Professional Documents
Culture Documents
Manajemen Raniiiiiii
Manajemen Raniiiiiii
Disusun oleh :
Nim : 022015054
Prodi : DIII-kebidanan
T.A 2016/2017
TYROID
Penyakit tiroid adalah berbagai gangguan atau masalah yang terjadi pada kelenjar
tiroid. Kelenjar yang terletak di bawah jakun ini bertugas mengatur berbagai sistem
metabolisme dalam tubuh sehingga peranannya sangat penting bagi kita.
Kinerja kelenjar tiroid dikendalikan oleh otak. Ketika tubuh mengalami kekurangan
atau kelebihan hormon tiroid, otak akan merangsang kelenjar tiroid untuk menyesuaikan
kinerjanya agar kadar hormon tersebut kembali seimbang.
Jenis utama penyakit tiroid adalah kadar hormon tiroid yang terlalu tinggi atau rendah dalam
tubuh kita. Hal ini dapat dipicu oleh berbagai faktor yang meliputi:
Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kondisi terlalu sedikitnya hormon tiroksin yang diproduksi oleh
skelenjar tiroid sehingga tubuh mengalami defisiensi. Kondisi ini lebih sering dialami oleh
wanita (terutama lansia) dan memiliki gejala-gejala umum seperti konstipasi, kulit kering,
kelelahan, kenaikan berat badan tanpa sebab jelas, serta lebih sensitif terhadap hawa dingin.
Hipertiroidisme
Jika kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan dalam tubuh, Anda bisa
mengalami kelenjar tiroid overaktif atau hipertiroidisme. Penyakit ini umumnya ditandai
dengan detak jantung yang cepat atau tidak beraturan, penurunan berat badan yang terjadi
secara tiba-tiba meski nafsu makan meningkat, berkeringat, gugup, serta cemas.
Penyakit gondok
Nodul tiroid
Nodul tiroid adalah benjolan padat atau berisi air yang timbul dalam kelenjar tiroid.
Benjolan ini dapat berupa tumor jinak atau kista. Nodul tiroid jarang menyebabkan gejala
sehingga umumnya hanya terdeteksi saat penderitanya menjalani pemeriksaan kesehatan
umum. Namun jika nodul yang tumbuh cukup besar, kondisi ini bisa menyebabkan kesulitan
bernapas, kesulitan menelan dan rasa sakit pada tenggorokan.
Jika ada gejala-gejala tersebut yang Anda rasakan, Anda sebaiknya segera memeriksakan diri
ke dokter agar penanganan dapat segera dilakukan.
Tes darah yang dianjurkan adalah evaluasi fungsi kelenjar tiroid. Tes ini berfungsi
untuk mengukur kadar hormon tiroid dan TSH (thyroid-stimulating hormone) untuk
menentukan kondisi hipertiroidisme atau hipotiroidisme yang dialami pasien.
Melalui USG dan pemindaian isotop radioaktif, dokter akan mendeteksi ukuran serta
jenis benjolan yang dialami pasien. Sementara biopsi melalui aspirasi jarum halus akan
memungkinkan dokter untuk mengetahui jenis sel yang ada dalam benjolan.
Setelah Anda positif didiagnosis mengidap penyakit tiroid, dokter akan menganjurkan
langkah pengobatan yang bisa Anda jalani. Penentuan langkah ini tergantung pada jenis
penyakit tiroid yang Anda derita, usia, serta kondisi kesehatan Anda.
Terdapat dua cara yang biasanya diberikan untuk menangani penyakit tiroid. Langkah
ini meliputi pemberian obat-obatan, terapi radioaktif dan/atau prosedur operasi.
Obat-obatan yang diberikan memiliki fungsi yang berbeda-beda, tergantung dari jenis
penyakit tiroid yang dialami. Fungsi obat-obatan dan terapi tersebut umumnya meliputi:
Menggantikan hormon tiroid dalam tubuh.
Menurunkan produksi hormon tiroid dalam tubuh.
Menghancurkan sel-sel tiroid.
Di samping itu, gejala-gejala hipertiroidisme (seperti detak jantung yang meningkat) juga
akan ditangani dengan obat-obatan lain.
Jika dokter menganjurkan operasi, jenis operasi yang akan dijalani pasien umumnya
adalah proses pengangkatan kelenjar tiroid atau tiroidektomi. Prosedur ini bisa dilakukan
untuk menangani kelenjar tiroid yang bengkak atau benjolan yang ada di dalamnya.
Sebagian besar penyakit tiroid tidak membahayakan penderitanya dan dapat dikendalikan
melalui penanganan medis. Tetapi jika dibiarkan, ada yang dapat berkembang menjadi
kanker tiroid yang harus ditangani secepat mungkin dan dengan saksama.
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
PADA Tn.S DENGAN DIAGNOSA TYROID
1. PENGUMPULAN DATA
A. Data subjektif
I. Identitas
Umur : 14 tahun
Pendidikan : SMP
Status : Pelajar
Agama : Protestan
Pekerjaan :-
II. Anamnese
Pukul : 16 : 00 wib
Keluhan utama :
pasien mengatakan sesak nafas, sulit menelan dan rasa sakit pada leher.
Diagnosa : bronchitis
Kegiatan sehari – hari
1. pola makanan/nutrisi
frekuensi : 3x sehari
masalah :-
2. pola aktifitas
3. pola istirahat
4. pola eliminasi
BAB
- Frekuensi : 1x kali/hari
- Konsintensi : lunak
BAK
- bauh : amonia
B.DATA OBJEKTIF
GCS V :6
M :5
E :4
Jumlah = 15
Suhu : 37.50 c
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 28x/menit
Pemeriksaan fisik
1. kepala
Bentuk : simetris
Kebersihan : bersih
Bentuk : simetris
Kebersihan : bersih
4. hidung
Bentuk : simetris
Kebarsihan : bersih
Bentuk : simetris
Warna : hitam
6. Telingah
Bentuk : semetris
Kebersihan : bersih
7. Leher
8. Dadah
Bentuk : simetris
9. Abdomen
Bentuk : simetris
Kebersihan : bersih
Tegang : tidak
10. Genetalia
Bentuk : simetris
Kebersihan : bersih
Pendarahan : -
Volume : 150 cc
Bentuk : simetris
Bentuk : simetris
Kebersihan kulit : bersih
PEMERIKSAAN PENUNJANG
data dasar :
data subjektif :
pasien mengatakan sesak nafas, sulit menelan dan rasa sakit pada leher
Data objektif :
masalah :
-
kebutuhan :
kenyamanan
infus asering 18 Tts/menit/makro
terapi obat-obatan
Tidak ada
V. INTERVENSI
VII. EVALUASI
- ttv
TD : 110/80 mmhg
P : 72X/menit
RR : 20X/menit
T : 36,50 C
Disusun oleh :
Nim :022015054
Prodi : DIII-kebidanan
T.A 2016/2017
HEMOROID
1.2 Manfaat
Dengan saya menyelesaikan kasus ini,saya dapat memberi manfaat berupa :
1 mengetahui tentang defenisi hemoroid
2 mengetahui etiologi dari penyakit hemoroid
3 untuk mengetahui pemberian suhan pada kasus hemoroid
KONSEP TEORITIS
2.1 Defenisi
Hemoroid hampir mirip dengan varies.hanya saja,pada varises pembuluh darah yang
melebar adalah pembuluh darah kaki,sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang
bermasalah adalah vena hemoroidallis didaerah anorektal.(keperawatan delken
kuswanto,1999)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kaal anal.hemoroid sangat umum
terjadi.kehamilan diketahui mengawali atau mempeberat adanya hemoroid.(brunner dan
suddarth,2002).
Hemoroid internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas spingter anal sedangkan yang muncul
dispingter anal disebut hemoroid eksternal.(suzanne c.smeltzer,2006).
2.2 Etiologi
2.4 Patofisiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran darah dari vena
hemoroidalis.beberapa faktor etiologi telah dianjurkan termasuk konstipasi atau diare,sering
mengejan.kongesti pelvis pada kehamilan,pembesaran prostat,fibroma uteri,dan tumor
rektum.
Bila prolap tersebut terus menerus mendapat tekanan dari feses yang keras maka dapat
merusak permukaan halus hemoroid dan menyebabkan pendarahan.pendarahan yang terjadi
kadang hanya menetes dan kadang dapat memencar deras.pendarahan yang berulang dapat
menimbulkan anemia.
2.5 komplikasi
1. Anemia yang disebabkan karena pendarahan hebat oleh trauma pada saat defekasi
2. Hipotensi disebabkan karena kerja jantung menurun.
2.6 Pathways
Peningkatan Penengangan
tekanan memburuk
portal
HEMOROID
1. PENGUMPULAN DATA
A. Data subjektif
I. Identitas
Nama : tn.R
Umur : 43tahun
Pendidikan :-
Status : kawin
Agama : protestan
Pekerjaan : TNI/AD
Alamat : belawan
II. Anamnese
Keluhan utama :
1. pola makanan/nutrisi
frekuensi : 3x sehari
2. pola aktifitas
3. pola istirahat
4. pola eliminasi
BAB
- Frekuensi : 1x (2 hari)
- Konsintensi : keras
BAK
- bauh : amonia
- volume : 100 cc/2 jam
Personal hygiene : pasien tidak mampuh mandi, sikat gigi dan ganti pakaian sendiri. Pasien
hanya di berikan dengan cara membantu dan dikanti pakaian oleh keluarga pasien atau
perawat.
B.DATA OBJEKTIF
GCS V :6
M :5
E :4
Jumlah = 15
Suhu : 37.50 c
Nadi : 72x/menit
Pernapasan : 22x/menit
Pemeriksaan fisik
1. kepala
Bentuk : simetris
Kebersihan : bersih
Bentuk : simetris
Kebersihan : bersih
4. hidung
Bentuk : simetris
Kebarsihan : bersih
Bentuk : simetris
Warna : hitam
6. Telinga
Bentuk : semetris
Kebersihan : bersih
7. Leher
Bentuk : simetris
Bentuk : simetris
9. Abdomen
Bentuk : simetris
Kebersihan : bersih
Tegang : tidak
10. Genetalia
Bentuk : simetris
Kebersihan : bersih
Pendarahan : +
Volume : 150 cc
Bentuk : simetris
Bentuk : simetris
data dasar :
data subjektif :
Data objektif :
Suhu : 37,50 C
Nadi : 72X/menit
RR : 22X/menit
TD : 120/80 mmhg
masalah :
kebutuhan :
kenyamanan
infus Rl 20 Tts/menit
terapi obat-obatan
Tidak ada
V. INTERVENSI
Rasional :peradangan pada anus pasien menndakan adanya suatu iritasi pada
anus
Intervensi :berikan informasi pada keluarga pasien agar pasien tidak mengangkat
beban berat dan mobilisasi yang terlalu sulit.
VI. IMPLEMENTASI
VII. EVALUASI
- ttv
TD : 120/80 mmhg
P : 72X/menit
RR : 22X/menit
T : 37,50 C
- dermaflex 3x1
- komplex 2x1
Disusun oleh :
Nim : 022015054
Prodi : DIII-kebidanan
T.A 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 manfaat
Dengan saya menyelesaikan kasus ini,saya dapat memberi manfaat berupa :
1. mengetahui tentang defenisi myoma uteri
2. mengetahui etiologi dari penyakit myoma uteri
3. untuk mengetahui pemberian asuhan pada kasus myoma uteri
BAB II
KONSEP TEORITIS
2.1 defenisi
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim,disertai jaringat ikatnya,sehingga dapat
dalam bentuk padat-karena jaringan ikatnya dominan dan lunak.kejadian mioma uteri sukar
karena ditetapkan tidak semua mioma uteri memberikan keluhan dan memerlukan tindakan
operasi.sebagian penderita mioma uteri tidak memberikan keluhan apapun dan ditemukan
secara kebetulan saat pemeriksaan.
Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi,karena adanya rangsangan
estrogen.dengan demikian mioma uteri tidak dijumpai sebelum datang haid(manarche)dan
akan mengalami pengecilan setelah mati haid(menopause)atau bila masa menopause tumor
yang berasal dari mioma uteri masih tetap besar atau bertambah besar,kemungkinan
degenerasi ganas menjadi sarkoma uteri.bila dijumpai pembesaran abdomen sebelum
manarche,hal itu psti bukan mioma uteri tetapi kista ovarium dan kemungkinan besar menjadi
ganas.
2.2 Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupaka
penyakit multifaktorial.dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang
dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal.
1.estrogen
2.progestron
3.hormon pertumbuhan
Dalam jeffcoates principles of genecology,adanya beberapa faktor yang diduga kuat faktor
disposisi terjadinya mioma uteri,yaitu :
1. umur
2. paritas
3. faktor ras dan genetik
4. fungsi ovarium
2.3 Manifertasi klinik
2.lokalisasi bervariasi :
a) subrosa
dibawah lapisan endometrium
dapat bertangkai dan melayang dalam kavum (ruangan)abdomen
b) intramural
didalam otot rahim dapat besar,padat(jaringan ikat dominan),lunak(jaringan
otot rahim dominan).
c) Submukosa
Dibawah lapisan dalam rahim
Memperluas permukaan ruangan rahim
Bertangkai dan dapat dikeluarkan melalui kanalis servikalis
d) Servikal mioma
Tumbuh didaerah serviks uteri
2.5 skema tatalaksana mioma uteri
mioma uteri
Hasil pemeriksaan : Keluhan klinis :
Pemeriksaan
Mioma uteri kurang dari hamil 14 Mioma uteri diatas hamil 14 minggu :
minggu :
Perdarahan
Tanpa keluhan Tumor dengan pendesakan
Kebetulan Nyeri menstruasi
Menjelang mati haid Keluhan sekunder :
-keluhan anemis
Sikap bidan :
1. USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometriium dan
keadaan adnexa dalam rongga pelvis.
2. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan
itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya,
leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya dengan
mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan.
3. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta
menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
4. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan
infertilitas.
5. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
6. Pemeriksaan laboratorium. Akibat yang sering terjadi pada mioma uteri adalah
anemia. Hal ini akibat perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi
maka perlu d periksa darah lengkap yaitu Hb, Hematokrit, Leukosit, Trombosit,
Eritrosit, Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC), Laju Endap Darah dll
7. Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh kearah
kavum uteri pada pasien infertil.
8. Urografi intravena digunakan pada kasus massa di pelvis sebab pada kasus tersebut
sering terjadi deviasi ureter atau penekanan dan anomali sistem urinarius. Cara ini
baik untuk mengetahui posisi, jumlah ureter dan ginjal.
2.7 Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma
uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma
itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun demikian mioma
uteri memerlukan pengamatan sekitar 3-6 bulan. Dalam menopause dapat terhenti
pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya
yang terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera.
Dalam dekade terakhir ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH agonist
(GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus terdiri atas sel-sel otot yang
diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor gonadotropin di
hipofisis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi leiomioma.
Pemberian GnRHa (bueriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri
menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi
lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa, dihentikan leiomioma yang lisut itu
tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung
reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri
sering mengalami menopause yang terlambat.
Pengobatan Operatif
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma subkoum pada myom geburt dengan cara
ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan
apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh
anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%.
Perlu disadari bahwa 25-35% dari penderita tersebut akan masih memerlukan
histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih.
Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam atau per vaginam. Yang akhir ini jarang
dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan dengan
sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi
total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.
Histerektomi supravaginal hanya dilakukan bila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat
uterus keseluruhannya.
Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agarovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita menderita
menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontrak indikasi untuk
tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontraindikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi
hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.
Terapi Myoma dengan Kehamilan
Sedapat-dapatnya diambil sikap konservatif karena myomektomi pada pada
kehamilan sangat berbahaya disebabkan kemungkinan perdarahan hebat dan juga dapat
menimbulkan abortus. Operasi terpaksa kita lakukan kalau ada penyulit-penyulit yang
menimbulkan gejala akut atau karena myoma sangat besar. Jika myoma menghalangi jalan
lahir dialakukan sectio caesarea disusul dengan hysterektomi tapi kalau akan dilakukan
enucleasi lebih baik ditunda selesai nifas.
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY.R DENGAN DIAGNOSA “POST OPERASI MYOMA UTERI”
1. PENGUMPULAN DATA
A. Data subjektif
I. Identitas
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
Agama : Protestan
Pekerjaan : PNS
II. Anamnese
Keluhan utama :
1. pola makanan/nutrisi
2. pola aktifitas
3. pola istirahat
4. pola eliminasi
BAB
- Frekuensi : 1x / hari
BAK
- volume : 150 cc
Personal hygiene : pasien tidak mampuh mandi, sikat gigi dan ganti pakaian sendiri. Pasien
hanya di berikan dengan cara membantu dan dikanti pakaian oleh keluarga pasien atau
perawat.
B.DATA OBJEKTIF
GCS V :6
M :5
E :4
Jumlah = 15
Suhu : 36.90 c
Nadi : 82x/menit
Pernapasan : 22x/menit
Skala nyeri : 4
1. kepala
Bentuk : simetris
Kebersihan : bersih
3. mata
Bentuk : simetris
Kebersihan : bersih
4. hidung
Bentuk : simetris
Kebarsihan : bersih
Bentuk : simetris
Warna : hitam
Bentuk : semetris
Kebersihan : bersih
7. Leher
Bentuk : simetris
8. Dadah
Bentuk : simetris
9. Abdomen
Bentuk : simetris
Kebersihan : bersih
10. Genetalia
Bentuk : simetris
Kebersihan : bersih
Bentuk : simetris
Bentuk : simetris
Diagnosa : Ny.Rita dengan usia 50 tahun dengan diagnosa post operasi myoma uteri
data dasar :
data subjektif :
Data objektif :
Suhu : 36,90 C
Nadi : 82x/menit
RR : 22X/menit
TD : 120/80 mmhg
Skala nyeri : 4
masalah :
kebutuhan :
kenyamanan
istirahat yang cukup
mobilisasi
terapi obat
Tidak ada
Tidak ada
V. INTERVENSI
Intervensi :beritahu pasien agar perlahan-lahan miring kanan dan miring kiri
VII. EVALUASI
S: - pasien mengatakan sakit pada bagian luka operasi sudah mulai berkurang
- pasien mengatakan tidak merasa cemas lagi tentang luka operasi karena luka
operasi sudah kering
- Pasien mengatakan sudah dapat bergerak