Professional Documents
Culture Documents
1. Definisi
Menurut Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu
sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya
sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas
biologis dari insulin atau keduanya.
1
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic ke arah
terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan genetic ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leococite antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor Imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen
3. Faktor Lingkungan
Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor
esternal yang dapat memicu dekstruksi sel beta. Sebagai contoh hasil
penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses otoimun yang menimbulkan dekstruksi (hilangnya) sel
beta. Virus penyebab DM adalah Rubela, Mumps, dan Human
coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta,
virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini
menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya
otoimun (aktivasi limfosit T reaktif terhadap antigen sel pulau kecil)
dalam sel beta.
b. Diabetes Mellitus Tipe II
Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe 2 masih belum diketahui. Faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Selain itu tedapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan
proses terjadinya diabetes tipe 2.
Faktor-faktor ini adalah :
1. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.
2. Obesitas
Orang yang mengalami obesitas,tubuhnya memiliki kadar lemak yang
tinggi atau berlebihan sehingga jumlah cadangan energy dalam tubuhnya
banyak begitupun dengan yang tersimpan dalam hati dalam bentuk
glikogen. Insulin merupakan hormon yang bertugas untuk menurunkan
2
kadar glukosa dalam darah mengalami penurunan fungsi akibat dari kerja
kerasnya dalam melakukan tugas sebagai pendistribusian glukosa
sekaligus pengkompensasi dari peningkatan glukosa darah, sehingga
menyebabkan resistensi insulin dan berdampak terjadinya DM tipe 2.
3. Riwayat keluarga
c. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh
kehamilan, diperkirakan karena terjadinya perubahan pada metabolisme
glukosa (Hiperglikemia akibat sekresi hormone-hormon plasenta). Teori yang
lain mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut sebagai “unmasked” atau
baru ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang memiliki ciri
gemuk, riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat
bayi lahir mati, dan riwayat abortus berulang.
3. Pohon Masalah
DM Tipe I DM Tipe II
Reaksi Autoimun Idiopatik, usia, genetil, dll
Defisiensi insulin
3
Penurunan BB polipagi
Glukoneogenesis
Glukosuria
meningkat
Gliserol asam lemak
bebas meningkat
coma
4. Klasifikasi
5. Gejala klinis
a. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita
Diabetes Mellitus adalah: Poliuria (Peningkatan dalam berkemih), Polidipsia
(Peningkatan rasa haus), Polifagia (Peningkatan selera makan), Berat badan menurun,
Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.
5
a. Diabetes tipe I atau IDDM
- Awitan terjadi pada segala usia, tetapi biasanya usia muda (<30 tahun).
- Biasanya bertubuh kurus pada saat didiagnosis, dengan penurunan berat
yang baru saja terjadi.
- Etiologi mencakup faktor genetik, imunologi atau lingkungan (misalnya
virus).
- Sering memiliki antibodi sel pulau Langarhans.
- Sering memiliki antibodi terhadap insulin sekalipun belum pernah
mendapatkan terapi insulin.
- Sedikit atau tidak mempunyai insulin endogen.
- Memerlukan insulin untuk mempertahannkan kelangsungan hidup.
- Cenderung mengalami ketosis jika tidak memiliki insulin.
- Komplikasi akut hiperglikemia: ketoasidosis diabetik
b. Diabetes tipe II atau NIDDM
- Awitan terjadi di segala usia , biasanya di atas 30 tahun.
- Biasanya bertubuh gemuk (obese) pada saat didiagnosis.
- Etiologi mencakup faktor obesitas, herediter atau lingkungan.
- Tidak ada antibodi sel pulau Langarhans.
- Penurunan produksi insulin endogen atau peningkatan resistensi insulin.
- Mayoritas penderita obesitas dapat mengendalikan kadar glukosa darahnya
melalui penurunan berat badan.
- Agens hipoglikemia oral dapat memperbaiki kadar glukosa darah bila
modifikasi diet dan pelatihan tidak berhasil.
- Mungkin memerlukan insulin dalam waktu yang pendek atau panjang
untutk mencegah hiperglikemia.
- Ketosis jarang terjadi kecuali bila dalam keadaan stress atau menderita
infeksi.
- Komplikasi akut: sindrom hiperosmoler non ketotik.
c. Gestasional diabetes
- Awitan selama kehamilan biasanya terjadi pada trimester kedua atau
ketiga.
- Disebabkan oleh hormon yan disekresikan plasenta dan menghambat kerja
insulin.
- Risiko terjadinya komplikasi perinatal diatas normal, khususnya
makrosomia (bayi yang secara abnormal berukuran besar).
- Diatasi dengan diet, dan insulin (jika diperlukan) untuk mempertahankan
secara ketat kadar glukosa darah normal.
- Terjadi pada sekitar 2%-5% dari seluruh kehamilan.
- Intoleransi glukosa terjadi untuk sementara waktu tetapi dapat kambuh
kembali: pada kehamilan berikutnya, 30-40% akan mengalami diabetes
yang nyata (biasanya tipe II) dalam waktu sepuluh tahun (jika obesitas).
- Faktor risiko mencakup: obesitas, usia diatas 30 tahun, riwayat diabetes
dalam keluarga, pernah melahirkan bayi yang besar (lebih dari 4,5 kg)
6
- Pemeriksaan skrining (tes toleransi) harus dilakukan pada SEMUA wanita
hamil dengan usia kehamilan di antara 24-28 minggu.
d. Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
- Disertai dengan keadaan yang diketahui atau dicurigai dapat menyebabkan
penyakit: pankreatitis; kelainan hormonal; obat-obat seperti glikokortikoid
dan preparat yang mengandung estrogen panyandang diabetes.
- Bergantung pada kemampuan pankreas untuk menghasilkan insulin;
pasien mungkin memerlukan terapi dengan obat oral atau insulin.
6. Pemeriksaan Penunjang
7. Penatalaksanaan Medis
7
kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
(1) kerja OAD tingkat reseptor
b) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain
yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
(1) Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik
- Menghambat absorpsi karbohidrat
- Menghambat glukoneogenesis di hati
- Meningkatkan afinitas pada reseptor
insulin
(2) Biguanida pada tingkat reseptor :
meningkatkan jumlah reseptor insulin
(3) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
(2)Insulin
a) Indikasi penggunaan insulin
(1) DM tipe I
(2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
(3) DM kehamilan
(4) DM dan gangguan faal hati yang berat
(5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
(6) DM dan TBC paru akut
(7) DM dan koma lain pada DM
(8) DM operasi
(9) DM patah tulang
(10) DM dan underweight
(11) DM dan penyakit Graves
b) Beberapa cara pemberian insulin
(1) Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam,
sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan
tergantung pada beberapa factor antara lain:
1. Lokasi suntikan
8
ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut,
lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi)
janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat
suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan
absorpsi setiap hari.
2. Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan
dalam waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu
pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit
setelah suntikan.
3. Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
4. Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan
mempercepat absorpsi insulin.
5. Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin
dicapai. Ini berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat
efeknya daripada subcutan.
6. Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak
terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan
dari u –100 ke u – 10 maka efek insulin dipercepat.
(2) Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik
atau pada kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan subkutan.
Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk terapi
koma diabetik.
(3) Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok pancreas adalah segmental
dari donor hidup saudara kembar identik (Tjokroprawiro, 1992).
9
Selain dalam bidang farmakologis, adapula penatalaksanaan lain
berupa:
a. Perencanaan makan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang
dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi
yang baik yaitu :
b. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3 – 4 kali seminggu) selama
kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
penyakit penyerta.
8. Komplikasi
10
(5) Kelainan koroner
(6) Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama klien, umur,
pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, agama, suku, alamat. Dalam identitas
data/ petunjuk yang dapat kita prediksikan adalah Umur, karena seseorang
memiliki resiko tinggi untuk terkena diabetes mellitus tipe II pada umur diatas 40
tahun.
2. Keluhan Utama
Pasien diabetes mellitus datang kerumah sakit dengan keluhan utama yang
berbeda-beda. Pada umumnya seseorang datang kerumah sakit dengan gejala khas
berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan informasi
apakah terdapat factor-faktor resiko terjadinya diabetes mellitus misalnya
riwayat obesitas, hipertensi, atau juga aterosclerosis
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari DM,
penyebab terjadinya DM serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita
untuk mengatasinya.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
11
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini
berhubungan dengan proses genetik dimana orang tua dengan diabetes
mellitus berpeluang untuk menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya.
5. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda – tanda vital.
b. Head to Toe
1) Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan
kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
2) Sistem integumen
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami
dehidrasi, kaji pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes
ketoasidosis, kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita
DM mudah terjadi infeksi.
4) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal
ini berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada
makrovaskuler
5) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.
6) Sistem muskuloskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran
masa otot,berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.
7) Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system
neurologis pasien sering mengalami penurunan sensoris, parasthesia,
anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
13
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
C. DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Jakarta: EGC.
14
Lanywati, E. 2001. Diabtes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Jogjakarta: Penerbit
Kanisius. (Online). Available at https://books.google.co.id/books?
id=hmUGAYtFay0C&printsec=frontcover&dq=penyakit+diabetes+melit
us&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwif5ZLG2L3QAhWDvI8KHXu8CzAQ6
AEIJjAA#v=onepage&q=penyakit%20diabetes%20melitus&f=false.
Diunduh pada 22 November 2016.
Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus : Gangren, Ulcer, Infeksi, Mengenal Gejala,
Menanggulangi dan Mencegah Komplikasi/ Misnadiarly. Ed.1. Jakarta:
Pustaka Popoler Obor. (Online). Available at
https://books.google.co.id/books?
id=UYMwK1Ok92kC&pg=PA6&dq=penyakit+diabetes+melitus&hl=en
&sa=X&ved=0ahUKEwif5ZLG2L3QAhWDvI8KHXu8CzAQ6AEIMjA
C#v=onepage&q=penyakit%20diabetes%20melitus&f=false. Diunduh
pada 22 November 2016.
Sri, A. B. 2005. “LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN
DENGANDIABETES MELLITUS Tugas MandiriStase Keperawatan
Medikal Bedah Tahap ProfesiProgram Studi Ilmu Keperawatan”. Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Available at
https://www.scribd.com/doc/76877986/LAPORAN-PENDAHULUAN-
DM. Diunduh pada 22 November 2016
15
16