You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia ini diisi oleh penduduk dengan bermacam-macam perbedaan.
Perbedaan tersebut mencangkup agama, profesi, jenis kelamin, dan wilayah.
Walaupun sebenarnya tak hanya itu saja perbedaan yang ada, masih ada
perbedaan yang bisa dilihat dan tak bisa dilihat. Namun perbedaan yang ada tak
sepenuhnya membuat mereka terpecah-pecah atau berdiri sendiri. Mereka
mencari persamaan-persamaan untuk membuat sebuah kelompok walaupun ada
hal yang berbeda. Sebab manusia secara kodrati sebagai makhluk sosial sehingga
ingin hidup berkelompok.
Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup
bersama. Ada aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan
kelompok. Contoh guru mengajar merupakan contoh kelompok sosial antara
individu dengan kelompok. Kelompok sosial dapat berupa kelompok
sosial primer dan kelompok sosial sekunder. Sedangkan komunikasi sosial dapat
secara langsung maupun tidak langsung. Kelompok sosial primer dengan
hubungan langsung apabila tanpa melalui perantara. Misalkan untuk mengenal
lebih jauh dari kelompok primer dapat kita lihat yaitu pada
keluarga. Sedangkan kelompok sosial primer adalah kelompok besar didasarkan
pada kepentingan yang berbeda.
Proses yang membentuk terjadinya kelompok sosial meliputi faktor
pendorong timbulnya kelompok sosial dan dasar pembentukan kelompok sosial.
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan.
Perubahan dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang
mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun

1
yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada
juga berjalan dengan cepat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kelompok sosial?
2. Apa saja ciri dan syarat kelompok sosial?
3. Apa saja dasar pembentukan kelompok sosial?
4. Apa saja macam kelompok sosial?
5. Apa saja faktor-faktor Pembentuk kelompok sosial?
6. Bagaimana dinamika kelompok sosial?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari kelompok sosial.
2. Untuk mengetahui ciri dan syarat kelompok sosial.
3. Untuk mengetahui dasar pembentukan kelompok sosial.
4. Untuk mengetahui macam-macam kelompok sosial.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor pembentuk kelompok sosial
6. Untuk mengetahui dinamika kelompok sosial.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Dapat memberikan informasi kepada mahasiswa lainnya mengenai definisi
dari kelompok sosial, ciri dan syarat kelompok sosial, dasar pembentukan
kelompok sosial, macam-macam kelompok sosial, faktor-faktor pembentuk
kelompok sosial, dan dinamika kelompok sosial.
2. Bagi Penulis
Dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai definisi definisi dari kelompok
sosial, ciri dan syarat kelompok sosial, dasar pembentukan kelompok sosial,
macam-macam kelompok sosial, faktor-faktor pembentuk kelompok sosial
dan dinamika kelompok sosial.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kelompok Sosial


Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari
hubungan dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di
antara individu-individu (manusia) kemudian lahirlah kelompok-kelompok sosial
(social group) yang dilandasi oleh kesamaan-kesamaan kepentingan bersama.
Kelompok atau group adalah kumpulan dari individu yang berinteraksi
satu sama lain, pada umumnya hanya untuk melakukan pekerjaan, untuk
meningkatan hubungan antar individu, atau bisa saja untuk keduanya. Sebuah
kelompok suatu waktu dibedakan secara kolektif, sekumpulan orang yang
memiliki kesamaan dalam aktifitas umum namun dengan arah interaksi terkecil.
Syarat kelompok menurut Baron dan Byrne:
a. Interaksi, anggota-anggota seharusnya berinteraksi satu sama lain.
b. Interdependen, apa yang terjadi pada seorang anggota akan mempengaruhi
perilaku anggota yang lain.
c. Stabil, hubungan paling tidak ada lamanya waktu yang berarti (bisa
minggu, bulan dan tahun).
d. Tujuan yang dibagi, beberapa tujuan bersifat umum bagi semua anggota.
e. Struktur, fungsi tiap anggota harus memiliki beberapa macam struktur
sehingga mereka memiliki set peran.
f. Persepsi, anggota harus merasakan diri mereka sebagai bagian dari
kelompok.
Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran
bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh

3
anggota masyarakat. Kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku para
anggotanya. Menurut Macler dan Charles dalam Basrun (2014), kelompok-
kelompok sosial merupakan himpunan manusia yang saling hidup bersama dan
menjalani saling ketergantungan dengan sadar dan tolong menolong. Kelompok
sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup
bersama, karena adanya hubungan di antara mereka. Hubungan tersebut antara
lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga
suatu kesadaran untuk saling menolong (Soekanto, 2006).
2.2 Ciri dan Syarat Kelompok Sosial
Berikut ini akan disebutkan beberapa ciri kelompok sosial:
1. Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan yang lain.
2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan
yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu
yang terlibat di dalamnya.
3. Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang
jelas dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing.
4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang
mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan
yang ada.
5. Berlangsungnya suatu kepentingan.
6. Adanya pergerakan yang dinamik.
Adapun syarat kelompok sosial sebagai berikut.
1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian
dari kelompok yang bersangkutan.
2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya.
3. Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok
itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat
merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama,
ideologi politik yang sama dan lain-lain.

4
4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
2.3 Dasar Pembentukan Kelompok Sosial
1. Kepentingan yang Sama (Common Interest)
Kepentingan yang sama menjadi pendorong sekumpulan manusia
untuk membentuk sebuah kelompok sosial. Berbagai kelompok sosial
berdasarkan kesamaan kepentingan akhir-akhir ini semakin berkembang
seiring dengan perkembangan masyarakat yang semakin modern, misalnya
kelompok olahragawan, kelompok arisan, dan lain-lain.
2. Kesamaan Darah dan Keturunan (Common Ancestry)
Keturunan menjadi dasar persatuan dan tali persaudaraan yang paling
kuat bagi manusia. Mereka yang merasa satu keturunan dan tinggal dalam
suatu masyarakat yang dianggap mempunyai persamaan latar belakang suku
bangsa maupun nenek moyang kemudian membentuk sebuah kelompok sosial
misalnya kelompok keturunan India, kelompok keturunan Tiongkok, dan
sebagainya.
3. Daerah atau Wilayah yang Sama
Kelompok sosial terbentuk atas dasar daerah atau wilayah yang sama
ditinggali cenderung membentuk organisasi yang mantap dan kelompok sosial
yang kuat. Sebagai contoh adalah paguyuban masyarakat Padang yang tinggal
di Jawa.
4. Ciri Fisik yang Sama
Warna kulit, warna rambut dan bentuknya, bentuk hidung, mata dan
ciri fisik lainnya merupakan salah satu faktor pendorong dibentuknya
kelompok sosial.
2.4 Macam-Macam Kelompok Sosial
Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan
dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara
kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok

5
berdasarkan ada tidaknya organisasi hubungan sosial antara kelompok, dan
kesadaran jenis menjadi empat macam antara lain:
a. Kelompok statis, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki
hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok
penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.
b. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompok yang memiliki persamaan
tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara
anggotanya.
c. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran
jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam
ikatan organisasi. Contoh: kelompok pertemuan, kerabat, dan lain-lain.
d. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai
kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun
kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan
hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi
formal. Contoh: negara, sekolah, dan lain-lain.
2.4.1 Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder
Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang
anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam
kehidupan, sedangkan menurut Goerge Homan, kelompok primer
merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang setiap
kali berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu
berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara.
Menurut Charles Horton Cooley dalam bukunya yang
berjudul Social Organization (1909) dalam Rahmatia, dkk (2014),
menyatakan bahwa kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang
ditandai dengan adanya ciri-ciri saling mengenal antar anggotanya serta
adanya kerja sama erat yang bersifat pribadi. Hasil dari hubungan yang
erat dan bersifat pribadi itu adalah adanya peleburan individu-individu ke

6
dalam kelompok-kelompok sehingga tujuan individu juga menjadi tujuan
kelompok.
Ciri-ciri kelompok primer yang dikemukakan Cooley adalah
sebagai berikut :
1. Syarat utama keanggotaan kelompok primer adalah sebagai berikut.
a. Antaranggota kelompok saling berdekatan secara fisik dan terjadi
interaksi secara intensif.
b. Kelompok tersebut kecil, sehingga masing-masing individu akan
mudah berinteraksi secara langsung.
c. Adanya suatu kelanggengan hubungan antar anggota kelompok
yang bersangkutan, misalnya hubungan darah (kekerabatan) dan
pertemanan.
2. Sifat Hubungan-hubungan Primer
Salah satu sifat dari hubungan antar anggota kelompok primer
adalah kesamaan tujuan dari individu-individu yang tergabung dalam
kelompok tersebut, sehingga hubungan bukan saja sebagai alat untuk
mencapai tujuan melainkan menjadi salah satu tujuan utama. Pada
dasarnya yang dimaksud dengan adanya persamaan tujuan disini
mempunyai dua arti sebagai berikut :
a. Individu yang bersangkutan mempunyai keinginan dan sikap yang
sama, sehingga mereka berusaha untuk mencapai tujuan yang sama
pula. Sebagai contoh dua orang sahabat yang memiliki cita-cita
yang sama.
b. Kesediaan salah satu pihak untuk berkoban demi kepentingan
pihak lain. Sebagai contoh, orang tua mau berkorban apa saja demi
anaknnya.
Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang ditandai
dengan pergaulan yang formal, tidak pribadi dan bercirikan kelembagaan,
misalnya partai politik atau organisasi formal lainnya.

7
Sifat-sifat yang dimiliki oleh kelompok sekunder adalah sebagai
berikut :
1. Masing-masing anggota tidak saling mengenal karena jumlahnya
banyak.
2. Bersifat tidak permanen.
3. Hubungan antaranggota renggang dan tidak perlu mengenal secara
pribadi.
4. Pola hubungan cenderung mengarah pada hubungan formal karena
sedikitnya kontak antar anggota dan kotak tersebut baru akan terjadi
ketika ada kepentingan dan tujuan tertentu saja.
2.4.2 Kelompok Formal dan Kelompok Informal
Kelompok formal merupakan kelompok yang memiliki peraturan-
peraturan yang tegas dan dengan sengaja dibuat oleh anggota-anggotanya
untuk mengatur hubungan antar anggotanya. Kelompok formal disebut
juga dengan istilah asosiasi atau organisasi. Contoh : organisasi
mahasiswa seperti BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa).
Sedangkan kelompok informal merupakan tidak mempunyai
struktur dan organisasi tertentu atau yang pasti. Kelompok-kelompok
tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang
kali, yang menjadi dasar pertemuan, kepentingan-kepentingan dan
pengalaman-pengalaman yang sama.
2.4.3 In Group dan Out Group
Summer membedakan antara in group dan out group. In group
merupakan kelompok sosial yang dijadikan tempat oleh individu-
individunya untuk mengidentifikasikan dirinya. Out group merupakan
kelompok sosial yang oleh individunya diartikan sebagai lawan in group
jelasnya kelompok sosial di luar anggotanya disebut out group.
Contohnya, istilah kita atau kami menunjukkan adanya artikulasi in group,
sedangkan mereka berartikulasi out group. Perasaan in group atau out

8
group didasari dengan suatu sikap yang dinamakan etnosentris, yaitu
adanya anggapan bahwa kebiasaan dalam kelompoknya merupakan yang
terbaik dibandingkan dengan kelompok lainnya. Sikap in group dan out
group dapat dilihat dari kelainan berwujud antagonisme atau antipati.
Menurut JBAF Mayor Polak dalam Buku Pengantar Ringkas (1966) yang
dikutip dalam Realyta (2007), sikap in group dan out group merupakan
dasar sikap etnosentrisme yang merupakan sikap bahwa setiap sesuatu
yang merupakan produk kelompoknya dianggap paling baik dan benar.
2.4.4 Paguyuban dan Patembayan
Tonnies dan Loomis dalam Rahmawati dkk (2014) menyatakan
bahwa paguyuban (gemeinschaft) ialah bentuk kehidupan bersama, di
mana para anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni
dan bersifat alamiah serta kekal, dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta
dan rasa persatuan batin yang memang telah dikodratkan. Hubungan
seperti ini dapat dijumpai dalam keluarga, kelompok kekeluargaan, rukun
tetangga, dan lain-lain.
Menurut Tonnies dalam Rahmawati dkk (2014) ciri-ciri pokok
paguyuban adalah sebagai berikut:
1. Intimate, adalah adanya hubungan yang mesra dan menyeluruh.
2. Private, adalah adanya hubungan yang bersifat pribadi, yaitu khusus
untuk beberapa orang saja.
3. Exclusive, bahwa hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan
tidak untuk orang lain di luar “kita”
Apabila dalam suatu paguyuban terjadi pertentangan antar anggota
maka pertentangan tersebut tidak akan bisa diatasi hanya dengan suatu hal
saja dan akan menjalar ke bidang-bidang lain. Hal tersebut disebabkan
adanya hubungan yang menyeluruh diantara anggotanya.
Jenis-jenis gemeinscaft terbagi menjadi 3, yaitu :

9
1. Gemeinschaft of Blood: yaitu mengacu pada ikatan kekerabatan (garis
keturunan). Contoh : keluarga dan kekerabatan.
2. Gemeinschaft of Place: yaitu merupakan ikatan berdasarkan kedekatan
tempat tinggal atau tempat bekerja. Contoh : rukun tetangga dan rukun
warga.
3. Gemeinschaft of Mind : yaitu mengacu pada hubungan persahabatan
baik karena keahlian, pekerjaan atau pandangan yang sama meskipun
diantara mereka tidak memiliki hubungan darah dan tinggal secara
berjauhan. Pada umumnya paguyuban ini tidak memiliki ikatan yang
sekuat paguyuban karena darah ataupun keturunan.
Patembayan (gesellschaft) yaitu berupa ikatan lahir yang bersifat
pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat imajiner dan strukturnya
bersifat mekanis sebagaimana terdapat dalam mesin. Ia bersifat sebagai
suatu bentuk dalam pikiran belaka. Contohnya, ikatan antar pedagang,
organisasi dalam suatu pabrik, dan lainlain.
2.4.5 Membership Group & Reference Group
Membership group merupakan kelompok sosial yang secara fisik
menjadi anggota kelompok tersebut. Batasan yang dipakai untuk
menentukan keanggotaan seseorang pada suatu kelompok secara fisik
tidak bisa dilakukan secara mutlak hal tersebut diakibatkan adanya
perubahan-perubahan keadaan. Kondisi yang tidak tetap akan
mempengaruhi derajat interaksi dalam suatu kelompok. Untuk
membedakan secara tegas keanggotaan atas dasar derajat interaksi dalam
kelompok maka ditemukan adanya dua istilah yaitu nominal group-
member dan peripheral group-member. Seorang anggota nominal
group adalah orang yang dianggap berinteraksi dengan kelompok sosial
oleh orang lain, meskipun interaksinya tidak intens. Sedangkan peripheral
group dianggap tidak berhubungan lagi dengan kelompok sosial yang

10
bersangkutan sehingga kelompok tersebut tidak mempunyai kekuasaan
apapun juga atas anggota ataupun kelompok tersebut.
Reference group merupakan kelompok sosial yang menjadi acuan
dalam perilaku maupun mengembangkan kepribadian para individu yang
tidak tercatat secara fisik dalam keanggotaan kelompok tersebut. Bisa juga
diartikan sebagai kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang
bukan anggota untuk membetuk pribadi dan perilakunya.
2.4.6 Kelompok Okupasional dan Volunter
Kelompok okupasional adalah kelompok yang muncul karena
semakin memudarnya fungsi kekerabatan, di mana kelompok ini timbul
karena anggotanya memiliki pekerjaan yang sejenis. Contohnya,
kelompok profesi, seperti asosiasi sarjana farmasi, ikatan dokter
indonesia, dan lain-lain. Okupasional diambil dari kata okupasi yang
berarti menempati tempat atau objek kosong yang tidak mempunyai
penguasa, dalam hal ini dicontohkan kelompok tersebut adalah orang-
orang yang dapat memonopoli suatu teknologi tertentu yang mempunyai
patokan dan aturan tertentu seperti halnya etika profesi.
Sedangkan volonter adalah orang yang mempunyai kepentingan
yang sama, namun tidak mendapat perhatian dari masyarakat. Kelompok
ini dapat memenuhi kepentingan-kepentingan anggotanya secara
individual, tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara umum.
Terjadinya kelompok volunter karena beberapa hal antara lain:
1. Kebutuhan sandang dan pangan
2. Kebutuhan keselamatan jiwa dan raga
3. Kebutuhan akan harga diri
4. Kebutuhan untuk dapat mengembangkan potensi diri
5. Kebutuhan akan kasih sayang
2.4.7 Kelompok-kelompok Sosial yang Teratur dan Tidak Teratur

11
Kelompok teratur merupakan kelompok yang mempunyai
peraturan tegas dan sengaja diciptakan anggota-anggotanya untuk
mengatur hubungan antarmereka.
Ciri-ciri kelompok teratur, antara lain:
a. Memiliki identitas kolektif yang tegas (misalnya tampak pada nama
kelompok, simbol kelompok,dll).
b. Memiliki daftar anggota yang rinci
c. Memiliki program kegiatan yang terus-menerus diarahkan kepada
pencapaian tujuan yang jelas.
d. Memiliki prosedur keanggotaan.
Contoh kelompok teratur antara lain berbagai perkumpulan pelajar
atau mahasiswa, instansi pemerintahan, parpol, organisasi massa,
perusahaan, dan lainlain.
Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur terdiri dari berbagai
macam, antara lain:
1. Kerumunan (Crowd) adalah individu yang berkumpul secara
bersamaan serta kebetulan di suatu tempat dan juga pada waktu yang
bersamaan.
Bentuk-bentuk kerumunan antara lain:
a. Khalayak penonton atau pendengar yang formal (Formal audiences)
Merupakan kerumunan-kerumunan yang mempunyai pusat
perhatian dan persamaan tujuan, tetapi sifatnya pasif, contohnya
menonton film.
b. Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (Planned Expressive
Group)
Adalah kerumunan yang pusat perhatiannya tidak begitu
penting, tetapi mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam
aktifitas kerumunan tersebut serta kepuasan yang dihasilkannya.
Fungsinya adalah sebagai penyalur ketegangan-ketegangan yang

12
dialami orang karena pekerjaan sehari-hari, contoh orang yang
berpesta, berdansa, dsb.

c. Kerumunan yang bersifat sementara (Casual crowds)


1) Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient
aggregations)
Dalam kerumunan itu kehadiran orang-orang lain
merupakan halangan terhadap tercapainya maksud seseorang.
Contoh; orang-orang yang antri karcis, orang-orang yng
menunggu bis dan sebagainya.
2) Kerumunan orang yang sedang dalam keadaan panik (panic
crowd)
Yaitu orang-orang yang bersama-sama menyelamatkan
diri dari suatu bahaya.
3) Kerumunan penonton (spectator crowd)
Karena ingin melihat suatu kejadian tertentu.
Kerumunan semacam ini hampir sama dengan khalayak
penonton, tetapi bedanya adalah bahwa kerumunan penonton
tidak direncanakan, sedangkan kegiatan-kegiatan juga pada
umumnya belum tak terkendalikan.
d. Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum.
1) Kerumunan yang bertindak emosional yaitu kerumunan yang
bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan
kekuatan fisik yang bertentangan dengan norma-norma yang
berlaku. Misalnya aksi demonstrasi dengan kekerasan.
2) Kerumunan yang bersifat immoral yaitu kerumunan yang
hampir sama dengan kelompok ekspresif. Bedanya adalah
bertentangan dengan norma-norma masyarakat. Misalnya,
orang-orang yang mabuk.

13
2. Publik
Merupakan kelompok sosial yang terbentuk karena ada
perhatian yang disatukan oleh alat-alat komunikasi seperti radio atau
televisi. Namun karena jumlahnya besar dan tempatnya tidak terbatas,
akibatnya perhatian publik semakin tidak tajam.
2.4.8 Masyarakat Pedesaan (Rural Community) dan Masyarakat Perkotaan
(Urban Community)
Dalam masyarakat yang modern, sering di bedakan antara
masyarakat pedesaan(rural community) dan masyarakat perkotaan (urban
community). Community adalah masyarakat yang bertempat tinggal di
suatu wilayah (geografis) dengan batas-batas tertentu, dimana faktor
utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar diantara
anggota, dibandingkan dengan interaksi penduduk diluar batasan
masyarakat.
Warga pedesaan, suatu masyarakat yang mempunyai suatu
hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan
mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan
biasanya kelompok atas dasar sistem kekeluargaan. Penduduk masyarakat
pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian.
Apabila ditinjau dari sudut pemerintahan hubungan antara
penguasa dengan rakyat berlangsung secara tidak resmi. Segala sesuatu
dijalankan atas dasar musyawarah. Disamping itu, karena tidak adanya
pembagian kerja yang tegas, seorang penguasa sekaligus mempunyai
beberapa kedudukan dan peranan yang sama sekali tidak dapat dipisah-
pisahkan atau paling tidak sukar untuk dibeda-bedakan.
Masyarakat kota (urban community) adalah masyarakat yang
anggota-anggotanya terdiri dari manusia yang bermacam-macam lapisan
atau tingakatan hidup, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain. Mayoritas
penduduknya hidup dengan bermacam-macam jenis pekerjaan yang

14
bersifat non-agraris. Ada beberapa ciri lagi yang menonjol pada
masyarakat kota, yaitu sebagai berikut:
1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan
keagamaan di desa.
2. Sikap hidupnya cenderung individualisme atau egoisme.
3. Memiliki tingkah laku yang bergerak maju, mempunyai sikap kreatif,
radikal dan dinamis.
4. Memiliki sifat materialistis.
5. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus
bergantung pada orang lain.
6. Pembagian kerja diantara warga kota juga lebih tegas dan punya batas-
batas nyata.
7. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih
banyak oleh warga kota dari pada warga desa.
8. Jalan pikiran rasional pada umumnya dianut oleh masyarakat
perkotaan, menyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi lebih
didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.
9. Jalan kehidupan yang cepat di kota mengakibatkan pentingnya faktor
waktu, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting untuk
dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
10. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan dengan nyata di kota-kota
karena kota biasanya terbuka, dalam menerima pengaruh luar.

Sehubungan dengan perbedaan antara masyarakat pedesaan


dengan masyarakat perkotaan, kiranya perlu pula disinggung perihal
urbanisasi. Urbanisasi adalah suatu proses berpindahnya penduduk dari
desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan
proses terjadinya masyarakat perkotaan. Proses tersebut terjadi
menyangkut 2 aspek yaitu :

15
1. Perubahan masyarakat desa menjadi masyarakat kota.
2. Bertambahnya penduduk kota yang disebabkan oleh mengalirnya
penduduk yang berasal dari desa (pada umumnya disebabkan karena
penduduk desa merasa tertarik oleh keadaan di kota).

Ada beberapa sebab yang mengakibatkan urbanisasi diantaranya :

1. Daerah yang termasuk menjadi pusat pemerintahan atau menjadi ibu


kota (seperti Jakarta).
2. Letak tempat tersebut yang sangat strategis untuk usaha-usaha
perdagangan atau perniagaan, misalnya kota pelabuhan atau kota yang
letaknya dekat pada sumber-sumber bahan mentah.
3. Timbulnya industri di daerah itu, yang memproduksikan barang
maupun jasa.

Faktor pendorong masyarakat desa untuk meninggalkan daerah


kediamannya adalah sebagai berikut:

1. Di desa lapangan pekerjaan pada umumnya kurang.


2. Penduduk desa pada umumnya para muda-mudi merasa tertekan pada
adat istiadat yang mengakibatkan cara hidup yang monoton.
3. Di desa tidak dapat banyak mendapatkan ilmu pengetahuan.
4. Rekreasi yang merupakan salah satu faktor penting di bidang spiritual
kurang sekali dan kalau juga ada perkembangan sangat lambat.
5. Bagi penduduk desa yang mempunyai keahlian lain selain bertani
seperti misalnya kerajinan tangan tentu menginginkan pasar yang
sangat luas bagi hasil produksinya. Ini tidak mungkin di dapatkan di
desa.

Sebaliknya akan di jumpai pula beberapa faktor penarik dari kota,


antara lain sebagai berikut :

16
1. Penduduk desa beranggapan bahwa di kota banyak pekerjaan dan
banyak penghasilan.
2. Di kota banyak kesempatan mendirikan perusahaan industri dan lain-
lain.
3. Di kota lebih banyak modal.
4. Pendidikan di kota lebih banyak dan lebih mudah didapat.
5. Kota merupakan suatu tempat yang lebih menguntungkan
mengembangkan jiwa dengan sebaik-baiknya dan seluas-luasnya.
6. Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan
merupakan tempat pergaulan dengan segala macam orang dan dari
segala lapisan.
2.4.9 Kelompok Kecil (Small Group)
Small group adalah suatu grup yang secara teoretis terdiri paling
sedikit dari dua orang, di mana orang-orang saling berhubungan untuk
memenuhi tujuan-tujuan tertentu dan yang menganggap hubungan itu
sendiri, penting baginya. Yang termasuk small groupmisalnya awak
pesawat, keluarga batih dan sebagainya.
2.5 Faktor-Faktor Pembentuk Kelompok Sosial
Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri
sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga
tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama
yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.
1. Kedekatan
Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan
seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok
bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok
kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling
berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin
mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik

17
meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang
memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan
interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok
pertemanan.
2. Kesamaan
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik,
tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan,
orang lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan
dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai,
usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga
merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk
kelompok sosial yang disebut keluarga.
2.6 Dinamika Kelompok Sosial
Setiap kelompok sosial pasti mengalami perubahan. Perubahan dalam
setiap kelompok sosial, ada yang mengalami perubahan secara lambat, namun ada
pula yang mengalami perubahan dengan cepat. Perubahan struktur sosial
disebabkan karena beberapa hal diantaranya, pertama disebabkan karena
perubahan situasi. Situasi yang dimaksud disini adalah keadaan dimana kelompok
tadi hidup. Sebab kedua adalah pergantian anggota-anggota kelompok. Pergantian
anggota suatu kelompok tidak perlu membawa perubahan struktur kelompok
tersebut. Akan tetapi ada pula kelompok-kelompok sosial yang mengalami
kegoncangan setelah ditinggalkan anggotanya, apalagi jika anggota tersebut
mempunyai kedudukan penting dalam kelompok. Misalnya dalam suatu keluarga.
Penyebab lainnya adalah perubahan situasi sosial dan ekonomi.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama
akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota
masyarakat. Kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya.
Dasar pembentukan kelompok sosial ada empat yaitu: kepentingan yang sama
(common interest), kesamaan darah dan keturunan (common ancestry), daerah
atau wilayah yang sama, ciri fisik yang sama
Bierstedt kemudian membagi kelompok berdasarkan ada tidaknya organisasi
hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis menjadi empat macam
antara lain kelompok statis, kelompok kemasyarakatan, kelompok sosial,
kelompok asosiasi

Kelompok primer dan kelompok sekunder merupakan kelompok yang


didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan
berhubungan erat dalam kehidupan, sedangkan menurut goerge homan, kelompok
primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang setiap
kali berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi
secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara.

Setiap kelompok sosial pasti mengalami perubahan. Perubahan dalam setiap


kelompok sosial, ada yang mengalami perubahan secara lambat, namun ada pula
yang mengalami perubahan dengan cepat. Perubahan struktur sosial disebabkan
karena beberapa hal diantaranya, pertama disebabkan karena perubahan situasi.
Situasi yang dimaksud disini adalah keadaan dimana kelompok tadi hidup.

19
3.2 Saran

Dengan ditulisnya makalah ini nantinya dapat dimanfaatkan secara


optimal terkait dengan pengembangan mata kuliah Antropologi Kesehatan. Dan
penulis menyarankan materi-materi yang ada dalam tulisan ini dikembangkan
lebih lanjut agar dapat nantinya menghasilkan tulisan-tulisan sejarah yang
bermutu. Demikianlah makalah ini penulis persembahkan, semoga dapat
bermanfaat.

20
DAFTAR PUSTAKA
Basrun, Chairul. 2014. Hubungan Antar Manusia. [online] Available at:
www.academia.edu (Diakses pada: 15 Februari 2017).
Rahayu, G. 2012. Kelompok Sosial. [online] Available at: file.upi.edu (Diakses pada:
21 Februari 2017).
Rahmatia, dkk. 2014. Pengantar Antropologi Penelitian Kampung Semanggi.
[online] Available at: www.academia.edu (Diakses pada: 15 Februari
2017).
Rahmawati, dkk. 2014. Hubungan Hukum dengan Kelompok Sosial Dalam
Masyarakat. [online] Available at: www.academia.edu (Diakses pada: 14
Februari 2017)
Realyta, Silviana. 2007. Hubungan Komposisi Dengan Kelompok Etnosentrik.
[online] Available at: repository.usu.ac.id (Diakses pada: 14 Februari
2017).
Saidang. 2007. Sosiologi untuk SMA Kelas X. Solo : CV Hamka MJ.
Saidang. 2010. Sosiologi untuk SMA Kelas XI. Solo : CV Hamka MJ.
Soekanto, Surjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.

21

You might also like