/APRIL 2013), pp. 17.
6
Ibid. Leval, Pierre N, pp. 17.
7
Goodrum, Sarah. 2007. Victims' Rights, Victims' Expectations, and Law Enforcement Workers'
Constraints in Cases of Murder. Law & Social Inquiry, Vol. 32, No. 3 (Summer, 2007), pp. 731.

4
akan memberi kompensasi kepada anggota keluarga dalam kasus-kasus tertentu, misalnya,
membayar konseling untuk anggota keluarga dalam kasus-kasus kekerasan seksual,
penganiayaan anak, atau kekerasan dalam rumah tangga. 8

Meskipun setiap program kompensasi negara dikelola secara independen, sebagian


besar program memiliki persyaratan kelayakan yang sama dan menawarkan manfaat yang
sebanding Kompensasi hanya dibayarkan bila sumber keuangan lain, seperti asuransi swasta
dan restitusi pelanggar, tidak menutupi kerugiannya. 9 Beberapa biaya tidak tercakup dalam
sebagian besar program kompensasi, termasuk pencurian, kerusakan, dan kerugian properti.
Program kompensasi negara tidak diharuskan mengimbangi korban dalam kasus terorisme.
Untuk menerima kompensasi, korban harus mematuhi undang-undang dan peraturan
negara. Hal ini mengharuskan korban untuk bekerja sama dengan permintaan penegakan
hukum yang masuk akal dan mengajukan aplikasi kompensasi program tepat waktu. 10 Turut
campurnya pemerintah dalam memberikan kompensasi kepada korban dan keluarganya
merupakan salah satu perwujudan dari welfare state. Dimana pemerintah berkewajiban
untuk memberikan kesejahteraan bagi warga negaranya. Apabila Negara tidak mampu untuk
memberikan kesejahterakan bagi warga negaranya, pemerintah harus bertanggungjawab
untuk memulihkannya.

Seperti dilansir dari berita di http://news.metrotvnews.com/peristiwa/3NO0XOob-


lpsk-akan-bantu-pengurusan-kompensasi-korban, salah satu lembaga pemerintah atau yang
dikenal dengan nama LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban), akan membantu
mengurus kompensasi sebagai biaya ganti rugi dari negara kepada korban ledakan di
Kampung Melayu, Jakarta Timur. Mereka bekerja sama dengan Densus 88 untuk menghitung
jumlah kompensasi untuk mengganti kerugian para korban. Hal itu dilakukan sembari
dilakukannya pemulihan fisik dan psikologis korban. Kompensasi yang diberikan meliputi
biaya kerugian riil, baik fisik maupun harta benda yang rusak atau hilang akibat insiden ini.
Bantuan-bantuan yang diberikan LPSK ini, adalah wujud kepedulian negara terhadap korban
terorisme. Hal ini merupakan amanat Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas UU Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Yang
8
Ibid. Leval, Pierre N, pp. 17.
9
Ibid. Leval, Pierre N, pp, 18.
10
Ibid. Leval, Pierre N, pp, 21.

5
seperti kita semua ketahui bahwa telah terjadi ledakan yang diduga sebagai bom bunuh diri
di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, pada hari Rabu 24 Mei 2017 malam, yang telah
membuat sebanyak 16 orang jadi korban, dan lima di antaranya tewas. Tiga orang
merupakan anggota kepolisian dan dua orang adalah rakyat sipil. Salah satu narasumber dari
berita tersebut menjelaskan bahwa, kepolisian akan menanggung semua biaya perawatan
dan bantuan kepada para korban polisi. Sementara itu, LPSK akan mengutamakan memberi
bantuan kepada korban dari masyarakat sipil. Hal ini adalah suatu bentuk pemberian
kompensasi oleh pemerintah Indonesia kepada para korban kejahatan terorisme.

Tetapi sebenarnya, pemberian kompensasi masih sangat sulit diterapkan di


beberapa negara, karena hal hal seperti ketidaktersediaan biaya dan sebagainya. Hal ini yang
membuat pemberlakuan kompensasi masih menjadi suatu tantangan untuk Indonesia
khusunya. Seperti dilansir dari berita http://www.gresnews.com/berita/hukum/110313-
pemberian-kompensasi-korban-kejahatan-jadi-tantangan/0/, menyatakan bahwa Sesuai
Deklarasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tentang Hak Korban Kejahatan dan
Penyalahgunaan Kekuasaan, korban kejahatan berhak mendapatkan kompensasi dari negara
atas derita yang dialaminya. Sayangnya meski saat ini hak tersebut sudah diakui,
pelaksanaan pemberian kompensasi bagi korban kejahatan justru masih menjadi tantangan
di banyak negara anggota. Country Manager United Nations Office on Drugs and Crime
(UNODC) Collie Brown mengakui, ganti rugi uang atau materi memang tidak bisa
memuaskan. Akan, kata dia, tetapi hal itu paling tidak bisa bisa memberikan dukungan
dalam rangka pemulihan korban kejahatan.

"Pelapor khusus PBB tentang kejahatan terorisme menyatakan, kompensasi menjadi suatu
hal penting bagi korban," kata Collie dalam acara 'Workshop on National Framework for
Compesation of Victims of Crime of Terrorism' yang diselenggarakan Lembaga Perlindungan
Saksi dan Korban (LPSK) bekerja sama dengan UNODC dan Kementerian Luar Negeri, di
Jakarta, Kamis (30/3).

Menurut Collie, sebelumnya pihaknya dan pemerintah Indonesia sempat


mengadakan pertemuan membahas kompensasi korban terorisme. Dari pertemuan itu
terungkap persoalan ketersediaan keuangan untuk kompensasi masih menjadi masalah.
Untuk itulah, UNODC menggandeng LPSK menggelar workshop dengan mendatangkan ahli-

6
ahli dari Inggris, Amerika Serikat, Perancis dan Spanyol, yang akan membagi pengalaman
serta mengenalkan model-model kompensasi dari negara mereka masing-masing. Hal ini
tentu diharapkan agar negara-negara lain khususnya Indonesia akan semakin terbuka
dengan pemberlakuan kompensasi bagi korban kejahatan.

Daftar Pustaka:

Doak, Jonathan. 2005. Victims' Rights in Criminal Trials: Prospects for Participation. Journal
of Law and Society, Vol. 32, No. 2 (Jun., 2005), pp. 294-316. Wiley on behalf of Cardiff
University. URL: http://www.jstor.org/stable/3557229.

Mbazira, Christopher., Mubangizi, John C. 2014. The victim-centred approach in criminal


prosecutions and the need for compensation: reflections on international approaches and

7
the legislative and policy frameworks in Uganda and South Africa. The Comparative and
International Law Journal of Southern Africa, Vol. 47, No. 2 (JULY 2014), pp. 206-224.
Institute of Foreign and Comparative Law. URL: http://www.jstor.org/stable/24585869.

Tuckness, Alex. 2010. Retribution and Restitution in Locke’s Theory of Punishment. The
Journal of Politics, Vol. 72, No. 3 (Jul., 2010), pp. 720-732. The University of Chicago Press on
behalf of the Southern Political Science Association.

Leval, Pierre N. 2013. The Long Arm of International Law: Giving Victims of Human Rights
Abuses Their Day in Court. Foreign Affairs, Vol. 92, No. 2 (MARCH/APRIL 2013), pp. 16-21.
Council on Foreign Relations. URL: http://www.jstor.org/stable/23527453.

Hill, Dietrich. 2013. The Arithmetic of Justice: Calculating Restitution for Mortgage Fraud.
Columbia Law Review, Vol. 113, No. 7 (NOVEMBER 2013), pp. 1939-1976. Columbia Law
Review Association, Inc. URL: http://www.jstor.org/stable/23561383.

Goodrum, Sarah. 2007. Victims' Rights, Victims' Expectations, and Law Enforcement
Workers' Constraints in Cases of Murder. Law & Social Inquiry, Vol. 32, No. 3 (Summer, 2007),
pp. 725-757. Wiley on behalf of the American Bar Foundation. URL:
http://www.jstor.org/stable/20108723.

Link:

https://victimsofcrime.org/help-for-crime-victims/get-help-bulletins-for-crime-
victims/crime-victim-compensation.

You might also like