You are on page 1of 12

ISSN

Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)

BENCANA SOSIAL KASUS LUMPUR PT. LAPINDO BRANTAS


SIDOARJO, JAWA TIMUR

OLEH:
ELMAGHFIRA PUTRI ELIKA1, RISNA RESNAWATY2, ARIE SURYA GUTAMA3

1. Mahasiswa Program Studi Sarjana (S-1) Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran
2. Pusat Studi Kewirausahaan Sosial, CSR dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Padjadjaran
3. Departemen Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Email:
eelmaghfira@gmail.com1,resnawati.risna@gmail.com2,ariesurya_gutama@yahoo.com3

ABSTRACT

This article explores the Lapindo Case not only as a physical disaster, but as a social disaster. The
incident occured has threatened the people of Porong, Sidoarjo and also hit the East Java’s economics
and affected to the Indonesian development programs. There are not much articles in social science
perspectives about this tragedy. This article is constructed Based on some of the information obtained,
Sidoarjo in order to explore the, both high and low, political-economy aspects of the Lapindo Case. The
author found that the destroyed public spaces, because of mudflow, had caused the damages of social
sphe res, which lead to a serious social-political disaster. These facts has lead to multidimensional
responses of the elite (the high politics) and the people (the low politics).

Key words: Lapindo Case, natural disaster, social disaster.

PENDAHULUAN masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas


perekonomian di Jawa Timur:
Tragedi Lumpur Lapindo dimulai pada tanggal
27 Mei 2006. Peristiwa ini menjadi suatu tragedi 1. Genangan hingga setinggi 6 meter
ketika banjir lumpur panas mulai menggenangi pada pemukiman
areal persawahan, pemukiman penduduk dan 2. Total warga yang dievakuasi lebih dari
kawasan industri. Hal ini wajar mengingat 8.200 jiwa.
volume lumpur diperkirakan sekitar 5.000 3. Rumah/tempat tinggal yang rusak
hingga 50 ribu meter kubik perhari (setara sebanyak 1.683 unit
dengan muatan penuh 690 truk peti kemas 4. Areal pertanian dan perkebunan rusak
berukuran besar). Akibatnya, semburan lumpur hingga lebih dari 200 ha
ini membawa dampak yang luar biasa bagi

205
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)

5. Lebih dari 15 pabrik yang tergenang yang tinggal di sekitar wilayah itu. Tidak ada
menghentikan aktivitas produksi dan yang dapat memprediksi kapan semburan ini
merumahkan lebih dari 1.873 orang berhenti. Sampai saat ini, usaha pemerintah
6. Tidak berfungsinya sarana pendidikan dan/atau Lapindo belum menunjukkan
7. Kerusakan lingkungan wilayah yang keberhasilan untuk menghentikan semburan
tergenangi ataupun mengelola dampak sosial dan
8. Rusaknya sarana dan prasarana lingkungan dari luberan lumpur itu (Schiller et
infrastruktur (jaringan listrik dan al., 2008). Melihat bencana ini sebagai bencana
telepon) kemanusiaan yang terkait dengan isu -isu
9. Terhambatnya ruas jalan tol Malang- pembangunan, negara, kapital dan ruang
Surabaya yang berakibat pula terhadap publik. Relasi pemerintah dan Lapindo cukup
aktivitas produksi di kawasan Ngoro rumit, karena pemilik saham terbesar Lapindo
(Mojokerto) dan Pasuruan yang selama adalah juga seorang menteri dalam periode
ini merupakan salah satu kawasan 2004 -2009, Aburizal Bakrie. Wacana yang
industri utama di Jawa Timur berkembang dalam kasus ini adalah adanya
usaha menggunakan legitimasi kekuasaan
Selain perusakan lingkungan dan gangguan
dalam segala tindakan taktis pemerintah untuk
kesehatan, dampak sosial banjir lumpur tidak
menangani dampak pasca -bencana yang
bisa dipandang remeh. Setelah 28 lebih dari
cenderung melindungi satu pihak dan
100 hari tidak menunjukkan perbaikan kondisi,
menegasikan yang lain (Akbar, 2007).
baik menyangkut kepedulian pemerintah,
terganggunya pendidikan dan sumber Lumpur Panas Sidoarjo dalam Perspektif
penghasilan, ketidakpastian penyelesaian, dan Ekonomi -Politik/Ekologi Oliver-Smith (1996)
tekanan psikis yang bertubi-tubi, krisis sosial menguraikan tiga perspektif besar dalam studi
mulai mengemuka. Perpecahan warga mulai antropologi bencana: (1) pendekatan respons
muncul menyangkut biaya ganti rugi, teori yang cenderung melihat kerusakan dan
konspirasi penyuapan oleh Lapindo,6 rebutan bencana sebagai tantangan bagi struktur dan
truk pembawa tanah urugan hingga penolakan organisasi dalam masyarakat dan
menyangkut lokasi pembuangan lumpur memfokuskan pada perilaku individual dan
setelah skenario penanganan teknis kebocoran kelompok dalam berbagai macam tahapan
1 (menggunakan snubbing unit) dan 2 pasca -bencana; (2) pendekatan perubahan
(pembuatan relief well) mengalami kegagalan. sosial, yang melihat bencana sebagai faktor
Akhirnya, yang muncul adalah konflik penting dalam perubahan sosial dan budaya,
horisontal. dalam arti bahwa bencana merusak atau
menghancurkan kemampuan masyarakat untuk
Setelah bertahun-tahun berjalan, bahkan
memenuhi kebutuhan anggotanya,
hingga kini semburan itu tidak dapat dihentikan
penyesuaian baru harus segera disusun agar
dan menjadi ancaman serius bagi orang-orang
semua bisa berfungsi sebagaimana mestinya;

206
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)

dan (3) pendekatan ekonomi -politik/ekologi, perlu dijelaskan oleh subjek (manusia). Lumpur
yang mulai menyadari bencana bukan hanya panas adalah fenonema alam yang konkret ada
masalah hasil dari perubahan geofisik seperti secara fisik dan kehadirannya itu mengganggu
badai, gempa bumi, tanah longsor, banjir dan fungsi -fungsi rutin dalam suatu komunitas, dan
lain sebagainya, namun lebih melihat pada hal tersebut bisa disebut sebagai bencana.
fungsi -fungsi tatanan sosial, struktur
Peran struktur sosial dan proses sosial dalam
hubungan manusia dan alam, pada kerangka
masyarakat pada suatu kondisi bencana, dapat
yang lebih besar, proses historis dan struktural,
dengan mudah terlihat dari kecepatan
semacam kolonialisme dan kemiskinan, yang
rekonstruksi masyarakat yang ter kena
juga telah membentuk fenomena tersebut.
bencana. Dalam Kasus Lapindo, struktur sosial
Dengan menggunakan perspektif ekonomi masyarakat ternyata tidak cukup kuat untuk
politik/ekologi dal am melihat Kasus Lapindo menormalkan kembali kehidupan sosial dalam
terbukalah kesempatan melakukan analisis masyarakat. Negara sebagai salah satu contoh
lebih luas tentang fenomena itu, serta dampak struktur sosial ternyata justru tidak bisa
materiil dan immateriil atas para korban bersikap tegas terhadap perusah aan yang
langsung (Oliver-Smith, 2002), mengusulkan diduga menjadi sumber bencana ini, pun badan
analisis variabel politik, ekonomi dan sosial penanggulangan lumpur Sidoarjo (BPLS) yang
dengan peristiwa alam tertentu untuk dibentuk pemerintah untuk menangani
memahami penyebab-penyebab bencana bencana ini ternyata tidak bisa berjalan secara
dalam masyarakat dan lingkungannya. Artinya, efektif (Muhtada, 2008).
kesadaran atas bencana dalam masyarakat
Tentang proses sosial dalam bencana lumpur
menjadi relatif tergantung pada keberhasilan
panas ini, ditemukan bahwa pada satu sisi
individu atau masyarakat untuk menyesuaikan
bencana ini menjadi momentum yang mengikat
diri pada alam.
solidaritas dalam masyarakat, yaitu
Dalam tulisan ini ada empat aspek penting yang pembentukan kelompok-kelompok sosial yang
perlu digari sbawahi. Pertama, peristiwa, yaitu mengorganisir korban untuk mendapatkan
kejadian alam, dalam penelitian ini adalah kompensasi. Namun, pada sisi lain, bencana
luapan lumpur panas di Sidoarjo yang terjadi diyakini juga dapat memicu munculnya konflik
sejak 29 Mei 2006 hingga kini. Kedua, sosial, yaitu terpecah-pecahnya masyarakat
komunitas, dalam penelitian ini kelompok dalam kelompok -kelompok sosial (Abdullah,
korban yang sebagian besar adalah warga 2008).
kecamatan Porong, Sidoarjo. Ketiga, kerusakan
dan/atau kehilangan fisik yang mengganggu
KONDISI SEBELUM LUMPUR
rutinitas mereka. Tiga aspek ini muncul dalam
MENYEMBUR
kalimat pertama sebagai penegas bahwa
bencana adalah sebuah objek yang bisa dan

207
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)

Dalam artikel (Nino, 2010) Sejak krisis ekonomi Meta Epsi Drilling Company (kelompok Arifin
1997, turunnya Soeharto Mei 1998, dan Panigoro), Exxon Mobile (AS), Santos
mulainya era Reformasi telah mengubah iklim (Australia) dan Petronas (Malaysia).
politik di Indonesia secara drastis. Di sektor
Blok Brantas, yang melingkupi wilayah Sidoarjo,
pertambangan, Pemerintah Indonesia berada
Mojokerto dan Pasuruan, merupakan salah satu
dalam posisi yang sulit ketika terpaksa
lokasi eksplorasi migas. Pada awal 1990an, PT
mengubah regulasi tentang minyak bumi dan
Huffco Brantas, perusahaan Amerika, memiliki
pertambangan mengikuti panduan-panduan
kontrak perjanjian karya di blok Brantas. Pada
dari International Monetary Fund (IMF).
pertengahan 1990an, Huffco menjual kontrak
Dengan ditandatanganinya Undang -Undang
itu ke Lapindo Brantas Incorporated. Di tahun
Minyak dan Gas Bumi pada 2001, persaingan
2004, Energi Mega Persada (EMP) dan Novus
bebas industri minyak bumi dan mineral
Brantas ( British Petroleum) mengambil alih
dimulai. Undang -undang ini membuka
Lapindo. Pada tahun 2005, Novus Brantas
kesempatan bagi sektor swasta baik domestik
menjual sahamnya ke Meta Epsi Drilling
maupun internasional untuk beroperasi di
Company (Medco) dan Santos. Jadi komposisi
Indonesia, tanpa ada intervensi apapun dari
kepemilikan Lapindo Brantas Inc. ketika lumpur
pemerintah (Schiller et al., 2008).
mulai menyembur adalah: EMP (50 persen),
UU sebelumnya mengatur bahwa pemerintah, Medco (32 persen) dan Santos (12 persen).
melalui Pertamina, sebagai pihak yang berhak EMP merupakan salah satu anak perusahaan
mengelola industri tambang demi kepentingan Bakrie & Brothers, menjelaskan keterlibatan
mensejahterakan rakyat. Perusahaan swasta Bakrie dalam eksplorasi migas di Sidoarjo.
waktu itu harus menandatangani perjanjian
Sebelum lumpur menyembur, Kabupaten
karya dengan Pertamina jika ingin melakukan
Sidoarjo merupakan wilayah yang relatif stabil,
kegiatan eksplorasi migas di wilayah Indonesia
ditunjukkan dengan minimnya gerakan sosial-
(Akbar, 2007:40 -3). Akibatnya, selama hampir
politik atau konflik skala besar di wilayah ini.
separuh abad, Pertamina mendominasi industri
Menurut catatan, kasus yang paling
minyak dan gas alam di Indonesia. Lahirnya UU
mengejutkan dan menjadi perhatian media
baru meruntuhkan dominasi Pertamina.
nasional maupun internasional adalah kasus
Pertamina, seperti layaknya perusahaan
Marsinah, seorang buruh perempuan PT
pertambangan yang lain, harus saling
Maspion yang dibunuh karena aktivitas
berkompetisi dengan perusahaan -perusahaan
subversifnya dalam pengorgani sasian buruh.
swasta domestik dan multinasional. Inilah latar
Setelah kasus Marsinah nyaris tidak ada isu
belakang masuknya keluarga Bakrie dalam
yang kontroversial dari Sidoarjo, sampai
bisnis tambang. Jawa Timur memiliki cukup
semburan lumpur itu terjadi. Sidoarjo terletak
banyak titik eksplorasi migas yang dikelola oleh
di sebelah Selatan Surabaya, ibukota provinsi
berbagai perusahaan domestik maupun asing
Jawa Timur dan kota terbesar kedua di
seperti Energi Mega Persada (keluarga Bakrie),

208
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)

Indonesia setelah Jakarta . Karena itu, dan monopoli bisnis taksi. Kondisi serupa juga
membicarakan Sidoarjo tak terlepas dari diskusi terjadi pada terminal bus antar -kota Purabaya,
tentang interaksi antara Surabaya dan kawasan yang kerap dikenal sebagai terminal Surabaya,
-kawasan pendukungnya (hinterlands). Jauh juga berlokasi di wilayah Sidoarjo. Di era
sebelum Belanda datang dan menjajah Presiden Megawati Soekarnoputri, Pemerintah
Indonesia, Surabaya (dan Pasuruan) telah Kota Surabaya, Pemerintah Ka bupaten
dikenal dunia sebagai kota pel abuhan yang Sidoarjo dan PT Kereta Api Indonesia (PT KAI)
besar (Dick, 2002). Surabaya terletak di tengah melakukan kerjasama untuk menyediakan jasa
kepulauan nusantara. Waktu itu, Batavia kini kereta komuter yang menghubungkan stasiun
Jakarta belum ada apa -apanya, baru ketika paling Utara di Surabaya (pasar Turi) dan
pemerintah kolonial Belanda mulai masuk ke stasiun paling Selatan di Sidoarjo (Porong).
Indonesia, mereka memindahkan posisi Susi, nama kereta itu, diresmikan oleh Presiden
strategis Surabaya ke Batavia . Posisi strategis Megawati. Kereta komuter ini yang pertama
Surabaya waktu itu membawa keuntungan bagi yang menghubungkan Surabaya dan kota -kota
kawasan pendukungnya ( hinterlands), satelitnya.
termasuk Sidoarjo. pelabuhan Surabaya,
Proyek nasional jalan tol di Jawa Timur pun
Tanjung Perak, merupakan pintu masuk
memulai pekerjaan dengan menghubungkan
sekaligus pintu keluar bagi barang -barang
Surabaya dengan Gempol titik temu kota -kota
(goods) sebelum didistribusikan ke kota -kota
di bagian Timur Jawa Timur (Pasuruan, Jember,
lain di Jawa Timur, dan juga kawasan timur
dan Banyuwangi) dan Bali dengan kota -kota di
Indonesia. Untuk mendukung posisi Surabaya
daerah Selatan (Pandaan, Batu, dan Malang).
sebagai pintu utama keluar/masuknya komoditi
Sidoarjo, yang terletak diantara Surabaya dan
pemerintah membangun dua kawasan industri
Gempol, juga kebagian efek pembangunan
besar di sekitar Surabaya: SIER ( Surabaya
jalan tol itu, kemudahan transportasi
industrial estate Rungkut) di kawasan Surabaya
menuju/dari S urabaya. Jalan tol
selatan dan PIER (Pasuruan industrial estate
SurabayaGempol merupakan tulang punggung
Rembang) di Pasuruan sekitar 1,5 jam
( backbone) dari transportasi Jawa Timur, yang
perjalanan ke selatan -timur Surabaya,
kemudian dipatahkan oleh luberan lumpur
melewati Sidoarjo. Pembangunan infrastruktur
sehingga dampaknya sangat besar bagi
transportasi, seperti jalan tol, jalan raya,
perekonomian Jawa Timur.
bandara dan terminal bus, mengarah pada
Selain sistem transportasi, industri properti di
usaha mendukung Sidoarjo sebagai kota satelit
Sidoarjo juga berkembang pesat dalam kurun
utama Surabaya. Bandar udara internasional
waktu satu dekade terakhir. Pusat-pusat
Juanda yang terkenal sebagai bandara
perbelanjaan baru dibuka (Ramayana dan
Surabaya terletak di wilayah Sidoarjo.
Giant) dan taman bermain/hiburan juga
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo memanfaatkan
dibangun untuk melayani kebutuhan penduduk
keuntungan ini dengan mengelola jasa parkir

209
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)

Sidoarjo sehingga mereka tidak perlu pergi ke mengkategorikan fenomena ini sebagai gunung
Surabaya. Akibatnya, semakin banyak orang lumpur, yang dipicu oleh aktivitas pengeboran
memilih untuk tinggal dan menetap di Sidoarjo yang menggunakan tekanan besar pada lapisan
dibandingkan kota -kota satelit Surabaya limestone. Gunung lumpur bukanlah kejadian
lainnya (Gresik dan Bangkalan di utara atau baru di Jawa Timur, setidaknya ada dua gunung
Krian dan Mojokerto di barat). Selain lumpur aktif: di Sangiran, Purwodadi (Davies,
mendukung Surabaya, Sidoarjo juga menjadi 2007; Mazzini 2007) dan Kalang Anyar (Davies,
salah satu wilayah sasaran pada investor untuk 2008). Mazzini (2007) memandang hipotesa
mengembangkan usahanya. Pabrik -pabrik Davies (2007), tentang semburan yang dipicu
besar berdiri di kawasan jalan raya Buduran, oleh aktivitas pengeboran, sebagai
Sidoarjo. Sidoarjo lalu berubah menjadi kota inconclusive. Kemudian, Mazzini mengangkat
(town) dengan industri skala kecil sampai hipotesa semburan dipicu gempa bumi.
besar. Bantahan Mazzini itu dibantah kembali oleh
Davies (2008) dengan menghadirkan
Akan tetapi, modernisasi-kapitalis yang
kronologis pengeboran di sumur Banjar Panji.
merasuk di Sidoarjo harus berhadapan dengan
realitas penduduk Sidoarjo yang masih Dalam kronologis itu dapat diketahui bahwa
bergantung pada sektor pertanian (padi dan setelah mata bor mencapai kedalaman 1.091
tebu) dan perikanan (tambak). Karakter unik meter Lapindo melanjutkan pengeboran tanpa
tanah di Sidoarjo adalah tambak untuk menggunakan selubung pelindung ( casing)
menanam segala jenis udang dan ikan apapun. Pada 27 Mei, selang 10 menit setelah
(Bandeng, Kaka p, Gurami dan Patin) dan gempa mengguncang Yogyakarta -Jawa tengah
terdapat pengembangan jenis baru Kepiting pukul 06:02 WIB terjadi loss, masuknya lumpur
Papua. Mates (2008) menyebutkan Sidoarjo ke dalam lubang pengeboran. Lapindo
sebagai penghasil udang terbesar kedua di meneruskan pengeboran selama 6 jam sampai
Indonesia. Selain bertani udang, hasil industri mencapai kedalaman 2.834 meter. Lapindo
kecil-menengah berkaitan dengan hasil tambak memutuskan untuk menghentikan pengeboran
seperti krupuk dan terasi telah menjadi oleh- dan menarik mata bor ke permukaan tanah.
oleh khas dari Sidoarjo. Ketika bor sudah keluar semua, lumpur mulai
mengalir dari lubang. Lapindo berusaha
menutup lubang dengan semen dan berhasil.
LUMPUR TERUS MENGALIR
Lumpur tidak lagi keluar dari lubang
Pada perkembangnya semburan lumpur tidak pengeboran itu.
hanya terjadi pada satu titik. Pada September
Esok harinya, 28 Mei, terjadi kick, cairan yang
2009 dilaporkan ada 98 titik semburan, yang
mengaliri seluruh lubang bor menendang
mana se kitar lima puluh diantaranya masih
lapisan tanah di seputar lubang pengeboran
aktif (Jakarta Post 11/09/2008). Pada
yang ternyata tidak cukup kuat menahan
artikelnya, Davies (2007) langsung

210
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)

tekanan dari cairan itu. Akibatnya, lapisan pabrik terpaksa menghentikan aktivitasnya
tanah di sekeliling lubang pengeboran retak, (Kompas 19/6/2006), akibatnya lebih dari
dan cairan itu keluar dari retakan-retakan itu. 1.873 buruh kehilangan pekerjaannya
Kejadian ini disebut sebagai blow out. (Santoso, 2007). Ratusan hektar sawah
Singkatnya, kondisi geologis di Sidoarjo dan menjadi tidak produktif, bukan hanya karena
sekitarnya potensial u ntuk terjadinya gunung terendam lumpur tapi juga menutup saluran
lumpur mengingat ada beberapa gunung iigasi bagi sawah yang tak terendam lumpur.
lumpur aktif saat ini, yang dibutuhkan adalah Lumpur juga menyerang tambak -tambak. Pada
pemicunya. Akan tetapi, apapun penyebabnya, muara Sungai Porong, sedimentasi lumpur
perdebatan para geolog itu berdampak pada telah membentuk sebuah pulau kecil. Pada
kebijakan pemerintah dalam merespons keadaan pasang di malam hari, “pulau” kecil itu
dampak pasca -bencana. Kini, sudah lebih tiga menghalangi air pasang dari Selat Madura
tahun semburan itu tak kunjung juga berhenti. sehingga air laut masuk ke tambak -tambak
Semburan awal di tengah sawah mencapai yang dekat dengan bibir pantai. Akibatnya,
ketinggian 40 -50 meter dari permukaan tanah. ikan-ikan berenang ke laut dan hilang.
Setiap harinya, sekitar 7.000 – 150.000 meter
kubik lumpur panas bersuhu 90 derajat celcius
MASYARAKAT TERUS MENUNTUT GANTI
meluber ke permu kaan bumi. Untuk tujuan
RUGI
tidak mengakibatkan kepanikan masyarakat,
terjadilah negosiasi internal perusahaan yang Konflik dalam masyarakat muncul karena
memutuskan untuk mempublikasikan angka perbedaan akses terhadap moda-moda
25.000 meter kubik per hari kepada media produksi (modes of production). Di Porong,
(Kompas 3/06/2006). kecenderungan serupa muncul setelah lumpur
mulai menenggelamkan sejumlah desa dan
Masih menurut Kompas (19/06/2006), dalam
mengusir ribuan penduduk di sejumlah desa
waktu 21 hari saja lumpur sudah menutup
itu. Potensi konflik antar penduduk dimulai
sekitar 90 hektar kawasan persawahan, tambak
sejak lumpur membenamkan tempat tinggal
dan perumahan. Dalam waktu satu bulan,
mereka. Mereka harus mengungsi untuk
luberan lumpur menutupi lebih kurang 200
sementara waktu, namun ketika itu belum
hektar lahan (Kompas 17/07/2007). Sementara
terlintas sama sekali bahwa mereka harus pergi
itu, Normile (2006) mencatat bahwa sampai
untuk selamanya. Mereka kehilangan harta
September 2006, lumpur telah meluberi 240
miliknya yang terbenam dalam lumpur. Ketika
hektar lahan; membanjiri desa -desa, pabrik-
gelombang pertama pengungsi mulai mengalir,
pabrik, tambak udang dan sawah. Tiap hari
waktu itu belum ada kejelasan siapakah yang
semakin banyak bangunan (pabrik, sekolah,
harus bertanggung jawab atas penanganan
masjid, toko dan kantor pemerintahan) harus
pasca - luapan lumpur. Kondisi ini kemudian
ditinggalkan karena banyaknya volume lumpur
memunculkan ancaman bagi warga, karena
yang te rus keluar dari perut bumi. Sepuluh

211
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)

tanah dan bangunan mereka sudah hilang Aksi terakhir ini, rupanya, cukup sukses karena
sementara tidak ada yang bisa dimintai berhasil memaksa Presiden Yudhoyono untuk
tanggungjawab. Warga pun mulai melakukan berkunjung ke Sidoarjo selama tiga hari, 25-27
gerakan dengan menggelar demonstrasi dan Juni 2006, untuk mengontrol langsung
protes. Mereka memblokade jalan, dan kadang pembayaran ganti rugi, meskipun menurut
rel kereta api. Beberapa kelompok jug a beberapa warga, presiden tidak mengunjungi
menolak dan memboikot pembangunan mereka yang tinggal di tempat pengungsian
tanggul-tanggul baru. Menurut catatan Schiller sementara di pasar baru Porong, dan hanya
et al. (2008), demonstrasi pertama terjadi pada berkantor di kota Sidoarjo. Presiden
pertengahan Agustus 2006 ketika para mantan memberikan batas akhir (deadline) pada
pekerja, mayoritas perempuan, CV Surya Inti Lapindo untuk membayar segala kewajibannya
Perkasa, yang gedungnya terbenam lumpur, pada warga sebelum tanggal 14 September
menuntut tanggung jawab Lapindo sebagai 2007. Sampai tanggal yang ditentukan ada
penyebab mereka kini menjadi pengangguran. 9.341 berkas yang sudah selesai dibayar 20
persen uang mukanya oleh Lapindo.
Di pertengahan September 2006, terjadi
demonstrasi besar -besar pertama oleh Meskipun potensi konflik cukup besar, namun
penduduk. Mereka memaksa truk -truk Lapindo rupanya ada penyebab lain yang mengurangi
untuk membongkar muatannya, tanah dan tidak terjadinya ketegangan dalam masyarakat,
batu, ke ruas jalan tol. Akibatnya, jalan tol tak yaitu aspek geospasial. Setelah proses
bisa digunakan selama beberapa hari. evakuasi, tidak semua penduduk mem ilih
Seminggu setelah ledakan pipa gas pertamina, untuk tinggal di tempat pengungsian
27 November 2006, para penduduk kembali sementara, pasar baru Porong. Beberapa
menggelar aksi menutup jalan, kali ini aksi mereka menyewa rumah lain menggunakan
bertahan seminggu. Pada April 2007, uang yang didapat dari Lapindo. Lapindo
sekelompok korban pergi ke Jakarta dan membayar sejumlah 500 ribu rupiah uang
menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla, sebelum pindah, lima juta rupiah untuk uang kontrak
akhirnya berhasil bertemu dengan Presiden rumah selama dua tahun, dan 300 ribu
Yudhoyono pada 24 Mei 2007, tiga hari rupiah/bulan/orang uang jatah hidup. Sesuai
sebelum peringatan setahun semburan lumpur Peraturan Presiden 14/2007, Lapindo
panas. Dua bulan kemudian, sekitar 200 orang diharuskan membayar kewajiban membayar
warga pergi ke Jakarta dan bertemu dengan tanah dan bangunan warga, 20 persen di muka
Wakil Presiden Jusuf Kalla, Kepala BPLS dan sisanya 80 persen sebelum kontrak rumah
Sunarso, dan anggota DPR. Mereka berakhir (2 tahun).
mempertanyakan tentang pembayaran ganti
Pada awal mengungsi, tidak semua penduduk
rugi yang belum segera dimulai. Mereka pun
berhasil mendapatkan rumah sewa dengan
menggelar aksi di Jakarta.
jumlah uang yang didapatkannya dari Lapindo

212
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)

karena harga sewa rumah di Sidoarjo seketika tidak hanya mendirikan posko yang mudah
melonjak tajam seiring dengan tingginya diakses oleh setiap anggotanya yang tinggal
permintaan akan sewa rumah, sementara dalam area pasar, tapi mer eka juga
jumlah rumah pun terbatas. Membeli rumah menggunakan tempat berdoa (mushola) dan
baru pun tidak mungkin bagi sebagian besar kamar mandi yang sama. Hal ini memudahkan
warga. Mereka yang belum mendapatkan kelompok ini untuk saling berkomunikasi dan
rumah pengganti memilih untuk tinggal di pasar berkoordinasi jika ada hal-hal penting yang
baru Porong, sementara pada waktu yang mendesak untuk dibicarakan mereka cukup
bersamaan terus mencari tempat yang layak mengundang dari mulut ke mulut kemudi an
untuk dijadikan tempat tinggal baru. Ada juga berkumpul di posko. Inilah alasan Pagar
warga yang memilih untuk tinggal di rumah Rekorlap terlihat lebih solid dibandingkan
keluarga dan/atau teman di Sidoarjo ataupun kelompok -kelompok korban lain.
kota -kota lain (Surabaya, Malang, Pasuruan,
Selain itu, mereka pun merencanakan agenda
Pandaan). Sebagian besar penduduk sekarang
relokasi bersama; tidak tinggal di tempat yang
tinggal di tempat yang terpisah -pisah dari
terpisah-pisah, tapi secara kolektif membeli sep
sebelumnya terlokalisir di satu area yang sama.
etak lahan dan berencana untuk tinggal
Kondisi ini menyulitkan proses koordinasi dan
bersama di lahan itu. Pada Juni 2009, Pagar
pengorganisasian kelompok-kelompok warga.
Rekorlap telah meninggalkan Pasar Baru
Untuk tujuan ini, masing -masing kelompok
Porong dan mulai menempati lahan baru di
warga mendirikan posko tempat berkumpul jika
Desa Kedungkampil. Untuk bisa membeli lahan
mereka rapat dan mengorganisir sebuah
yang cukup luas untuk menampung seluruh
kegiatan/aksi. Jarak yang jauh membuat hanya
warga, me reka membutuhkan uang yang
sebagian kecil penduduk yang bisa berkumpul
banyak, yang mereka harapkan akan
di posko, sementara sebagian besar lainnya
didapatkan jika mereka menerima uang
hanya menerima informasi dari mulut ke mulut.
penjualan tanah dan bangunan mereka. Karena
Konsekuensinya, kepentingan kelompok warga
Lapindo tidak mengakui surat keterangan tanah
terkadang bukanlah murni mencerminkan
yang dimiliki sebagian besar anggota kelompok,
kepentingan seluruh anggota, tapi hanya
mereka pun berusaha m enemui dan meminta
merupakan kepentingan para pengurus yang
dukungan gubernur Jawa Timur Soekarwo
rutin mengadakan pertemuan, dan lainnya
untuk kemudahan mendapatkan sertifikat
hanya mengikuti saja.
tanah dari kantor BPN Jawa Timur.
Pagar Rekorlap menunjukkan kondisi yang unik
sebagai salah satu kelompok korban. Seluruh
METODE
anggota kelompok Pagar Rekorlap b erasal dari
desa yang sama, Renokenongo. Setelah terusir Metode yang digunakan dalam proses
dari desanya, mereka memilih tinggal bersama penelitian ini adalah studi literatur, yakni dalam
di satu lokasi di pasar baru Porong. Mereka proses penghimpunan data dan sumber –

213
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)

sumber yang berhubungan dengan topik yang “lumpur Sidoarjo”, “lumpur panas”) yang
dikaji didapat peneliti melalui berbagai sumber digunakan untuk peristiwa ini
yakni seperti jurnal, buku dokumentasi, merepresentasikan perbedaan kepentingan
internet, maupun pustaka. para penggunany a, sehingga perbedaan nama
bukanlah tidak berarti namun sangat diwarnai
nuansa politik dari para aktor yang
KESIMPULAN
menggunakannya.
Gunung lumpur di Porong telah mengakibatkan
Sementara itu, luapan lumpur telah mengusik
hilangnya public space yang berdampak pada
kemapanan roda pemerintahan nasional.
terganggunya public sphere. Artikel ini melihat
Pemerintah pusat terpaksa turun tangan dalam
Kasus Lapindo sebagai sebuah bencana sosial
menan gani dampak dari luapan lumpur yang
yang artinya kerusakan yang terjadi bukanlah
tak belum dapat dihentikan itu. Akan tetapi,
semata kerusakan fisik akibat luapan lumpur
rupanya politik penanggulangan bencana yang
tapi pada gangguan-gangguan dalam sistem
diambil pemerintah pusat ternyata tidak serta -
sosial masyarakat, bukan hanya komunitas
merta menyelesaikan permasalahan sosial yang
lokal di Porong, tapi juga Pemerintah Pusat.
ditimbulkan akibat luapan lumpur ini, ba hkan
Kerusakan fisik yang terjadi menjadi sebuah
justru cenderung menjadi pemicu bagi
variabel yang menentukan respons-respons
munculnya permasalahan-permasalahan sosial
sosial-politis terhadap kerusakan fisik itu.
baik yang baru maupun yang tersembunyi. Dua
Secara sederhana, tenggelamnya lahan -lahan
regulasi tentang penanganan pasca -bencana
produktif (bangunan, pekarangan dan sawah)
lumpur ini menempatkan Lapindo Brantas pada
telah mematikan produktivitas dari lahan-lahan
posisi yang berbeda. Pada Peraturan Presi den
tersebut.
14/2007, Lapindo Brantas diwajibkan untuk
Jika melihat secara lebih luas, terganggunya membeli tanah dan bangunan warga di empat
backbone sistem transportasi telah desa pertama (Maret 2007) yang sudah
mengakibatkan kerugian -kerugian ekonomi terbenam lumpur, sementara pada Peraturan
pada sektor makro maupun mikro. Karena Presiden 48/2008 tidak disebutkan nama
berhubungan dengan hajat hidup orang banyak Lapindo sebagai pihak yang berkewajiban
maka kepentingan politis menjadi aspek yang membeli ta nah dan bangunan warga di tiga
memengaruhi respons berbagai pihak terhadap desa terdampak baru, semua biaya pembelian
kasus ini. Salah satu usaha politis yang tampak tanah dan bangunan warga dibebankan ke
adalah dalam hal penamaan kejadian ini. Politik APBN. Peraturan Presiden tersebut telah
penamaan atas kejadian ini merupakan sebuah memicu perpecahan dalam warga terdampak
tindakan politik yang melibatkan kuasa p ara menjadi berbagai kelompok berdasarkan
aktor yang menggunakan masing-masing nama perbedaan kepentingan seb agai konsekuensi
yang berbeda itu. Sebagai catatan tiap -tiap dari perbedaan kepemilikan atas status tanah.
nama (“lumpur Lapindo”, “lumpur Porong”, Ada warga yang dengan mudah menjual tanah

214
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)

dan bangunannya karena memiliki sertifikat warga akhirnya ‘mengalah’ pada Peraturan
tanah, sementara ada warga yang tidak berhak Presiden yang sudah ditandatangani. Meskipun
menjual tanah dan bangunan karena hanya begitu, hampir seluruh gerakan politis yang
memiliki surat keterang an tanah. Sementara dilakukan oleh warga mengarah pada masalah
itu, ada warga yang tidak berhak mendapatkan ganti -rugi terhadap tanah dan bangunan yang
ganti rugi karena wilayahnya tidak masuk rusak akibat luapan lumpur, dan tidak melihat
dalam Peta Area Terdampak yang terlampir pada problem rehabilitasi ekologis di Porong.
dalam Peraturan Presiden tersebut. Para warga Jadi dalam Kasus Lapindo, sifat individualis —
dari dua kelompok terakhir ini merasa tidak melindungi hak milik sendiri-sendiri—lebih
terima dengan statu s hukum (politik) yang dominan mengendalikan warga terdampak
ditimpakan pada mereka dan berusaha keras ketimbang sifat kolektif—melakukan rehabilitasi
untuk mendapatkan ganti rugi sesuai harta ekologis di Porong.
miliknya yang musnah ditelan lumpur. Artinya,
Luapan lumpur panas telah menimbun ratusan
penentuan siapa korban dan siapa bukan
hektar lahan, menyebabkan ribuan penduduk
korban dalam tragedi ini ditentukan oleh
terpaksa mengungsi, memuku l ekonomi Jawa
keputusan politik pemer intah pusat, tidak
Timur, dan mempengaruhi dinamika politik
melihat pada kondisi faktual di Porong.
pemerintah pusat. Hingga kini, tidak ada
Pada level politik akar rumput ( grassroot), kepastian tentang kapan semburan itu akan
warga yang tidak puas dengan keputusan berhenti, luapan lumpur itu menjadi ancaman
politik juga melakukan tindakan-tindakan politis yang menteror siapapun yang tinggal di sekitar
dengan menyuarakan pendapatnya melalui wilayah itu. Menjadi jelaslah bahwa Kasus
berbagai macam aksi sosial, seperti Lapindo ini bukanlah semata masalah
demonstrasi sampai ke Jakarta, menemui kerusakan fisik yang ditimbulkan akibat lumpur
presiden, wakil presiden dan anggota DPR, yang terus meluap itu, melainkan juga bencana
memblokir jalan dan rel kereta api. Tindakan ini sosial karena bentukan dari struktur dan proses
merupakan media alternatif bagi para korban sosial -politik dalam masyarakat sebagai
untuk mengekspresikan keprihatinan mereka konsekuensi dari kehancuran ruang-ruang fisik
pada masyarakat luas, tujuan politisnya jelas itu. Oleh karenanya, dalam kajian -kajian
yaitu: bencana ini bukan semata bencana para tentang Kasus Lapindo perlulah memasukkan
warga di Porong saja tapi juga bencana bagi beberapa variabel seperti: budaya, kemiskinan,
semua orang Indonesia. Mulanya, energi warga status sosial, struktur politik, dinamika sosial,
masih cukup besar untuk resisten terhadap dan variabel lainnya, sebagai pisau analisa agar
Peraturan Presiden, namun seiring dengan bisa memberikan penjelasan yang lebih variatif
pemenuhan kebutuhan dasar warga yang tak dan detail tentang kasus ini.
bisa ditolak seiring dengan berjalannya waktu,
ditambah dengan tidak jelasnya posisi negara
dalam memenuhi tuntutan warga itu, beberapa

215
ISSN
Jurnal Penelitian & PKM Juli 2017 Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389
2442-448X (p), 2581-1126 (e)

UCAPAN TERIMAKASIH 14 Tahun 2007 tentang Badang

Tidak lupa penulis juga mengucapkan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo.


terimakasih kepada pihak – pihak yang
membantu kelancaran penyusunan artikel ini: Raharjo, ST. 2015. Assessment untuk Praktik
Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan
1. Orangtua penulis yang senantiasa Sosial. Bandung: Unpad Press
memberikan semangat dan _________, 2015. Dasar Pengetahuan
dukungannya; Pekerjaan Sosial. Bandung: Unpad Press.
2. Risna Resnawaty, S.Sos., M.SI selaku _________, 2015. Keterampilan Pekerjaan
dosen pembimbing yang senantiasa Sosial: Dasar-dasar. Bandung, Unpad
memberikan masukan dan semangat Press.
penulis agar dapat menyelesaikan Santoso, V (2007) Harga Industrialisasi Sektor
tugas ini dengan baik;
3. Arie Surya Gutama, Sos., SE.,MM Migas. Semburan Lumpur Lapindo
selaku dosen pembimbing yang sebagai Potret Kelemahan Negara
senantiasa memberikan masukan dan
semangat penulis agar dapat dalam Menghadap Korporasi Ekstraktif
menyelesaikan tugas ini dengan baik; Hidrokarbon. CSR Review:4-9.
4. Dosen Mata Kuliah Penelitian Pekerjaan
Sosial; Suryandaru, YS (2009) Kasus Lumpur Lapindo
5. Teman-teman yang selalu setia
membantu dalam hal mengumpulkan dalam Bingkai Media Massa. Surabaya:
data-data dalam pembuatan artikel ini; LPPM Unair & TIFA Foundation.

Tempo (3 Maret 2008), Lumpur meluap, f ulus


DAFTAR PUSTAKA mengucur.
Davies, R, Swarbrick, RE, Evans, RJ & Huuse, M
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep &
(2007) Birth of a mud volcano: East
Aplikasi CSR. Gresik: Fascho Publishing
Java. GSA Today, 29 May, p.4-9
Febrian, Riandasa. 2012. “Lapindo Brantas”.
Kompas (3/06/2006), Sudah sepekan gas
Diakses pada 20 Desember 2016.
ganggu warga.
Diunduh dari
Kompas (19/06/2006), Pabrik terkubur, buruh
https://accounting1st.wordpress.com/
menganggur.
2012/07/07/lapindo-brantas-/
Kompas (17/07/2007), Pembangunan kolam
Situs resmi Badan Nasional Penangulangan
lumpur terhenti.
Bencana. 2016. Diakses pada 2 April
Peraturan Presiden No. 14 Tahun 2007 tentang 2017. Diunduh dari
Badan Penanggulangan Lumpur di https://www.bnpb.go.id/home/definisi
Sidoarjo.

Peraturan Presiden No. 48 Tahun 2008 tentang


Perubahan Atas Peraturan Presiden No.

216

You might also like