You are on page 1of 8

FISIOLOGI KEHAMILAN

A. Pembuahan dan Nidasi

Ovum dilingkari oleh zona pellusida. Di luar zona pellusida ini ditemukan sel – sel korona
radiate, dan di dalamnya terdapat ruang perivitellina, tempat benda – benda kutub. Bahan –
bahan dari sel – sel korona radiate dapat disalurkan ke ovum melalui saluran halus di zona
pellusida. Jumlah sel – sel korona radiate di dalam perjalanan ovum di ampulla tuba makin
berkurang, hingga ovum hanya dilingkari oleh zona pellusida pada waktu berada dekat pada
perbatasan ampulla dan ismus tuba, tempat pembuahan umumnya terjadi. Hanya satu
spermatozoon yang telah mengalami proses kapasitasi, dapat melintasi zona pellusida masuk ke
vitellus. Sesudah itu zona pellusida segera mengalami perubahan dan mempunyai sifat tidak
dapat dilintasi lagi oleh spermatozoon lain. Spermatozoon yang telah masuk ke vitellus
kehilangan membrane nukleusnya; yang tinggal hanya pronukleusnya. Masuknya spermatozoon
ke dalam vitellus membangkitkan nucleus ovum yang masih dalam metaphase untuk pembelahan
– pembelahannya. Sesudah anaphase kemudian timbul telofase, dan benda kutub (polar body)
kedua menuju ke ruang perivitellina. Ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang
haploid. Pronukleus spermatozoon telah mengandung juga jumlah kromosom yang haploid.

Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat
berlangsung karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Hasil
konsepsi berada dalam stadium morula. Energy untuk pembelahan ini diperoleh dari vitellus,
hingga volume vitellus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Hasil konsepsi
disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisialis tuba dan terus ke arah kavum uteri oleh
arus serta getaran silia pada permukaan sel – sel tuba dan kontraksi tuba. Pada stadium blastula
ini sel – sel yang lebih kecil yang membentuk dinding blastula, akan menjadi trofoblas. Dengan
demikian, blastula diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblas. Trofoblas mempunyai
kemampuan menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan endometrium dalam masa
sekresi, dengan sel – sel desidua. Sel desidua ini besar dan mengandung lebih banyak glikogen
serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Blastula dengan bagian yang mengandung inner cell
mass aktif mudah masuk ke dalam lapisan desidua, dan luka pada desidua kemudian menutup
kembali. Kadang pada saat nidasi yakni masuknya ovum ke dalam endometrium terjadi
perdarahan pada luka desidua (Hartman sign).

Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat pada fundus uteri. Jika
nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut adanya kehamilan.

Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi ke arah kavum uteri disebut desidua kapsularis;
yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis; disitu plasenta
dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain adalah desidua parietalis. Hasil
konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot – jonjot yang dinamakan villi koriales dan berpangkal
pada korion.

Bila nidasi telah terjadi, mulailah diferensiasi sel – sel blastula. Sel – sel yang lebih kecil, yang
dekat pada ruang eksoselom, membentuk entoderm dan yolk sac; sedangkan sel – sel yang lebih
besar menjadi ectoderm dan membentuk ruang amnion. Sel – sel fibroblast mesodermal tumbuh
di sekitar embrio dan melapisi pula sebelah dalam trofoblas. Dengan demikian, terbentuk
chorionic membrane yang kelak menjadi korion.

Selain itu villi korales yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh dan bercabang –
cabang dengan baik, di sini korion disebut korion frondosum. Korion yang berhubungan dengan
desidua kapsularis kurang mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh ke arah kavum
uteri sehingga lambat – laun menghilang; korion yang gundul ini disebut korion laeva.

Dalam tingkat nidasi trofoblas antara lain menghasilkan hormone chorionic gonadotropin.
Produksi hCG meningkat sampai kurang lebih hari ke 60 kehamilan untuk kemudian turun lagi.
Fungsinya adalah mempengaruhi korpus luteum untuk tumbuh terus dan menghasilkan trus
progesterone, sampai plasenta dapat membuat cukup progesterone sendiri. Hormone inilah yang
khas dan menunjukkan seorang wanita hamil.

Pertumbuhan embrio terjadi dari embrional plate yang selanjutnya terdiri atas tiga unsure lapisan
yakni sel – sel ectoderm, mesoderm, dan entoderm. Mesoblas antara ruang amnion dan embrio
menjadi padat, dinamakan body stalk (tali pusat), dan merupakan hubungan antara embrio dan
dinding trofoblas. Di tali pusat terdapat pembuluh – pembuluh darah sehingga ada yang
menamakannya vascular stalk. Di dalam ruang amnion terdapat jaringan lembek, selei Wharton,
yang berfungsi melindungi arteria umbilikales dan vena umbilikales yang berada di tali pusat.
Kedua arteri dan vena tersebut menghubungkan satu system kardiovaskuler janin dibentuk pada
minggu ke 10. Organogenesis diperkirakan selesai pada minggu ke 12, dan disusul oleh masa
fetal dan perinatal.

Seperti telah dijelaskan, trofoblas mempunyai sifat menghancurkan desidua, termasuk spiral
arteries serta vena – vena di dalamnya. Pertumbuhan ini terus berlanjut, sehingga timbul ruangan
– ruangan intervillair di mana villi koriales seolah terapung di antara ruangan tersebut sampai
terbentuknya plasenta.

Darah ibu dan janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion. Plasenta
yang demikian dinamakan plasenta jenis hemokorial. Di sini jelas tidak ada pencampuran darah
antara janin dan ibu. Ada juga sel – sel desidua yang tidak dapat dihancurkan oleh trofoblas dan
sel – sel ini akhirnya membentuk lapisan fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch. Ketika
melahirkan, plasenta terlepas dari endometrium pada lapisan Nitabuch ini.
B. Plasentasi

Plasenta berbentuk bundar dengan diameter 15 -20 cm dan tebal kurang lebih 2,5 cm. beratnya
rata – rata 500 gram. Tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah ; keadaan ini
disebut insersio sentralis. Bila hubungan ini agak ke pinggir, disebut insersio lateralis, dan bila di
pinggir plasenta disebut insersio marginalis. Kadang – kadang tali pusat berada di luar plasenta,
dan berhubungan dengan plasenta melalui selaput janin, jika demikian disebut insersio
velamentosa.

Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan ruang
amnion telah mengisi seluruh cavum uteri. Letak plasenta umumnya di depan atau belakang
dinding uterus, agak ke atas arah fundus uteri.

Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di desidua
basalis. Pada systole darah disemprotkan dengan tekanan 70 – 80 mmHg seperti air mancur ke
dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate. Di tempat – tempat tertentu pada
implantasi plasenta terdapat vena – vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali.
Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan menaik dari 300 ml tiap menit pada
kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu.

Perubahan jonjot –jonjot terjadi selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu
lapisan sinsitium dari villi tidak berubah, akan tetapi dari lapisan sitotrofoblas sel – sel berkurang
dan hanya ditemukan sebagai kelompok – kelompok sel – sel; stroma jonjot menjadi lebih padat,
mengandung fagosit – fagosit, dan pembuluh – pembuluh darahnya menjadi lebih besar dan lebih
mendekati lapisan trofoblas. Pada kehamilan 36 minggu sebagian besar sel – sel sitotrofoblas
tidak ada lagi, akan tetapi antara sirkulasi ibu dan janin selalu ada lapisan trofoblas.
C. Placenta dan Liquor Amnii

Plasenta

 Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal
kurang lebih 2,5 cm. beratnya rata-rata 500 gr.
 Tali pusat berhubungan dengan plasenta ditengah insersio sentralis
 Tali pusat berhubungan dengan plasenta agak ke pinggir insersio lateralis
 Bila dipinggir plasenta insersio marginalis
 Tali pusat berada diluar plasenta, dan hubungan dengan plasenta melalui selaput janin
insersio velamentosa.
 Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan
ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri.
 Letak plasenta umumnya didepan atau dibelakang dinding uterus, agak keatas ke arah
fundus uteri. Hal ini fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas
sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi.
 Fungsi plasenta adalah:
1. Sebagai alat yang memberi makanan pada janin (nutritif).
2. Sebagai alat untuk mengeluarkan bekas metabolisme (ekskresi).
3. Sebagai alat yang memberi zat asam, dan mengeluarkan CO2 (respirasi).
4. Sebagai alat yang membentuk hormone.
5. Sebagai alat menyalurkan pelbagai antibody ke janin.
6. Plasenta juga dapat dilewati kuman-kuman dan obat-obat tertentu.
 Penyaluran zat makanan dan zat lain dari ibu ke janin dan sebaliknya harus melewati
lapisan trofoblas plasenta. Lebih tua kehamilan dan lebih tipis lapisan trofoblas, lebih
muda natrium melintasi lapisan trofoblas. Jika di janin terdapat urea dan asam urat yang
berlebih, maka kelebihan itu dapat lebih mudah disalurkan kepada ibunya. Sebaliknya
dapat terjadi pula zat-zat lain dalam konsentrasi yang jauh lebih tinggi dalam plasma ibu
disalurkan secara aktif dengan system enzim yang kompleks. Sebagian besar zat-zat
tersebut dipecah dahulu kedalam pecahan yang lebih sederhana didalam peredaran ibu
dan baru setelah disinsitium dikembalikan kedalam bentuk aslinya.
 Obatpun disalurkan melintasi plasenta seperti bahan makanan. Kecepatan
penyalurannya tergantung dari mudah atau tidaknya obat tersebut dilarutkan dan juga
dari tebal trofoblas. Makin tua kehamilan makin tipis trofoblasnya, jadi lebih cepat obat
dapat melintasi plasenta.
 Sebagian besar obat-obatan yang diberikan kepada wanita hamil tidak memberikan
khasiat buruk akan tetapi memang ada obat yang benar-benar harus diperhatikan,
misalnya fokomelia akibat pemberian sedativum thalidomide dalam triwulan pertama,
struma pada janin oleh karena pemberian iodium atau propiltiourasil dan kelainan
bawaan berat karena pemberian obat antagonis asam folik.
 Sebaliknya, bila tidak perlu benar, janganlah memberikan obat terutama pada masa
tumbuhnya mudigah dan organogenesis sampai kehamilan 12 minggu. Sebagian besar
obat yang dipakai diklinik dapat melintasi plasenta kecuali suksinilkolin dan kurare
yang lamban melewati plasenta. Tetrasiklin untuk mengobati infeksi pada wanita hamil
mengakibatkan gigi bayi yang sedang tumbuh berwarna lain (kuning) dan juga
mempengaruhi tumbuhnya tulang-tulang yang panjang. Streptomisin bekerja toksik
terhadap janin dan menimbulkan tuli. Sulfonamida dapat mengubah metabolisme
bilirubin sehingga kemungkinan timbulnya kernicterus lebih besar.
 Plasenta adalah tempat pembuatan hormon-hormon yaitu korionik gonadotropin,
korionik somato-mammotropin (placental lactogen), esterogen dan progesterone.
Hormone yang khas untuk kehamilan ini dibentuk oleh trofoblas. Dengan lebih tuanya
kehamilan, trofoblas membentuk lebih banyak jonjot dalam hal ini produksi dan
ekskresi hCG meningkat pula. Fungsi hCG adalah mempertahankan korpus luteum yang
membuat esterogen dan progesterone sampai saat plasenta terbentuk sepenuhnya dan
dapat membuat sendiri cukup esterogen dan progesterone.

Likuor Amnii

 Volume likuor amnii pada hamil cukup bulan 1000-1500 ml, warna putih, agak keruh,
agak amis dan manis. Berat jenis cairan ini 1,008, terdiri dari 98% air, sisanya terdiri
atas garam anorganik dan garam organik. Protein ditemukan rata-rata 2,6% g per liter,
sebagian besar sebagai albumin.
 Dalam likuor amnii ini terdapat rambut lanugo (rambut halus yang berasal dari bayi),
sel-sel epitel, dan verniks kaseosa (lemak yang meliputi kulit bayi).
 Terdapatnya lesitin dan sfingomielin penting untuk mengetahui apakah janin
mempunyai paru-paru yang sudah siap untuk berfungsi. Dengan peningkatan kadar
lesitin permukaan alveolus paru-paru diliputi oleh surfaktan dan merupakan syarat
untuk berkembangnya paru-paru dan untuk bernapas.
 Kadang-kadang pada partus, warna air ketuban ini menjadi kehijau-hijauan karena
tercampur oleh mekonium (kotoran pertama yang dikeluarkan bayi dan yang
mengandung empedu). Berat jenis likuor menurun dengan tuanya kehamilan (1,025
1,010).
 Likuor aminii digunakan untuk pembuatan diagnosis mengenai kelainan atau keadaan
janin, misalnya jenis kelamin janin, golongan darah ABO, janin dalam Rhesus
isoimunisasi, apakah janin cukup bulan, adanya macam-macam kelainan genetic, dll.
 Untuk membuat diagnosis, umumnya dipakai sel-sel yang terdapat dalam likuor amnii
dengan melakukan amniosentesis. Amniosentesis ini sering dilakukan melalui perut
(transabdominal), umumnya pada kehamilan minggu ke 14-16. Bila amniosentesis
dilakukan lebih dini, maka resiko terjadinya abortus lebih tinggi. Amniosentesis ini
dapat menimbulkan trauma pada janin, plasenta, percampuran darah antara janin dan
ibu dengan kemungkinan sensitisasi, dan abortus, meskipun komplikasi ini jarang
terjadi.
 Dengan ultrasonografi ditentukan sebelumnya letak plasenta, untuk menghindarkan
plasenta ditembus dan pungsi melalui plasenta dapat menimbulkan perdarahan dan
pencemaran likuor amnii oleh darah.
 Fungsi air ketuban yaitu:
1. Melindungi janin terhadap trauma dari luar.
2. Memungkinkan janin bergerak dengan bebas.
3. Melindungi suhu tubuh janin.
4. Meratakan tekanan didalam uterus pada partus sehingga serviks membuka.
5. Membersihkan jalan lahir jika ketuban pecah dengan cairan steril, dan mempengaruhi
keadaan di dalam vagina sehingga bayi kurang mengalami infeksi.

You might also like