You are on page 1of 45

Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Tn.

Dengan Diagnosa “TYROID” Diruangan St. Yosef

Disusun oleh :

Nama : Rani Ewita Nainggolan

Nim : 022015054

Prodi : DIII-kebidanan

Dosen PA : Oktafiana Manurung, SST, M.Kes

STIKes SANTA ELISABETH MEDAN

T.A 2016/2017
TYROID

Penyakit tiroid adalah berbagai gangguan atau masalah yang terjadi pada kelenjar
tiroid. Kelenjar yang terletak di bawah jakun ini bertugas mengatur berbagai sistem
metabolisme dalam tubuh sehingga peranannya sangat penting bagi kita.

Kinerja kelenjar tiroid dikendalikan oleh otak. Ketika tubuh mengalami kekurangan
atau kelebihan hormon tiroid, otak akan merangsang kelenjar tiroid untuk menyesuaikan
kinerjanya agar kadar hormon tersebut kembali seimbang.

Penyebab Penyakit Tiroid

Jenis utama penyakit tiroid adalah kadar hormon tiroid yang terlalu tinggi atau rendah dalam
tubuh kita. Hal ini dapat dipicu oleh berbagai faktor yang meliputi:

 Masalah pada kelenjar pituari di otak.


 Kelenjar tiroid yang rusak misalnya karena pajanan radiasi.
 Pengaruh obat litium.
 Kadar iodin yang berlebihan dalam tubuh.

Jenis-jenis Penyakit Tiroid

Penyakit tiroid dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis, di antaranya adalah:

Hipotiroidisme

Hipotiroidisme adalah kondisi terlalu sedikitnya hormon tiroksin yang diproduksi oleh
skelenjar tiroid sehingga tubuh mengalami defisiensi. Kondisi ini lebih sering dialami oleh
wanita (terutama lansia) dan memiliki gejala-gejala umum seperti konstipasi, kulit kering,
kelelahan, kenaikan berat badan tanpa sebab jelas, serta lebih sensitif terhadap hawa dingin.

Hipertiroidisme

Jika kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan dalam tubuh, Anda bisa
mengalami kelenjar tiroid overaktif atau hipertiroidisme. Penyakit ini umumnya ditandai
dengan detak jantung yang cepat atau tidak beraturan, penurunan berat badan yang terjadi
secara tiba-tiba meski nafsu makan meningkat, berkeringat, gugup, serta cemas.
Penyakit gondok

Penyakit gondok adalah pembengkakan kelenjar tiroid yang umumnya menyebabkan


benjolan pada leher. Selain benjolan yang menjadi gejala utamanya, penderita penyakit ini
juga bisa mengalami perubahan suara, kesulitan bernapas dan menelan, serta rasa sesak pada
tenggorokan.

Nodul tiroid

Nodul tiroid adalah benjolan padat atau berisi air yang timbul dalam kelenjar tiroid.
Benjolan ini dapat berupa tumor jinak atau kista. Nodul tiroid jarang menyebabkan gejala
sehingga umumnya hanya terdeteksi saat penderitanya menjalani pemeriksaan kesehatan
umum. Namun jika nodul yang tumbuh cukup besar, kondisi ini bisa menyebabkan kesulitan
bernapas, kesulitan menelan dan rasa sakit pada tenggorokan.

Jika ada gejala-gejala tersebut yang Anda rasakan, Anda sebaiknya segera memeriksakan diri
ke dokter agar penanganan dapat segera dilakukan.

Diagnosis Penyakit Tiroid

Proses diagnosis penyakit ini membutuhkan beberapa langkah pemeriksaan yang


mendetail. Jenis pemeriksaan tersebut meliputi tes darah, USG, pemindaian dengan isotop
radioaktif, serta biopsi melalui aspirasi jarum halus.

Tes darah yang dianjurkan adalah evaluasi fungsi kelenjar tiroid. Tes ini berfungsi
untuk mengukur kadar hormon tiroid dan TSH (thyroid-stimulating hormone) untuk
menentukan kondisi hipertiroidisme atau hipotiroidisme yang dialami pasien.

Melalui USG dan pemindaian isotop radioaktif, dokter akan mendeteksi ukuran serta
jenis benjolan yang dialami pasien. Sementara biopsi melalui aspirasi jarum halus akan
memungkinkan dokter untuk mengetahui jenis sel yang ada dalam benjolan.

Pengobatan Penyakit Tiroid

Setelah Anda positif didiagnosis mengidap penyakit tiroid, dokter akan menganjurkan
langkah pengobatan yang bisa Anda jalani. Penentuan langkah ini tergantung pada jenis
penyakit tiroid yang Anda derita, usia, serta kondisi kesehatan Anda.

Terdapat dua cara yang biasanya diberikan untuk menangani penyakit tiroid. Langkah
ini meliputi pemberian obat-obatan, terapi radioaktif dan/atau prosedur operasi.

Obat-obatan yang diberikan memiliki fungsi yang berbeda-beda, tergantung dari jenis
penyakit tiroid yang dialami. Fungsi obat-obatan dan terapi tersebut umumnya meliputi:
 Menggantikan hormon tiroid dalam tubuh.
 Menurunkan produksi hormon tiroid dalam tubuh.
 Menghancurkan sel-sel tiroid.

Di samping itu, gejala-gejala hipertiroidisme (seperti detak jantung yang meningkat) juga
akan ditangani dengan obat-obatan lain.

Jika dokter menganjurkan operasi, jenis operasi yang akan dijalani pasien umumnya
adalah proses pengangkatan kelenjar tiroid atau tiroidektomi. Prosedur ini bisa dilakukan
untuk menangani kelenjar tiroid yang bengkak atau benjolan yang ada di dalamnya.

Sebagian besar penyakit tiroid tidak membahayakan penderitanya dan dapat dikendalikan
melalui penanganan medis. Tetapi jika dibiarkan, ada yang dapat berkembang menjadi
kanker tiroid yang harus ditangani secepat mungkin dan dengan saksama.
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
PADA Tn.S DENGAN DIAGNOSA TYROID

1. PENGUMPULAN DATA

A. Data subjektif

I. Identitas

Nama : Tn.Samuel simarmata

Umur : 14 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Suku/bangsa : Batak Toba/Indonesia

Pendidikan : SMP

Status : Pelajar

Agama : Protestan

Pekerjaan :-

Alamat : Dsn.III Londuk Kec.Kualuh Hulu Labuhan Bayu Uyara

II. Anamnese

Tanggal : 08 Juni 2017

Pukul : 16 : 00 wib

Keluhan utama :

pasien mengatakan sesak nafas, sulit menelan dan rasa sakit pada leher.

Riwayat penyakit dahulu : Tidak ada

Riwayaat penyakit keluarga : tidak ada

Diagnosa : bronchitis
Kegiatan sehari – hari

1. pola makanan/nutrisi

Jenis makanan : nasi + lauk pauk + buah – buahan Porsi makanan.

frekuensi : 3x sehari

pantangan : tidak ada

masalah :-

frekuensi minum: 1500 cc/hari

2. pola aktifitas

- pasien hanya diam dan berbaring di tempat tidur

3. pola istirahat

- tidur siang : 2 jam/hari

- tidur malam : 4 - 8jam/hari

4. pola eliminasi

BAB

- Frekuensi : 1x kali/hari

- warna : kuning kecoklatan

- Konsintensi : lunak

- Masalah : tidak ada

BAK

- frekuensi : 2-3 kali/hari

- warna : kuning jerami

- bauh : amonia

- volume : 100 cc/2 jam


Personal hygiene : pasien tidak mampu mandi, sikat gigi dan ganti pakaian sendiri. Pasien
hanya di berikan dengan cara membantu dan diganti pakaian oleh keluarga pasien atau
perawat.

B.DATA OBJEKTIF

Keadaan umum : pasien tampak lemah

Kesadaran : compos mentris

GCS V :6

M :5

E :4

Jumlah = 15

Tanda – tanda vital sign

Suhu : 37.50 c

Nadi : 80x/menit

Pernapasan : 28x/menit

Tekanan darah : 110/80 mmhg

Pemeriksaan fisik

1. kepala

Bentuk : simetris

Kebersihan : bersih

Rambut : bersih dan tidak rontok

2. muka : Tida ada odema


3. mata

Bentuk : simetris

Konjungtiva : tidak anemia

Sklera : tidak ikterik

Kebersihan : bersih

4. hidung

Bentuk : simetris

Kebarsihan : bersih

5. mulut dan gigi

Bentuk : simetris

Kebersihan lidah : bersih

Stomati : tidak ada

Warna : hitam

Karang gigi : tidak ada

Karies : tidak ada

6. Telingah

Bentuk : semetris

Kebersihan : bersih

Gangguan pendengaran : tidak ada

7. Leher

Bentuk : adanya pembengkakan

Pembengkakan : adanya pembengkakan cairan tiroid

8. Dadah
Bentuk : simetris

Irama nafas : tidak teratur

Bunyi nafas : vesicular

9. Abdomen

Bentuk : simetris

Kebersihan : bersih

Kembang : tidak ada

Tegang : tidak

Bising usus : 20x/menit

10. Genetalia

Bentuk : simetris

Kebersihan : bersih

Anus : tidak terdapat pembengkakan pada daerah luar anus

Pendarahan : -

Volume : 150 cc

11. Ekstermitas atas

Bentuk : simetris

Kebersihan kulit : bersihan

Kelengkapan jari : lengkap

Odema : tadak ada

Varises : tidak ada

12. Ekstemitas bawah

Bentuk : simetris
Kebersihan kulit : bersih

Kebersihan kuku : bersih

Kelengkapan jari kiri/kanan : lengkap 5/5

Oedema : tidak ada

Varises : tidak ada

PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan kadar T3 dan T4: Kadar T3 15pg/dl, kadar T4 20µg/dl.


 Q Pemeriksaan TSH : <0,005µIU/ml

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosa : Tn. S dengan usia 14 tahun dengan diagnosa Tyroid

data dasar :

data subjektif :

pasien mengatakan sesak nafas, sulit menelan dan rasa sakit pada leher

Data objektif :

 keadaan umum : tidak stabil


 tanda-tanda vital :
Suhu : 36.50 c
Nadi : 78x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Tekanan darah : 110/80 mmhg

masalah :

-
kebutuhan :

 kenyamanan
 infus asering 18 Tts/menit/makro
 terapi obat-obatan

III. IDENTIFIKASIH MASALAH POTENSIAL

Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERA

V. INTERVENSI

Intervensi : Pantau tanda-tanda vital

Rasional : Untuk mengetahui tingkat perkembangan pasien

Intervensi : Berikan motivasi pada klien untuk melakukan aktivitas.

Rasional : Klien dapat bersemangat untuk melakukan aktivitas

Intervensi : Pantau input dan output pada klien


Rasional : Untuk memantau status nutrisi pada klien

Intervensi : Kaji tingkat pendengaran pada klien.

Rasional :Mengetahui tingkat kemaksimalan pendengaran pada klien untuk


menentukan terapi yang tepat.
VI. IMPLEMENTASI

08:00 – timbang terima dari shift malam dengan shift pagi


09:00 – kaji keadaan pasien
10:00 – memeriksa infus yang dipakai pasien
11:00 – melakukan tindakan vitalsign
TD :110/80 MMHg
RR :20 X/menit
T/P : 36,3oc
12:00 – menyajikan makanan kepada pasien
12:35 – mengontrol diet pasien
12:45 – mengontrol keadaan pasien dan menganjurkan pasien istirahat
13:00 – timbang pulang shift pagi dengan shift sore

VII. EVALUASI

S: - pasien mengatakan tidak sesak nafas lagi

- pasien mengatakan masih sulit menelan

O: - keadaan umum: baik

- ttv

TD : 110/80 mmhg

P : 72X/menit
RR : 20X/menit
T : 36,50 C

A: - sesak pada bagian dada sudah tidak ada lagi

- pemberian oksigen dihentikan

- masalah sudah teratasi

- kebutuhan : - rasa kenyamanan


- pasang infus RING AS 20 tts/menit
- banyak minum dan minum obat secara teratur

P : - pantau keadaan pasien

- pantau infus cairan

- pantau TTV pasien

- kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.


Manajemen Asuhan Kebidanan Pada TN.R

Dengan Diagnosa “HYMOROID” Diruangan St.Yosef

Disusun oleh :

Nama : Rani Ewita Nanggolan

Nim :022015054

Prodi : DIII-kebidanan

Dosen PA : Oktafiana Manurung, SST, M.Kes

STIKES SANTA ELISABETH MEDAN

T.A 2016/2017
HEMOROID

1.1 Latar Belakang


Hemoroid/wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus dimana bibir anus
mengalami bengkak yang kadang disertai pendarahan. Setiap orang pasti memiliki hemoroid,
hanya karena ukurannya kecil hemoroid ini sering diabaikan.hemoroid akan timbul masalah
apabila hemoroid membesar dan berdarah.meskipun hemoroid dapat dijumpai pada setiap
orang,namun yang membesar dan menimbulkan masalah hanya 4% dari total
populasinya.kejadian hemoroid tidak memandang jenis kelamin dan umumnya meningkat
pada usi 45-65 tahun.
Hemoroid bersal dari kata haima yang berarti darah dan rheo yang berarti
mengalir,sehingga pengertian hemoroid secara harfiah adalah darah yang mengalir.namun
secara medis diartikan sebagai pelebaran vasa/vena didalam plekusus hemoroidalis.hemoroid
tidak hanya sekedar peleban vasa/vena saja,akan tetapi juga diikuti oleh penambahan jaringan
disekitar vasa atau vena.

1.2 Manfaat
Dengan saya menyelesaikan kasus ini,saya dapat memberi manfaat berupa :
1 mengetahui tentang defenisi hemoroid
2 mengetahui etiologi dari penyakit hemoroid
3 untuk mengetahui pemberian suhan pada kasus hemoroid
KONSEP TEORITIS

2.1 Defenisi

Secara sederhana,kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah


walapupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak.

Hemoroid hampir mirip dengan varies.hanya saja,pada varises pembuluh darah yang
melebar adalah pembuluh darah kaki,sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang
bermasalah adalah vena hemoroidallis didaerah anorektal.(keperawatan delken
kuswanto,1999)

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kaal anal.hemoroid sangat umum
terjadi.kehamilan diketahui mengawali atau mempeberat adanya hemoroid.(brunner dan
suddarth,2002).

Hemoroid internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas spingter anal sedangkan yang muncul
dispingter anal disebut hemoroid eksternal.(suzanne c.smeltzer,2006).

2.2 Etiologi

Berbagai penyebab yang dipercayai menimbulkan terjadinya hemoroid,diantara lain


sebaga berikut :

 BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama


BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama.hal ini akan meningkat tekanan
vena yanng akhirnya mengakibatkan pelebaran vena.sedangkan BAB dengan posisi
duduk yang terlalu lama merupakan faktor resiko hernia,karena saat duduk.
 Obtipasi atau konstipasi kronis
Obtipasi atau kontipasi kronis,konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami kesulitan saat buang air besar (BAB)sehingga terkadang harus mengejan
dikarenakan feses yang mengeras,berbau leig busuk dan berwarna lebih gelap dari
biasanya dan frekuensi BAB lebih dari 3 hari sekali.
 Faktor pekerjaan
Faktor pekerjaan,orang yang harus berdiri,duduk lama,atau harus mengangkat
barang berat mempunyai predisposisi untuk terkena hemoroid.
 Olahraga berat
Olahraga berat adalah olahraga yang mengendalikan kekuatan fisik.yang termasuk
olahraga berat antara lain mengangkat beban berat/angkat
besi,bersepeda,berkuda,latihan pernapasan,menanah,dan berenang.
 Diet rendah serat sehingga menimbukan obstipasi

2.3 Manifertasi klinik

1 Pembengkakan pada daerah anus


2 Timbulnya rasa gatal dan nyeri akibat inflamasi
3 Perdarahan pada feses berwarna merah terang
4 Keluar selaput lendir,timbul karena iritasi rectum

2.4 Patofisiologi

Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran darah dari vena
hemoroidalis.beberapa faktor etiologi telah dianjurkan termasuk konstipasi atau diare,sering
mengejan.kongesti pelvis pada kehamilan,pembesaran prostat,fibroma uteri,dan tumor
rektum.

Penyakit hemoroid adalah pelebaran vena hemoroidalis.pada saat terdapat hemoroid


terteka,hemoroid internal akan terdorong melewati pintu usus dan membentuk penonjolan
(prolap).

Bila prolap tersebut terus menerus mendapat tekanan dari feses yang keras maka dapat
merusak permukaan halus hemoroid dan menyebabkan pendarahan.pendarahan yang terjadi
kadang hanya menetes dan kadang dapat memencar deras.pendarahan yang berulang dapat
menimbulkan anemia.

2.5 komplikasi

Adapun komplikasi yang terjadi akibat pennyakit ini adalah :

1. Anemia yang disebabkan karena pendarahan hebat oleh trauma pada saat defekasi
2. Hipotensi disebabkan karena kerja jantung menurun.
2.6 Pathways

BAB jongkok terlalu Konstipasi/obs Aliaran darah Faktor Olahraga berat


lama ipasi venosa pekerjaan lebih dari 3X
seminggu durasi
Tekanan pada vena Mengejan Anastomisis Predisposisi lebih dari 30
antara vena menit/latihan
Pelebaran vena Peregangan hemoroidalis
muskulus superior,medi Perangangan
spingter ani al,dan inferior spinter berulang

Peningkatan Penengangan
tekanan memburuk
portal

HEMOROID

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Hemoglobin,mengalami penurunan <12 mg %
2. Digital rectal examination,pemeriksaan dalam rektal secara digital.
2.8 Penatalaksanaan
1. Pengelolaan dan memodifikasi diet
Diet berserat dan rendah sisa,buah-buahan dan sayur-sayuran serta intake air
ditingkatkan.makan-makanan yang sulit dicerna oleh isi usus tersebut menyebabkan
gompalan isi usus menjadi besar namun tidak lunak sehingga tidak mempermudah
defekasi dan mengejan secara berlebihan.
2. Anastetik topikal
Untuk mengurangi rasa nyeri yang terdapat didaerah rektal.
3. Ringer laktat 0.9%
Untuk menambah cairan yang ada dalam tubuh sehingga tidak terjadi komplikasi
penyakit anemia.
4. Terapi operatif
Pada daerah wasir yang membengkak ini dipotong dan dijahit,tepi sayatan dijahit
kembali,jahitan biasanya dalam anaestesie spinal (pembiusan hanya sebatas pusar
bawah)sehingga pasien tidak merasa sakit,tapi tetap sadar.
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
PADA TN.R DENGAN DIAGNOSA HEMOROID

1. PENGUMPULAN DATA
A. Data subjektif

I. Identitas

Nama : tn.R

Umur : 43tahun

Jenis kelamin : laki - laki

Suku/bangsa : batak toba/indonesia

Pendidikan :-

Status : kawin

Agama : protestan

Pekerjaan : TNI/AD

Alamat : belawan

II. Anamnese

Tanggal : 22 Juli 2017

Pukul : 11.12 wib

Keluhan utama :

 pasien mengatakan mengalami BAB yang sangat sulit.


 Pasien mengatakan setelah dipaksa untuk BAB terjadi pengeluaran darah secara
bersamaan dengan BAB.

Riwayat penyakit dahulu :HEMOROID

Riwayaat penyakit keluarga : tidak ada


Kegiatan sehari – hari

1. pola makanan/nutrisi

Jenis makanan : nasi + lauk pauk + buah – buahan Porsi makanan.

frekuensi : 3x sehari

pantangan : tidak ada

masalah : tidak ada

frekuensi minum: 1500 cc/hari

2. pola aktifitas

- pasien hanya diam dan berbaring di tempat tidur

3. pola istirahat

- tidur siang : ½ - 1jam/hari

- tidur malam : 4 - 5jam/hari

4. pola eliminasi

BAB

- Frekuensi : 1x (2 hari)

- warna : kuning kecoklatan

- Konsintensi : keras

- Masalah : tidak ada

BAK

- frekuensi : 2-3 kali/hari

- warna : kuning jerami

- bauh : amonia
- volume : 100 cc/2 jam

Personal hygiene : pasien tidak mampuh mandi, sikat gigi dan ganti pakaian sendiri. Pasien
hanya di berikan dengan cara membantu dan dikanti pakaian oleh keluarga pasien atau
perawat.

B.DATA OBJEKTIF

Keadaan umum : pasien tampak lemah

Kesadaran : compos mentris

GCS V :6

M :5

E :4

Jumlah = 15

Tanda – tanda vital sign

Suhu : 37.50 c

Nadi : 72x/menit

Pernapasan : 22x/menit

Tekanan darah : 120/80 mmhg

Pemeriksaan fisik

1. kepala

Bentuk : simetris

Kebersihan : bersih

Rambut : bersih dan tidak rontok

2. muka : Tida ada odema


3. mata

Bentuk : simetris

Konjungtiva : tidak anemia

Sklera : tidak ikterik

Kebersihan : bersih

4. hidung

Bentuk : simetris

Kebarsihan : bersih

5. mulut dan gigi

Bentuk : simetris

Kebersihan lidah : bersih

Stomati : tidak ada

Warna : hitam

Karang gigi : tidak ada

Karies : tidak ada

6. Telinga

Bentuk : semetris

Kebersihan : bersih

Gangguan pendengaran : tidak ada

7. Leher

Bentuk : simetris

Pembengkakan : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid


8. Dada

Bentuk : simetris

Irama nafas : teratur

Bunyi nafas : vesicular

9. Abdomen

Bentuk : simetris

Kebersihan : bersih

Kembang : tidak ada

Tegang : tidak

Bising usus : 20x/menit

10. Genetalia

Bentuk : simetris

Kebersihan : bersih

Anus : terdapat pembengkakan pada daerah luar anus

Pendarahan : +

Volume : 150 cc

11. Ekstermitas atas

Bentuk : simetris

Kebersihan kulit : bersihan

Kelengkapan jari : lengkap

Odema : tadak ada

Varises : tidak ada


12. Ekstemitas bawah

Bentuk : simetris

Kebersihan kulit : bersih

Kebersihan kuku : bersih

Kelengkapan jari kiri/kanan : lengkap 5/5

Oedema : tidak ada

Varises : tidak ada

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosa : tn.R dengan usia 43 tahun dengan diagnosa HEMOROID

data dasar :

data subjektif :

 Pasien mengatakan sudahbeberapa hari ini susah BAB


 Pasien mengatakan setelah dipaksa untuk BAB terjadi pengeluaran darah

Data objektif :

 tanda –tanda vital

Suhu : 37,50 C

Nadi : 72X/menit

RR : 22X/menit

TD : 120/80 mmhg

 pasien tampak lemas


 pasien tampak kesakitan pada daerah anus luar
 tampak adanya benjolan pda daerah anus luar
 tampak BAB cmpur darah dengan volume 150 cc
 pasien tampak cemas dengan penyakitnya

masalah :

 adanya peradangan pada anus

kebutuhan :

 kenyamanan
 infus Rl 20 Tts/menit
 terapi obat-obatan

III. IDENTIFIKASIH MASALAH POTENSIAL

Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERAH

Menghentikan pendarahan dan menghilangkan rasa nyeri pada daerah anus.

V. INTERVENSI

Intervensi :observsi keluhan dan adanya peradangan pada daerah anus

Rasional :peradangan pada anus pasien menndakan adanya suatu iritasi pada
anus

Intervensi :berikan penjelasan cara membersihkan anus dan memberitahu pasien


agar tidak menahan-nahan BAB.

Rasional :agar mempermudah pasien dalam peyembuhan peradangan pada


pembengkakan anus.
Intervensi :berikan diet rendah serat/minum-minuman yang secukupnya

Rasional :untuk mengurangi ragsangan nyeri dan mencegah mengedan pada


pasien terlalu kuat pada waktu defekasi.

Intervensi :berikan informasi pada keluarga pasien agar pasien tidak mengangkat
beban berat dan mobilisasi yang terlalu sulit.

Rasional :untuk mengurangi peradangan pada anus yang terlalu parah.

VI. IMPLEMENTASI

08:00 – timbang terima dari shift malam dengan shift pagi


09:00 – kaji keadaan pasien
10:00 – memeriksa infus yang dipakai pasien
10:45 – kaji peradangan hemoroid pasien
11:00 – melakukan tindakan vitalsign
TD :120/80 MMHg
RR :22 X/menit
T/P : 37,5oc
12:00 – menyajikan makanan kepada pasien
12:35 – mengontrol diet pasien
12:45 – mengontrol keadaan pasien dan menganjurkan pasien istirahat
13:00 – timbang pulang shift pagi dengan shift sore

VII. EVALUASI

S: - pasien mengatakan sudah mulai membaik

- pasien mengatakan BAB tidak mengeluarkan darah lagi


- Pasien mengatakan BAB tidak sulit lagi
O: - keadaan umum: baik

- ttv

TD : 120/80 mmhg

P : 72X/menit
RR : 22X/menit
T : 37,50 C

A: - tn.ricardo usia 43 tahun dengan diagnosa hemoroid

- masalah sudah teratasi

- kebutuhan : - rasa kenyamanan

- pasang infus asering 20 tts/menit

- dermaflex 3x1

- komplex 2x1

P : - pantau keadaan pasien

- pantau infus cairan

- pantau TTV pasien

- kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi


Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny.Rita

Dengan Diagnosa “POST OPERASI MYOMA UTERI”

Diruangan SANTA ELISABETH

Disusun oleh :

Nama : Rani Ewita Nainggolan

Nim : 022015054

Prodi : DIII-kebidanan

Dosen PA : Oktafiana Manurung, SST, M.Kes

STIKes SANTA ELISABETH MEDAN

T.A 2016/2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Mioma uteri dalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel jaringan otot
polos.jaringan pengikat fibroid dan kolagen.mioma uteri disebut juga dengan leimioma uteri
atau fibromioma uteri.mioma ini berbentuk padat karena jaringan ikat dan otot rahimnya
dominan.
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh
wanita.neoplasma ini memperlihatkan gejala klinis berdasarkan besar dan letak mioma

1.2 manfaat
Dengan saya menyelesaikan kasus ini,saya dapat memberi manfaat berupa :
1. mengetahui tentang defenisi myoma uteri
2. mengetahui etiologi dari penyakit myoma uteri
3. untuk mengetahui pemberian asuhan pada kasus myoma uteri
BAB II

KONSEP TEORITIS

2.1 defenisi

Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim,disertai jaringat ikatnya,sehingga dapat
dalam bentuk padat-karena jaringan ikatnya dominan dan lunak.kejadian mioma uteri sukar
karena ditetapkan tidak semua mioma uteri memberikan keluhan dan memerlukan tindakan
operasi.sebagian penderita mioma uteri tidak memberikan keluhan apapun dan ditemukan
secara kebetulan saat pemeriksaan.

Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi,karena adanya rangsangan
estrogen.dengan demikian mioma uteri tidak dijumpai sebelum datang haid(manarche)dan
akan mengalami pengecilan setelah mati haid(menopause)atau bila masa menopause tumor
yang berasal dari mioma uteri masih tetap besar atau bertambah besar,kemungkinan
degenerasi ganas menjadi sarkoma uteri.bila dijumpai pembesaran abdomen sebelum
manarche,hal itu psti bukan mioma uteri tetapi kista ovarium dan kemungkinan besar menjadi
ganas.

2.2 Etiologi

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupaka
penyakit multifaktorial.dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang
dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal.
1.estrogen
2.progestron
3.hormon pertumbuhan

Dalam jeffcoates principles of genecology,adanya beberapa faktor yang diduga kuat faktor
disposisi terjadinya mioma uteri,yaitu :
1. umur
2. paritas
3. faktor ras dan genetik
4. fungsi ovarium
2.3 Manifertasi klinik

1. perdarahan tidak normal

 hipermenore perdarahan banyak saat menstruasi


 memperluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
 gangguan kontraksi otot rahim
 perdarahan berkepanjangan

2.penekanan rahim yang membesar

 terasa berat diabdomen bagian bawah


 sukar miksi atau defekasi
 terasa nyeri karena tertekannya urat saraf

3.gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan

Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi :

 kehamilan dapat mengalami keguguran


 persalinan prematuritas
 gangguan saat proses persalinan
 tertutupnya saluran idung telur menimbulkan infertilitas
 kala ketiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan pendarahan
2.4 Patofisiologi

Berdasarkan teori genitoblast(sel nest)meyer dan de snoo,dan rangsangan terus menerus


setiap bulan dari estroogen,maka pertumbuahan mioma uteri terjadi :

1.berlapis seperti berambang

2.lokalisasi bervariasi :

a) subrosa
 dibawah lapisan endometrium
 dapat bertangkai dan melayang dalam kavum (ruangan)abdomen
b) intramural
 didalam otot rahim dapat besar,padat(jaringan ikat dominan),lunak(jaringan
otot rahim dominan).
c) Submukosa
 Dibawah lapisan dalam rahim
 Memperluas permukaan ruangan rahim
 Bertangkai dan dapat dikeluarkan melalui kanalis servikalis
d) Servikal mioma
 Tumbuh didaerah serviks uteri
2.5 skema tatalaksana mioma uteri

mioma uteri
Hasil pemeriksaan : Keluhan klinis :

1. Teraba tumor diabdomen 1. Gangguan menstruasi


bagian bawah 2. Keluhan pendesakan
 Terasa kemeng
2. Tumor berasal dari rahim
dibagian bawah
abdomen

Pemeriksaan

Mioma uteri kurang dari hamil 14 Mioma uteri diatas hamil 14 minggu :
minggu :
 Perdarahan
 Tanpa keluhan  Tumor dengan pendesakan
 Kebetulan  Nyeri menstruasi
 Menjelang mati haid  Keluhan sekunder :
-keluhan anemis

Sikap bidan :

 Memberikan KIE dan motivasi tentang mioma uteri


 Konsultasi/merujuk :
Puskesmas,dokter ahli dan rumah sakit

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometriium dan
keadaan adnexa dalam rongga pelvis.
2. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan
itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya,
leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya dengan
mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan.
3. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta
menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
4. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan
infertilitas.
5. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
6. Pemeriksaan laboratorium. Akibat yang sering terjadi pada mioma uteri adalah
anemia. Hal ini akibat perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi
maka perlu d periksa darah lengkap yaitu Hb, Hematokrit, Leukosit, Trombosit,
Eritrosit, Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC), Laju Endap Darah dll
7. Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh kearah
kavum uteri pada pasien infertil.
8. Urografi intravena digunakan pada kasus massa di pelvis sebab pada kasus tersebut
sering terjadi deviasi ureter atau penekanan dan anomali sistem urinarius. Cara ini
baik untuk mengetahui posisi, jumlah ureter dan ginjal.

2.7 Penatalaksanaan

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma
uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma
itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun demikian mioma
uteri memerlukan pengamatan sekitar 3-6 bulan. Dalam menopause dapat terhenti
pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya
yang terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera.
Dalam dekade terakhir ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH agonist
(GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus terdiri atas sel-sel otot yang
diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor gonadotropin di
hipofisis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi leiomioma.
Pemberian GnRHa (bueriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri
menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi
lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa, dihentikan leiomioma yang lisut itu
tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung
reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri
sering mengalami menopause yang terlambat.
Pengobatan Operatif
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma subkoum pada myom geburt dengan cara
ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan
apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh
anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%.
Perlu disadari bahwa 25-35% dari penderita tersebut akan masih memerlukan
histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih.
Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam atau per vaginam. Yang akhir ini jarang
dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan dengan
sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi
total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.
Histerektomi supravaginal hanya dilakukan bila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat
uterus keseluruhannya.
Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agarovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita menderita
menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontrak indikasi untuk
tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontraindikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi
hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.
Terapi Myoma dengan Kehamilan
Sedapat-dapatnya diambil sikap konservatif karena myomektomi pada pada
kehamilan sangat berbahaya disebabkan kemungkinan perdarahan hebat dan juga dapat
menimbulkan abortus. Operasi terpaksa kita lakukan kalau ada penyulit-penyulit yang
menimbulkan gejala akut atau karena myoma sangat besar. Jika myoma menghalangi jalan
lahir dialakukan sectio caesarea disusul dengan hysterektomi tapi kalau akan dilakukan
enucleasi lebih baik ditunda selesai nifas.
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY.R DENGAN DIAGNOSA “POST OPERASI MYOMA UTERI”

1. PENGUMPULAN DATA
A. Data subjektif

I. Identitas

Nama : Ny.Rita Margaretha

Umur : 58 tahun 9 bulan 25 hari

Jenis kelamin : perempuan

Suku/bangsa : Batak Toba/Indonesia

Pendidikan : SMA

Status : Menikah

Agama : Protestan

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jl.Jamin Ginting no.495 Medan

II. Anamnese

Tanggal : 04 Juli 2017

Pukul : 18.00 wib

Keluhan utama :

 pasien mengatakan sakit pada bagian luka operasi .


 Pasien mengatakan sangat cemas dengan luka operasi.

Riwayat penyakit sekarang : post operasi myom uteri

Riwayat penyakit dahulu :tidak ada


Riwayaat penyakit keluarga : tidak ada

Kegiatan sehari – hari

1. pola makanan/nutrisi

Jenis makanan : masih puasa

frekuensi : tidak dilakukan pengkajian

pantangan : tidak ada

masalah : tidak ada

frekuensi minum: tidak dilakukan pengkajian

2. pola aktifitas

- pasien hanya diam dan berbaring di tempat tidur

3. pola istirahat

- tidur siang : 2-3 jam/hari

- tidur malam : 4 - 8jam/hari

4. pola eliminasi

BAB

- Frekuensi : 1x / hari

- warna : kuning kecoklatan

- Konsintensi : padat dan lembek

- Masalah : belum BAB setelah post operasi

BAK

- frekuensi : tidak dilakukan pengkajian

- warna : kuning jernih


- bauh :-

- volume : 150 cc

- Masalah : masih puasa dan terpasang kateter

Personal hygiene : pasien tidak mampuh mandi, sikat gigi dan ganti pakaian sendiri. Pasien
hanya di berikan dengan cara membantu dan dikanti pakaian oleh keluarga pasien atau
perawat.

B.DATA OBJEKTIF

Keadaan umum : pasien tampak lemah

Kesadaran : compos mentris

GCS V :6

M :5

E :4

Jumlah = 15

Tanda – tanda vital sign

Suhu : 36.90 c

Nadi : 82x/menit

Pernapasan : 22x/menit

Tekanan darah : 120/80 mmhg

Pasien tampak gelisah dengan adanya luka operasi

Pasien tampak nyeri pada daerah operasi

Skala nyeri : 4

Pasien tampak berhati-hati dalam melakukan aktifitas


Pemeriksaan fisik

1. kepala

Bentuk : simetris

Kebersihan : bersih

Rambut : bersih dan tidak rontok

2. muka : Tida ada odema

3. mata

Bentuk : simetris

Konjungtiva : tidak anemia

Sklera : tidak ikterik

Kebersihan : bersih

4. hidung

Bentuk : simetris

Kebarsihan : bersih

5. mulut dan gigi

Bentuk : simetris

Kebersihan lidah : bersih

Stomati : tidak ada

Warna : hitam

Karang gigi : tidak ada

Karies : tidak ada


6. Telingah

Bentuk : semetris

Kebersihan : bersih

Gangguan pendengaran : tidak ada

7. Leher

Bentuk : simetris

Pembengkakan : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid

8. Dadah

Bentuk : simetris

Irama nafas : teratur

Bunyi nafas : vesicular

9. Abdomen

Bentuk : simetris

Kebersihan : bersih

Kembang : tidak ada

Bekas luka : ada bekas luka operasi

Bising usus : 20x/menit

10. Genetalia

Bentuk : simetris

Kebersihan : bersih

11. Ekstermitas atas

Bentuk : simetris

Kebersihan kulit : bersihan


Kelengkapan jari : lengkap

Odema : tadak ada

Varises : tidak ada

12. Ekstemitas bawah

Bentuk : simetris

Kebersihan kulit : bersih

Kebersihan kuku : bersih

Kelengkapan jari kiri/kanan : lengkap 5/5

Oedema : tidak ada

Varises : tidak ada

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosa : Ny.Rita dengan usia 50 tahun dengan diagnosa post operasi myoma uteri

data dasar :

data subjektif :

 Pasien mengatakan sakit pada bagian luka operasi


 Pasien mengatakan sangat cemas dengan luka operasinya
 Pasien mengatakan saat bergerak terasa sakit pada daerah operasi

Data objektif :

 tanda –tanda vital

Suhu : 36,90 C

Nadi : 82x/menit

RR : 22X/menit
TD : 120/80 mmhg

 Pasien tampak gelisah dengan adanya luka operasi


 Pasien tampak nyeri pada daerah operasi

Skala nyeri : 4

 Pasien tampak berhati-hati dalam melakukan aktifitas

masalah :

 Belum bisa miring kanan dan miring kiri


 Belum dapat duduk dan berdiri

kebutuhan :

 kenyamanan
 istirahat yang cukup
 mobilisasi
 terapi obat

III. IDENTIFIKASIH MASALAH POTENSIAL

Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERA

Tidak ada

V. INTERVENSI

Intervensi :beritahu pasien agar perlahan-lahan miring kanan dan miring kiri

Rasional :agar pasien tidak kaku pada daerah pungung belakang

Intervensi :pantau luka operasi .

Rasional :agar mempermudah pasien dalam peyembuhan

Intervensi :berikan terapi sesuai dengan anjuran dokter

Rasional :mengurangi rasa nyeri pada luka operasi.


VI. IMPLEMENTASI

14:00 – timbang terima dari shift pagi dengan shift sore


14:45 – kaji keadaan pasien dan observasi keadaan pasien
15:00 – observasi ttv
TD :120/80 mmhg
RR : 82 x/menit
T/P :36,9 OC/ 20x/menit
15:35 – kaji luka operasi pasien
16:00 – menganjurkan pasien mobilisasi perlahan-lahan
17:00 – pemberian terapi obat
18:00 – menyajikan diet sore pada pasien
19:00 – mengontrol diet pasien
20:00 – observasi ttv
TD :120/80 mmhg
RR : 82 x/menit
T/P :36,7 OC/ 20x/menit
21:00 – menganjurkan pasien istirahat
21:35 –timbang pulang shift sore dengan shift malam

VII. EVALUASI

S: - pasien mengatakan sakit pada bagian luka operasi sudah mulai berkurang

- pasien mengatakan tidak merasa cemas lagi tentang luka operasi karena luka
operasi sudah kering
- Pasien mengatakan sudah dapat bergerak

O: - pasien tampak tidak gelisah dengan adanya luka operasi

- Pasien tampak tenang luka operasi sudah kering


- Pasien tampak sudah dapat miring kanan/kiri

A: Ny.rita umur 50 tahun dengan diagnosa hemoroid

- masalah sudah teratasi sebagian

- kebutuhan : - rasa kenyamanan

- Ibu profen 3x1

P : - pantau keadaan pasien

- pantau luka operasi

- pantau TTV pasien

- Pantau pola aktivitas


- kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

You might also like