You are on page 1of 7

JURNALYuniarti,

132 GIZI KLINIK INDONESIA


Martalena Br Purba, Retno Pangastuti
Vol. 9, No. 3, Januari 2013: 132-138

Pengaruh konseling gizi dan penambahan makanan terhadap


asupan zat gizi dan status gizi pasien HIV/AIDS
The effect of nutrition counseling and nutritional supplementation on the nutritional status and nutritional
intake of HIV/AIDS patients
Yuniarti1, Martalena Br Purba2, Retno Pangastuti3

ABSTRACT

Background: Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) is a syndrome of opportunistic disease due to decreased
immunity in patient HIV/AIDS with the symptom of losing weight progressively and low nutrition status. To cover the
condition, it is necessary to give nutrition support.
Objective: To compare the effect of nutrition counseling and nutrition supplementation with nutrition counseling only
towards the nutrition status and nutrition intake of people living with HIV/AIDS (PLWHA).
Method: The study was experimental non randomized control group pre-post test design. Subject consisted of two groups
i.e. nutrition counseling plus (with nutrition supplementation) and nutrition counseling only. The study was carried out at Dr.
Sardjito Hospital from January to March 2012. The sample were taken purposively with inclusion and exclusion criteria.
Data were analyzed by using paired t-test and linear regression to calculate nutrient intake and nutrition status.
Results: The energy intake of nutrition counseling plus group showed significantly higher amount than the group with
nutrition counseling only (change of 141.40 kcal vs 15.99 kcal; OR=4.96). Protein intake was insignificantly higher than
nutrition counseling (change of 6.28 g vs 5.11 g; OR=1.94), weight were insignificantly lower than nutrition counseling
(change of 0.46 kg vs 0.75 kg; OR=1.21), and nutrition status were insignificantly lower than nutrition counseling (changes
in body mass index 0.18 kg/m2 vs 0.32 kg/m2; OR=1.25).
Conclusion: Nutrition counseling plus could increase energy intake but could not increase protein intake, weight, and
body mass index.

KEY WORDS: nutrition counseling plus, nutrition counseling, nutrition status, nutrient intake, PLWHA

ABSTRAK

Latar belakang: Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sindrom dengan gejala penyakit oportunistik
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) umumnya mengalami penurunan berat badan drastis dan berstatus gizi rendah disertai infeksi oportunistik
sehingga dibutuhkan pendekatan khusus pada pasien ODHA melalui konseling.
Tujuan: Mengetahui pengaruh konseling gizi dan penambahan makanan (konseling gizi plus) dibandingkan yang hanya
mendapat konseling gizi terhadap asupan zat gizi (energi dan protein) dan status gizi ODHA.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain non-randomized control group pretest-postest
design yang dilakukan di RSUP Dr. Sardjito pada bulan Januari - Maret 2012. Subjek dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu kelompok konseling gizi plus (konseling gizi dan penambahan makanan) dan kelompok konseling gizi saja.
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Data asupan zat
gizi dan status gizi dianalisis dengan uji paired t-test dan uji regresi linier.
Hasil: Asupan energi kelompok konseling gizi plus secara bermakna lebih tinggi dibandingkan kelompok konseling gizi
saja (ada perubahan sebesar 141,40 kcal vs 15,99 kcal; OR=4,96) demikian juga dengan asupan protein meskipun
secara statistik tidak bermakna (ada perubahan sebesar 6,28 g vs 5,11 g; OR=1,94). Berat badan dan status gizi pada
kelompok konseling gizi plus menunjukkan perubahan yang lebih rendah dibandingkan kelompok konseling gizi saja
meskipun secara statistik tidak bermakna (ada perubahan berat badan sebesar 0,46 kg vs 0,75 kg; OR=1,21 dan
perubahan IMT sebesar 0,18 kg/m2 vs 0,32 kg/m2; OR=1,25).
Simpulan: Konseling gizi plus dapat meningkatkan asupan energi tetapi tidak dapat meningkatkan asupan protein,
berat badan, dan indeks massa tubuh.

KATA KUNCI: konseling gizi plus, konseling gizi, asupan zat gizi (energi dan protein), status gizi, ODHA

PENDAHULUAN 1
Korespondensi: Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Maluku, Jl. Laksdya Leo Wattimena, Negeri Lama, Ambon,
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) e-mail: yuni4rti1976@yahoo.com
adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem
2
Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito, Jl. Kesehatan No
1, Yogyakarta 55281, e-mail: martalena_purba@yahoo.com
kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh 3
Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito, Jl. Kesehatan No
infeksi kuman Human Immunodeficiency Virus (HIV) (1). 1, Yogyakarta 55281
Pengaruh konseling gizi dan penambahan makanan terhadap asupan zat gizi dan status gizi pada pasien HIV/AIDS 133

Data di Indonesia menunjukkan jumlah pasien AIDS dan Di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, pelayanan kepada
HIV pada bulan Januari sampai Desember 2010 berjumlah ODHA dilakukan dengan kegiatan klinik yang meliputi VCT,
4.158 orang dan 20.028 orang dengan kematian 612 orang. methadone maintenance therapy (MMT), care support
Lebih memprihatinkan adalah tingginya persentase penderita and treatment (CST), dan prevention mother to child
pada usia produktif (40,0% kelompok usia 20-29 tahun dan transmission (PMTCT). Kegiatan VCT tersebut antara
sekitar 34,0% pada kelompok usia 30-39 tahun). Kasus lain kegiatan konseling gizi yang tidak ditunjang dengan
AIDS di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sampai pemantauan asupan zat gizi dan status gizi pasien. Oleh
dengan Desember 2010 berjumlah 505 pasien dengan karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membandingkan
jumlah kematian 108 pasien (2). Data terakhir sekretariat pengaruh konseling gizi plus dengan konseling gizi saja
pokja HIV/AIDS Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr terhadap asupan zat gizi dan status gizi pada pasien HIV/
Sardjito Yogyakarta, tercatat pasien HIV/AIDS sampai AIDS rawat jalan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
dengan Desember 2010 yang rawat jalan dengan voluntary
counseling and testing (VCT) sebanyak 233 pasien dan yang BAHAN DAN METODE
positif terinfeksi HIV/AIDS sebanyak 68 pasien.
Memburuknya status gizi merupakan risiko tertinggi Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen
penyakit ini sehingga kesehatan umum pada orang dengan dengan desain penelitian non-randomized control group
HIV/AIDS (ODHA) cepat menurun (3). Hasil penelitian di pretest-postest design (14). Rancangan penelitian ini
Zambia melaporkan bahwa jika seseorang dengan infeksi menggunakan dua kelompok yaitu kelompok pertama
HIV mempunyai status gizi yang baik maka daya tahan merupakan pasien ODHA yang mendapatkan konseling
tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki gizi plus sedangkan kelompok kedua mendapatkan
tahap AIDS (4). Kekurangan konsumsi makanan terutama konseling gizi saja. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP
asupan energi dan protein menyebabkan malnutrisi yang Dr. Sardjito Yogyakarta dengan waktu penelitian kurang
dapat mempercepat perkembangan penyakit HIV serta lebih 3 bulan yang dimulai bulan Januari sampai Maret
menghambat pengobatan. Penggunaan obat antiretroviral 2012.
(ARV) tertentu mempunyai efek samping yang dapat Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien
diperburuk jika obat dikonsumsi tanpa makanan (5,6) dan ODHA yang berobat jalan di Poliklinik Edelweis RSUP Dr.
gizi buruk bisa menghambat kemampuan obat tersebut (7). Sardjito Yogyakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara
Hasil penelitian di Zambia dengan penambahan makanan purposive sampling dengan kriteria inklusi yaitu semua
seimbang ke diit normal disertai pemberian konseling gizi, pasien ODHA yang berkunjung saat penelitian berlangsung
menunjukkan peningkatan asupan energi dan protein pada dan oleh dokter dinyatakan sebagai pasien ODHA rawat
pasien yang diberi suplemen makronutrien dibandingkan jalan, sadar, keadaan umum baik, asupan melalui oral,
yang hanya diberi plasebo serta bermakna terhadap berat usia di atas 19 tahun sampai dengan 60 tahun, jumlah
badan dan massa lemak (8). sel CD4 dalam darah 200-500 sel/mm3, mendapatkan
Tanpa dukungan asupan zat gizi yang adekuat, stres obat ARV, baik laki-laki maupun perempuan, dan bersedia
metabolik akibat infeksi akan menimbulkan kehilangan ikut dalam penelitian dengan menandatangani lembar
berat badan dan rusaknya sel bagian tubuh pada organ persetujuan (informed consent). Kriteria eksklusi yaitu
vital. Indeks massa tubuh (IMT) yang rendah menjadi pasien menghentikan atau tidak mau menerima konseling
prediktor independen terhadap mortalitas awal HIV/AIDS gizi, mengalami rawat inap dan komplikasi berat, tidak
(9). Penyebab utama penurunan berat badan pada pasien suka minum susu, intoleransi laktosa, mengalami kelainan
terinfeksi HIV yaitu hilangnya nafsu makan, gangguan ginjal dan hati, pindah atau kembali ke daerah luar Kota
penyerapan sari makanan pada alat pencernaan, DIY. Jumlah sampel dalam penelitian ini yang memenuhi
hilangnya cairan tubuh akibat muntah dan diare, gangguan kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 65 pasien ODHA.
metabolisme zat gizi, infeksi oportunistik, dan penyakit lain Pembagian sampel per kelompok ditentukan
penyerta HIV/AIDS (10). berdasarkan waktu kunjungan pasien ODHA saat
Kepatuhan pengobatan penyakit yang bersifat pengambilan obat ARV. Pasien ODHA yang datang pada
kronik pada umumnya rendah (11). Konseling gizi bagi minggu pertama dan kedua masuk dalam kelompok
penyandang ODHA beserta keluarganya diperlukan konseling gizi plus dan pasien yang datang pada minggu
untuk mengatasi ketidakpatuhan tersebut karena penyakit ketiga dan keempat masuk dalam kelompok konseling gizi.
HIV/AIDS adalah penyakit yang berhubungan dengan Sistem blok mingguan ini dimaksudkan untuk mengurangi
gaya hidup (12). Hasil penelitian di Uyo, Nigeria Timur kontaminasi antar kelompok. Variabel bebas dalam
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p<0,05) penelitian ini adalah konseling gizi dan penambahan
antara kelompok perlakuan dan kontrol terhadap serum makanan (konseling gizi plus) sedangkan variabel
protein (status gizi) pada ODHA yang diberi konseling gizi terikatnya adalah asupan energi, asupan protein, berat
dan suplementasi mikronutrien (13). badan, dan IMT.
134 Yuniarti, Martalena Br Purba, Retno Pangastuti

Konseling gizi dilakukan oleh tenaga konselor gizi Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian
dibantu oleh peneliti, menggunakan teknik komunikasi
Konseling plus Konseling
interpersonal dua arah selama kurang lebih 30-45 menit, Variabel p
n % n %
serta menggunakan media food model dan Ieaflet petunjuk Jenis kelamin
diit untuk pasien ODHA. Penelitian ini menggunakan Laki-laki 24 75 23 70 0,633
pendekatan konseling behavioral berupa assessment, Perempuan 8 25 10 30
setting goal, implementasi, dan evaluation (15). Konseling Umur (tahun)
diberikan satu kali pada kunjungan pertama penelitian 19-49 29 91 32 97 0,282
50-64 3 9 1
berlangsung, selanjutnya konseling gizi dilakukan tiap
Pendidikan
minggu sebanyak empat kali melalui telepon. Penambahan Rendah 12 38 10 30 0,293
makanan berupa susu bubuk dengan berat 25 g setiap kali Menengah 15 47 21 64
saji dan diminum setiap hari untuk memberikan kontribusi Tinggi 5 16 2 6
energi 110 kcal dan protein 7 g terhadap kebutuhan energi Pekerjaan
dan protein total. Pemberian susu diberikan satu kali pada Tidak bekerja 15 47 18 55 0,536
Bekerja 17 53 15 45
kunjungan pertama untuk kebutuhan satu bulan, dipantau
Lama terdiagnosa
kepatuhan minum susu melalui telepon setiap minggu ≤ 5 tahun 22 69 27 82 0,221
sekali sebanyak empat kali bersamaan dengan pemberian > 5 tahun 10 31 6 18
konseling gizi. Anoreksia
Asupan zat gizi adalah jumlah energi dan protein Ya 15 47 8 24 0,056
dari makanan yang diperoleh melalui catatan makanan Tidak 17 53 25 76
(dietary record) dibandingkan dengan kebutuhan individu Kesulitan
menelan
(16). Pasien mencatat makanan yang dikonsumsi selama
Ya 1 3 0 0 0,282
tiga hari dalam satu minggu sebelum pengambilan Tidak 31 97 33 100
ARV kemudian diambil reratanya. Data diolah dengan Mual
menggunakan program Nutrisurvey 2005. Data asupan Ya 15 47 11 33 0,265
zat gizi diambil dua kali yaitu di awal dan akhir penelitian. Tidak 17 53 22 67
Pengambilan data dibantu oleh enumerator dengan Muntah
Ya 6 19 2 6 0,120
latar belakang pendidikan Sarjana Gizi. Data status gizi
Tidak 26 81 31 94
diperoleh melalui pengukuran berat badan (BB) dan tinggi
Diare
badan (TB) yang dilakukan satu kali pada awal penelitian. Ya 1 3 2 6 0,573
Indikator status gizi yang digunakan yaitu perubahan berat Tidak 31 97 31 94
badan dan IMT yang dikategorikan menjadi dua yaitu Kembung
status gizi kurang (IMT<18,5) dan status gizi baik (status Ya 4 13 4 12 0,963
Tidak 28 87 29 88
gizi normal jika IMT=18,5-22,9 dan status gizi lebih jika
Sembelit
IMT≥23,0) (17).
Ya 1 3 0 0 0,306
Pengumpulan data dalam penelitian ini Tidak 31 97 33 100
menggunakan formulir penelitian untuk mengetahui Status gizi
karakteristik responden, timbangan injak digital merk Baik 20 62 18 55 0,515
seca dengan ketelitian 0,1 kg, alat pengukur tinggi Kurang 12 38 15 45
badan menggunakan mikrotoa dengan ketelitian 0,1 cm,
formulir catatan makan (dietary record) selama 3 hari, rentang kemaknaan 95%. Penelitian ini dilaksanakan
food model, Ieaflet petunjuk diit untuk pasien ODHA, dan setelah mendapatkan surat ethical clearance penelitian
catatan medis atau status pasien untuk proses skrining dari Komite Etik Penelitian Biomedis pada Manusia dan
pemilihan sampel. izin penelitian dari Kemenkes RI Direktorat Jenderal Bina
Pengolahan data yaitu dengan melakukan uji Upaya Kesehatan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
distribusi normal Shapiro-Wilk W-test dan histrogram
normal. Hasil uji tersebut menunjukkan distribusi normal
HASIL
sehingga data dianalisis menggunakan uji before-after (uji
paired t-test) dan uji regresi linier untuk membandingkan Hasil analisis Chi-Square menunjukkan tidak ada
angka perubahan sebelum dan sesudah intervensi perbedaan karakteristik pasien ODHA antara kelompok
yaitu variabel asupan zat gizi (energi dan protein) dan konseling gizi plus dan konseling gizi (Tabel 1). Hasil
antropometri (berat badan dan IMT) antara kelompok uji statistik menunjukkan bahwa pada awal penelitian ini
konseling gizi plus dan konseling gizi. Perbedaan secara tidak terdapat perbedaan bermakna rerata asupan energi,
statistik bermakna bila nilai p kurang dari 0,05 dengan asupan protein, berat badan, dan IMT antara kedua
Pengaruh konseling gizi dan penambahan makanan terhadap asupan zat gizi dan status gizi pada pasien HIV/AIDS 135

Tabel 2. Perbedaan asupan zat gizi pada awal dan akhir penelitian

Konseling plus Konseling


Asupan zat gizi (n=32) (n=33)
mean±SD p mean±SD p
Energi awal (kcal) 1638,39±393,29 0,004 1452,02±400,45 0,717
Energi akhir (kcal) 1779,79±302,03 1468,01±338,12
Δ Asupan energi 141,40 15,99 0,040
Protein awal (g) 50,30±14,96 0,007 46,78±16,37 0,003
Protein akhir (g) 56,59±11,11 51,90±13,70
Δ Asupan protein 6,28 5,11 0,660
Keterangan: Δ=delta ; SD=standar deviasi

Tabel 3. Perbedaan indikator status gizi pada awal dan akhir penelitian

Konseling plus Konseling


Indikator status gizi (n=32) (n=33)
mean±SD p mean±SD p
BB awal (kg) 53,14±8,95 0,013 52,09±9,84 0,000
BB akhir (kg) 53,60±8,66 52,84±9,53
Δ BB (kg) 0,46 0,75 0,208
IMT awal (kg/m2) 20,10±3,10 0,006 19,65±2,74 0,000
IMT akhir (kg/m2) 20,28±3,05 19,98±2,67
Δ IMT (kg/m2) 0,18 0,32 0,160

kelompok (p>0,05). Rerata asupan zat gizi (asupan energi Hasil penelitian dengan melakukan surveilans penderita
dan asupan protein) mengalami peningkatan pada kedua infeksi HIV/AIDS di RSUP Dr. Sardjito berdasarkan jenis
kelompok walaupun masih di bawah kebutuhan. Hasil uji kelamin, pasien laki-laki lebih banyak (89,5%) dibandingkan
statistik menunjukkan bahwa adanya pengaruh pemberian perempuan (10,5%) (18). Namun, tahun mendatang bukan
konseling gizi plus terhadap perubahan asupan energi tidak mungkin perempuan dan anak-anak dengan HIV/
(p<0,05), tetapi tidak demikian dengan asupan protein AIDS akan lebih dominan karena sudah banyak laporan
(p>0,05) (Tabel 2). mengenai infeksi HIV yang menyerang ibu rumah tangga
Hasil penelitian ini menunjukkan rerata indikator karena tertular suami dan anak yang dilahirkan dari ibu
status gizi (berat badan dan IMT) mengalami peningkatan dengan HIV positif (19).
pada kedua kelompok (Tabel 3). Hasil uji statistik terhadap Sebagian besar kelompok umur subjek pada
delta perubahan berat badan menunjukkan tidak ada kedua kelompok yaitu berumur 19-49 tahun. Hasil ini
perbedaan bermakna antara kelompok konseling gizi sesuai dengan data laporan Depkes RI (2) yaitu proporsi
plus dan kelompok konseling gizi (p>0,05). Demikian juga kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok
dengan delta perubahan IMT yang tidak menunjukkan umur 20-49 tahun (88,1%). Keadaan tersebut tidak dapat
perbedaan bermakna. Peningkatan berat badan terjadi dipungkiri lagi karena banyaknya pengguna narkotika
pada kedua kelompok sehingga ada peningkatan suntikan (injections drug user/IDU) pada kalangan umur
status gizi berdasarkan IMT pada kelompok konseling tersebut (18).
gizi plus dan konseling gizi. Namun, hasil analisis tidak Hasil penelitian surveilans penderita infeksi HIV/
menunjukkan perbedaan bermakna pada status gizi AIDS di RSUP Dr. Sardjito menunjukkan bahwa sebagian
akhir antara kelompok konseling gizi plus dan kelompok besar status pendidikan pasien ODHA adalah SMA (47,5%)
konseling gizi (p>0,05). dan diikuti perguruan tinggi (21,5%) (17). Hal tersebut
mendukung hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa
sebagian besar subjek berada pada jenjang pendidikan
BAHASAN
menengah (SMA/sederajat) sehingga dapat menerima
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien ODHA konseling gizi yang diberikan. Hal ini dibuktikan dengan
berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan adanya perubahan asupan energi dan protein pada subjek
perempuan, baik pada kelompok konseling gizi plus maupun setelah menerima konseling gizi.
konseling gizi. Hal ini sesuai dengan data dari Departemen Fokus materi konseling gizi dalam penelitian ini
Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2011) yang disesuaikan dengan hasil dari goal setting yaitu meliputi
menunjukkan bahwa pasien HIV/AIDS berjenis kelamin strategi diit sesuai dengan keadaan pasien, menjelaskan
laki-laki lebih banyak daripada perempuan, dengan rasio syarat diit, menjelaskan bahan makanan yang dianjurkan
kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 3:1. dan tidak dianjurkan dengan menggunakan media leaflet
136 Yuniarti, Martalena Br Purba, Retno Pangastuti

dan food model, serta memberikan tips-tips bagi pasien pada pasien ODHA. Konseling gizi mempunyai pengaruh
yang mempunyai masalah dengan status kesehatan. terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan praktik
Penyediaan bahan edukasi merupakan pendukung yang ODHA dalam memilih makanan padat energi yang murah
amat kuat dalam memberikan konseling gizi karena dapat sehingga pasien ODHA mampu mengantisipasi gejala
mempercepat peningkatan pengetahuan, merangsang infeksi yang mungkin timbul dengan cara mengonsumsi
klien untuk bertanya, dan menghemat waktu konseling. makanan yang sesuai dengan kebutuhan dan penyakitnya.
Selama proses konseling gizi berlangsung, terjadi Pemilihan bahan makanan makro dan mikronutrien yang
pengindraan terhadap materi konseling gizi yang diberikan berkualitas sangat berperan dalam membantu perbaikan
konselor (11). Lebih lanjut, ODHA yang diberikan konseling status gizi sehingga kualitas hidup ODHA akan menjadi
gizi menunjukkan pengaruh positif terhadap sikap dalam lebih baik (3,22). Hasil ini didukung oleh penelitian yang
merekomendasikan modifikasi diit sehingga berdampak dilakukan di Sub-Sahara, Afrika pada 118 laki-laki berusia
pada peningkatan status gizi, sedangkan pengetahuan lebih dari 18 tahun yang terinfeksi HIV. Penelitian tersebut
berpengaruh terhadap perilaku kesehatan (12). menunjukkan bahwa kelompok perlakuan (56%) dan
Sebagian besar subjek tidak bekerja tetapi terdapat kelompok kontrol (50%) mengalami peningkatan asupan
sebagian subjek yang bekerja sebagai pekerja paruh energi mencapai 80%, tetapi tidak bermakna terhadap
waktu, pelayan toko, pedagang, dan petugas keamanan. kenaikan berat badan setelah pasien mendapat konseling
Penyakit AIDS menyebabkan hilangnya pendapatan dan gizi plus enteral suplementasi dibandingkan yang hanya
meningkatkan pengeluaran kesehatan oleh suatu rumah mendapat konseling gizi selama 6 minggu (9).
tangga, terdapat juga efek pengalihan dari pengeluaran Berbeda dengan hasil analisis terhadap delta
untuk pendidikan menuju pengeluaran untuk kesehatan perubahan asupan protein yang tidak menunjukkan
dan penguburan. Penelitian di Afrika menunjukkan bahwa perbedaan bermakna (p>0,05), artinya pemberian konseling
rumah tangga dengan pasien HIV/AIDS mengeluarkan gizi plus tidak berpengaruh terhadap peningkatan asupan
biaya dua kali lebih banyak untuk perawatan medis protein. Hal ini terjadi karena pemberian konseling gizi plus
daripada untuk pengeluaran rumah tangga lainnya (20). yaitu konseling disertai pemberian makanan tambahan
Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar berupa susu bubuk sebesar 25 g sehari dalam waktu empat
subjek pada kedua kelompok sudah terdiagnosa HIV minggu hanya memberikan kontribusi protein sebesar
selama kurang dari atau sama dengan 5 tahun. Dengan 7 g setiap kali minum sehingga belum dapat membantu
demikian, sebagian besar subjek sudah masuk dalam fase memenuhi kebutuhan protein pasien (kebutuhan rata-
kedua HIV/AIDS. Pada fase ini, pasien tampak baik-baik rata pasien sehari sebesar 80,5 g). Berbeda dengan
saja meskipun sebenarnya terjadi replikasi virus secara hasil penelitian di Zambia yang menambahkan makanan
lambat di dalam tubuh. Pada awal subfase, timbul penyakit- seimbang ke diit normal disertai pemberian konseling gizi
penyakit yang lebih ringan misalnya reaktivasi dari herpes dengan tujuan meningkatkan total asupan energi sebesar
zoster atau herpes simplex. Namun, penyakit tersebut 560-960 kkal/hari. Penelitian tersebut menunjukkan
dapat sembuh spontan atau hanya dengan pengobatan peningkatan asupan energi dan protein pada pasien yang
biasa. Penyakit kulit seperti dermatitis seboroik, veruka diberi suplemen makronutrien dibandingkan dengan pasien
vulgaris, moluskum kontangiosum, atau kandidiasis oral yang diberi plasebo selama 12 minggu serta bermakna
sering timbul pada fase ini (21). terhadap berat badan dan massa lemak (8).
Sebagian besar pasien ODHA pada penelitian Pada penderita HIV yang terinfeksi secara positif,
ini tidak memiliki masalah kesehatan. Namun, masih terjadi pemecahan protein lebih cepat di dalam tubuhnya
terdapat pasien yang mengalami anoreksia dan mual pada sehingga konsentrasi albumin rendah. Namun, dengan
kedua kelompok. Kehilangan nafsu makan pada pasien pemasukan energi dapat memperbaiki keseimbangan
ODHA secara umum dapat disebabkan oleh peningkatan protein (23). Pada penelitian ini, makanan tambahan
interleukin-1, interleukin-6, faktor nekrosis tumor, infeksi berupa susu yang dikonsumsi satu kali sehari diberikan
gastrointestinal, manifestasi lanjut penyakit HIV (kelelahan, sebagai rangsangan untuk meningkatkan asupan makan
demam, dan dispnea), dan kecacatan yang mengganggu dan hanya memberikan sumbangan energi dan protein
kemampuan individu untuk makan atau mendapatkan sekitar 10% dari kebutuhan energi dan protein total.
makanan (9). Selain itu, penggunaan obat ARV tertentu Tidak adekuatnya efek pemberian konseling gizi plus
mempunyai efek samping mual dan insomnia yang akan tidak kemudian dianggap gagal dalam meningkatkan
lebih diperburuk jika dikonsumsi tanpa makanan (5,6). asupan protein karena hasil penelitan menunjukkan bahwa
Hasil analisis terhadap delta perubahan asupan kelompok konseling gizi plus memiliki peningkatan asupan
energi menunjukkan perbedaan bermakna antara yang lebih besar dibandingkan kelompok konseling gizi
kelompok konseling gizi plus dan kelompok konseling saja. Tidak bermaknanya konseling gizi plus kemungkinan
gizi (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian akibat adanya anoreksia dan mual pada subjek sehingga
konseling gizi plus berpengaruh terhadap asupan energi asupan protein tidak adekuat.
Pengaruh konseling gizi dan penambahan makanan terhadap asupan zat gizi dan status gizi pada pasien HIV/AIDS 137

Berat badan awal dan akhir penelitian menunjukkan tidak berpengaruh besar terhadap status gizi berdasarkan
perbedaan bermakna (p<0,05) pada kedua kelompok, peningkatan berat badan dan IMT. Berat badan harus
tetapi tidak demikian dengan delta perubahan berat badan dimonitoring setiap 3-4 hari sekali untuk memberi
(p>0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian informasi yang memungkinkan intervensi gizi preventif
konseling gizi plus tidak berpengaruh terhadap peningkatan secara dini, guna mengatasi kecenderungan penurunan
berat badan. Hal ini berbeda dengan pendapat yang atau penambahan berat badan yang tidak dikehendaki
menyatakan bahwa konseling gizi telah terbukti efektif serta untuk membedakan status gizi kurang, status gizi
dalam meningkatkan berat badan dan massa sel tubuh baik, atau status gizi lebih (16,27). Hasil studi di Zambia
pada ODHA, juga untuk membantu mengurangi dampak melaporkan jika seseorang dengan infeksi HIV mempunyai
HIV dan AIDS terkait gejala seperti diare, mual, muntah, status gizi yang baik, maka daya tahan tubuh akan lebih
anemia, sariawan, kehilangan nafsu makan, dan demam baik sehingga memperlambat memasuki tahap AIDS (4).
(24). Hasil penelitian menunjukkan peningkatan status gizi
Asupan makanan yang cukup sebagai pengaruh pada kelompok konseling gizi lebih banyak dibandingkan
positif dari konseling gizi dapat mencegah malnutrisi dan kelompok konseling gizi plus. Hal tersebut terjadi karena
wasting, mengembalikan dan mempertahankan berat pada kelompok konseling gizi plus lebih banyak yang
badan ideal, meningkatkan kemampuan tubuh melawan mengalami anoreksia (47%) dan mual (47%) sehingga
berbagai infeksi oportunistik sepsis, meningkatkan efek mempengaruhi asupan makanan. Status gizi ODHA
obat-obatan, dan memperbaiki serta meningkatkan sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan asupan zat gizi.
kualitas hidup (10,22). Tanpa asupan makanan yang baik, Di samping itu, asupan zat gizi juga dipengaruhi oleh
stress metabolik akibat infeksi menimbulkan kehilangan tingkat pendidikan dan pengetahuan ODHA. Diharapkan
berat badan dan rusaknya sel bagian tubuh organ vital. dari segi pendidikan memungkinkan seseorang memiliki
Penurunan berat badan 10-20% akan mengurangi daya pengetahuan yang lebih baik serta mudah untuk menerima
tahan tubuh dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas, informasi dan edukasi (konseling gizi) terutama berkaitan
bahkan kehilangan 40% berat badan dapat menyebabkan dengan gizi pada ODHA. Pengetahuan merupakan
kematian (25). domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
Tidak adanya perbedaan berat badan pada penelitian seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
ini terjadi akibat asupan zat gizi yang tidak adekuat. Hasil lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
studi di Boston menjelaskan bahwa kecukupan energi dan pengetahuan (28). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian di
asupan zat gizi pada ODHA harus terpenuhi sesuai dengan Rumah Sakit Kota Nottingham yang membuktikan bahwa
kebutuhan sehingga dapat mengurangi infeksi oportunistik pasien yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik akan
dan risiko penurunan berat badan akut (26). Selain itu, memiliki ketaatan yang lebih baik dalam menjalankan diit
waktu pemantauan berat badan dalam penelitian ini terlalu yang direkomendasikan (29).
singkat sehingga efek terhadap peningkatan berat badan
yang diikuti dengan peningkatan asupan energi tidak SIMPULAN DAN SARAN
terlalu nyata. Peningkatan berat badan pada kelompok
konseling gizi plus sebesar 0,46 kg sedangkan konseling Pengaruh konseling gizi plus dapat meningkatkan
gizi sebesar 0,75 kg, peningkatan tersebut belum mampu asupan energi, tetapi belum dapat meningkatkan asupan
meningkatkan berat badan secara optimal. protein, berat badan, dan indeks massa tubuh. Peningkatan
Berdasarkan hasil analisis, terdapat perbedaan status gizi berdasarkan IMT pada kelompok konseling gizi
bermakna antara IMT awal dan akhir penelitian pada kedua lebih tinggi dibandingkan kelompok konseling gizi plus,
kelompok (p<0,05), tetapi tidak demikian dengan delta sehingga kegiatan konseling gizi tetap perlu dilakukan
perubahan IMT (p>0,05). Indeks massa tubuh merupakan dan lebih intensif khususnya untuk meningkatkan asupan
pengukuran berat badan yang memiliki hubungan linear zat gizi dalam upaya perbaikan status gizi ODHA di
dengan tinggi badan sehingga penambahan berat badan instansi kesehatan khususnya pusat rehabilitasi narkoba
dalam waktu empat minggu belum memberikan dampak dan HIV/AIDS di Poliklinik Edelweis RSUP Dr. Sardjito
yang bermakna. Berbeda dengan hasil penelitian di Yogyakarta.
US medical center pada 46 pasien HIV yang berusia Pasien ODHA sebaiknya lebih memperhatikan
lebih dari 18 tahun, setelah pasien mendapat ornithine asupan zat gizi yang dikonsumsi supaya dapat memenuhi
α-ketoglutarate sebanyak 10 g pada kelompok perlakuan kebutuhan tubuhnya sehingga penurunan berat badan
dan pemberian plasebo isonitrogenous (susu) selama 12 yang tidak diinginkan dapat dicegah. Penelitian selanjutnya,
minggu menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara perlu mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi
kedua kelompok terhadap IMT (p=0,02) (9). proses dan hasil konseling untuk meminimalkan terjadinya
Keberhasilan konseling gizi berpengaruh terhadap bias dalam penyusunan desain penelitian konseling gizi
peningkatan asupan makanan (asupan energi). Namun, kepada pasien ODHA.
138 Yuniarti, Martalena Br Purba, Retno Pangastuti

RUJUKAN 15. Cornelia, Sumedi E, Nurlita H, Afif I, Ramayulis R,


Iwaningsih S, Hartati B, Kresnawan T. Penuntun
1. Mansjoer A. Kapita selekta kedokteran jilid 2, edisi konseling gizi PERSAGI. Jakarta: PT Abadi; 2010.
ketiga. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran 16. Gibson RS. Principles of nutritional assessment. New
UI; 2000. York: Oxford University Press; 2005.
2. Ditjen PPM & PL Depkes RI. Laporan situasi 17. WHO. Indeks massa tubuh untuk orang Asia. [series
perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia sampai online] 2004 [cited 2011 Mei 26]. Available from: URL:
dengan Desember 2010. Jakarta: Kementerian http.//www.who.com
Kesehatan RI; 2011. 18. Octawati I, Sianipar O. Surveilans penderita infeksi
3. Almatsier S. Penuntun diet. Jakarta: PT Gramedia HIV/AIDS di RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Berkala
Pustaka utama; 2007. Kesehatan Klinik 2005;XI(1):25-35.
4. Batterham MJ. Investigasi heterogenety in studies of 19. Georgiev V St. National institut of allergy and infectious
resting energi expediture in person with HIV/AIDS: diseases, NIH: impact on global health vol 2. USA:
meta-analisis. Am J Clin Nutr 2005;81(3):702-13. Humana Press, a part of Springer Science Business
5. Hardon AP, Akurut D, Comoro C. Hunger, waiting time Media; 2009.
and transport costs: time to confront challenges to ART 20. Over M. The macroeconomic impact of AIDS in Sub-
adherence in Africa. AIDS Care 2007;19(5):658-65. Saharan Africa, population and human resources
6. Bukusuba J, Kikafunda JK, Whitehead RG. Food department. [series online] 1992 [cited 2011 Dec
security status in households of people living with HIV/ 5]. Available from: URL: http.//id.wikipedia.org/wiki/
AIDS (PLWHA) in a Uganda urban setting. Br J Nutr AIDS#citee_note-WBank-166
2007;98(1):211-7. 21. Mandal BK, Wilkins EGL, Dunbar EM, Mayon-White
7. Fields-Gardner C, Fergusson P; American Dietetic RT. Lecture notes: penyakit infeksi, edisi ke-6. Jakarta:
Association; Dietitians of Canada. Position of the Erlangga; 2008.
american dietetic association and dietitians of Canada: 22. Kaiser JD, Campa AM, Ondercin JP, Leoung GS,
nutrition intervention in the care of persons with human Pless RF, Baum MK. Micronutrient supplementation
immunodeficiency virus infection. J Am Diet Assoc increases CD4 count in HIV-infected individuals on
2004;104(9):1425-41. highly active antiretroviral therapy; a prospective,
8. de Luis D, Aller R, Bachiller P, González-Sagrado M, de double blinded, placebo-controlled trial. J Acquir
Luis J, Izaola O, Terroba MC, Cuéllar L. Isolated dietary Immune Defic Syndr 2006;42(5):523-8.
counselling program versus supplement and dietary 23. Jahoor F, Abramson S, Heird WC. The protein
counselling in patients with human immunodeficiency metabolic response to HIV infection in young children.
virus infection. Med Clin (Barc) 2003;120(15):565-7. Am J Clin Nutr 2003;78(1):182-9.
9. Koethe JR, Chi BH, Megazzini KM, Heimburger 24. The International Bank for Reconstruction and
DC, Stringer JS. Macronutrient supplementation Development / The World Bank. HIV/AIDS, nutrition and
for malnourished HIV infected adults: a review of food security: what we can do. A synthesis of international
the evidence in resource-adequate and resource- quidance. [series online] 2007 [cited 2011 Jun 26].
constrained settings. Clin Infect Dis 2009;49(5):787- Available from: URL: http.//www.worldbank.org
98. 25. Dwijayanthi L. Ilmu gizi menjadi sangat mudah,
10. Friis H. Micronutrient interventions and HIV infection: nutritional made incredibly easy. ed 2. Jakarta: EGC;
a review of current evidence. Trop Med Int Health 2011.
2006;11(12):1849-57. 26. Grinspoon S, Mulligan K. Weight loss and wasting in
11. Basuki ES. Konseling medik: kunci menuju kepatuhan patients infected with human immunodeficiency virus.
pasien. Maj Kedokt Indon 2009;59(2):55-60. Clin Infect Dis 2003;36(Suppl 2):S69-78.
12. Palmer S. Konseling dan psikoterapi. Yogyakarta: 27. Hartono A. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Jakarta:
Penerbit Pustaka Pelajar; 2011. ECG; 2006.
13. Opara DC, Umoh IB, John M. Effects of nutritional 28. Notoatmojo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku.
counseling and micronutrient supplementation on some Jakarta: PT. Rineka cipta; 2007.
biochemical parameters of persons living with HIV and 29. Durose CL, Holdsworth M, Watson V, Przygrodzka
AIDS in Uyo, Nigeria. Pak J Nutr 2007;6(3):220-7. F. Knowledge of dietary restrictions and the medical
14. Sastroasmoro S, Ismail S. Dasar-dasar metodologi consequences of noncompliance by patients on
penelitian klinis, edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto; hemodialysis are not predictive of dietary compliance.
2011. J Am Diet Assoc 2004;104(1):35-41.

You might also like