You are on page 1of 16

LAPORAN KEGIATAN HIDROPONIK SISTEM RAKIT APUNG DAN SISTEM

SUMBU

Oleh :

Ilham Prawira Hasbi

175040207111137

Kelas I

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN

MALANG

2018
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia modern ini pertanian juga semakin maju, untuk menjawab masalah

yang semakin sempitnya lahan pertanian dikarenakan alih fungsi lahan pertanian

yang katanya lebih menguntungkan daripada digunakan untuk pertanian, seperti

pembukaan swalayan, tempat- tempat hiburan, dan lain sebagainya. Bercermin dari

masalah itu maka solusi muncul untuk membantu keadaan pertanian kita yang

semakin terpinggirkan, khususnya para petani yang telah kehilangan sawah- sawah

mereka. Solusi tersebut salah satunya berupa sistem tanam yang tidak

menggunakan media yang selama ini dianggap sebagai media satu- satunya untuk

bertanam. Media tersebut berupa media non tanah, bisa berupa air, udara, maupun

jenis lain yang selain tanah, seperti arang sekang, pasir dan lain sebagainya.

Metode hidroponik merupakan metode menumbuhkan tanaman didalam larutan

nutrisi tanpa menggunakan media tanah. Ditinjau dari segi sains, hidroponik telah

membuktikan bahwa tanah tidak diperlukan untuk menumbuhkan tanaman, kecuali

unsur- unsur, mineral dan zat- zat makanan seperti dalam tanah. Dengan

mengeliminasi tanah berarti juga mengeliminasi hama atau penyakit yang ada

didalam tanah dan mengurangi pengendalian tanah secara teliti nutrisi tanaman.

Dalam larutan hidroponik telah tersedia zat- zat makanan untuk tumbuhan dengan

perbandingan yang tepat, sehingga dapat mengurangi stress pada tanaman, lebih

cepat matang dan panenpun akan lebih bagus kualitasnya. Media tanam hidroponik

berfungsi sebagai- penegak tanaman agar tidak roboh dan juga sebagai penghantar

cairan unsur hara. Jadi, ada beberapa jenis media tanam yang boleh dipakai, seperti

rock wol, pasir, tembikar, arang, dan sabut kelapa. Hanya, media yang akan kita
gunakan itu harus kita sesuaikan dengan tanamannya. Untuk tanaman hias

disarankan menggunakan media tanam batu apung.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah, untuk mengetahui cara

penanaman dengan metode hidroponik, untuk mengetahui kelebihan dan

kekurangan penanaman dengan metode hidroponik, untuk mengetahui penanaman

hidroponik dengan sistem rakit apung, dan untuk mengetahui penanaman hidroponik

dengan sistem sumbu atau wick system.


2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hidroponik

Menurut (Mas’ud, 2009) Hidroponik merupakan sistem bercocok tanam yang

menggunakan media selain tanah. Sedangkan menurut (Musyarofah, 2010)

Hidroponik adalah lahan budidaya pertanian tanpa menggunakan media tanah,

sehingga hidroponik merupakan aktivitas pertanian yang dijalankan dengan

menggunakan air sebagai medium untuk menggantikan tanah. Dan menurut

(Isitqomah, 2006) Tanaman Hidroponik adalah teknik budidaya tanaman (buah,

sayur dan bunga) dengan memanfaatkan air dan tidak menggunakan tanah sebagai

media tanamnya.

Sehingga dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hidroponik

adalah metode penanaman yang ramah lingkungan yang memanfaatkan media air

sebagai media penanaman.

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Hidroponik

Menurut (Roidah,2014) kelebihan dan kekurangan penggunaan hidroponik


adalah sebagai berikut :

Kelebihan :

a) Tidak memerlukan lahan yang luas


b) Mudah dalam perawatan
c) Memiliki nilai jual yang tinggi

Kekurangan :

a) Memerlukan biaya yang mahal


b) Memerlukan keahlian khusus untuk membuat hidroponik
2.3 Hidroponik Sistem RakitApung

Floating Hydroponic Sistem (Teknik Rakit Apung) dikenal juga dengan istilah raft

system atau water culture system. Prinsip dari sistem hidroponik ini adalah tanaman

ditanam dalam keadaan terapung tepat di atas larutan nutrisi, dengan bantuan

stirifom di atas larutan nutrisi tersebut (Hendra dan Andoko, 2014).

Sementara itu menurut (Hendra dan Andoko, 2014) kelebihan dan kekurangan

penggunaan hidroponik system rakit apung yaitu :

Kelebihan :

a) Tanaman mendapat suplai air dan nutrisi secara terus-menerus

b) Lebih menghemat air dan nutrisi

c) Mempermudah perawatan karena kita tidak perlu melakukan penyiraman

d) Membutuhkan biaya yang cukup murah

Kekurangan :

a) Oksigen akan susah didapatkan tanaman tanpa bantuan alat (airstone)

b) Akar tanaman akan lebih rentan terjadi pembusukan


2.4 Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System)

Wick system dikenal dengan teknik sumbu yaitu metode dalam bertanam secara

hidroponik sederhana. Teknik ini merupakan teknik yang paling sederhana dari

semua sistem hidroponik. Teknik ini memanfaatkan gayak apilaritas pada sumbu

untuk mengantarkan air dan nutrisi ke akar tanaman sehingga aka rdapat menyerap

unsur-unsur hara yang disediakan. Metode ini sangat mudah karena pembutannya

tidak membutuhkan peralatan yang banyak (Herwibowo dan Budiana, 2014).

Sementara itu menurut (Herwibowo dan budiana, 2014) kelebihandan

kekurangan penggunaan hidroponik system sumbu (wick system) yaitu :

Kelebihan :

a) Tanaman mendapat suplai air dan nutrisi secara terus-menerus

b) Biaya alat yang murah

c) Mempermudah perawatan karena kita tidak perlu melakukan penyiraman

d) Tidak tergantung aliran listrik

Kekurangan :
Hanya cocok untuk tanaman tumbuh yang berbuah lebih kecil, seperti selada
dan herbal. Sementara sumbu tidak menyedot (keatas) kelembaban keakartanaman,
semakin besar tanaman ini, semakin banyak air akan perlu diserap.
3. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Dalam melakukan praktikum hidroponik ini dimulai dari bulan febuari sampai

dengan bulan april. Dan dilaksanakan di green house hidroponik fakultas pertanian,

universitas Brawijaya yang memiliki luas tanah 450 M² dengan luas gedung 433 M².

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Metode Rakit Apung

Alat yang digunakan saat perakitan sistem rakit apung yaitu botol plastik bekas

ukuran 600 ml dan 350 ml, dakron, bak dan alat pengaduk serta gunting yang

digunakan saat pemanenan. Sedangkan bahan yang dibutuhkan yaitu air

secukupnya sampai dakron sudah basah dan sedikit terendam, benih kangkung, dan

nutrisi a dan nutrisi b.

3.2.2 Sistem Wick

Untuk sistem sumbu alat yang dibutuhkan yaitu rockwool, nampan, tusuk gigi,

net pot, sumbu dari kain flanel, styrofoam, bak penampung dan alat pengaduk serta

gunting yang digunakan untuk pemanenan. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu

air sebanyak 4,5 Liter saat awal perakitan, bibit selada, dan nutrisi a dan nutrisi b.

3.3 Metode Pelaksanaan

3.3.1 Metode Rakit Apung

Pertama menyiapkan semua alat dan bahan, lalu memasukkan benih kangkung

kedalam botol aqua 600 ml dan diisi dengan air secukupnya sampai benih terendam
air, kemudian kook benih dalam botol selama 5 menit untuk mempercepat imbibisi

dan memecahkan dormansi, setelah itu basahi dakron di atas keranjang, lalu

meletakkan dakron diatas keranjang, kemudian meletakkan benih yang sudah

dikocok di atas dakron dengan jarak 1 cm x 1 cm, setelah itu mengisi bak air dengan

air kurang lebih 1,8 L dan jangan sampai menggenangi dakron.

Setelah selesai melakukan perakitan dan penanaman, kemudian bak yang

sudah terisi benih kangkung diletakkan di glasshouse. Selanjutnya, di hari ke-2

setelah tanam, dilakukan pemberian nutrisi ke dalam baki, dan pemberian nutrisi ini

rutin dilakuakan 2 minggu sekali bersamaan dengan pencucian atau pembersihan

bak penampung. Serta, setiap dua atau tiga hari sekali dilakukan pengadukan agar

nutrisi tidak terlarut di dasar bak. Setelah 1 bulan lebih, kangkung siap untuk di

panen.

Tahap awal pemanenan yaitu melakukan seleksi atau memilah tanaman

kangkung. Dengan tujuan agar kangkung memeliki ciri karakteristik yang siap panen

dengan kualitas yang baik. Karakteristik untuk siap panen tersebut adalah usia

kangkung 30 hari setelah tanam (1 bulan), panjang kangkung sekitar 20-40 cm.

Apabila kangkung telah memenuhi karakteristik yang siap untuk di panen, kangkung

ini dipanen dengan menggunakan gunting yaitu dengan cara menggunting bagian

atas buku pertama yang paling bawah.

3.3.2 Metode Wick (sumbu)

Pertama menyiapkan semua alat dan bahan terlebih dahulu, lalu mengisi wadah

dengan air, kemudian meletakkan sterofoam diatas wadah, setelah itu masukkan

sumbu kedalam net pot agar dapat menyerap air, kemudian meletakkan bibit

kedalam net pot, dan yang terkahir pastikan sumbu menyentuh air agar dapat

menyalurkan air kebibir


Pemberian nutrisi di sistem sumbu ini sama dengan sistem rakit apung, yaitu

dilakukan dua hari setelah tanam. Pembersihan dan pengurasan bak dilakukan juga

saat 10 hari setelah tanam, dan untuk selanjutnya dilakukan setiap 2 minggu sekali,

sama seperti sistem rakit apung. Begitu pula dengan pengadukan, dilakukan dua

atau tiga hari sekali. Namun, tanaman selada lebih lama waktu panennya daripada

sistem rakit apung. Sistem sumbu ini dilakukan panen 5 minggu setelah tanam. Dan

hanya dilakukan sekali panen, tidak seperti sistem rakit apung.

Pemanenan dilakukan dengan cara mengambil selada pada net pot, memotong

perakarannya dengan gunting hingga bersih. Lalu mengemas dengan plastik bening.

Setelah itu selada dikelompokkan menurut ukuran dan kualitas daunnya. Selada

yang memiliki ukuran yang baik dan kualitas daun yang baik pula dilanjutkan dengan

proses pencucian dan ditiriskan. Lalu selada dikemas dengan plastik bening dan

diberi label ―sayuran hidroponik‖.


4. PEMBAHASAN

Sistem Hidroponik yang digunakan dalam praktikum Dasar Budidaya Tanaman

kali ini adalah sistem rakit apung (Floating Raft Hydroponic System) dan Sistem

Sumbu (Wick System). Kedua sistem ini dipilih karena penerapannya yang sangat

sederhana, mudah, dan tidak terlalu membutuhkan biaya yang mahal serta

perawatannya yang yang sangat mudah untuk dikontrol daripada sistem hidroponik

yang lainnya. Pemberian nutrisi hidroponik yang tepat akan memberikan hasil yang

optimal bagi pertumbuhan tanaman selada dan kangkung. Selain itu pertumbuhan

tanaman tidak lepas dari lingkungan tumbuh terutama faktor media tanam yang

secara langsung akan mempengaruhi hasil tanaman. Pemberian nutrisi terbukti

memberikan hasil terbaik bagi pertumbuhan dan hasil tanaman selada dan

kangkung yaitu ditandai dengan peningkatan jumlah daun, tinggi tanaman, panjang

akar, luas daun, berat segar tajuk dan berat kering tajuk. Hal ini kemungkinan

disebabkan karena nutrisi yang diperoleh tanaman dari nutrisi buatan sendiri telah

memenuhi kebutuhan tanaman (zona kecukupan). Penambahan unsur hara

sebaiknya tetap diberikan sebelum bahan media tanam tersebut mengalami

dekomposisi (Indrawati dkk,2012). Pernyataan tersebut sesuai dengan Rosliana

(2005) menyatakan bahwa pemberian larutan hara yang teratur sangatlah penting

pada hidroponik, karena media hanya berfungsi sebagai penopang tanaman dan

sarana meneruskan larutan atau air yang berlebihan. Sedangakan, menurut Lakitan

(2004), bahwa jika jaringan tumbuhan mengandung unsur hara tertentu dengan

konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

maksimum, maka pada kondisi ini dikatakan tumbuhan dalam kondisi konsumsi

mewah. Pada konsentrasi yang terlalu tinggi, unsur hara esensial dapat juga
menyebabkan keracunan bagi tumbuhan. Semua hara yang terkandung pada nutrisi

hidroponik adalah unsur esensial yang diperlukan tanaman dalam pertumbuhan dan

perkembangannya. Apabila unsur hara makro dan mikro tidak lengkap

ketersediaannya, dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman

(Pairunan dkk , 2007).

Jenis sayuran yang ditanam pada kedua sitem hidroponik ini adalah sayur

kangkung dan sayur selada (Lactuca sativa L.) butterhead. Secara umum pemilihan

sayur kangkung dan selada karena alasan keduanya memiliki perakaran yang tidak

terlalu kuat sehingga mudah untuk diterapkan dengan sistem hidroponik khususnya

rakit apung dan sistem sumbu. Sesuai dengan pendapat Primantoro (2007) bahwa

kangkung termasuk tanaman yang sanggup melakukan adaptasi dengan baik dari

ketinggian tempat di antara medium 800 meter diatas permukaan laut hingga ke

daerah tepi pantai. Sedangkan untuk pemiliha tanaman selada, karena merupakan

sayuran yang memiliki kandungan kalsium cukup tinggi jika dibandingkan dengan

sayuran lainnya dan selada dapat dikonsumsi sebagai salah satu pilihan terbaik

untuk mencukupi kebutuhan kalsium harian (Lingga, 2002).

Setelah melakukan praktikum penanaman menggunakan hidroponik sistem rakit

apung dan sistem sumbu maka dapat dikatakan bahwa sistem sumbu lebih mudah

penerapannya. Namun menurut Lingga (2006) sistem sumbu juga memiliki

kekurangan yaitu larutan nutrisi tidak tersirkulasi sehingga rawan ditumbuhi lumut

dan hasil panen kurang maksimal jika tidak menggunakan aerator. Akan tetapi,

sistem sumbu ini sangat tepat bagi pemula yang ingin bercocok tanam dengan

sistem hidroponik.
5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum budidaya tanaman sayuran horltikultura yang telah dilakukan

terutama penanaman sayur kangkung dan selada menggunakan teknik hidroponik,

dapat disimpulkan bahwa terdapat dua macam sistem hidroponik yaitu sistem rakit

apung dan sistem sumbu. Sistem rakit apung dan sistem sumbu mempunyai

kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tetapi menurut perbedaan dari

kelebihannya, sistem sumbu lebih mudah diterapkan daripada sistem rakit apung.

Karena sangat mudah dalam penerapannya mulai dari perakitan hingga panen.

5.2 Saran

Praktikum sistem hidroponik ini telah banyak memberikan pengalaman yang

bermanfaat bagi pemula untuk memulai melakukan penanaman macam-macam

tanaman dengan metode hidroponik, namun setelah melakukan semua praktikum ini

saya mempunyai keluhan pada saat melakukan pengadukan dan pemberian nutrisi.

Alangkah baiknya untuk praktikum berikutnya waktu yang sudah disiapkan untuk

melakukan penyiraman dan pengadukan nutrisi tidak diubah-ubah secara

mendadak.
DAFTAR PUSTAKA

Hendra, H, A., dan Andoko, A. 2014. Bertanam Sayuran Hidroponik Ala Paktani
Hydrofarm. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Herwibowo, K., dan Budiana, N, S. 2014. Hidroponik Sayuran Untuk Hobi dan
Bisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ibrahim., dan H. Asmadji., 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama P.T.N
Indonesia Timur, Ujung Pandang.

Indrawati, R., D. Indradewa dan S.N.H. Utami, 2012. Pengaruh Komposisi Media
dan Kadar Nutrisi Hidroponik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat
(Lycopersicon esculentum Mill). UGM. Yogyakarta.

Istiqomah, S. 2006. Menanam Hidroponik. Azka Press: Jakarta

Lakitan, B., 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Lingga, Pinus. 2002. Hidroponik: BertanamTanpa Tanah. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Lingga, P.2006. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya,


Jakarta

Musyarofah. 2010. Pembudidayaan Tanaman Secara Hidroponik Guna

.
Pemanfaatan Lahan Sempit Penebar Swadaya : Jakarta

Primantoro, H dan Y. H. Indriani. 2007. Hidroponik Semusim Untuk Bisnis Dan Hobi.
Penebar Swadaya. Jakarta.122 hal.

Roidah, Ida Syamsu. 2014 . Pemanfaatan Lahan dengan Menggunakan Sistem


Hidroponik. Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo Vol. 1.No.2 Tahun
2014.
Rosliana, R dan N. Sumarni, 2005, Budidaya Tanaman Sayuran dengan sistem
hidroponik, Jurnal Monografi No. 27.Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
LAMPIRAN

Memberi air pada wadah yang telah disusun (posisi

baknya : bak tertutup, bak bolong, dakron).

Pemberian air tidak boleh melebihi dakron agar

benih tidak mengambang.

Menyusun benih pada permukaan dakron dengan

jarak tanam 1x1 cm.


Foto bersama pembeli

You might also like