Professional Documents
Culture Documents
Bandar Udara
Bandar Udara
Data persentasi angin diatas kemudian digunakan untuk menentukan arah runway dengan
mempertimbangkan jenis tipe pesawat yang akan menggunakan airport dan menganggap bahwa
komponen Cross Wind bertiup dalam dua arah.
Dari beberapa data pesawat rencana diatas, dipilih ARFL terbesar yang akan menjadi dasar dari
perencanaan Run Way. Maka dapat dipilih pesawat rencananya adalah Pesawat DC – 10 – 30, dengan
data karakteristik pesawat sebagai berikut :
- Jenis Pesawat DC – 10 – 30
- Kode Angka 4D
- ARFL 3170 m
- Jarak Terluar Roda Pendaratan 12,6 m
- Wing Span 50,4 m
- Nilai Maksimum Permissible Cross Wind
Componen 20 Knots
- Lebar Jalur Kontrol Angin 2 x 20 Knots = 40 knots
Konfigurasi Runway
II. Merencanakan Run Way (R/W), Taxi Way (T/W) dan Exit Way
1. a). Panjang Runway
T1 = Tot T1 / n T2 = Tot T2 / n
= 156,2 / 6 = 184,6 / 6
= 26,033 °C = 30,767 °C
T 2 - T1
Trefektif = T1 +
3
30,767 26,033
= 26,033 +
3
= 27,611 °C
Panjang runway harus dikoreksi terhadap termperatur sebesar 1 % untuk setiap kenaikan 1
°C, sedangkan untuk setiap kenaikan 1000 m diatas permukaan laut, temperature turun 6,5
°C .
T0 = (15 °C – 0.0065 E)
Maka :
L2 = L1 [ 1+ 0.001 ( Tr eff – ( 15 – 0,065 E ))]
= 3182,574 [ 1 + 0,001 ( 27,611 – ( 15 – 0,065 (17)))]
= 3226,226 m
2. Taxiway (T/W)
Fungsi utama taxiway adalah sebagai jalan keluar masuk pesawat dari landas pacu ke
terminal dan sebaliknya atau dari landas pacu ke hangar pemeliharaan.
Taxiway diatur sedemikian hingga pesawat yang baru saja mendarat tidak mengganggu
pesawat lain yang siap menuju landasan pacu.
Rutenya dipilih jarak terpendek dari bangunan terminal menuju ujung landasan yang
dipakai untuk areal lepas landas.
Dibanyak lapangan terbang, taxiway membuat sudut siku-siku dengan landasan, maka
pesawat yang akan mendarat harus diperlambat sampai kecepatan yang sangat rendah sebelum
belok ke taxiway.
Karena kecepatan pesawat saat di taxiway tidak sebesar saat dilandasan pacu, maka
persyaratan mengenai kemiringan memanjang, kurva vertical dan jarak pandang tidak seketat
pada landasan. Oleh sebab itu, lebar taxiway masih tetap bergantung dari ukuran lebar pesawat.
a.Lebar Taxiway
ICAO telah menetapkan bahwa lebar taxiway dan lebar total taxiway (lebar perkerasan dan
bahu landasan). Dalam data tugas didapat pesawat rencana DC 10-30 dengan kode huruf
D. Gunakan table 4-7 dan table 4-8 (dilampirkan).
o Dari table 4-7, untuk kode huruf D diperoleh : jarak bebas minimum dari sisi terluar
roda utama dengan perkerasan taxiway 4,5 m.
o Dari table 4-8, untuk kode huruf D dipeoleh :
Lebar taxiway (T/W) = 23 m (75 ft)
Lebar total Taxiway = 38 m (125 ft)
Sumbu Perkerasan
Daerah Aman
Bahu
Perkerasan Struktural
5% 1.5 %
38.00 m
0,388 x 22,07 2
Maka jari-jari taxiway (R) = = 51,56 m ≈ 52 m
( 23 / 2) 7,835
4. Exit Taxiway
Fungsi exit taxiway adalah menekan sekecil mungkin waktu penggunaan landasan oleh pesawat
yang mendarat. Exit taxiway dapat ditempatkan dengan membuat sudut siku-siku terhadap landasan
atau kalau terpaksa sudut yang lain yang juga bisa. Exit taxiway yang mempunyai sudut 30° disebut “
Kecepatan Tinggi “ atau cepat keluar sebagai tanda bahwa taxiway tersebut direncanakan
penggunaannya bagi pesawat yang harus cepat keluar. Apabila lalu lintas rencana pada jam-jam
puncak kurang dari 26 gerakan (mendarat atau lepas landas), maka exit taxiway menyudut siku cukup
memadai. Lokasi exit taxiway ditentukan oleh titik sentuh pesawat waktu mendarat pada landasan dan
kelakuan pesawat waktu mendarat.
Exit Taxiway Kecepatan Tinggi (Right Angle Exit Taxiway)
R/W
T/W
Untuk menentukan jarak lokasi exit taxiway dari “ Threshold “, dihitung dengan rumus : Jarak dari
Threshold kelokasi exit taxiway = jarak touch down + D
S1 S 2
Dimana : D = jarak touch down ke titik A =
2a
S1 = Kec. Touch down (m/s)
S2 = Kec. Awal ketika meninggalkan landasan
a = Perlambatan
Dalam tugas ini diketahui pesawat rencana : DC – 10 -30, sehingga untuk :
Kec. Touch down (S1) = 259 km / jam = 140 knots
Jarak. Touch down dengan desain Group D = 450 m
Perlambatan (a) = 1,5 m/s²
Kec. Awal saat meninggalkan Landasan = 9 m/det
Dari jarak touch down yang sesuai, maka didapat jarak dari threshold sampai ke titik awal kurva
exit taxiway (titik A) = 2150 m (untuk design group D). Tapi jarak yang didapatkan ini harus ditambah 3
% per 300 m (1000 ft) setiap kenaikan dari permukaan laut, dan sekitar 1 % setiap 5,6 °C (10°F ) dan
diukur dari 15°C = 59 °F.
= 2203,1788 m
Distance to exit taxiway = 2203,1788 m
6. Holding Bay
Pada lapangan terbang yang mempunyai lalu lintas padat perlu dibangun Holding Bay. Dengan
disediakannya Holding Bay maka pesawat dari apron dapat menuju ke landasan dengan cepat dan
memungkinkan sebuah pesawat lain untuk menyalip masuk ujung landasan tanpa harus menunggu
pesawat didepannya yang sedang menyelesaikan persiapan teknis.
Keuntungan-keuntungan Holding Bay antara lain :
1. Keberangkatan pesawat tertentu yang harus ditunda karena sesuatu hal, padahal pesawat
tersebut sudah masuk taxiway menjelang sampai ujung landasan tidak menyebabkan
tertundanya pesawat lain yang ada dibelakangnya. Pesawat dibelakangnya bisa melewati
pesawat didepannya diholding bay. Penundaan pesawat depan misalnya untuk
penambahan payload yang sangat penting pada saat sebelum lepas landas, penggantian
peralatan rusak yang diketahui sesaat sebelum tinggal landas.
2. Pemeriksaan altimeter (alat pengukur tinggi) sebelum terbang dan memprogram alat bantu
navigasi udara apabila tidak bisa dilakukan apron.
3. Pemanasan mesin sesaat sebelum lepas landas.
Holding Bay bisa juga digunakan sebagai titik pemeriksaan Aerodrome untuk VOR (Very Omny
High), karena untuk pemeriksaan itu pesawat harus berhenti untuk menerima sinyal dengan benar.
Ukuran Holding Bay tergantung pada :
1. Jumlah dan posisi pesawat yang akan dilayani ditentukan oleh frekuensi pemakaiannya.
1. Tipe-tipe pesawat yang akan dilayani
2. Cara-cara / perilaku pesawat masuk dan meninggalkan Holding Bay.
Ditentukan pula bahwa kebebasan antara pesawat yang sedang diparkir dengan pesawat yang
melewatinya, yaitu ujung sayap pesawat, tidak boleh kurang dari 15 m, apabila pesawat yang bergerak
adalah tipe turbo jet, dan 10 m apabila pesawat yang bergerak adalah tipe propeller.
Holding Bay harus ditempatkan di luar area kritis yaitu sekitar instalasi ILS (Instrument Landing
System) agar terhindar dari gangguan pada peralatan Bantu pendaratan. Agar tercapai operasi
penerbangan yang aman dan selamat dilapangan terbang, diperlukan jarak minimum dari sumbu
landasan ke holding bay atau posisi taxi holding, tidak boleh kurang dari persyaratan yang diberikan
pada table 4 – 12.
Perencanaan Apron
Apron merupakan bagian lapangan terbang yang disediakan untuk memuat, dan menurunkan
penumpang dan barang dari pesawat, pengisian bahan bakar parkir pesawat dan pengecekan alat
mesin yang seperlunya untuk pengoperasian selanjutnya.
Dimensi apron dipengaruhi oleh :
Jumlah gate position
Konfigurasi parkir pesawat
Cara pesawat masuk dan keluar
Karakteristik pesawat terbang, termasuk pada saat naik (take off) dan turun (landing).
Gate Position
Dalam menentukan gate position yang diperlukan, dipengaruhi oleh :
Kapasitas runway per jam
Jenis pesawat dan prosentasi jenis pesawat tersebut
Lamanya penggunaan gate position oleh pesawat (gate occupancy time)
Prosestasi pesawat yang tiba dan berangkat
Jumlah gate position ditentukan dengan rumus :
Vxt
G =
U
Dimana : V = Volume rata – rata
t = Rata – rata gate occupancy time (per jam)
U = Utilization factor (factor pemakaian)
Untuk penggunaan secara bersama oleh semua pesawat, berlaku U dengan nilai dari 0,6 – 0,8
(dipakai 0,7). Untuk roda pada gate occupancy time (t) pada setiap kelas pesawat dibagi per jam (tiap
60 menit).
- Pesawat kelas A = 60 menit
- Pesawat kelas B = 45 menit
- Pesawat kelas C = 30 menit
- Pesawat kelas D & E = 20 menit
Untuk kapasitas runway per jam (V) dibagi 2 per jumlah setiap jenis pesawat yang dilayani.
Sesuai data tugas ini, jenis pesawat yang dilayani adalah :
- Pesawat DC – 8 – 43 : 4 buah
- Pesawat B – 747 – 200 : 3 buah
- Pesawat DC – 10 – 30 : 5 buah
( 4 ) x(60 )
a. Pesawat DC – 8 – 43 (kelas A) ------ G1 = 2 60 = 2,857 ≈ 3
0,7
( 3 ) x(60 )
b. Pesawat B – 747 – 200 (kelas A) ------ G1 = 2 60 = 2,14 ≈ 2
0,7
( 5 ) x(60 )
c. Pesawat DC – 10 – 30 (kelas A) ------ G1 = 2 60 = 3,571 ≈ 4
0,7
Jumlah gate position untuk semua jenis pesawat yang akan dilayani adalah :
= G1 + G2 + G3
=3+2+4
= 9 buah
Maka :
Turning Radius (r) = ½ x (49,17 + 10,67) + 3,048
= 32,968
Luas gate = π x r2
= π x 32,9682
= 3414,562m
Luas Apron
Panjang apron :
Panjang apron dihitung dengan menggunakan rumus :
P = G . W + (G-1) c + 2Pb
Dimana : P = Panjang apron
G = Gate position
W = Wingspan
Pb = Panjang badan pesawat
C = wing tip clearance --- menurut ICAO (table 4-13)
a. Pesawat DC – 8 – 43 (kode A)
Dik : G = 3 C = 7,5 m
W= 43,4 Pb = 57,12 m
Maka : P1 = G.W +(G-1).C+2.Pb
= 3 x 43,4 + (3 – 1) x 7,5 + 2 x 57,12
= 259,44m
c. Pesawat DC – 10 – 30 (kode A)
Dik : G = 4 C = 7,5 m
W= 49,17 Pb = 55,34 m
Maka : P1 = G.W +(G-1).C+2.Pb
= 4 x 49,17 + (4 – 1) x 7,5 + 2 x 55,34
= 329,86 m
P total = P1 + P2 + P3
= 259,44 m + 234,34 m + 329,86 m
=823,74 m ≈ 824 m
Lebar Apron
Lebar apron dihitung dengan menggunakan rumus :
L = 2. P b + 3. c
Lebar apron dihitung berdasarkan pesawat rencana yaitu DC – 10 - 30
Dengan Pb = 55,35 dan C = 7,5; sehingga :
L = 2 x 55,34 + 3 x 7,5
= 133,18 m ≈ 133 m
Jadi, akan dibangun apron dengan luas total, yakni :
Luas = 824 x 133 = 109.592 m2
Perencanaan Hanggar
Hanggar direncanakan untuk 2 pesawat. Dalam hal ini direncanakan berdasarkan ukuran
pesawat rencana yaitu DC -10 -30. Luas hangar dihitung dengan rumus :
L = 2 x (wingspan x Panjang badan pesawat)
= 2 x (49,17 x 55,34)
= 5442,1356
L = 5.442 m2
Ruang gerak dan peralatan reparasi diambil 300 m²,
Sehingga total luas hangar adalah :
L total = 5.442 + 300
= 5.742 m2
Passanger Terminal
Luas passenger terminal diperhitungkan terhadap ruang gerak dan sirkulasi dari penumpang,
yaitu : untuk pesawat dengan jenis masing-masing dapat diperkirakan jumlah penumpang per pesawat
dalam 1 jam.
Pesawat DC – 8 – 43
Dik : - Jumlah pesawat 4 buah
- Jumlah penumpang / jam / pesawat diperkirakan 130 orang/pesawat
Maka : jumlah penumpang = 4 x 130 = 520 orang
Pesawat DC – 10 – 30
Dik : - Jumlah pesawat 5
- Jumlah penumpang / jam / pesawat diperkirakan 345 orang/pesawat
Maka : jumlah penumpang = 5 x 345 = 1725 orang
Parking area
Ada beberapa cara untuk menentukan luas parking area, walaupun kadang-kadang cara tersebut
tidak dapat dilakukan karena ada perbatasan.
Cara-cara tersebut antara lain :
1. Mendapatkan proyeksi harian penumpang yang masuk (datang) dan keluar (berangkat) lapangan
terbang. Jumlah ini dikonversikan kejumlah kendaraan untuk menentukan akumulasi puncak dari
jumlah kendaraan.
2. Menghubungkan akumulasi maksimum jumlah kendaraan dengan jam-jam sibuk jumlah penumpang
pada tahun yang diketahui. Koreksi ini dipergunakan untuk memproyeksikan permintaan kendaraan
pada jam-jam sibuk dimasa depan.
Batasan dari kedua cara ini adalah : karakteristik sifat kendaraan sulit untuk menentukan tingkat
estimasi kendaran dan lain-lain. Rata-rata luas ruang parkir untuk 1 mobil adalah lebar 2,6 m dan
panjang 5,5 m
Dalam tugas ini telah dihitung :
- Banyaknya penumpang pada jam sibuk = 3.337 orang
- Banyaknya pengantar (2 pengantar / penumpang) = 6.674 orang
- Total = 10.011 orang
Terminal Building
Terminal building fungsinya adalah untuk melayani segala keperluan yang akan berangkat dan
tiba, termasuk barang-barangnya. Untuk memenuhi segala kebutuhan yang menyangkut kebutuhan
penumpang tersebut didalam terminal building harus memenuhi fasilitas-fasilitas antara lain :
a. Fasilitas untuk operasi perusahaan penerbangan
- Ruang perkantoran
- Tempat penerimaan bagasi
- Tempat untuk memproses keberangkatan penumpang
- Ruang kedatangan penumpang
- Loket informasi
- Ruang telekomunikasi
- Ruang petugas keamanan
Perkerasan adalah struktur yang terdiri dari beberapa lapisan dengan kekerasan dan daya
dukung yang berlainan. Perkerasan berfungsi sebagai tumpuan rata-rata pesawat. Permukaan yang
rata menghasilkan jalan pesawat yang comfort, maka harus dijamin bahwa tiap-tiap lapisan dari atas
kebawah cukup kekerasan dan ketebalannya sehingga tidak mengalami “DISTRES” (perubahan
bentuk perkerasan karena tidak mampu menahan beban yang diberikan di atasnya).
Perkerasan fleksibel adalah perkerasan yang dibuat dari campuran aspal dan agregat digelar di
atas permukaan material granular mutu tinggi. Perkerasan fleksibel terdiri dari lapisan surfase course,
base course dan subbase course. Masing-masing bisa terdiri dari satu atau lebih lapisan. Semuanya
digelar diatas tanah asli yang dipadatkan (subgrade) yang bisa terletak diatas tanah timbunan atau asli.
Perkerasan kaku (rigid) adalah perkerasan yang dibuat dari slab-slab beton,digelar di atas
granular atau subbase course yang telah dipadatkan dan ditunjang oleh lapisan tanah asli dipadatkan
(subgrade), yang pada kondisi-kondisi tertentu kadang-kadang subbase tidak diperlukan.
Jadi pada kondisi confidance kumulatif 95 % didapat nilai CBR Subgrade di antara 3,857 % dan 7,143
%. Dalam tugas ini CBR rencana diambil 5,5 % (tanah buruk) untuk nantinya akan distabilisasi ke CBR
7 % (tanah yang baik).
Karena tebal total perkerasan sementara terbesar adalah 50” dari pesawat, maka yang dipakai sebagai
pesawat rencana untuk menentukan tebal perkerasan adalah pesawat DC – 10 - 30 (dengan tipe
roda pendaratan DDTWG).
3. Hitung W1 (kg)
W1 = 1
n x 0,95 x MTOW pesawat rencana
n = jumlah roda pesawat rencana
= 16 buah
Pesawat DC – 10 – 30
R2 = 15000 = 15000
W1 = 1/16*(0,95)* (260.816) = 15.485,95 kg
W2 = 1/16*(0,95)* (260.816) = 15.485,95 kg
W2 1 / 2
log R1 log R 2 x ( )
W1
15.485,95 1 / 2
log R1 log 15000 x ( )
15.485,95
R1 = 15000
20.958,36 1 / 2
log R1 log 6000 x ( )
15.485,95
R1 = 24.848,80
Pesawat B – 8 - 43
R2 = 15000*(1,0) = 15000
W1 = 15.485,95 kg
W2 = 1/8*(0,95)* (144.242) = 17.128,73 kg
W2 1 / 2
log R1 log R 2 x ( )
W1
17.128,73 1 / 2
log R1 log 15000 x ( )
15.485,95
R1 = 24.661,2
Jumlah Annual
Pesawat MTOW R2 W2 W1 R1
Roda Departure
Jadi Equivalent Annual Departure yang akan digunakan dalam menghitung tebal perkerasan adalah
64.510.
SURFACE 5”
SURFACE 5”
BASE COURSE 21”
50”
SUB BASE COURSE x = 24”
SURFACE 5”
BASE COURSE 20,5”
50”
SUB BASE COURSE x = 24,5”
Maka,
t ( y x)
z = y ( x y)
t (25,236 24)
24,5 = 28,6
(24 25,236)
SURFACE 5”
BASE COURSE 20,5”
50”
SUB BASE COURSE x = 24,5”
1
MR = 10 x ( 4266) 2
= 653,146 Psi
Di plot pada grafik untuk masing – masing pesawat nilai flexural strength,harga k,MTOW,dan annual
departure.
DC 10 – 30 tebal perkerasan adalah 16,8 inchi ≈ 17 inchi
B 747 - 200 tebal perkerasan adalah 15,65 inchi ≈ 16 inchi
DC 8 - 43 tebal perkerasan adalah 15,5 ≈ 16 inchi
Setelah melihat tebal perkerasan yang dihasilkan oleh masing – masing pesawat diperoleh bahwa
pesawat DC 10 - 30 dengan konfigurasi roda DTWG yang menghasilkan perkerasan rigidl paling tebal
yaitu 17 inchi.
1. Hitung W2
W2 = 1
n x 0,95 x MTOW tiap pesawat
n = jumlah roda masing-masing pesawat
2. Hitung W1
W1 = 1
n x 0,95 x MTOW pesawat rencana
n = jumlah roda pesawat rencana
= 8 buah
Pesawat DC – 10 – 30
R2 = 15000 = 15000
W1 = 1/16*(0,95)* (260.816) = 15.485,95 kg
W2 = 1/16*(0,95)* (260.816) = 15.485,95 kg
W2 1 / 2
log R1 log R 2 x ( )
W1
15.485,95 1 / 2
log R1 log 15000 x ( )
15.485,95
R1 = 15000
20.958,36 1 / 2
log R1 log 6000 x ( )
15.485,95
R1 = 24.848,80
Pesawat B – 8 - 43
R2 = 15000*(1,0) = 15000
W1 = 15.485,95 kg
W2 = 1/8*(0,95)* (144.242) = 17.128,73 kg
W2 1 / 2
log R1 log R 2 x ( )
W1
17.128,73 1 / 2
log R1 log 15000 x ( )
15.485,95
R1 = 24.661,2
21 cm Slab Beton
31 cm
Sub Grade
= 78,58 2
mm
= 0,785 cm 2
17,72
Jumlah Tulangan : n = 0,785 = 21,02 ≈ 22 buah
500
Jarak Tulangan : = 22,57 ≈ 23 cm
22
Jadi Tulangan yang dipakai adalah 22 D – 10 mm – 23 cm
D. Joint (Sambungan)
Joint dibuat pada perkerasan kaku agar beton bisa mengembang dan menyusut sehingga
mengurangi tekanan bengkok akibat gesekan, perubahan temperatur, perubahan kelembaban, serta
untuk melengkapi konstruksi.
Joint dikategorikan menurut fungsinya, yaitu joint yang berfungsi untuk mengembang
(expansion joint) dan susut (contruction joint).
1. Expansion Joint
Expansion joint berfungsi ruang untuk beton mengembang sehingga terhindar adanya
tegangan tekuk.yang tinggi yang bisa menyebabkan slab beton menjadi lengkung.
Biasanya expansion joint dibuat pada slab beton yang menyudut pada satu sama lain.
2. Construction Joint
- Memanjang
Joint seperti ini terdapat pada tepi setiap jalur pengecoran dan dibuat dengan
menggunakan tulangan dowell sebagai pemindah beban pada bagian itu. (Tipe C, lihat
buku “Merancang, Merencana lapangan Terbang”, hal 388).
T 0.1 T
2
T 0.2 T
Slope 1:4
Tipe C - Kunci
- Melintang
Sambungan melintang diperlukan pada akhir pengecoran setiap harinya, apabila
pengecoran diperhitungkan akan berhenti selama 1 jam atau lebih, misalnya karena
2
hujan akan turun sehingga pengecoran berhenti. Pada titik penghentian ini harus
dibuat construction joint melintang. Apabila penghentian ini sudah dekat dengan
construction joint rencana, maka disarankan membuat joint dengan dowell.
0.5 T
0.5 T
T
TipeD - Dowel
3. Constraction Joint (Dummy Joint)
Yaitu suatu permukaan pada potongan beton yang sengaja diperlemah sehinga bila
terjadi penyusutan slab beton, tegangan susut bisa diperingan. Dan bila material beton
harus retak, retak terjadi pada bidang yang telah dipersiapkan itu. Tegangan susut bisa
terjadi dikarenakan perubahan temperature, kelembaban dan geseran.
- Memanjang
TipeH - Dummy
- Melintang
FAA menyarankan pembesian dowell untuk 2 joint pertama pada masing-
masing sisi dari expansion joint dan semua construction joint melintang dalam perkerasan
rigid dengan penulangan. Untuk construction joint ini digunakan menurut construction joint
tipe F.
Alurnya digergaji atau
dicetak pada acuan
0.5 T
0.5 T
T
Tipe F - Dowel
6-17. Untuk jarak joint 25 ft dipakai lebar joint 1 ” dan lebar seal 9
4 16 ”.
6. Dowell
Besi ini dipasang pada joint. Berfungsi sebagai pemindah beban melintang
sambungan, juga berfungsi mengatasi penurunan vertical relative pada slab beton ujung.
Ukuran dowell harus proporsional dewngan beban yang harus dilayani dan direncanakan
untuk berbagai tebal slab seperti tercantum pada table 6-15 (dilampirkan).
Untuk tebal slab beton 7,17” ≈ 8”
- Diameter : 1” (25 mm)
- Panjang : 19” (46 cm)
- Jarak :12” (31 cm)
- Cara grafis
Batas Atas
CBR dari data sebelumnya :
CBR Frekuensi (f) f f Kumulatif
f f x 100 %
4 2 0,3333 33,33 % 33,33 %
5 2 0.3333 33.33 % 66,66 %
7 1 0,1666 16,66 % 83,32 %
7,79 - - - 95 %
8 1 0,1666 16,66 % 100 %
f 6
Batas Bawah
CBR dari data sebelumnya :
CBR Frekuensi (f) f f Kumulatif
f f x 100 %
8 1 0,1666 16,66 % 16,66 %
7 1 0,1666 16,66 % 33,32 %
5 2 0.3333 33.33 % 66,65 %
5,46 - - - 95 %
4 2 0.3333 33.33 % 100 %
f 6
Tugas :
CHRISIANSEN KAUNANG
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO 2010