You are on page 1of 21

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 2

BAB I..................................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN ................................................................................................................. 3

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 4

C. Tujuan ................................................................................................................................... 4

BAB II ................................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN.................................................................................................................... 5

1. Apa yang Dimaksud Permasalahan Penelitian, dan Mengapa itu Penting? ................. 5

2. Apa Beda Permasalahan Penelitian dengan Bagian Penelitian Lainnya? ........................ 6

3. Apakah Permasalahan Penelitian Dapat dan Seharusnya Diteliti? ................................... 8

4. Apa Perbedaan Antara Penelitian Permasalahan Penelitian Kuantitatif dan Penelitian


Kualitatif Berdasarkan Permasalahan Penelitian .................................................................. 11

5. Bagaimana Cara Menulis Bagian “Pernyataan tentang Permasalahan” ........................ 12

6. Apa Saja Strategi untuk Menulis Bagian “Pernyataan tentang Permasalahan” ........ 16

7. Think Aloud Tentang Menulis Pernyataan Tentang Permasalahan ............................ 17

BAB III ................................................................................................................................ 19

PENUTUP ........................................................................................................................... 19

A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 19

B. Saran .................................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 21

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan bedah buku yang berjudul Education Research
Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research.
Kami membahas khusus pada chapter 3 dengan judul “Identifying a Research Problem”
yang diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Metodologi
Penelitian.
Besar harapan kami jika makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan bagi kami maupun pembaca mengenai Identifying a
Research Problem.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari
kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari pihak
pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini mampu memberi manfaat bagi penulis dan pembaca. Terimakasih.

Medan, 18 Februari 2018

KELOMPOK 3

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dianugerahi oleh Tuhan sesuatu yang sangat khusus dibandingkan makhluk
lainnya, yakni akal. Akal membuat manusia berbeda dengan makhluk lain yang tidak
diberi akal oleh Tuhan. Anugerah Tuhan berupa akal membuat manusia dapat berpikir
secara cerdas dan kritis sehingga dapat memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya.
Pemanfaatan sumber daya yang ada di lingkungan oleh manusia merupakan hasil
proses berpikir manusia dengan memanfaatkan akal yang diberikan oleh Tuhan. Proses
berpikir yang dilakukan oleh manusia terjadi karena adanya rasa ingin tahu manusia
terhadap sesuatu. Sejak baru dilahirkan ke dunia, manusia telah memiliki rasa ingin tahu
walaupun terbatas pada alat gerak yang dimiliki. Salah satunya adalah fase oral di mana
manusia yang baru lahir kerap memasukkan apapun ke dalam mulut. Hal tersebut
menunjukkan bahwa manusia ketika baru lahir telah memiliki rasa ingin tahu, dalam hal
ini memanfaatkan mulutnya untuk menuntaskan rasa ingin tahu yang dimiliki.
Seiring dengan berjalannya waktu, terjadi pertumbuhan dan perkembangan pada
manusia. Tentu saja hal tersebut membuatnya terjadi perubahan manusia, baik secara fisik
maupun pada non fisik. Salah satunya adalah perkembangan kognitifnya. Seiring dengan
terjadinya perkembangan kognitif, manusia normal akan mengalami proses berpikir yang
lebih rumit karena permasalahan yang dihadapi dan harus dipecahkan juga semakin rumit.
Proses berpikir yang terjadi ketika menghadapi masalah sering memunculkan pertanyaan
bagi manusia. Ketika pertanyaan muncul, maka secara otomatis pertanyaan manusia akan
meminta jawaban atau pun pemecahan masalahnya.
Menurut Restu Kartiko (2010: 40), pada dasarnya keingintahuan manusia yang
diawali dengan pertanyaan atau permasalahan dan ingin dicari pemecahannya inilah yang
mendasari adanya penelitian. Berdasarkan pendapat Restu Kartiko dapat diambil
kesimpulan bahwa rasa ingin tahu yang dimiliki manusia adalah penyebab adanya
penelitian yang dilakukan oleh manusia, penelitian sendiri merupakan sebuah upaya dari
manusia untuk menjawab rasa ingin tahu yang dimiliki oleh manusia. Seperti yang
disebutkan sebelumnya, rasa ingin tahu membuat berbagai pertanyaan pada pikiran
manusia yang dianggap menjadi penyebab adanya penelitian. Makalah yang dibuat kali ini
akan membahas permasalahan dan pertanyaan seperti apa yang cocok untuk penelitian
ilmiah.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud permasalahan penelitian, dan mengapa itu penting ?
2. Apa beda permasalahan penelitian dengan bagian penelitian lainnya ?
3. Apakah permasalahan penelitian dapat dan seharusnya diteliti ?
4. Apa perbedaan antara permasalahan penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif ?
5. Bagaimana cara menulis bagian “pernyataan tentang permasalahan” ?
6. Apa saja strategi yang digunakan untuk menulis bagian “pernyataan tentang
permasalahan” ?

C. Tujuan
1. Mendefinisikan dan menjelaskan pentingnya penelitian pendidikan.
2. Membedakan antara permasalahan penelitian dan bagian-bagian proses penelitian
lainnya.
3. Mengidentifikasi kriteria untuk memutuskan apakah suatu oermasalahan dapat
dan seharusnya diteliti.
4. Mendeskripsikan perbedaan permasalahan penelitian kuantitatif dan kualitatif
5. Mempelajari kelima elemen dalam menulis bagian “pernyataan tentang
permasalahan”.
6. Mengidentifikasi strategi yang berguna dalam menulis bagian “pernyataan
tentang permasalahan”.

4
BAB II
PEMBAHASAN

Peneliti memulai penelitian dengan mengidentifikasi permasalahan penelitian yang


perlu mereka tangani. Mereka menulis tentang “permasalahan” ini di bagian pembuka
penelitian mereka dan, dengan demikian memberi alasan kepada Anda sebagai pembaca
mengapa penelitian tersebut penting dan mengapa Anda perlu membaca penelitian mereka.
Bagi peneliti pemula, kesulitan bukan pada mengembangkan jawaban untuk pertanyaan
terhadap suatu masalah, tetapi bagaimana sampai pada pertanyaan tersebut dapat
ditanyakan kepada diri sendiri. Pada kesempatan ini Kami akan membahas tentang
menetapkan permasalahan penelitian dan menempatkannya di sebuah bagian yang
mengintroduksikan penelitian, yaitu bagian “Pernyataan tentang permasalahan”.

1. Apa yang Dimaksud Permasalahan Penelitian, dan Mengapa itu Penting?


Perumusan masalah dalam penelitian merupakan langkah pertama dan langkah paling
penting dalam proses penelitian Melakukan identifikasi dengan jelas “permasalahan” yang
menyebabkan kebutuhan untuk melakukan penelitian dianggap sebagai sesuatu hal yang
menantang dalam penelitian. Permasalahan penelitian adalah masalah, kontroversi, atau
masalah pendidikan yang memedomani kebutuhan untuk melaksanakan suatu penelitian.
Permasalahan penelitian yang baik dapat ditemukan dalam ranah pendidikan kita,
seperti berikut ini:
a. Disgrupsi/gangguan yang disebakna oleh siswa-siswa beresiko di kelas.
b. Meningkatnya kekerasan di kampus.
c. Kurangnya keterlibatan orangtua di sekolah untuk siswa-siswa yang memiliki perilaku
menantang,
Contoh masalah yang disebutkan di atas menyangkut personel di sekolah, di kelas, di
berbagai ranah praktek pendidikan, dan di berbagai arena kebijakan serta di kampus
perguruan tinggi. Penulisan tentang permasalahan penelitian, penulis menyatakan
permasalahan kalimat tunggal sebagai atau beberapa kalimat dalam laporan penelitian.
Untuk menemukan permasalahan dalam suatu penelitian, peneliti hendaknya menanyakan
beberapa pertanyaan di bawah ini kepada dirinya sendiri:
a. Apa isu, masalah, atau kontroversi yang ingin ditangani?
b. Apa kontroversi yang memunculkan kebutuhan untuk melakukan penelitian ini?
c. Apa masalah yang ditangani “dibalik” penelitian?

5
d. Adakah kalimat seperti “Permasalahan yang ditangani dalam penelitian ini adalah.....?
Anda dapat menemukan “permasalahan” dalam pendahuluan penelitian. Permasalahan
itu dimasukkan di bagian yang disebut “pernyataan tentang permasalahan”. Anda dapat
menemukan bagian ini dalam paragraf pendahuluan pembukaan laporan penelitian. Dari
sudut pandang penelitian, menetapkan permasalahan penelitian dalam suatu penelitian itu
penting, karena merupakan persiapan untuk seluruh penelitian. Tanpa mengetahui
permasalahan penelitian, pembaca tidak mengetahui mengapa penelitian itu penting dan
mengapa mereka perlu membaca penelitian itu.

2. Apa Beda Permasalahan Penelitian dengan Bagian Penelitian Lainnya?


Permasalahan penelitian berbeda dengan topik penelitian, maksud atau niat penelitian,
dan pernyataan penelitian. Permasalahan penelitian perlu dibedakan dan diakui sebagai
langkah yang berbeda karena merepresentasikan permasalahan yang ditangani dalam
penelitian. Berikut perbedaan permasalahan penelitian dengan bagianbagian penelitian
yang lain:
a. Topik penelitian
Subjek luas yang ditangani oleh penelitian. Sebagai contoh, Maria meneliti kepemilikan
senjata api oleh siswa di sekolah.
b. Permasalahan Penelitian
Isu, masalah, atau kontroversi pendidikan yang bersifat umum yang ditangani dalam
penelitian, yang mempersempit topiknya. Permasalahan yang ditangani oleh Maria adalah
meningkatnya kekerasan di sekolah yang disebabkan, sebagian, oleh kepemilikan senjata
apai.
c. Maksud Penelitian
Niat atau tujuan utama penelitian yang digunakan untuk menangani permasalahannya.
Maria mungkin menyatakan maksud penelitian seperti ini, “maksud penelitian saya adalah
untuk mengindentifikasi faktor yang mempengaruhi sejauh mana siswa membawa senjata
api di SMA.”
d. Pertanyaan Penelitian
Mempersempit maksud menjadi pertanyaan-pertanyaan yang spesifik yang ingin
dijawab oleh peneliti dalam penelitiannya, Maria mungkin menanyakan, “bagaimana
teman-teman sebaya mempengaruhi siswa untuk mebawa senjata api?
Sebagai contoh adalah seorang peneliti yang memiliki topik penelitian “belajar jarak
jauh”. Peneliti kemudian berusaha untuk mempelajari tentang permasalahan yang

6
berkaitan dengan topik “belajar jarak jauh”, diantaranya adalah “kurangnya siswa yang
mendaftar di kelas-kelas pendidikan jarak jauh”. Setelah mempelajari tentang
permasalahan penelitian yang berkaitan, peneliti kemudian merumuskan kembali
permasalahan penelitian untuk menjadi sebuah pernyataan tentang niat atau maksud
penelitian yang berbunyi, “untuk meneliti mengapa siswa tidak mengikuti kelas
pendidikan jarak jauh di suatu komunitas perkuliahan”. Selanjutnya peneliti melakukan
penyempitan maksud penelitian menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik, salah
satu contohnya adalah “apakah penggunaan teknologi website di kelas mencegah siswa
untuk mendaftar di kelas pendidikan jarak jauh?”.
Melihat perbedaan yang telah dipaparkan di atas, dapat dilihat bahwa setiap bagian
dalam penelitian adalah berbeda terkait dengan keluasan, mulai dari yang paling luas,
yakni topik penelitian hingga yang paling sempit atau spesifik, yakni pertanyaan
penelitian. Untuk membantu pembaca melihat isunya dengan jelas, perhatikan gambar
berikut

Salah satu kesalahan yang lazim yang kerap terjadi adalah menyatakan permasalahan
penelitian sebagai maksud penelitian atau sebagai pernyataan penelitian. Berikut adalah
contoh bahwa peneliti dapat membentuk suatu maksud atau pertanyaan penelitian sebagai
suatu permasalahan penelitian:

7
1. Model yang buruk
Peneliti bermaksud untuk menuliskan tentang permasalahan penelitian, namun alih-
alih peneliti malah mengidentifikasi pernyataan penelitian; “maksud penelitian ini adalah
untuk menelaah pendidikan perempuan di negara-negara Dunia Ketiga”.
2. Model yang lebih baik
Merevisinya sebagai permasalahan penelitian; “Perempuan di negara-negara Dunia
Ketiga dilarang masuk universitas atau kuliah karena norma patriarkat berorientasi-
kultural masyarakatnya.
3. Model yang buruk
Peneliti bermaksud untu menuliskan tentang permasalahan penelitian, namun alih-alih
peneliti malah mengidentifikasi pertanyaan penelitian “Faktor-faktor apa yang
memengaruhi rindu rumah mahasiswa?”.
4. Model yang lebih baik
Merevisinya sebagai permasalahan penelitian; “ Rindu rumah adalah salah satu
masalah utama di kampus-kampus perguruan tinggi saat ini. Ketika mahasiswa rindu
rumah, mereka meninggalkan sekolah atau mulai membolos, yang mengakibatkan
pengurangan mahasiswa atau prestasi buruk di kelas selama semester pertama di
perguruan tinggi.

3. Apakah Permasalahan Penelitian Dapat dan Seharusnya Diteliti?


Seorang peneliti baru dapat meneliti sebuah permasalahan jika memiliki akses ke
partisipan dan tempat penelitian, maupun waktu, sumber daya, dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian. Permasalahan patut diteliti jika memiliki
potensi untuk memberikan kontribusi pada pengetahuan pendidikan atau menambah
efektivitas praktek. Berikut penjelasan beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum
melakukan penelitian setelah menemukan permasalahan :

a. Akses orang dan tempat


Sebelum meneliti suatu permasalahan, peneliti perlu mendapatkan izin untuk
memasuki suatu tempat dan untuk melibatkan orang di lokasi penelitian (misalnya, akses
ke sekolah dasar untuk meneliti anak-anak di bawah umur). Akses ini sering membutuhkan
persetujuan bertingkat-tingkat dari sekolah, seperyi administrator distrik, kepala sekolah,
guru, orangtua, dan siswa. Di samping itu, proyek yang dilaksanakan oleh lembaga
pendidikan yang menerima dana federal (kebanyakan kampus dan universitas) perlu

8
mendapatkan persetujuan institusi untuk memastikan bahwa peneliti melindungi hak-hak
partisipan. Kemampuan untuk mendapatkan akses ke orang dan tempat dapat membantu
menentu apakah permasalahan dapat diteliti.

b. Waktu, Sumber daya, dan Keterampilan


Jika peneliti telah mendapatkan izin dari partisipan dan tempat yang dibutuhkan untuk
penelitian, selanjutnya kemampuan peneliti untuk meneliti permasalahan juga tergantung
beberapa hal, yakni :
1) Waktu
Ketika merencanakan suatu penelitian, peneliti seharusnya mengantisipasi waktu yang
dibutuhkan untuk pengumpulan data dan analisis data. Penelitian kualitatif biasanya
membutuhkan lebih banyak waktu dibanding penelitian kuantitatif karena proses
pengumpulan data yang lama di tempat penelitian dan proses menganalisis kalimat dan
kata yang terperinci. Terlepas dari pendekatan yang digunakan, peneliti dapat mengukur
banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk pengumpulan data dengan menelaah penelitian
serupa, mengontak penelitinya, dan bertanya kepada peneliti yang lebih berpengalaman.
Selanjutnya peneliti mengembangkan timeline untuk penelitian yang membantu apakah
peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan waktu yang tersedia.
2) Sumber daya
Peneliti membutuhkan sumber daya seperti dana untuk peralatan, untuk partisipan,
dan untuk individu yang mentraskripsi wawancara. Peneliti perlu membuat anggaran dan
mendapatkan saran dari pengalaman lain yang berpengalaman tentang apakah pengeluaran
yang diperkirakan realistis. Sumber daya lain mungkin diperlukan juga, seperti label surat,
ongkos kirim, program statistik, atau perangkat audiovisual. Bergantung kebutuhan
sumber daya ini, peneliti mungkin perlu membatasi cakupan proyek, mengeksplorasi
pendanaan yng tersedi untuk mendukung proyek, atau meneliti proyek secara bertahap
sesuai ketersediaan dana.
3) Keterampilan
Keterampilan peneliti juga mempengaruhi asesmen secara keseluruhan apakah
penelitian tentang suatu penelitian realistis. Peneliti perlu mendapatkan keterampilan
penelitian tertentu agar dapat meneliti suatu permasalahan secara efektif. Keterampilan
yang dimiliki oleh peneliti bisa didapatkan melalui kuliah, pelatihan, dan pengalaman
penelitian sebelumnya. Bagi mereka yang terlibat dalam penelitian kualitatif harus
memiliki keterampilan menggunakan komputer, menerapkan program statistik, atau

9
membuat label untuk menyajikan informasi. Keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan
untuk peneliti kualitatif terdiri atas kemampuan untuk menulis cerita yang terperinci,
menyintesis informasi menjadi tema-tema luas, dan menggunakan program komputer
untuk memasukkan dan menganalisis kata-kata dari partisipan dalam penelitian.

c. Kontribusi penelitian
Salah satu jawaban positif untuk menjawab pertanyaan, “apakah permasalahan
penelitian seharusnya diteliti?” terletak pada apakah penelitian yang dilakukan akan
memberikan kontribusi terhadap pengetahuan dan praktek. Kontribusi pengetahuan yang
dimaksud adalah kontribusi secara keilmuan, penelitian yang dilakukan menghasilkan
metode, teori, dan konsep baru terhadap suatu masalah. Sedangkan kontribusi secara
praktek adalah kontribusi nyata yang bisa bermanfaaat secara langsung bagi orang lain.
Berikut adalah lima cara untuk mengetahui apakah permasalahan yang dimiliki layak
untuk diteliti:
1) Jika penelitian yang akan dilakukan mengisi celah atau kekosongan dalam
kepustakaan yang sudah ada. Suatu penelitian mengisi kekosongan dengan
mencangkup topiktopik yang belum ditangani dalam kepustakaan yang sudah
dipublikasikan. Contohnya, anggap saja seornag peneliti menelaah kepustakaan
tentang iklim etis di kampus-kampus perguruan tinggi dan menemukan bahwa
penelitian terdahulu telah menelaah persepsi mahasiswa, tetapi belum menelaah
persepsi dosen. Hal ini merupakan suatu kekosongan, atau celah, dalam penelitian
tentang masalah ini. Melaksanakan penelitian tentang persepsi dosen tentang iklim etis
akan menangani topik yang belum diteliti dalam kepustakaan yang saat ini ada.
2) Jika penelitian yang akan dilakukan mereplikasi penelitian terdahu, namun menelaah
partisipan yang berbeda dan tempat penelitian yang berbeda. Nilai suatu penelitian
akan bertambah jika hasilnya dapat berlaku luas ke banyak orang dan tempat,
sehingga bukan hanya ranah di mana penelitian berawal. Tipe penelitian ini sangat
penting dalam eksperimen kuantitatif. Dalam penelitian kuantitatif tentang iklim etis,
sebagai contoh, penelitian terdahulu yang dilaksanakan di kampus seni liberal dapat
diuji atau direplikasi ke tempat lain, misalnya komunitas kampus atau universitas riset
besar. Informasi yang dihasilkan oleh penelitian akan memberikan pengetahuan baru.
3) Jika penelitian yang akan dilakukan memperluas penelitian terdahulu atau menelaah
topiknya secara lebih seksama. Suatu permasalahan penelitian yang baik untuk diteliti
adalah permasalahan yang diperluas penelitiannya ke dalam topik atau bidang baru

10
atau sekedar melaksanakan penelitian lagi di tingkat yang lebih mendalam dan lebih
seksama untuk memahami topi tersebut. Contohnya adalah tentang iklim etis,
meskipun sebelumnya sudah ada penelitian tentang iklim etis, penelitian yang akan
dilakukan perlu diperluas ke suatu situasi yang siswanya sedang menjalani ujian
karena menjalani ujian menyodorkan banyak dilema etis bagi siswa. Dengan cara ini,
peneliti memperluas penelitian ke topi-topik baru. Perluasan ini berbeda dengan
replikasi karena peneliti memperluas penelitian ke topik-topik, bukan ke partisipan
dan tempat penelitian.
4) Jika penelitian yang akan dilakukan memberikan suara kepada orang yang tidak
boleh bersuara, tidak didengarkan, atau ditolak di masyarakat. Penelitian yang akan
dilakukan menambahkan pengetahuan dengan mempresentasikan ide dan kata kaum
yang termajinalkan. Contohnya, meskipun penelitian terdahulu tentang iklim etis telah
menangani para mahasiswa di kampus yang didominasi kulit putih, kita beelum
mendengar suara orang Amerika-Asli tentang topik ini. Penelitian semacam ini akan
melaporkan dan memberikan suara pada oranh Amerika-Asli.
5) Jika penelitian yang akan dilakukan memberikan informasi praktis. Penelitian yang
akan dilakukan memungkinkan identifikasi teknik atau teknologi baru, pengakuan atas
nilai praktik historis atau praktik yang sekarang berlangsung, atau perlunya mengubah
praktik yang sekarang. Individu yang mendapatkan manfaat dari pengetahuan praktis
diantaranya adalah pembuat kebijakan, guru, atau pelajar. Contohnya, suatu penelitian
tentang masalah etis di collage mungkin akan menghasilkan suatu kode kehormatan
baru, kebijakan baru tentang berbuat curang dalam ujian, atau pendekatan baru untuk
mengadministrasikan tes.

4. Apa Perbedaan Antara Penelitian Permasalahan Penelitian Kuantitatif dan


Penelitian Kualitatif Berdasarkan Permasalahan Penelitian
Setelah mengidentifikasi permasalahan penelitian, peneliti kemudian mengidentifikasi
apakah penelitian yang akan dilakukan lebih cocok menggunakan pendekatan kuantitatif
atau kualitatif. Kedua pendekatan penelitian tersebut memiliki perbedaan ciri khusus
esensialnya, maka perlu adanya kesesuaian antara pendekatan dan permasalahan
penelitian.
Penelitian akan cenderung menggunakan penelitian kualitatif jika permasalahan
penelitian mengharuskan:
a. Mempelajari tentang pandangan individu.

11
b. Mengakses proses dari waktu ke waktu.
c. Menghasilkan teori berdasarkan perspektif partisipan,
d. Mendapatkan informasi terperinci tentang beberapa orang atau tempat penelitian.
Penelitian akan cenderung menggunakan penelitian kuantitatif jika permasalahan
penelitian mengharuskan:
a. Mengukur variabel.
b. Mengakses dampak variabel tersebut pada hasil.
c. Menguji teori atau penjelasan luas.
d. Menerapkan hasil pada sejumlah besar orang.

5. Bagaimana Cara Menulis Bagian “Pernyataan tentang Permasalahan”


Setelah mengidentifikasi permasalahan penelitian, menetapkan bahwa permasalahan
tersebut dapat dan seharusnya diteliti, dan menentukan pendekatan penelitian, maka
langkah selanjutnya adalah menulis “pernyataan tentang permasalahan”. Adanya
“pernyataan tentang permasalahan” pada penelitian berfungsi untuk mengenalkan kepada
pembaca penelitian tentang apa yang akan diteliti oleh peneliti. Ketertarikan pembaca
penelitian terhadap suatu penelitian akan ditentukan oleh kalimat yang berisi “pernyataan
tentang permasalahan”
Terdapat lima aspek yang harus diperhatikan dalam membuat “pernyataan
permasalahan penelitian” yaitu:

a. Topik
Kalimat pembuka “pernyataan tentang permasalahan” penelitian perlu mendorong
pembaca penelitian untuk terus membaca, untuk meningkatkan ketertarikan pada
penelitian tersebut, dan memberikan kerangka acuan awal dalam memahami topik
penelitian secara keseluruhan.
Harus dipahami bahwa ketika peneliti memasuki penelitian, peneliti masuk dengan ide
yang umum dan mudah dimengerti oleh kebanyakan pembaca penelitian. Contohnya
adalah ketika peneliti memulai suatu penelitian dengan diskusi topik dengan komentar
terhadap plagiarisme di kampus. Langkah yang dilakukan oleh peneliti tersebut dapat
membuat peneliti kehilangan pembaca pada awal penelitian karena topik yang diangkat
pada bagian pernyataan tentang permasalahan penelitian. Sebaiknya peneliti dapat
memulai dengan diskusi ringan, misalnya mengenai ketidakjujuran di kampus dan nilai-
nilai yang dipelajari di kampus.

12
Peneliti dapat menggunakan narative hook (pengait naratif untuk menarik pembaca
penelitian. Pengait naratif yang baik memiliki ciri khusus, yakni membuat pembaca
memperhatikan, memunculkan respon emosional atau repon sikap, membangkitkan
ketertarikan, dan mendorong pembaca untuk terus membaca. Berikut beberapa tipe
informasi yang bisa menjadi pengait naratif dalam pernyataan tentang permasalahan
penelitian:
1. Data statistik, misalnya “Lebih dari 50% populasi dewasa saat ini mengalami depresi.”
2. Pertanyaan yang provokatif, misalnya “Mengapa kebijakan sekolah yang melarang
merokok di SMA tidak ditegakkan?”
3. Kebutuhan yang jelas untuk melaksanakan penelitian, misalnya “Penskorsan oleh
sekolah menarik semakin banyak perhatian kalangan sarjana bidang pendidikan guru.”
4. Niat atau maksud peelitian, misalnya “Maksud penelitian ini adalah untuk menelaah
bagaimana bagaimana klien menafsirkan hubungan terapis-klien.”
Beberapa tipe informasi yang dapat dijadikan pengait naratif yang dapat menarik
minat pembaca penelitian tersebut dapat digunakanan secara bersamaan. Intinya adalah
penelitian dimulai dengan pengenalan suatu topik yang dapat dipahami dengan mudah oleh
pembaca dengan kalimat pertama yang membangkitkan minat baca pembaca.

b. Permasalahan Penelitian
Setelah menjabarkan topik penelitian secara umum, peneliti mulai mempersempit
topik permasalahan yang akan diangkat secara spesifik. Seperti yang telah dibahas
sebelumnya, permasalahan penilitian adalah isu, masalah, atau kontroversi yang diteliti.
Peneliti dapat menyuguhkan permasalahan penelitian sebagai kalimat tunggal atau
beberapa kalimat pendek. Kadang-kadang permasalahan dapat berasal dari isu atau
masalah yang ditemukan di sekolah atau ranah lainnya.
Sebagai contoh dapat dilihat pada masalah praktis dalam permasalahan penelitian
tentang kebijakan China terhadap keluarga beranak tunggal di bawah ini:
“Sejak akhir tahun 1970-an kebijakan anak tunggal telah diimplementasikan oleh
pemerintah China untuk mengendalikan populasi terbesar di dunia. Aborsi selektif untuk
memilih anak laki-laki mau tak mau dapat membuat distribusi gender China condong, dan
ini jelas dilarang oleh pemerintah. Akibatnya, meskipun anak laki-laki dinilai lebih tinggi
dibanding anak perempuan dalam budaya China, banyak orangtua akhirnya mempunyai
anak tunggal perempuan (Wang dan Staver, 1997, hlm. 253)”.

13
Berdasarkan paragraf di atas dapat dilihat bahwa permasalahan praktis di dalam
penelitian adalah anak laki-laki dinilai lebih tinggi dibanding anak perempuan dan
kebijakan itu mengendalikan orang dalam populasi. Beberapa penelitian lain,
“permasalahan penelitian didasarkan pada kebutuhan akan penelitian lebih lanjut karena
adanya celah atau karena perlunya memperluas penelitian ke bidang lain. Atau dapat juga
didasarkan pada bukti yang saling bertentangan dalam kepustakaan. Biasanya tipe
“permasalahan penelitian” ini disebut dengan “permasalahan penelitian berbasis
penelitian.” Contoh singkat “permasalahan penelitian berbasis penelitian” dapat dilihat di
bawah ini:
“Meskipun keyakinan guru tentang praktik dengan anak-anak yang masih muda yang
sesuai dengan perkembangan maupun orientasi teoritis guru tentang penganjuran
membaca awal sudah diteliti, namun tidak ada penelitian yang menghubungkan kedua
bidang tersebut. (Ketner, Smith, dan Parnell, 1997, hlm. 212)”

c. Justifikasi tentang pentingnya permasalahan


Menyatakan permasalahan atau isu pada suatu penelitian tidaklah cukup. Peneliti juga
perlu memberikan beberapa alasan yang menjelaskan mengapa permasalahan yang
diangkat pada suatu penelitian dianggap penting. Menjustifikasi permasalahan penelitian
berarti menyajikan alasan untuk pentingnya meneliti isu atau masalah. Justifikasi yang
dilakukan peneliti terjadi dalam beberapa paragraf pada bagian pendahuluan yang
memberikan bukti dokumentasi bahwa penelitian yang dilakukan penting. Justifikasi
permasalahan penelitian dapat dilakukan dengan cara:
1. Justifikasi dalam Kepustakaan yang Didasarkan pada Penelitian dan Pakar Lain
Mengutip penelitian lain yang sudah pernah dilakukan, namun membutuhkan
penelitian lebih lanjut. Penulis makalah konferensi, sinstesis penelitian, dan ensiklopedia
merupakan beberapa pihak yang dapat menjadi tujuan untuk mencari petunjuk terhadap
justifikasi terhadap permasalahan penelitian. Minimal peneliti dapat mencari referensi
kepustakaan terkait dengan permasalahan penelitian yang butuh diteliti lebih lanjut.
Contohnya

2. Justifikasi yang Didasarkan pada Pengalaman di Tempat Kerja atau Pengalaman


Pribadi
Peneliti dapat melakukan justifikasi permasalahan penelitian berdasarkan bukti-bukti
yang ada pada tempat kerja atau dari pengalaman pribadi. Contohnya pembuat kebijakan

14
perlu memutuskan untuk mengamanatkan standar asesmen negara bagian atau, atau kepala
sekolah dan guru harus mengembangkan pendekatan untuk disiplin di kelas. Terkait erat
dengan hal ini adalah pengalaman pribadi dalam kehidupan kita yang merupakan sumber
masalah yang dapat diteliti. Pengalaman pribadi mungkin timbul dari pengalaman pribadi
intens di sekolah atau pengalaman pada masa kanak-kanak.

d. Defisiensi Dalam Pengetahuan Kita


Di bagian pernyataan tentang permasalahan anda selanjutnya perlu merangkum
bagaimana keadaan defisiensi/kekurangan pengetahuan saat ini baik dari penelitian atau
praktik. Meskipun defisiensi dalam kepustakaan mungkin merupakan bagian dari
justifikasi untuk permasalahan penelitian, ada gunanya untuk menyebutkan beberapa
defisiensi dalam kepustakaan atau praktik yang sudah ada. Defisiensi dalam bukti berarti
bahwa kepustakaan dahulu atau pengalaman praktis peneliti tidak menangani
permasalahan penelitian itu secara adekuat. Contohnya adalah defisiensi dalam penelitian
memunculkan kebutuhan untuk memperluas penelitian, mereplikasi penelitian,
mengeksplorasi topik, mengangkat suara kaum marjinal, atau menambahkan dalam
praktik.

e. Audiensi (Pembaca)
Audiensi dibagian pernyataan tentang permasalahan perlu di identfikasi. Hal ini terdiri
atas individu dan kelompok yang akan membaca dan secara potensial mendapatkan
manfaat dari informasi yang disediakan dalam penelitian. Para audiensi ini akan bervariasi
tergantung sifat penelitian, tetapi beberapa audiensi yang sering dipertimbangkan oleh
pendidik termasuk peneliti, praktisi, pembuat kebijakan dan individu yang berpartisivasi
dalam penelitian. Ketika peneliti memasukan komentar tentang pentingnya penelitian bagi
berbagai audiensi, mereka juga mengingatkan dirinya tentang perlunya melaporkan hasil
yang bermanfaat. Seorang peneliti, misalnya, dalam mengakhiri bagian pendahuluan,
memberi komentar tentang pentingnya penelitian tersebut dari sisi administrator sekolah:
“Dengan mengeksplorasi keperluan akan trainer untuk atlit (athletic trainer) di sekolah
menengah, para administrator sekolah bisa mengidentifikasi isu-isu potensial yang
muncul ketika trainer tidak ada, dan coach (pelatih) bisa memahami lebih baik kondisi di
mana para pelatih sangat diperlukan pada even-even atletik.”
Sebagaimana diilustrasikan oleh contoh, para peneliti sering merinci berbagai
audiensi. Penggalan tulisan seperti ini biasanya ditemui pada penghujung bagian

15
pendahuluan dan menjelaskan pentingnya penanganan masalahnya bagi masing-masing
audience. Seperti halnya narrative hook, informasi seperti ini akan menarik minat
pembaca terhadap penelitian tersebut dan akan menyentuh si pembaca secara pribadi
sehingga mereka akan melihatnya sebagai informasi yang secara potensial berguna.
Apabila si peneliti menyertainya dengan komentar tentang pentingnya penelitian bagi si
audience, maka si peneliti akan tetap mengingatkan diri mereka perlunya melaporkan
hasil-hasil yang bermanfaat.

6. Apa Saja Strategi untuk Menulis Bagian “Pernyataan tentang Permasalahan”


Menuliskan bagian pendahuluan atau “pernyataan tentang permasalahan” sebagai
wacana pembuka dalam sebuah laporan penelitian, sama halnya dengan membangun
sebuah kerangka bagi para pembaca untuk memahami proyek yang anda lakukan dan
untuk memberikan apresiasi terhadap orientasi laporan penelitian. Beberapa strategi
menulis yang mungkin bisa membantu:
a. Template
Salah satu strategi yang dapat digunakan saat kita menulis bagian pernyataan tentang
permasalahan adalah dengan memvisualisasikan bagian ini sebagai lima paragraf, yang
masing-masing paragrafnya menangani salah satu diantara kelima aspek bagian ini. Ambil
bagian bagian secara berurutan dimulai dengan topik, permasalahan penelitian, justifikasi,
defisiensi, dan audiensi. Aliran ide dimulai dari topik kepermasalahan dan justifikasinya
serta defisiensi yang, bila diteliti, akan membantu para audiensi (pembaca) tertentu.
Contohnya sebagai berikut:

Topik Permasalahan Justifikasi Defisiensi Audeinsi

Bidang Masalah Bukti Bukti yang hilang Manfaat


subjek

Contoh

Peran orangtua Kebutuhan Kepustakaan Kita perlu Orangtua dapat


meningkatkan akan akses terdahulu mengevaluasi mengakses
akses ke yang lebih baik mendokume- bagaimana perannya
perguruan untuk ntasikan orangtua dapat dengan lebih
tinggi untuk mahasiswa keikutsertaan meningkatkan baik dan
mahasiswa kulit berwarna yang buruk akses konselor dapat
melibatkan
orangtua
b. Strategi M

16
b. Strategi Menulis Lainnya
Strategi menulis lainnya adalah sering menggunakan acuan kepustakaan disepanjang
bagian pendahuluan. Banyak acuan menambahkan nada ilmiah pada tulisan dan
memberikan bukti dari orang lain dan bukan menyadarkan diri pada pendapat pribadi
sendiri. Penggunaan refrensi atau acuan dalam penelitian akan membangun kredibilitas
untuk karya anda.
Strategi ketiga adalah memberikan refrensi dari tren tren statistik untuk mendukung
pentingnya meneliti permasalahan penelitian.
Strategi menulis lainnya adalah menggunakan kutipan dari pada partisipan dalam studi
atau dari catatan yang didapatkan dari mengamati dari partisipan untuk memulai introduksi
pernyataan dari permasalahan. Pendekatan ini populer dan sering digunakan dalam
penelitian kualitatif. Berhati-hatilah menggunakan kutipan ini karena pembaca mungkin
tidak mengekstraksi makna yang sama dari kutipan seperti yang diekstraksi oleh peneliti.

7. Think Aloud Tentang Menulis Pernyataan Tentang Permasalahan


Saya akan mencontohkan bagaimana saya menuliskan “rumusan masalah
penelitian” untuk mengilustrasikan secara actual praktek penelitian. Pendekatan saya
menerapkan model ‘lima unsur” tidak peduli apakah penelitiannya bersifat kuantitatif
ataukah kualitatif. Walaupun demikian, pengamatan secara cermat akan memperlihatkan
kepada kita adanya perbedaan penekanan. Dalam penelitian kuantitatif, penekanannya
diletakkan pada kebutuhan akan eksplanatori (menjelaskan outcome), sedangkan dalam
penelitian kualitatif, penekannya diletakkan pada penelusuran sebuah proses, peristiwa,
atau fenomena.
Bagian pendahuluan saya mulai dari pembicaraan secara umum tentang topik
penelitian. Saya mencoba menampilkan kalimat pertama sebagai “narrative hook” yang
baik. Sehingga para pembaca akan terdorong untuk membaca laporan tersebut. Penulisan
kalimat pertama susah sekali, saya berkali-kali melakukan revisi terhadap draft sebelum
saya sendiri merasa puas. Kalimat tersebut berbicara tentang sesuatu yang bersifat umum,
tidak memakan waktu yang banyak, dan mudah dipahami. Dalam benak saya ada sejumlah
mahasiswa dengan berbagai latar belakang dan jurusan; saya harus berusaha agar mereka
bisa memahami dan terpancing pada kalimat pertama saya. Ketika saya menuliskan
kalimat pertama tersebut saya harus mencamkan dalam benak saya bahwa audience saya
terdiri dari bermacam ragam kelompok.

17
Seperti saya katakan sebelumnya, paragraf pembuka perlu ditulis secara hati-hati agar
para pembaca tersentuh. Analogi saya adalah “turunkan timba ke dalam sumur agar air
mudah masuk”. Saya berharap agar timba tadi turun ke bawah secara pelan-pelan
ketimbang menjatuhkannya secara tiba-tiba ke kedalaman sumur. Dengan contoh seperti
dalam pikiran, saya perkenalkanlah penelitian saya pada paragraf pertama dan kedua ini
dan memfokuskan perhatian para pembaca pada satu bidang kajian dan pada apa urgensi
utamanya dalam pendidikan.
Dengan topik apapun, beberapa isu bisa jadi muncul. Beberapa diantaranya muncul
dari pengalaman pribadi saya di sekolah atau dari tinjauan kepusatakaan tentang penelitian
terdahulu tentang topic tersebut. Sewaktu membaca artikel-artikel (terutama yang terdapat
dalam jurnal) tentang topik, saya terbuka saja pada isu-isu yang perlu diteliti, dan paling
tertarik pada isu-isu spesifik yang disarankan oleh peneliti-peneliti lain untuk diteliti. Isu-
isu ini biasanya terdapat pada bagian agenda penelitian di masa datang pada bagian
kesimpulan dari artikel-artikel tersebut. Saya sering membuat daftar untuk saran-saran
penelitian di masa datang pada sebuah kertas dan kemudian menindaklanjuti satu di
antaranya. Ketika melakukan tinjauan terhadap laporan-laporan penelitian ini, saya
berusaha untuk mengenal lebih jauh para penulis/peneliti yang memang pakar dalam
bidangnya. Mereka merupakan individu-individu yang sering dikutip di dalam penelitian-
penelitian yang dipublikasi atau biasannya merupakan pembicara pada konferensi-
konferensi. Atas dasar kepakarannya, saya sering menghubungi mereka dengen telepon
atau e-mail guna membicarakan usulan penelitian yang sedang saya garap.
Setelah saya memahami tentang masalah penelitian dan mampu memberikan
justifikasi yang memadai melalui bukti-bukti dari literatur, saya pun memulai proses
penulisan bagian pertama dari laporan penelitian saya, “pernyataan permasalahan
penelitian”. Saya mengikuti “model lima unsur” untuk bagian ini, menuangkan gagasan
saya untuk bagian ini, dan kemudian mengecek kelima unsur tersebut. Tujuan saya adalah
menyajikan rasional yang mantap kenapa penelitian tentang masalah ini diperlukan, dan
saya dukung argumentasi saya dengan menggunakan bermacam ragam bentuk bukti. Saya
mengutip referensi secara ekstensif dalam bagian pendahuluan dari laporan penelitian
saya. Untuk menjamin bahwa audiensi memahami pentingnya penelitian ini, saya akhiri
bagian “pernyataan permasalahan penelitian “ ini dengan memberikan pernyataan manfaat
penelitian ini bagi berbagai pihak (audience).

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang kami dapat yaitu :
1. Permasalahan penelitian adalah isu, masalah, kontroversi, atau masalah pendidikan
yang memedomani kebutuhan untuk melaksanakan suatu penelitian. Dari sudut
pandang penelitian, menetapkan permasalahan penelitian dalam suatu penelitian itu
penting, karena merupakan persiapan untuk seluruh penelitian.
2. Permasalahan penelitian berbeda dengan topik penelitian, maksud dan pertanyaan
penelitian. Topik adalah subjek penelitian, pernyataan tentang maksud penelitian
mengemukakan maksud/niat penelitian, dan pertanyaan penelitian memunculkan
pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh peneliti berdasarkan data yang
dikumpulkan dalam penelitian.
3. Sebelum merancang dan menulis tentang permasalahan, peneliti perlu
mempertimbangkan apakah permasalahn itu dapat dan seharusnya diteliti. Peneliti
harus mempunyai akses ke orang dan tempat serta memiliki waktu, sumber daya dan
keterampilan untuk meneliti permasalahan itu. Penelitian tersebut perlu memberikan
kontribusi pada pengetahuan dan praktek.
4. Permasalahan penelitian yang sebaiknya diteliti dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif adalah permasalahan yang perlu menjelaskan isu yang dimaksud,
permasalahan yang sebaiknya ditangani oleh pendekatan kualitatif adalah
permasalahan yang perlu dieksplorasi.
5. Bagian “pernyataan tentang permasalahan” atau pendahuluan penelitian mencakup
lima elemen yaitu topik pendidikan, permaslaahan penelitian, justifikasi untuk
permasalahan yang didasarkan pada penelitian dan praktik terdahulu, defisiasi atau
kekurangan penelitian atau praktik terdahulu, dan pentingnya menangani
permasalahan itu utntuk beragam audiensi.
6. Adapun strategi yang berguna dalam menulis bagian “pernyataan tentang
permasalahan” yaitu dengan menggunakan sebuah template sebagai pedoman, dengan
menggunakan banyak kutipan dari kepustakaan, dan memeasukkan referensi informasi
statistik dalam penelitian kuantitatif dan kutipan dalam penelitian kualitatif.

19
B. Saran
Mengidentifikasi masalah saat ingin meneliti adalah hal harus dilakukan. Peneliti tidak
bisa menghilangkan lima aspek “pernyataan tentang permasalahan”. Oleh sebab itu
disarankan kepada pembaca yang ingin membuat sebuah penelitian memperhatikan lima
aspek “pernyataan tentang permasalahan”.

20
DAFTAR PUSTAKA

Creswell, John W. (2008). Education Research Planning, Conducting, and Evaluating


Quantitative and Qualitative Research (Third Edition). New Jersey : Person
Education

21

You might also like