You are on page 1of 7

Biocelebes, Desember 2015, hlm.

35-41
ISSN: 1978-6417 Vol. 9 No. 2

STUDI PENGAMATAN PERTUMBUHAN MISELIUM DAN


PEMBENTUKAN PINHEAD JAMUR TIRAM PUTIH
(Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA SERASAH DAUN KAKAO
(Theobroma cacao L.) DAN SERBUK GERGAJI
1 1 1 2
Tasnin *, Umrah , Miswan dan Abd. Rahman Rasak
1)
Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Tadulako, Kampus Bumi Tadulako
Tondo Palu, Sulawesi Tengah 94117
2)
Jurusan Pendidikan MIPA, Prodi Biologi FKIP Universitas Tadulako Kampus Bumi
Tadulako Tondo Palu, Sulawesi Tengah 94117
E-mail: Tasnin.cennink12@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to observe the growth of mycelium and pinhead formation of a white
oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) on cocoa leaf litter were added sawdust. The
research was designed in a completely randomized design (CRD) consist of five
treatments and three repetitions, following treatment arrangement P1 (80% cocoa leaf
litter + 20% basic media), P2 (cocoa leaf litter 60% + media base 40%), P3 (cocoa leaf
litter 40% + 60% basic media), P4 (20% cocoa leaf litter basic medium + 80%) and P5
(media base 100%). Parameter observation that mycelium growth until media in the
baglog is full (day), and time (day) required pinhead formation 3 times in the same
baglog. The results showed the treatment P5 (media base 100%) is the best medium for
the growth mycelium and pinhead formation of white oyster mushroom (Pleurotus
ostreatus). The mycelium can full in baglog for 32 days, followed by treatment (P4), (P3)
and (P2) for 36 days, whereas treatment (P1) showed no growth of mycelium. Pinheand
first formed on treatment (P5) 15 days after the mycelium already fully in the baglog,
followed by treatment (P4 and P3) 20 days, and treatment (P2) for 21 days. Pinhead-II to
the treatment (P5) formed on day 29, whereas (P4) on day 31, (P3) the 34th and (P2)
days 43. Pinhead-III formed to treatment (P5) on the 49th day, (P4) day 50, (P3) the 55th,
and (P2) on the 69th.

Keywords : white oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) leaf litter cocoa (Theobroma
cacao L.) and sawdust.

PENDAHULUAN yang dimilikinya. Menurut Suriawiria


(1986), dari sekian banyak jamur yang
Indonesia mempunyai
tumbuh di Indonesia ada beberapa jenis
keanekaragaman hayati yang sangat
yang dapat dikomsumsi dan memiliki nilai
tinggi, demikian juga dengan jenis jamur
gizi yang tinggi diantra yaitu jamur
35

Jurnal Biocelebes, Vol. 9 No.2, Desember 2015, ISSN: 1978-6417


Tasnin, dkk. Biocelebes, Vol. 9 No. 2

merang, jamur champignom, jamur morel, pencemaran lingkungan karena dialirkan


jamur lingzhi, jamur emas, jamur kuping, kesungai atau dibakar.
jamur payung termasuk jamur tiram
(pleorotus sp.). BAHAN DAN METODE
Menurut Alexopoulos dkk (1996),
tahap-tahap pertumbuhan jamur tiram Penelitian ini telah dilaksanakan pada
adalah sebagai berikut spora bulan April sampai Agustus 2014. Yang
(basidiospora) yang sudah masak atau berlokasi di tempat budidaya jamur tiram
dewasa jika berada di tempat yang lembab putih (Pleurotus ostreatus) Sumber Urip
akan tumbuh dan berkecambah Jamur jalan Poebongo Lorong PS
membentuk serat-serat halus menyerupai Harimau No 2 Kec. Palu Barat Kota Palu.
kapas, yang disebut miselium. Alat yang digunakan dalam penelitian
Pertumbuhan miselium meliputi dua tahap, ini adalah kertas, plastik baglog, cincin
yaitu miselia primer sebagai awal dan baglog, karet gelang, masing-masing 15
miselium sekunder sebagai miselium buah digunakan sebagai tempat media
lanjutan. Jika kondisi lingkungan tumbuh jamur tiram putih, tungku
mendukung maka kumpulan miselium permanen untuk sterilisasi baglog, rak
tersebut akan membentuk primordia atau baglog sebagai tempat penyimpanan
bakal tubuh buah jamur (pinhead). Bakal baglog jamur tiram, bunsen untuk
tubuh buah jamur akan membesar, menghindari adanya bakteri ataupun jamur
kemudian membentuk tubuh buah. Tubuh lain pada saat pembibitan (inokulasi),
buah jamur dewasa akan membentuk gelas ukur untuk mengukur volume yang
spora. Spora ini tumbuh di bagian ujung digunakan pada saat pencampuran,
basidium, sehingga disebut basidiospora. spatula digunakan untuk membibit,
Jika sudah matang atau dewasa, spora timbangan digunakan untuk menimbang
akan jatuh dari tubuh buah jamur. bahan baku, ayakan untuk mengayak
Salah satu faktor yang harus serbuk dan serasah daun kakao, karung
diperhatikan dalam proses untuk menutup media pada saat
pembudidayaan jamur tiram putih adalah pemeraman. meteran kain (pita ukur) dan
media tumbuh. Adapun pemilihan media tali rapia digunakan pada saat
yang akan digunakan sebagai media pengamatan.
tumbuh jamur tiram yaitu memiliki Bahan-bahan yang telah digunakan
selulosa, serat dan lignin, selain itu media adalah bibit F2 (bibit F2 jamur tiram putih
tersebut mudah didapatkan di lokasi dalam bentuk miselium yang ditumbuhkan
budidaya. Serasah daun kakao sangat didalam botol dengan media pertumbuhan
mudah kita jumpai khususnya di daerah yaitu serbuk gergaji tepung jagung dan
Sulawesi Tengah karena banyaknya dedak yang dicampurkan) jamur tiram
perkebunan kakao, namun untuk putih, limbah daun kakao, dedak, dan
pemanfataan serasah masih sangat serbuk gergaji yang digunakan sebagai
jarang. Begitu juga dengan serbuk gergaji media tumbuh tubuh buah jamur tiram
biasanya hanya menjadi salah satu bahan putih, kapur (CaCO3) untuk mengatur pH,
gipsum dan air .

36

Jurnal Biocelebes, Vol. 9 No.2, Desember 2015, ISSN: 1978-6417


Tasnin, dkk. Biocelebes, Vol. 9 No. 2

Penelitian ini didesain dalam a. Pertumbuhan miselium jamur tiram


Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri putih (Pleurotus ostreatus) pada media
dari 5 perlakuan dan 3 ulangan. Susunan (baglog) (hari).
perlakuan sebagai berikut: b. Waktu (hari) terbentuknya pinhead
P1 = Serasah daun kakao 80% + media sebanyak 3 kali pada setiap baglog
dasar 20%
P2 = Serasah daun kakao 60% + media PEMBAHASAN
dasar 40%
A. Kurva Pertumbuhan Miselium jamur
P3 = Serasah daun kakao 40% + media
tiram putih
dasar 60%
Grafik pertumbuhan miselium
P4 = Serasah daun kakao 20% + media
pada semua perlakuan dengan
dasar 80%
pengamatan dilakukan setiap 4 hari
P5 = media dasar 100%
setelah dilakukan pembibitan
(inokulasi) sampai miselium tumbu
Parameter pengamatan yaitu :
memenuhi media (baglog) dapat dilihat
pada grafik 1.

25
pertumbuhan miselium jamur (cm)

20

15 P1

P2
10
P3
5
P4

0 P5
H4 H8 H12 H16 H20 H24 H28 H32 H36
waktu(hari)

Grafik 1. Kurva pertumbuhan miselium jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)


pada semua media perlakuan (baglog).

B. Waktu terbentuknya pinhead jamur perlakuan. Pengamatan dilakukan


tiram putih selama 3 kali pinhead terbentuk pada
Pinhead jamur tiram putih media (baglog) yang sama yaitu 15
(Pleurotus ostreatus) muncul secara baglog yang diujikan. Perbandingan
tidak bersamaan untuk semua waktu dapat dilihat pada Grafik 2.

37

Jurnal Biocelebes, Vol. 9 No.2, Desember 2015, ISSN: 1978-6417


Tasnin, dkk. Biocelebes, Vol. 9 No. 2

80

waktu muncul pinhead (hari)


70
60 Pinhead I
50
40 Pinhead II
30
20 Pinhead III
10
0
P1 P2 P3 P4 P5

PERLAKUAN

Grafik 2. Perbandingan nilai rata-rata waktu (hari) yang dibutuhkan pinhead


muncul pada setiap perlakuan antara pinhead pertama sampai
pinhead ke-III muncul.

C. Pertumbuhan miselium jamur tiram + serbuk gergaji 20%) miselium jamur


putih tiram tidak dapat tumbuh.
Berdasarkan hasil penelitian pada Salah satu faktor yang
media yang diujikan, menunjukkan mempengaruhi pertumbuhan jamur
pertumbuhan miselium tercepat tiram yaitu kandungan Komposisi
memenuhi media (baglog) pada media tumbuh (baglog), menurut Indah
perlakuan (P5) yaitu media dasar 100% (2007), sangat penting memperhatikan
(tidak ada kandungan serasah daun komposisi media tanam jamur tiram,
kakao) memenuhi baglog pada hari ke- karena berpengaruh terhadap
32. pertumbuhan miselium dan tubuh buah.
Perlakuan (P4), (P3), dan (P2) Pada umumnya media yang sering
yaitu media tumbuh yang ditambahkan digunakan sebagai media tumbuh
serasah daun kakao dengan formulasi adalah serbuk gergaji, selulosa dan
berbeda, miselium memenuhi media serat lignin yang terdapat pada serbuk
(baglog) pada hari ke-36. Hal ini gergaji dimanfaatkan oleh jamur untuk
membuktikan bahwa serasah daun pertumbuhannya.
kakao dapat dimanfaat sebagai media Data yang didapatkan menujukkan
tumbuh jamur tiram putih, walapun semakin banyak kandungan serasah
tidak sebaik pertumbuhan pada media dalam media tidak baik untuk
yang tidak ditambahkan serasah yaitu pertumbuhan miselium, perbandingan
perlakuan (P5). Perlakuan (P1) media antara perlakuan (P1) (serasah daun
paling banyak mengandung serasah kakao 80% + serbuk gergaji 20%)
daun kakao (serasah daun kakao 80% miselium tidak dapat tumbuh,
sedangkan (P5) (media dasar 100%)
38

Jurnal Biocelebes, Vol. 9 No.2, Desember 2015, ISSN: 1978-6417


Tasnin, dkk. Biocelebes, Vol. 9 No. 2

tidak ada kandungan serasah daun Senyawa tanin, flavonoid dan


kakao, merupakan media yang paling fenol dapat menghambat pertumbuhan
baik karena miselium memenuhi baglog miselium dan perkecambahan spora
pada hari ke-32. Kemungkinan Hal ini jamur. Senyawa fenol merupakan
bisa terjadi karena nutrisi yang golongan alkohol yang dapat mengikat
diperoleh jamur tiram lebih tersedia daerah hidrofobik membran sel
pada perlakuan (P5) dibandingkan sehingga mengganggu dan
perlakuan yang lainnya. mempengaruhi integritas membran sel
Nutrisi yang dbutuhkan dalam yang menyebabkan terbentuknya
pertumbuhan jamur tiram putih adalah lubang pada membran sel. Adanya
lignin, karbohidrat (selulosa dan lubang pada membran sel
glukosa), protein, nitrogen, serat, dan mengakibatkan lisis sel dan denaturasi
vitamin (Yuniasmara dkk, 1999). protein, menghambat pembentukan
Jamur tiram putih (Pleurotus protein sitoplasma serta asam nukleat
ostreatus) memiliki enzim ligninolitik dan menghambat ikatan ATP-ase pada
yang dapat mendegradasi lignoselulosa membran sel. Mekanisme tersebut
yang terdapat pada kayu kemudian menghambat pembentukan komponen
merubah menjadi sumber nutrisi, yang dinding sel sehingga pertumbuhan
diperlukan dalam proses miselium terhambat (Landecker, 1996).
pertumbuhannya ( Arief, 2008).
Selain itu serasah daun kakao D. Waktu munculnya pinhead jamur tiram
mengandung senyawa polifenol yang putih
dapat menghambat pertumbuhan Hasil penelitian menunjukkan
miselium jamur. Dalam penelitian waktu yang dibutuhkan untuk
Osman dkk. (2004) menerangkan pembentukan pinhead dari miselium
bahwa daun kakao mengandung memenuhi media tumbuh yaitu pada
polifenol yang terdiri atas epigalo pinhead pertama perlakuan (P2, P3
katekin galat (EGCG), epigalo katekin dan P4) rata-rata membutuhkan waktu
(EGC), epi katekin galat (ECG), dan epi 20 hari, sedangkan untuk perlakuan
katekin (EC). Jumlah dari masing- (P5) hanya membutuhkan sekitar 15
masing senyawa tersebut dipengaruhi hari. Pinhead ke-II muncul antara
oleh umur daun. Pada daun muda perlakuan (P2, P3, dan P4) memiliki
(pucuk daun ditambah 3 daun perhitungan waktu yang berbeda,
dibawahnya) mengandung total Perlakuan P2 memiliki waktu cukup
polifenol 19,0% dan kafein 2,24% dari lama dibandingan dengan perlakuan
ekstrak daun kakao, total katekin lainya yaitu rata-rata berkisar 42 hari,
9,75% dari total polifenol Pada daun perlakuan (P3) 34 hari dan perlakuan
tua (daun nomer 5 sampai dengan 8) (P4) berkisar 31 hari.
mengandung total polifenol 28,4%, dan Pinhead ke-III muncul pada
kafein 1,33% dari ekstrak daun kakao, perlakuan (P2) membutuhkan waktu
total katekin 5,25% dari total polifenol. 70 hari dari pinhead pertama,
perlakuan (P3) 55 hari dan perlakuan
39

Jurnal Biocelebes, Vol. 9 No.2, Desember 2015, ISSN: 1978-6417


Tasnin, dkk. Biocelebes, Vol. 9 No. 2

(P4) 50 hari, sedangkan untuk M. 1996. Introductory Mycology. Ed.


perlakuan P5 hanya membutuhkan 49 ke-4. New York: John Willey and
selama 3 kali pinhead muncul. Sons Inc.
Perlakuan (P5) merupakan media Arief, MS. 2008, Pola Aktivitas Enzim
tercepat untuk munculnya pinhead jika Lignolitik Jamur Tiram Putih
dibandingkan perlakuan lainnya, (Pleurotus ostreatus) Pada Media
kandungan media tidak hanya Sludge Industri Kertas (skripsi),
mempengaruhi pertumbuhan miselium Program Studi Biokimia Fakultas
tetapi juga mempengaruhi waktu yang Matematika dan Ilmu Pengetahuan
dibutuhkan pinhead muncul. Semakin Alam Institut Pertanian Bogor.
cepat pinhead (tunas/bakal tubuh Indah Nur Tarini Yanuati, 2007. Kajian
buah) muncul, maka semakin cepat Perbedaan Komposisi Media Tanam
tubuh buah dapat diperoleh. Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Lampiran hasil lanjut Jamur Tiram Putih (Pleurotus
menggunakan “SPSS 16” Duncan taraf ostreatus) (Skripsi). Universitas
5% pada halaman 7 untuk Brawijaya Fakultas Pertanian Jurusan
pertumbuhan miselium dan waktu yang Budidaya Pertanian.
dibutuhkan dalam pembentukan Landecker, E. M. 1996. Fundamental of
pinhead. The Fungi. Fourth Edition. Prientice
Hall, Upper Saddle River: New Jersey
UCAPAN TERIMA KASIH Osman, H., dkk. (2004). Extracts of cocoa
(Theobroma cacao L) leaves and their
Terima kasih kepada Bapak Dody
antioxidant potential. Food Chemistry
Candra Kumara selaku pemilik tempat
86: 41-46.
budidaya jamur tiram Sumber Urip Jamur
Suriawiria, U. 1986. Pengantar Untuk
yang telah memberikan fasilitas tempat
Mengenal Jamur dan Menanam
dan bahan-bahan yang dipakai selama
Jamur. Angkasa UMM Press, Malang.
penelitian, kepada dosen-dosen Jurusan
Yuniasmara, dkk. 1999. Jamur Tiram.
Biologi F.MIPA UNTAD khususnya Dr.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Umrah M.Si, Miswan S.pd M.Si, selaku
dosen pembimbing, Dr. Abd Rahman
Rasak S.Si M.Si yang telah memberian
dukungan dana penelitian PUPT. Wahyu
Harso S.Si M.Si dan Dr. Annawaty M.Si
yang telah banyak memberikan saran
selama penelitian dan penyusunan artikel

DAFTAR PUSTAKA
Alexopoulos CJ, Mims CW, Blackwell M.
1996. Introductory Mycology. Ed. ke-1
New York: John Willey and Sons Inc.
Alexopoulos CJ, Mims CW, Blackwell

40

Jurnal Biocelebes, Vol. 9 No.2, Desember 2015, ISSN: 1978-6417


Tasnin, dkk. Biocelebes, Vol. 9 No. 2

Lampiran hasil uji lanjut Duncan taraf 5% spss 16

Lampiran 1. Hasil uji lanjut Duncan untuk pertumbuhan miselium (cm) selama 36 hari
dengan pengamatan setiap 4 hari, sampai miselium memenuhi media
tumbuh (baglog).
Pengamatan
Perlakuan Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari
ke-4 ke-8 ke-2 ke-16 ke-20 ke-24 ke-28 ke-32 ke-36
a a a a a a a a a
P1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
ab ef g hi kl n pq rs t
P2 1.40 4.10 7.16 10.93 13.93 15.73 18.03 20.53 23.00
bc de g h kl mn pq qr t
P3 1.96 3.80 7.03 10.36 13.66 15.50 18.13 19.30 23.00
bc cde g h jk n op q t
P4 1.70 2.86 7.53 9.63 12.76 15.90 17.26 18.76 23.00
bcd f ij lm no pq s t t
P5 2.60 5.20 11.83 14.33 16.10 18.46 20.76 23.00 23.00
Ket : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada uji lanjut Duncan taraf 5%.

Lampiran 2. Hasil uji lanjut Duncan perbandingan waktu yang dibutuhkan terbentuknya
pinhead pada setiap perlakuan semakin tinggi huruf yang mendampingi
maka semakin lama waktu yang dibutuhkan.
Perlakuan Panen 1 Panen 2 Panen 3
a a a
P1 0.00 0.00 0.00
c f i
P2 21.33 43.66 69.66
c e h
P3 20.66 34.33 55.00
c de g
P4 20.66 31.33 50.66
b d g
P5 15.33 29.00 49.00
Ket : Angka-angka yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada uji Duncan pada taraf 5%.

41

Jurnal Biocelebes, Vol. 9 No.2, Desember 2015, ISSN: 1978-6417

You might also like