Professional Documents
Culture Documents
𝑨𝑩𝑺 (𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍)
Kadar Glukosa = 𝑨𝑩𝑺 (𝑺𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓𝒅) 𝒙 𝑲𝒐𝒏𝒔𝒆𝒏𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓𝒅
Berdasarkan hasil yang didapat saat praktikum, nilai dari larutan blanko
adalah 0,000; nilai dari larutan standar adalah 0,750. Sampel 1 mengandung
glukosa dalam darah sebesar 127,067mg/dl. Sedangkan sampel 2 yang
mengandung glukosa dalam darah sebesar 127,2 mg/dl.
Maka nilai glukosa yang didapat pada sampel 2 adalah 127,13 mg/dl.
Konsentrasi glukosa serum sampel jauh dari rentang batas normal nilai glukosa
darah yakni 70 – 110 mg/dl. Hal tersebut menandakan bahwa sampel
menunjukkan kondisi hiperglikemia karena nilai glukosa darah di atas 110 mg/dl.
Dilihat dari data tersebut didapatkan hasil yang berbeda tiap sampel dan
hasil akhir dari pemeriksaan glukosa dalam darah, hal tersebut kemungkinan
besar terjadi karena beberapa faktor diantaranya :
1. Pengambilan sampel
Dalam pengambilan sampel termasuk kedalam faktor yang
mempengaruhi hasil yang didapat pada praktikum, karena pada
penekanan mikropipet tiap orang berbeda, sehingga hasil yang didapat
juga berbeda.
2. Kuvet
Pada praktikum, kuvet yang digunakan merupakan kuvet kwarsa
yang sudah pernah digunakan sebelumnya. Syarat-syarat kuvet yang
baik adalah kurvet yang digunakan harus bening dan tidak boleh ada
goresan agar cahaya yang masuk kedalam kuvet tidak mengalami
pemantulan cahaya sehingga hasil yang didapatkan juga akurat. Karena
kuvet yang digunakan pada praktikum kali ini sudah pernah digunakan
sebelumnya, maka kemungkinan terdapatnya goresan pada kuvet sangat
besar. Sehingga jika ada goresan pada kuvet, cahaya yang masuk
kedalam kuvet menjadi tidak maksimal sehingga kadar glukosa dalam
darah yang didapatkan juga akan berbeda.
3. Spektrofotometer
Spektrofotometer yang digunakan pada praktikum kali ini memiliki
tingkat cahaya yang tinggi sedangkan sampel yang kita gunakan sangat
sedikit. Hal tersebut juga akan mempengaruhi kadar glukosa didalam
darah. Karena kuvet yang dimasukkan harus dinaikkan sedikit agar
cahaya yang dikeluarkan oleh spektrofotometer dapat mengenai kuvet
yang sudah berisikan dengan sampel. Penaruhan kuvet yang tidak
sejajar juga dapat mempengaruhi nilai konsentrasi glukosa didalam
darah. Pada praktikum spektrofotometer yang digunakan diletakkan
diatas meja kayu. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi kualitas uji
spektrofotometer. Spektrofotometer merupakan alat yang ditempatkan di
meja beton agar alat menjadi lebih stabil. Jika ditaruh di meja kayu,
cahaya yang dikeluarkan oleh spektrofotometer dapat terganggu jika ada
getaran pada meja tersebut sehingga pemeriksaan kadar glukosa didalam
darah juga akan menjadi tidak maksimal.
4. Serum darah
Serum darah juga dapat mempengaruhi hasil akhir, berdasarkan
teori yang penulis dapat serum darah yang baik untuk pemeriksaan
glukosa adalah sampel yang digunakan sebelum 2 jam setelah
pengambilan (Albert, 2017). Tetapi pada praktikum kali ini sampel/
serum darah yang digunakan melebihi dari 2 jam, dimana hal ini
mempengaruhi hasil akhir yang didapat pada pemeriksaan glukosa.
VII. KESIMPULAN
Dari hasil pemeriksaan kadar glukosa pada sampel serum 2 didapat kadar
glukosanya yaitu 127,13 mg/dl. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kadar glukosa
pada serum 2 tersebut meningkat dari nilai batas normal menurut batas normal
glukosa adalah (70 – 110 mg/dl). Faktor yang mempengaruhinya adalah
pemipetan sampel, kuvet, alat spektofotometer dan serum dalam darah.
DAFTAR PUSTAKA
Albert Agung, 2017. Perbedaan Kadar Glukosa Serum dan Plasma Natrium
Fuiorida dengan penundaan pemeriksaan. Fakultas Kedokteran
Universitas Ponegoro. Tembalang-Semarang
Andi , Frmansyah. 2013. Pemeriksaan Gula Darah Metode GOD PAP. Online.
Available : http://andisianalis.blogspot.de/2013/03/pemeriksaan-
gula-darah-metode-god-pap.html, diakses 24 Juni 2014.
Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya.
Erlangga, Jakarta.
Poltekes, 2014. Pemeriksaan Glukosa. Jurusan Analisis Kesehatan. Politeknik
Kesehatan Denpasar.
Price, Sylvia A dan Wilson, Lorrain M, 2005, Patofisiologi Konsep Klinis
Proses- proses Penyakit, edisi 6, Jakarta: EGC.
Rizkiany, H.N. 2011. Pendahuluan Spektrofotometer. Bogot: Institut Pertanian
Bogor