Professional Documents
Culture Documents
Fix Ppom
Fix Ppom
PPOM
Student Learning Objective (SLO) disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Blok Respiratory Sistem Semester 4 TA 2014-2015
Disusun oleh :
KELOMPOK 3/ REGULER 1 dan 2
DEFINISI
ETIOLOGI
FAKTOR RESIKO
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air
sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi
dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru.
Difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah,
sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan
ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta
gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter
yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV),
sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa
detik pertama (FEV1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap
kapasitas vital paksa (FEV1/FVC).
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen
asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain
itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta
metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini
mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus
kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus
berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan
menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan.
Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari
ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan
adanya peradangan.
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan
kronik pada paru. Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak
struktur-struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan
kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Parenkim paru kolaps terutama
pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru
secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif,
maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps , sehingga
dapat terjadi sesak nafas. Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi
predominan berupa eosinofil, komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada
PPOK predominan dimediasi oleh neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag
untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic Factors dan elastase, yang tidak
diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi kerusakan jaringan. 25 Selama
eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas dengan adanya
ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan
adanya inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus.
Kelainan perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari ppom adalah antara lain:
1. Malfungsi kronis pada sistem pernafasan
2. Batuk dan produksi dahak pada pagi hari
3. Sputum atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukopurulen.
4. Sering terjadi nyeri kepala dan pilek. Selama pilek, dahak menjadi kuning
atau hijau karena adanya nanah. Batuk yang produktif dahak memburuk
menjadi batuk persisten yang disertai dengan produksi dahak yang semakin
banyak
5. Sesak, sampai menggunakan otot-otot pernafasan otot-otot pernafasan
tambahan untuk bernafas (Mansjoer, 2000 : 480) Napas pendek sedang
berkembang menjadi napas pendek akut
6. Pasien sering mengalami infeksi pernapasan dan kehilangan berat badan
menurun atau cukup drastis, sehingga pada akhirnya pasien tersebut tidak
akan mampu secara maksimal melaksanakan tugas-tugas rumah tangga.
Pasien mudah lelah, mudah mengalami penurunan berat badan sebagai akibat
dari nafsu makan yang menurun. Penurunan daya kekuatan tubuh, kehilangan
selera makan, penurunan kemampuan pencernaan sekunder karena tidak
cukupnya oksigenasi sel dalam sistem gastrointestinal (Reeves, 2001 : 44)
Tanda dan gejala menurut klasifikasi
Bronkitis kronis : batuk produktif, kronis pada bulan bulan musim dingin
Empiema : dispnea, takipnea, saat inspeksi ditemukan barrel chest,
penggunaan otot bantu pernapasan, saat diperkusi ditemukan hiperresonan,
penurunan femitus pada seluruh bidang paru, saat diauskultasi terdengar
kreakles, ronchi dan perpanjangan ekspirasi, hipoksemia, hiperkapnia,
anoreksia, penurunan BB, kelemahan
Asma bronkhiale : sesak napas, dada terasa berat, wheezing, batuk non
produktif, takikardi dan takipnea,
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
-Bentuk dada: barrel chest (dada seperti tong)
-Terdapat purse lips breathing (seperti orang meniup)
-Terlihat penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu nafas
2. Palpasi
-Sela iga melebar
3. Perkusi
- Hipersonor
4. Auskultasi
-Fremitus melemah
-Suara nafas vesikuler melemah atau normal
-Ekspirasi memanjang
-Bunyi jantung menjauh
-Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau
pada ekspirasi paksa
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Spirometri
Pasien yang dicurigai PPOK harus ditegakkan diagnosisnya menggunakan
spirometri.10,11The National Heart, Lung, dan Darah Institute
merekomendasikan spirometri untuk semua perokok 45 tahun atau lebih
tua, terutama mereka yang dengan sesak napas, batuk, mengi, atau dahak
persisten.25 Meskipun spirometri merupakan gold standard dengan
prosedur sederhana yang dapat dilakukan di tempat, tetapi itu kurang
dimanfaatkan oleh praktisi kesehatan.
Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
(GOLD) 2011, PPOK diklasifikasikan berdasarkan derajat berikut:
1. Derajat 0 (berisiko) Gejala klinis : Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis,
produksi sputum, dan dispnea. Ada paparan terhadap faktor resiko.
Spirometri : Normal
2. Derajat I (PPOK ringan)
Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa produksi
putum.Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1
Spirometri : FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80%
3. Derajat II (PPOK sedang)
Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa produksi
sputum. Sesak napas derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas).
Spirometri :FEV1/FVC < 70%; 50% < FEV1 < 80%
4. Derajat III (PPOK berat)
Gejala klinis : Sesak napas derajat sesak 3 dan 4.Eksaserbasi lebih
sering terjadi
Spirometri :FEV1/FVC < 70%; 30% < FEV1 < 50%
5. Derajat IV (PPOK sangat berat)
Gejala klinis : Pasien derajat III dengan gagal napas kronik. Disertai
komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan.
Spirometri :FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30% atau < 50%
2. Tomography : untuk memnitor paru
3. Hitung darah lengkap
4. EKG
PENATALAKSANAAN
PENCEGAHAN
Pencegahan pneumonia antara lain dengan :
Penderita PPOM lebih rentan terkena infeksi virus. Sehingga sebaiknya
dilakukan vaksin secara rutin. Misalnya vaksin untuk mencegah pneumonia atau
influenza. Terdapat literatur yang menyebabkan untuk melakukan vaksin
influenza tiap satu tahun sekali dan vaksin pneumonia setiap 6 tahun sekali atau
lebih.
Ada pula beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga tubuh tetap
sehat adalah dengan:
1. Menghindari berbagai hal yang dapat menyebabkan paru-paru iritasi.
Misal: asap, polusi, udara kering atau dingin.
2. Ambil waktu untuk olahraga secara teratur.
3. Memastikan untuk istirahat dengan cukup.
4. Makan makanan bergizi.
5. Berhenti menjadi perokok aktif maupun pasif.
KOMPLIKASI
Komplikasi dari PPOM menurut Tucker (1998 : 238) adalah
1. Disritmia
3. Gagal jantung
4. Kor pulmoner
5. Edema perifer
6. Hepatomegali
7. Sianosis
9. Murmur regurgitasi
10. Polisitemia
Komplikasi dari PPOM menurut Mansjoer (2000 : 481) infeksi yang berulang,
pneumothoraks spontan, eritrositosis karena keadaan hipoksia kronis, gagal nafas,
dan cor pulmonal.
2. Atelektasis
3. Pneumonia
4. Pneumothoraks
5. Hipertensi paru
DAFTAR PUSTAKA