You are on page 1of 17

1. Uraikan geologi sejarah dari kubah Sangiran ?

Jawab :

Proses terbentuknya Kubah Sangiran

Pada awalnya sangiran merupakan lautan dangkal. Pada saat itu keadaan bumi
masih belum stabil seperti sekarang, di beberapa bagian bumi seringkali mendapatkan
pergerakan di dalam perut bumi yang disebabkan adanya dorongan tekanan endogen.
Sangiran juga mengalami hal serupa, karena adanya dorongan tenaga endogen (dari
dalam bumi) terjadi pengangkatan dan pelipatan pada permukaan laut sangiran. Akibat
pelipatan permukaan maka terbentuklah daratan-daratan yang mengisolasi sebagaian
lautan tersebut sehingga menjadi danau dan rawa-rawa.
Saat terjadinya masa glacial (pembekuan), permukaan air laut menyusut, itu
disebabkan karena adanya pembekuan es di kutub utara maka muncullah daratan di
permukaan bumi. Danau dan rawa sangiran yang terbentuk dari lautan dangkal juga
menjadi daratan kering.
Proses pembentukan situs sangiran erat kaitannya dengan aktivitas gunung lawu
tua. Kubah sangiran diperkirakan terbentuk akibat gaya kompresi dari runtuhan gunung
Lawu tua, gaya endogen berupa pengakatan dan pelipatan tanah serta gaya gravitasi
bumi.
Tenaga endogen yang terjadi berulang-berulang mengakibatkan permukan tanah di
sangiran naik akibatnya adanya dorongan di dalam dan membentuk bukit. Kemudian
karena aktivitas gunung lawu membuat tanah perbukitan longsor dan membentuk kubah,
tanah di sekitar sungai cemarapun ikut longsor. Akibat dari hal tersebut, terbentuklah
lapisan tanah yang berbeda dari lapisan tanah permukaan. Lapisan tanah yang terbentuk
adalah lapisan dari jaman purbakala dimana hasil dari terbentuknya tanah sangiran
membuat para ahli purbakala dan masyarakat sekitar menemukan bukti-bukti kehidupan
masa prasejarah. Hingga kini lapisan tanah (stratigrafi) yang dapat ditemukan dan diteliti
terdapat 4 lapis.
Situs sangiran merupakan daerah perbukitan yang terbentuk dari fragmen-fragmen
batu gamping foraminifera dan batu pasir yang tercampur dengan Lumpur saat masa
halosen. Juga yang endapan alivial yang terdiri dari campuran lempung, pasir, kerikil,
dan krakal dengan ketebalan kurang lebih 2 meter yang dapat terlihat di sungai cemara.
Sungai cemara yang mengalir didaerah sangiran merupakan sungai anteseden yang
menyayat kubah sangiran. Hal ini menyebabkan struktur kubah dan stratifigrafi tanah
daerah sangiran dapat dipelajari dengan baik.
Akibat dari dorongan tenaga endogen pada awalnya, aktivitas erosi dan
sedimentasi yang tinggi maka menyebabkan pengangkatan dan pelipatan tanah sangiran,
sehingga lapisan tanah sangiran terbagi dari 4 lapisan (dari lapisan teratas) yaitu Formasi
Notopuro, Formasi Kabuh, Formasi Pucangan dan Formasi Kalibeng.

2. Secara stratigrafi batuan penyusun kubah Sangiran apa, formasi apa dan urutan
batuannya apa ?
Jawab :

Secara struktural Sangiran merupakan daerah yang mengalami pengangkatan dan


perlipatan yang kemudian membentuk struktur kubah terbalik, yang seiring berjalannya
waktu mengalami erosi. Adanya pengangkatan ini terjadi karena proses penekanan dari kiri
ke kanan oleh tenaga eksogen dan dari bawah ke atas oleh tenaga endogen. Erosi
menyebabkan tersingkapnya lapisan-lapisan tanah secara alamiah. Dimana di dalamnya
terkandung informasi tentang kehidupan sejarah manusia purba dengan segala yang ada di
sekelilingnya (pola hidup dan binatang-binatang yang hidup bersamanya).
Keistimewaan Sangiran, berdasarkan penelitian para ahli Geologi dulu pada masa
purba merupakan hamparan lautan. Akibat proses geologi dan akibat bencana alam letusan
Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu, Sangiran menjadi daratan. Hal
tersebut dibuktikan dengan lapisan-lapisan tanah pembentuk wilayah Sangiran yang sangat
berbeda dengan lapisan tanah di tempat lain. Tiap-tiap lapisan tanah tersebut ditemukan
fosil-fosil menurut jenis dan jamannya. Misalnya, Fosil binatang laut banyak diketemukan
di Lapisan tanah paling bawah, yang dulu merupakan lautan.

Sangiran Dome
Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan, formasi penyusun daerah sangiran
merupakan urutan dari pengendapan syn-orogenic dan post-orogenic (proses pengendapan
bahan rombakan yang terjadi pada dan setelah terangkatnya perbukitan Kendeng yang
berada disebelah utara Sangiran), kecuali formasi tertua. (Wartono R, 2005)
Urutan Formasi yang menyusun daerah Sangiran dari umur paling tua adalah Formasi
Kalibeng, Pucangan, Kabuh dan Notopuro.

1. Formasi Kalibeng
Formasi kalibeng berumur 3.000.000-1.800.000 tahun yang lalu. Formasi tanah ini
hanya tersingkap pada bagian Kalibeng atas (Pliocene atas). Formasi ini terdiri dari 4
lapisan. Untuk lapisan terbawah ketebalan mencapai 107 meter merupakan endapan laut
dalam berupa lempung abu-abu kebiruan dan lempung lanau dengan kandungan moluska
laut. Lapisan kedua ketebalan 4-7 meter merupakan endapan laut dangkal berupa pasir
lanau dengan kandungan fosil moluska jenis Turitella dan foraminifera. Lapisan ketiga
berupa endapan batu gamping balanus dengan ketebalan 1-2,5 meter. Lapisan keempat
berupa endapan lempung dan lanau hasil sedimentasi air payau dengan kandungan moluska
jenis corbicula. Adanya kalkarenit dan kalsirudit menunjukkan bahwa formasi Kalibeng
merupakan hasil endapan laut yang amat dangkal.

Formasi Situs Sangiran

Formasi kalibeng merupakan endapan tertua di kubah sangiran, terdiri dari batu
Napal Pasiran warna abu-abu kehitaman dan disisipi bau gamping balanus dan korbikula.
Ketebalan formasi kalibeng lebih dari 130 meter, kandungan fosilnya antara lain
foraminifera, molusca laut. Dismaping itu juga banyak ditemukan gastropoda dan molusca
air payau, ini menunjukan bahwa lingkungan pengendapannya adalah air payau (peralihan
antara air asin dan air tawar). Makin keatas lapisan tersebut berubah menjadi semakin
pasiran.
Mengandung ostrea berkulit tebal yang menunjukaan organisme ini hidup di pinggir
laut. Lapisan berfasies pasiran diatas ditutupi oleh batu gamping balanus. Hewan ini hidup
dizona anatar laut pasang dan surut. Sehingga dapat diperkirakan batu gamping ini
diendapkan di lingkunagn tersebut. Lapisan teratas terdapat batu pasir yang mengandung
korbuline, yaitu paleoypoda yang sering hidup di air tawar. Daru urutan fasies tersebut
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada waktu pengendapannya berbagai lapisan
tersbut yaitu formasi kalibeng mengalami susut laut (regresi) berubah menjadi daratan.

2. Formasi Pucangan
Formasi Pucangan berumur 1.800.000-800.000 tahun yang lalu. Formasi ini terbagi
menjadi dua yaitu lahar bawah dan lempung hitam. Formasi Pucangan lahar bawah
ketebalannya berkisar 0,7-50 meter berupa endapan lahar dingin atau breksi vulkanik yang
terbawa aliran sungai dan mengendapkan moluska air tawar di bagian bawah dan diatome
di bagian atas. Pada lapisan ini juga terdapat fragmen batu lempung gampingan dari formasi
Kalibeng.
Formasi Pucangan Atas ketebalan mencapai 100 meter berupa lapisan napal dan
lempung yang merupakan pengendapan rawa-rawa, pada formasi ini terdapat sisipan
endapan molusca marine yang menunjukkan bahwa pada waktu itu pernah terjadi transgresi
laut. Formasi ini banyak mengandung fosil binatang vertebrata seperti gajah (Stegodon
trigonocephalus), banteng (Bibos paleosondaicus), kerbau (Bubalus paleokarabau,
Hippopotamidae dan Cervidae. Pada formasi Pucangan ini juga ditemukan fosi Homo
erectus , fosil karapaks dan plastrón kura-kura.
Dua pasies pokok yang terdapat pada formasi ini adalah pasies batu lempung hitam
laut dan pasies breksi yang terdiri dari vulkanik tufaan sampai pasiran. Pada pasies ini
banyak ditemukan fosil vertebrata. Fragmen batuan berupa batu pasir gampingan dari
formasi kalibeng jug dijumpai pada pasies breksi kalibeng bagian bawah. Keadaan ini
menunjukan bahwa formasi kalibeng. Susunan tanah menurut J. Duyfjes, dari atas sampai
kebawah sebagai berikut:
 Endapan batu pasir tufaan setebal 35 meter
 Batu pasir tufaan yang mengandung tanah liat dan napal yang berisis kerang laut setebal
10 meter.
 Lapisan lempung berwarna kehijauan setebal 5 meter.
 Batu pasir kasar, konglomerat atau batu adesit setebal 100 meter. Pada lapisan ini
ditemukan fosil Pithecantropus (homo erectus).
 Endapan batu pasir tufaan dengan diselingi batu lempung.
 Napal dan batu pasir tufaan yang mengandung lempung dan molusca laut setebal 25
meter.
Pada formasi pucangan fosil tengkorak Pithecantropus Erectus, kemudian ditemukan
juga fosil tengkorak Megantropus Paleojavanicus. Asosiasi hewan lain yang hidup
berdampingan dengan kedua manusia purba adalah gajah, penyu, ikan hiu, badak, dll.

3. Formasi Kabuh
Formasi Kabuh merupakan lapisan yang berumur 800.00-250.000 tahun yang lalu
dan merupakan formasi yang paling banyak ditemukan fosil mamalia, manusia purba dan
alat batu. Formasi ini terbagi menjadi dua yaitu grenzbank yang metupakan lapisan
pembatas antara formasi Pucangan dengan Kabuh. Terdiri dari lapisan batu gamping
konglomeratan yang berbentuk lensa-lensa dengan ketebalan 2meter. Di grenzbank banyak
ditemukan fosil mamalia (Stegodon trigonocephalus, Bubalus paleokarabau, Duboisia
santeng dll) dan fosil Hominidae. Formasi Kabuh atas ketebalan lapisannya sekitar 3-16
meter merupakan batu pasir dengan struktur silang siur yang menunjukkan hasil endapan
sungai. Terjadi pada kala Pleistocene tengah.
Endapan kala plastosen tengan terkenal dengan nama formasi kabuh. Formasi ini
memperlihatkan endapan yang berasal dari gunung Lawu tua,berupa: batu tufa, batu pasir,
dan konglomerat. Ketebalan formasi sangat bervariasi antara 10-16 meter.
Alat-alat dari batu telah ditemukan pada formasi ini. Dengan ditemukan alat-alat batu
tersbut menunjukan bahwa pithecanthropus pada saat itu sudag mengenal alat-alat
perburuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Formasi kabuh terdiri dari spesies
fluviatil yang terdiri dari batu pasir dengan struktur silang-siur dan konglemaratrt. Formasi
kabuh ini terletak di atas formasi pucangan secara tidak selaras.

4. Formasi Notopuro
Formasi Notopuro terletak di atas formasi Kabuh dan tersebar di bagian tas
perbukitan di sekeliling Kubah Sangiran. Formasi ini tersusun oleh material vulkanis
seperti batu pasir vulkanis, konglomerat dan breksi dengan fragmen batuan beku andesit
yang berukuran brangkal hingga bonkah. Ketebalan lapisan mencapai 47 meter dan terbagi
menjadi tiga lapisan yaitu lapisan Formasi Notopuro bawah dengan ketebalan 3,2-28,9
meter, Formasi Notopuro tengah dengan ketebalan maksimal 20 meter dan Formasi
Notopuro atas dengan ketebalan 25 meter. Pada Formasi Notopuro ini sangat jarang
dijumpai fosil. Formasi ini ditafsirkan sebagai hasil pengendapan darat yang sangat
dipengaruhi oleh aktivitas vulkanik dan terjadi pada kala Pleistocene atas.
Formasi Notopuro adalah lapisan tanah dikala plastosen atas yang berumur 10.000-
125.000 tahun yang lalu. Formasi Notopuro adalah lapisan yang terbentuk oleh endapan
lahar dan terdiri atas breksi andesit dan konglomerat. Pada formasi ini dijumpai Frakmen
dari mineral kaledon, kaursa susu, carnelian, agate, kerikil andesit, tufa dan pasiran yang
merupakan penyusun utama dari breksiden konglomerat. Pada endapan kerikil banyak
ditemukn serpih bilah, yaitu alat pada tingkat perkembangan menjadi konglomerat dan batu
pasir silang siur dengan ketebalan sekitar 2-45 meter tersebut menunjukan bahwa kala
plastosen akhir telah terjadi banjir lahar yang besar.

5. Endapan Mud-Vulcano
Endapan Mud vulcano ini ditemukan pada sebuah bukit yang landai. Litologi pada
mud vulcano sendiri sangat beragam. Di lapangan, banyak ditemukan serpihan-serpihan
batuan metamorf, sedimen dan beku. hal ini berkaitan dengan proses terjadinya mud
vulcano tersebut. Struktur mud vulcano terjadi akibat adanya struktur sesar yang turun
hingga lapisan basement. mengakibatkan lapisan lumpur mencotot keluar hingga ke
permukaan membawa material batuan yang sempat pecah saat terjadinya sesar tersebut.

6. Endapan Undak (Terrace Deposit)


Endapan ini di temukan di sekitar brangkal .Endapan ini terdir dari konglomerat,
batupasir, fragmen napal dan andesit yang mengandung fosil vetebrata. Fosil-fosil yang di
temukan di sini di perkirakan hasil dari pengendapan yang ulang oleh lapisan yang lebih
tua. Selain fragmen-fragmen tersebut ditemukan juga fragmen-fragmen kalsedondan rijang
yang bersal dari proses alterasi pada batuan. Tidak hanya fragmen baytua saja yang di
temukan pada lapisan ini tetapi artefak budaya homo erectus pun di temukan juga.
Kolom stratigrafi daerah Sangiran

3. Bagaimana iklim atau kehidupan yang ada di kubah Sangiran sehingga bisa
menemukan banyak fosil dari vertebrata maupun manusia purba ?
Jawab :

Diperkirakan situs Sangiran pada masa lampu merupakan kawasan subur tempat
sumber makanan bagi ekosistem kehidupan. Keberadaanya di wilayah katulistiwa, pada
jaman fluktuasi jaman glassial-interglassial menjadi tempat tujuan migrasi manusia
purba untuk mendapatkan sumber penghidupan. Dengan demikian kawasan sangiran
pada kala pleistocen menjadi tempat hunian dan ruang subsistensi bagi manusia pada
masa itu.
Berkaitan dengan iklim yang terjadi pada masa sebelum dan sesudah terbentuknya
iklim sangiran merupakan iklim tropis dimana yang mendukung kelangsungan
kehidupan mahluk hidup. Iklim tropis dibuktikan dengan adanya lapisan batukarbonatan
pada formasi kalibeng, batuan karbobanatan menjadi indikasi bahwa daerah tersebut
berikilim tropis yang semakin dikuatkan dengan melimpahnya fosil gastropoda dan
pelecypoda yang menjadi indikator utama mahlukhidup yang hidup diperairan dangkal
dengan iklim tropis.
Melimpahnya mahluk vertebrata pada saat peralihan kelingkungan daratan pada
lingkungan purba Sangiran juga dapat menjadikan indikator bahwa pada masa itu daerah
Sangiran merupakan dataran tropis subur yang melimpah akan tumbuhan yang menjadi
sumber makanan bagi vertebrata herbivora. Hal ini terjadi pada saat formasi kabuh sudah
mulai terbentuk, suburnya daerah Sangiran saat itu sehingga daerah tersebut menjadi
ekosistem yang komplek bagi mahlukhidup herbivora, karnivora, maupun mamalia
berupa homo erectus. Hal ini juga dibuktikan dengan banyaknya fosil rusa, kerbau, kuda
air, musang, dan fosil homo erectus itu sendiri.

4. Bagaimana perkembangan manusia purba yang ada di Sangiran ? mengapa


berpindan dan factor mempengaruhinya apa ?
Jawab :

Sangiran merupakan sebuah kompleks situs manusia purba dari Kala Pleistosen yang
paling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di Asia. Lokasi tersebut
merupakan pusat perkembangan manusia dunia, yang memberikan petunjuk tentang
keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu. Sangiran pertama kali ditemukan
oleh P.E.C. Schemulling tahun 1864, dengan laporan penemuan fosil vertebrata dari
Kalioso, bagian dari wilayah Sangiran. Semenjak dilaporkan Schemulling situs itu
seolah-olah terlupakan dalam waktu yang lama. Eugene Dubois juga pernah datang ke
Sangiran, akan tetapi ia kurang tertarik dengan temuan-temuan di wilayah Sangiran.
Pada 1934, Gustav Heindrich Ralph von Koeningswald menemukan artefak litik di
wilayah Ngebung yang terletak sekitar dua km di barat laut kubah Sangiran. Artefak
litik itulah yang kemudian menjadi temuan penting bagi Situs Sangiran. Semenjak
penemuan von Koeningswald, Situs Sangiran menjadi sangat terkenal berkaitan dengan
penemuan-penemuan fosil Homo erectus secara sporadis dan berkesinambungan.
Homo erectus adalah takson paling penting dalam sejarah manusia, sebelum masuk
pada tahapan manusia Homo sapiens, manusia modern.
Evolusi mnusia menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan penting.
Perubahan-perubahan tersebut yaitu:
a) Sikap tubuh dan cara bergerak secara tegak.Sikap tegak menimbulkan akibat
lebih lanjut,seperti terbebasnya anggota tubuh bagian atas dari tugas
menanggung beban berat badan dan bergerak.
b) Evolusi kepala,berkaitan dengan evolusi muka dan terutama evolusi otak.
c) Perkembangan biososial,meliputi tiga hal penting,yaitu pembuatan
alat,organisasi sosial,dan komunikasi dengan bahasa.

Berikut adalah penemuan manusia purba di daerah Sangiran dari yang tertua sampai yg
termuda :
1. Meganthropus Paleojavanicus
Fosil Meganthropus Paleojavanicus ditemukan oleh Von Koenigswald di Sangiran,
lembah Bengawan Solo pada tahun 1936-1941. Fosil ini berasal dari lapisan Pleistosen
Bawah. Meganthropus memiliki badan yang tegap dan rahang yang besar dan juga kuat.
Mereka hidup denan cara mengumpulkan makanan. Makanan mereka berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Sebagian ahli menganggap bahwa Meganthropus
sebenarnya merupakan Pithecanthropus dengan badan yang besar.
 Sejarah
Meganthropus Paleojavanicus diperkirakan hidup pada dua juta tahun yang
lalu. Fosil ini pertama kali ditemukan oleh G.H.R von Koenigswald pada
tahun 1936 dan berakhir 1941 di Situs Sangiran, yaitu rahang
bawah dan rahang atas. Ketika pertama ditemukan, von Koenigswald
menyebutnya Meganthropus palaeojavanicus karena memiliki ciri-ciri
yang berbeda dari Pithecanthropus erectus (Homo erectus) yang lebih dulu
ditemukan di Sangiran. Selanjutnya fosil serupa juga ditemukan oleh Marks
tahun 1952 berupa rahang bawah. Meganthropus diperkirakan hidup 2 juta
sampai 1 juta tahun yang lalu, di masa Paleolithikum atau Zaman Batu
Tua. Meganthropus memiliki kelebihan pada bentuk tubuhnya yang
lebih besar dibandingkan manusia purba lainnya.
 Ciri Ciri :
 Memiliki tulang rahang yang kuat
 Tidak memiliki dagu
 Menunjukkan ciri-ciri manusia tetapi lebih mendekati kera.
 Berbadan besar dan tegap
 Tonjolan tulang pipi yang tebal,
 Tonjolan kening tebal
 Memiliki otot-otot kuat
 Termasuk sebagai pemakan tumbuhan

 Pola kehidupan
Mereka hidup dengan cara mengumpulkan makanan (food gathering)
makanan mereka utamanya berasal dari tumbuh-tumbuhan dan buah-
buahan. Sebagian ahli menganggap bahwa Meganthropus sebenarnya
merupakan Pithecanthropus dengan badan yang besar.

 Budaya

 Pada saat itu meganthropus hidup pada zaman batu tua


(Paleolithikum)
Kehidupan manusia purba pada saat itu belum memiliki tempat tinggal
yang tetap atau nomaden.
 Peninggalan Budaya
Alat-alat batu yang digunakan pada zaman batu tua masih sangat kasar,
sebab teknik pembuatannya masih sangat sederhana. Alat-alat batu ini
dibuat dengan cara membenturkan antara batu yang satu dengan yang
lainnya. Pecahan batu yang menyerupai bentuk kapak, mereka
pergunakan sebagai alat. Berdasarkan nama tempat penemuannya, hasil-
hasil kebudayaan zaman batu tua di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu :
Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.
 Hasil Kebudayaan yang lainya Zaman batu tua (ringkasan)
 Kebudayaan Pacitan
 Kapak Genggam
 Kapak Perimbas
 Alat serpih (Flake)
 Kebudayaan Ngandong
 Kapak Genggam
 Alat-alat tulang dan tanduk rusa
 Berburu dan mengumpulkan makanan (Hunting and Food
Gayhering)
·

 ManusiaPendukung
Berdasarkan penemuan yang ada dapat disimpulkan bahwa pendukung
kebudayaan Pacitan adalah Pithecanthropus Erectus. Sedangkan sebagai
pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo Soloensis dan Homo
Wajakensis.
 Kehidupan
Berdasarkan penemuan alat-alat Paleolithik, dapat disimpulkan bahwa
manusia purba pendukung zaman batu tua hidup dengan berburu dan
mengumpulkan makanan (hunting and food gathering). Mereka juga hidup
dengan menangkap ikan di sungai. Manusia purba pada zaman batu tua
hidup berpindah-pindah (nomaden).

Homo Erectus
Homo erectus adalah takson paling penting dalam sejarah manusia, sebelum
masuk pada tahapan Homo sapiens, manusia modern.Homo erectus pada
awal penemuannya diberi nama ilmiah Pithecanthropus erectus.Memiliki
arti manusia-kera yang dapat berdiri.Telah ditemukan sebanyak 50 individu
fosil manusia Homo erectus di Sangiran. Jumlah ini mewaikili 65% dari
fosil Homo erectus yang ditemukan di Indonesia atau 50% dari populasi
Homo erectus di dunia.
 Ciri-ciri
 Dahi sangat
 Tulang kening menonjol
 Orbit mata persegi
 Pipi lebar menonjol
 Mulut menjorok kedepan
 Tengkorak pendek memanjang
 Morfologi
Berdasarkan Morfologi, tengkorak S17 adalah individu laki-laki dewasa
yang hidup di Sangiran pada saat Sangiran didominasi lingkungan sungai
yang luas sekitar 700.000 tahun yang lalu.
 Cara hidup
Homo erectus adalah manusia purba yang hidup di zaman
batu/paleolitikum. Zaman ini berlangsung kurang lebih 700.000 tahun
yang lalu. Zaman paleolitikum atau yang disebut zaman batu tua
ditandai dengan peninggalan alat-alat yang masih sangat sederhana.
Alat-alat tersebut terbuat dari batu yang permukaannya masih kasar
(belum diasah)
Kehidupan di zaman
ini bersifat nomaden
atau berpindah-
pindah. Mereka
hidup berkelompok
dan mencari makan
dengan cara berburu.

Homo Soloensis
Fosil Homo soloensis ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan
Sambung Macan, Sragen, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald
pada tahun 1931—1933 dari lapisan Pleistosen Atas. Homo Soloensis
diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu. Volume
otaknya mencapai 1300 cc. Menurut Von Koenigswald makhluk ini lebih tinggi
tingkatannya dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus. Diperkirakan
makhluk ini merupakan evolusi dan Pithecanthropus Mojokertensis. Oleh
sebagian ahli, Homo Soloensis digolongkan dengan Homo Neanderthalensis
yang merupakan manusia purba jenis Homo Sapiens dari Asia, Eropa, dan
Afrika berasal dari lapisan Pleistosen Atas.

 Ciri Ciri :
 Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc
 Tinggi badan antara 130 – 210 cm
 Otot tengkuk mengalami penyusutan
 Muka tidak menonjol ke depan
 Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna

 Cara Hidup
Homo soloensis menggunakan Perkakas Batu, yaitu Kapak
Genggam berupa kapak dari batu yang tidak bertangkai. Kapak ini
digenggam dengan tangan. Selain itu Homo Soloensis telah mengenal alat
dari Tulang dan Tanduk. Homo Soloensis telah hidup berkelompok dan
tinggal di sekitar Lembah Sungai. Homo Soloensis juga telah mengenal
Bahasa, Walaupun masih sederhana dengan ditambahi gerakan isyarat
seperti gerakan badan atau muka. Bahasa digunakan untuk alat komunikasi
untuk kegiatan sosial berburu.
TUGAS GEOLOGI SEJARAH

FIELDTRIP KE MUSEUM SANGIRAN

Dosen Pengampu: Herning Dyah Kusuma Wijayanti, S.T., M.Eng. dan

Disusun oleh:

Lidia Aprilita

(410016045)

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL

YOGYAKARTA

2018

You might also like