You are on page 1of 14

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 2
Uji Penjernih Air ................................................................................................. 2
Uji Antibakteri ..................................................................................................... 2
Yeast .................................................................................................................... 2
METODOLOGI ...................................................................................................... 3
Waktu dan Tempat .............................................................................................. 3
Bahan dan Alat .................................................................................................... 3
Prosedur Kerja ..................................................................................................... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 4
Hasil..................................................................................................................... 4
Pembahasan ......................................................................................................... 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................................... 8
Kesimpulan .......................................................................................................... 8
Rekomendasi ....................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 8
LAMPIRAN .......................................................................................................... 12
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kitin termasuk polimer alam terbanyak di dunia setelah selulosa dan


struktur molekunya mirip dengan selulosa. Persamaan antara selulosa dengan kitin
adalah pada ikatan antara monomernya yaitu ikatan glikosida pada posisi (1-4).
Perbedaan antara kitin dengan selulosa terletak pada atom C nomor 2 setiap
monomernya (Azhar et al. 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Silvia et al. (2014) kitin termasuk bahan organik utama yang terdapat pada
kelompok hewan seperti crustaceae, insekta, fungi, mollusca dan arthropoda.
Kitin adalah senyawa karbohidrat yang termasuk dalam polisakarida tersusun atas
monomer-monomer asetil glukosamin yang saling berikatan.
Struktur kitin tersusun atas 2000-3000 monomer N asetil D-Glukosamin
yang saling berikatan melalui 1,4-glikosidik. Kitosan merupakan turunan dari
kitin melalui proses deasetilasi, termasuk suatu polimer multifungsi karena
mengandung tiga jenis gugus fungsi yaitu asam amino, gugus hidroksil primer dan
sekunder (Silvia et al. 2014). Kitin dapat diisolasi dari limbah udang dengan cara
demineralisasi kemudian deproteinisasi. Cara mempercepat proses demineralisasi
dan deproteinisasi yaitu dilakukan pemanasan dan penggilingan. Kitin yang
diperoleh dapat diubah menjadi kitosan dengan cara merubah gugus asetamida
pada kitin menjadi gugus amina (Azhar et al. 2010).
Sumber lainnya yang memiliki kandungan kitin yaitu pen cumi-cumi.
Bagian yang dapat dimanfaatkan tidak hanya pada daging pada mantelnya saja
sebagai bagian edible portion, namun juga dapat memiliki bagian non edible
portion seperti tulang rawan atau pen cumi. Tulang rawan pada cumi menurut
Mohadi et al. (2014) dapat digunakan sebagai sumber pembuatan kitosan. Kitosan
yang dihasilkan dari tulang rawan cumi lebih besar dari kitosan yang dihasilkan
dari cangkang crustacean yaitu sebesar 25-30% dari berat keringnya.
Penggunaan kitosan sudah marak di era global ini. Sularsih dan
Soeprijanto (2012) menambahkan bahwa kitosan dalam sediaan gel memiliki
kemampuan dapat mengabsorpsi eksudat, menjaga kelembapan luka dan
merupakan bentuk sediaan yang mudah diaplikasikan pada luka. Aplikasi kitosan
menurut Rochima (2014) dapat ditemukan dalam bidang biomedis atau kesehatan
seperti mengobati luka, pembuatan lensa kontak, membrane dialysis darah,
sedangkan dalam bidang pertanian meliputi pemanfaatan dalam menyimpan
benih, penjernih air, serta pupuk dan fungisida. Kitosan dalam bidang industri
dapat dimanfaatkan dalam proses akhir pembuatan kertas, penyerap warna pada
produk cat, bahan tambahan pakan, serta kromatografi. Oleh karena itu,
diperlukan praktikum mengenai kemampuan daya filter kitosan terhadap air
sungai dan mengetahui kemampuan kitosan sebagai zat antibakteri.

Tujuan

Praktikum kitosan sebagai penjernih air dan antibakteri bertujuan


mengetahui kemampuan daya filter kitosan terhadap air sungai dan mengetahui
kemampuan kitosan sebagai zat antibakteri.
2

TINJAUAN PUSTAKA

Uji Penjernih Air

Air merupakan salah satu sumber kehidupan yang sangat penting bagi
kehidupan makhluk hidup. Air bersih menurut penelitian Yin dan Deng (2015)
menyatakan bahwa air bersih yang ada di bumi semakin lama semakin sedikit.
Jumlah air bersih yang semakin sedikit ini dapat diatasi dengan perkembangan
teknologi yang ada untuk menjernihkan air. Metode yang digunakan dalam
perjenihan air terbagi menjadi dua macam, yaitu metode pemberian komposit dan
filtrasi membran. Komposit tersebut akan menyerap pengotor dan umumnya
komposit memiliki aktivitas anti mikroba yang dapat menghilangkan
mikroorganisme pathogen yang ada dalam air. Jenis komposit yang memiliki
kedua sifat tersebut adalah komposit yang mengandung kitosan, sedangkan
metode filtrasi membrane digunakan dengan cara melewatkan air pada suatu
membrane yang dapat menyingkirkan pengotor dan menghilangkan segala
mikroorganisme pathogen dalam air.

Uji Antibakteri

Bakteri merupakan kelompok organisme yang tidak memiliki membran


inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran
sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi.
Balaouiri et al. (2016) menjelaskan bahwa aktivitas antibakteri dapat diketahui
menggunakan pengujian antimikroba. Pengujian antimikroba dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa metode antara lain difusi agar, dilusi agar, dan
bioautografi. Aktivitas antibakteri pada pengujian dapat diketahui dengan
terbentuknya zona bening yang terdapat disekitar ekstrak atau sampel yang akan
diuji aktivitas antibakterinya.

Yeast

Yeast merupakan golongan fungi uniselluler yang berukuran mikro.


Yeast sangat mudah dibedakan dengan mikroorganisme yang lain misalnya
dengan bakteri, yeast mempunyai ukuran sel yang lebih besar dan morfologi yang
berbeda. Yeast dapat berkembang biak secara vegetative dengan cara pertunasan.
Yeast dapat tumbuh pada media yang memiliki air cukup dan pertumbuhannya
bergantung pada sifat fisiologis dari yeast tersebut. Yeast dapat digolonglan
menjadi dua kelompok berdasarkan metabolismenya, yaitu yeast oksidatif dan
yeast fermentative. Yeast oksidatif dapat digunakan untuk menghasilkan air dan
oksigen pada akhir proses metabolismenya, sedangkan yeast fermentatif
digunakan dalam proses fermentasi gula menjadi alkohol (Zubaidah dan Alami
2014).
3

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum mengenai kitosan sebagai antibakteri dan penjernih air


dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 13 April 2018. Praktikum dimulai pukul
13.00-16.00 WIB. Tempat pelaksanaan praktikum dilakukan di Teaching
Laboratory, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Praktikum mengenai kitosan sebagai antibakteri dan penjernih air


menggunakan beberapa bahan dan alat. Bahan yang digunakan yaitu kitosan 1%,
larutan ragi, air sungai, dan air got. Alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, pipet
tetes, dan beaker glass.

Prosedur Kerja

Sampel air sungai atau air got dipersiapkan lalu dimasukkan ke dalam
tabung reaksi sebanyak 5 mL. Tabung reaksi yang sudah berisi air sampel,
kemudian ditambahkan kitosan 1% dengan menggunakan pipet tetes. Jumlah
tetesan kitosan yang diberikan bervariasi, yaitu 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan 14 tetes.
Larutan kemudian dikocok dan dilakukan pengamatan setiap 5 menit selama 15
menit. Pengamatan yang dilakukan yaitu melihat kejernihan air sampel, kemudian
didapatkan data. Diagram alir penjernihan air dapat dilihat pada Gambar 1.
5 mL air sungai/air
got

Pemasukan dalam tabung reaksi

Penambahan kitosan 1%

Pengocokan

Pengamatan

Data

Gambar 1 Diagram alir prosedur kerja penjernihan air


4

Sampel larutan ragi dipersiapkan lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi


sebanyak 3 mL. Tabung reaksi yang sudah berisi larutan ragi, kemudian
ditambahkan kitosan 1% dengan menggunakan pipet tetes. Jumlah tetesan kitosan
yang diberikan bervariasi, yaitu 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan 14 tetes. Larutan kemudian
dikocok dan dilakukan pengamatan setiap 5 menit selama 15 menit. Pengamatan
yang dilakukan yaitu melihat kejernihan larutan ragi setelah diberi kitosan,
kemudian didapatkan data. Diagram alir antibakteri dapat dilihat pada Gambar 2.

3 mL larutan ragi

Pemasukan dalam tabung reaksi

Penambahan kitosan 1%

Pengocokan

Pengamatan

Data

Gambar 2 Diagram alir prosedur kerja antibakteri

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Praktikum mengenai kitosan sebagai antibakteri dan penjernih air


dilakukan dengan menggunakan sampel air sungai untuk penjernih air dan sampel
larutan ragi sebagai antibakteri. Perlakuan yang terdapat dalam praktikum ini
yaitu jumlah tetesan kitosan dan waktu pengamatan. Jumlah tetesan kitosan yang
diberikan bervariasi, yaitu 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan 14 tetes. Larutan kemudian
dikocok dan dilakukan pengamatan setiap 5 menit selama 15 menit. Kitosan yang
ditambahkan ke dalam sampel konsentrasinya sebesar 1% dengan menggunakan
pipet tetes. Praktikum mengenai kitosan sebagai antibakteri dan penjernih air
menghasilkan hasil yang berbeda dengan sampel yang berbeda pula. Hasil
penjernihan air dengan menggunakan sampel air sungai dapat dilihat pada Tabel
1.
5

Tabel 1 Penjernihan air


Waktu/ 0 5 10 15
Perlakuan/kelompok
2 1 1 1 2 2
2 1 2 2 2
4 3 2 3 4 4
4 2 2 3 3
6 5 2 3 3 4
6 2 2 2 2
8 7 2 3 3 3
8 4 4 4 4
10 9 4 4 4 4
10 3 4 4 4
12 11 2 2 3 4
12 4 4 4 4
14 13 2 2 3 4
14 3 3 3 4
Keterangan :
1. Keruh 3. Jernih
2. Agak keruh 4. Sangat Jernih

Tabel 1 menunjukkan hasil penjernihan air menggunakan kitosan.


Penggunaan kitosan paling baik pada menit ke-0 adalah kelompok 8 dan 9 karena
air langsung menjadi jernih dengan 10 tetes larutan kitosan. Hasil antibakteri
dengan menggunakan sampel larutan ragi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Antibakteri
Waktu/ 0 5 10 15
Perlakuan/kelompok
2 1 1 2 2 3
2 1 2 3 3
4 3 1 2 2 3
4 1 2 2 2
6 5 1 2 2 3
6 1 1 2 2
8 7 1 2 2 3
8 1 2 2 3
10 9 1 2 2 3
10 1 2 3 3
12 11 1 2 2 3
12 1 2 2 3
14 13 1 2 2 3
14 1 2 3 3
Keterangan :
1. Keruh 3. Jernih
2. Agak keruh 4. Sangat Jernih
6

Tabel 2 menunjukkan hasil antibakteri menggunakan kitosan. Hasil uji


antibakteri menunjukkan hasil yang seragam. Menit ke-0, semua sampel masih
keruh. Menit ke-5 semua sampel menunjukkan hasil agak keruh kecuali sampel
kelompok 6 yang masih keruh. Kelompok yang berubah menjadi jernih pada
menit ke-10 adalah kelompok 2, 10, dan 14 sedangkan sisanya masih agak keruh.
Menit ke-15 hampir semua menjadi jernih kecuali sampel kelompok 4 dan 6 yang
masih agak keruh.
Pembahasan

Kitosan merupakan senyawa polimer yang memiliki gugus amin, dimana


gugus amin tersebut dapat dimanfaatkan dan diaplikasikan untuk berbagai
keperluan. Salah satu aktivitas kitosan yang dapat dikembangkan adalah sebagai
antibekteri. Uji antibakteri menggunakan kitosan dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Yudhasasmita dan Nugroho (2017) menyatakan bahwa uji aktivitas
antibakteri menggunakan mekanisme terbentuknya zona hambat pada daerah
sekitar kitosan. Damayanti et al. (2016) menyatakan bahwa kitosan memiliki
gugus amin yang bersifat kationik mampu menggerus dinding sel bakteri yang
memiliki sifat anion. Senyawa antibakteri yang terdapat dalam kitosan adalah
bakteriosidal. Kitosan merusak dinding sel dan membran bakteri dan membuatnya
lisis serta mati.
Uji antibakteri menggunakan kitosan dapat dilakukan dengan beberapa
metode. Kusumawati et al. (2017) menyataan bahwa metode cakram merupakan
metode uji antibakteri menggunakan kitosan. Penggunaan metode ini adalah
dengan penetapan zona hambat pada cakram yang digunakan. Zona bening yang
terdapat dalam cakram menandakan adanya aktivitas antibakteri pada kitosan.
Pengujian selain menggunakan yeast dapat dilakukan dengan penggunaan media
MAH yang telah ditanami oleh bakteri patogen.
Bakteri yang dapat dihambat oleh kitosan terdiri dari bakteri gram positif
dan negatif, karena kitosan memoloki gugus fungsi yang bersifat kationik.
Kusumawati et al. (2017) menyatakan bahwa bakteri S. Aureus, dan E. coli dapat
dihambat menggunakan kitosan dengan metode cakram. Daya hambat maksimal
pada kitosan diperoleh pada percobaan menggunakan bakteri E. coli. Mekanisme
kitosan dalam penggunaannya sebagai antibakteri adalah melisis dinding sel dan
membran sehingga bakteri tidak dapat tumbuh kembali.
Kitosan memiliki kemampuan sebagai koagulan karena memiliki banyak
kandungan nitrogen pada gugus aminanya. Gugus amina dan hidroksil
menjadikan kitosan bersifat lebih aktif dan bersifat polikationik, sifat tersebut
dimanfaatkan sebagai koagulan dalam pengolahan air seperti penjernihan air.
Mekanisme penjernihan air menurut penelitian Hendrawati et al. (2015) yang
paling mungkin terjadi pada proses koagulasi yaitu adsorbsi dan netralisasi
tegangan atau adsorbsi dan ikatan antar parikel yang tidak stabil. Kedua
mekanisme tersebut, untuk menentukan mekanisme mana yang terjadi merupakan
suatu hal yang sulit karena kedua mekanisme tersebut mungkin dapat terjadi
secara simultan. umumnya mekanisme koagulan kitosan terjadi dengan
mekanisme adsorbsi dan jembatan partikel. Mekanisme penjernihan air dengan
kitosan menurut penelitian Endarko et al. (2013) dapat dilakukan dengan metode
reverse osmosis. Metode reverse osmosis adalah teknik penjernihan air dengan
7

membran reverse osmosis yang mempunyai ukuran pemfilteran sebesar 0.0001


mikron, yang akan berfungsi menurunkan total dissolved solids (TDS) dalam air.
Membran ini terbuat dari bahan semipermeable dan mampu menyaring kandungan
logam, virus dan bakteri dalam air.
Zat-zat yang terdapat pada air keruh menurut Maulana et al. (2017) yaitu
padatan tersuspensi, padatan terlarut, dan gas terlarut. Padatan tersuspensi terdiri
dari lumpur, humus, limbah, dan limbah industri. Penelitian Jaafarzadeh et al.
(2014) menjelaskan bahwa industry kimia dan logam menghasilkan limbah cair
yang banyak mengandung logam beracun seperti seng dan nikel. Padatan terlarut
mengandung mineral-mineral berupa CaCo3, MgCo3, NaCl, SiO2 dan lain
sebagainya.Gas terlarut terdiri dari O2, N2, NH3, H2S, dan lain sebagainya.
Komponen lainnya merupakan pengotor, biasanya berasal dari ion-ion Ca2+,
Mg2+, SO4 2- . Zat-zat pengotor tersebut terikat dengan pelarut sehingga
tersuspensi dan dapat dipisahkan melalui penyaringan.
Tabel 1 menunjukkan hasil penjernihan air menggunakan kitosan.
Penggunaan kitosan paling baik pada menit ke-0 adalah kelompok 8 dan 9 karena
air langsung menjadi jernih dengan 10 tetes larutan kitosan. Kekeruhan air pada
menit ke-0 adalah kelompok 1 dan 2 karena air masih keruh saat pemberian 4
tetes larutan kitosan. Penggunaan kitosan paling baik pada menit ke-5 adalah
kelompok 8,9, 10, dan 12 karena sampel menjadi jernih. Kelompok 8
menggunakan larutan kitosan sebanyak 8 tetes, kelompok 9 dan 10 menggunakan
larutan kitosan sebanyak 10 tetes, dan kelompok 12 sebanyak 12 tetes. Kekeruhan
air pada menit ke-5 adalah kelompok 1 karena air masih keruh saat pemberian 4
tetes larutan kitosan. Penggunaan kitosan paling baik pada menit ke-10 adalah
kelompok 3, 8,9, 10, dan 12 karena sampel menjadi jernih. Kelompok 3
menggunakan kitosan sebanyak 4 tetes, kelompok 8 menggunakan larutan kitosan
sebanyak 8 tetes, kelompok 9 dan 10 menggunakan larutan kitosan sebanyak 10
tetes, dan kelompok 12 sebanyak 12 tetes. Penggunaan kitosan paling baik pada
menit ke-15 adalah kelompok 3, 5, 8,9, 10, 11, 12, 13, dan 14 karena sampel
menjadi jernih. Akan tetapi, pada sampel kelompok 1,2, dan 6 air masih agak
keruh. Hasil lain ditunjukkan oleh penelitian Ihsani dan Widyastuti (2014)
menggunakan kitosan dalam proses penjernihan air. Pemberian kitosan sebanyak
0,4% dapat menurunkan kekeruhan sebanyak 86,07%. Hasil tersebut merupakan
hasil yang paling optimal dalam penelitian tersebut.
Tabel 2 menunjukkan hasil pengujian pemberian kitosan sebagai
antibakteri. Menit ke-0, semua sampel masih keruh. Menit ke-5 semua sampel
menunjukkan hasil agak keruh kecuali sampel kelompok 6 yang masih keruh.
Kelompok yang berubah menjadi jernih pada menit ke-10 adalah kelompok 2, 10,
dan 14 sedangkan sisanya masih agak keruh. Menit ke-15 hampir semua menjadi
jernih kecuali sampel kelompok 4 dan 6 yang masih agak keruh. Penelitian
Damaiyanti et al. (2016) melakukan pengujian antibakteri menggunakan pada
bakteri E. coli. Daya hambat bakteri terbaik adalah konsentrasi kitosan 1% dengan
jumlah pertumbuhan pertumbuhan bakteri 14,67 mm. Hasil tersebut lebih baik
dibandingkan jika tanpa kitosan yang tidak dapat menghambat pertumbuhan
bakteri sama sekali.
8

Aplikasi kitosan di bidang perikanan dapat diterapkan dalam penjernihan air


dan antimikroba. Chopra dan Ruhi (2016) menyatakan bahwa kitosan mampu
menghapuskan logam berat karena dan mengurangi kekeruhan di tanah serta
partikel air berupa polutan organik. Kitosan sebagai flokulan terbarukan untuk
aplikasi proses pengolahan air yang aman bagi makhluk hidup dan ramah terhadap
lingkungan. Jenis koagulan dalam penjernihan air yang sering digunakan antara
lain ialah alumuniun sulphate [Al2(SO4)3.18H2O], feri sulphate
[Fe2(SO4)3.9H2O], fero sulphat (Fe SO4), dan feri klorida (Fe Cl3). Penelitian
Inoburaj et al. (2012) mengenai aplikasi kiotosan sebagai antimikroba dapat
diterapkan dengan menggunakan sampel glikol kitosan. Kitosan juga dapat
diaplikasikan sebagai antibakteri pada fillet patin selama penyimpanan suhu
rendah.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan

Praktikum mengenai kitosan sebagai antibakteri dan penjernih air


dilakukan dengan menggunakan sampel air sungai untuk penjernih air dan sampel
larutan ragi sebagai antibakteri. Perlakuan yang terdapat dalam praktikum ini
yaitu jumlah tetesan kitosan dan waktu pengamatan. Jumlah tetesan kitosan yang
diberikan bervariasi, yaitu 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan 14 tetes. Larutan kemudian
dikocok dan dilakukan pengamatan setiap 5 menit selama 15 menit. Kitosan yang
ditambahkan ke dalam sampel konsentrasinya sebesar 1% dengan menggunakan
pipet tetes. Tabel 1 menunjukkan hasil penjernihan air menggunakan kitosan.
Penggunaan kitosan paling baik pada menit ke-0 adalah kelompok 8 dan 9 karena
air langsung menjadi jernih dengan 10 tetes larutan kitosan. Tabel 2 menunjukkan
hasil antibakteri menggunakan kitosan. Hasil uji antibakteri menunjukkan hasil
yang seragam.
Rekomendasi

Praktikum mengenai kitosan sebagai antibakteri dan penjernih air


sebaiknya dilakukan dengan sampel yang bervariasi. Perlakuan juga ditambahkan
jumlah tetesan dan waktu. Perlakuan yang bervariasi akan membuat mahasiswa
lebih memahami tentang kitosan sebagai antibakteri dan penjernih air.

DAFTAR PUSTAKA

Azhar M, Efendi J, Syofyeni E, Lesi RM, Novalina S. 2010. Pengaruh konsentrasi


NaOH dan KOH terhadap derajat deasetilasi kitin dari limbah kulit udang.
Eksata. 1(11): 1-8.
9

Balaouiri M, Sadiki M, Ibnsaska SK. 2016. Methods for in vitro evaluating


antimicrobial activity: a review. Journal of Pharmaceutical Analysis. 6:
71-79.
Chopra H, Ruhi G. 2016. Ecofriendly chitosan: an efficient material for water
purification. The Pharma Journal. 5(1): 92-95.
Damaiyanti W, Rochima E, Hasan Z. 2016. Aplikasi kitosan sebagai antibakteri
pada filet patin selama penyimpanan suhu rendah. Jurnal
Pengolahan dan Hasil Perairan. 19(3) : 321-329.
Damayanti W, Rochima E, Hasan Z. 2016. Aplikasi kitosan sebagai antibakteri
pada filet patin selama penyimpanan suhu rendah. Jurnal Pengolahan
Hasil Perairan Indonesia. 19(3): 321-328.
Endarko, Putro T, Nuzula NI, Armawati N, Wardana A, Rubiyanto A, Muntini
MS. 2013. Rancang bangun sistem penjernihan dan dekontaminasi air
sungai berbasis biosand filter dan lampu ultraviolet. Berkala Fisika. 16(3):
75-84.
Hendrawati, Sumarni S, Nurhasni. 2015. Penggunaan kitosan sebagai koagulan
alami dalam perbaikan kualitas air danau. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Ilmu Kimia. 1(1): 1-11.
Ihsani SL, Widyastuti CR. 2014. sintesis biokoagulan berbasis kitosan dari kulit
udang untuk pengolahan air sungai yang tercemar limbah industri jamu
dengan kandungan padatan tersuspensi tinggi. Jurnal Bahan Alam
Terbarukan. 3(2): 34-41.
Kusumawati E, Supomo, Libiyah. 2017. Uji daya antibakteri pada sediaan hand
sanitizer kitosanterhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli. Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur. 1(5): 1-10.
Mohadi R, Kurniawan C, Yuliasari N, Hidayati N. 2014. Karakterisasi kitosan
dari cangkang rajungan dan tulang cumi dengan spektrofotometer FT-IR
serta penentuan derajat deasetilasi dengan metode baseline. Seminar
Nasional FMIPA UNSRI. 1(1): 1-10.
Rochima E. 2014. Kajian pemanfaatan limbah rajungan dan aplikasinya untuk
bahan minuman kesehatan berbasis kitosan. Jurnal Akuatika. 5(1): 71-82.
Silvia R, Waryani SW, Hanum F. 2014. Pemanfaatan kitosan dari cangkang
rajungan (Portonus sanginolentus L.) sebagai pengawet ikan kembung
(Rastrelliger sp.) dan ikan lele (Clarias Batrachus). Jurnal Teknik Kimia
USU. 3(4): 18-24.
Sularsih S, Soeprijanto S. 2012. Perbandingan jumlah sel oseoblas pada
penyembuhan luka antara penggunaan kitosan gel 1% dan 2%. Jurnal
Material Kedokteran Gigi. 1(2): 145-152
Yin J, Deng B. 2015. Polymer-matrix nanocomposite membranes for water
treatment. Journal of Membrane Science. 479: 256-275.
Yudhasasmita S, Nugroho PA. 2017. Sintesis dan aplikasi nanopartikel kitosan
sebagai adsorben Cd dan antibakteri koliform. Jurnal Ilmiyah Biologi.
5(1):42-48.
10

Zubaidah S, Alami NH. 2014. Isolasi dan karakterisasi yeast dari rhizosphere
Avicennia marina Wonorejo. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 3(1): 7-10.
11
12

LAMPIRAN

Penambahan kitosan Penjernihan air Penjernihan air


selama 5 menit selama 10 menit

Penjernihan air Pengamatan menit ke 5 Pengamatan menit ke 10


selama 15 menit

Pengamatan menit ke 15

Lampiran 2 Pembagian tugas


1. Pendahuluan : Rizky Reyhan (C34150075)
2. Tinjauan Pustaka : Derri Alfianto (C34150055)
3. Metodologi dan lampiran : Amalia Eli Irma (C34150037)
4. Hasil dan banlit : Mella Sarah (C34150063)
5. Pembahasan I : Siti Isupiah (C34150020)
6. Pembahasan II : Dwi Kartikayani (C34150018)
7. Cover, penutup, editor : Nur Azizah (C34150076)

You might also like