Professional Documents
Culture Documents
Mega Utami-Fst PDF
Mega Utami-Fst PDF
15 FEBRUARI 2011
Skripsi
MEGA UTAMI
107097000167
JAKARTA
2011
ANALISIS MEKANISME PUSAT GEMPASOROAKO
15 FEBRUARI 2011
Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh:
MEGA UTAMI
107097000167
JAKARTA
2011
LEMBAR PERNYATAAN
MANAPUN.
Mega Utami
107097000167
ABSTRAK
Pada tanggal 15 Februari 2011 terjadi gempa besar di Soroako dengan koordinat
episenter 2.56 LS- 121.56 BT. Dengan kedalaman 20.6 km dan berkekuatan 6.1
wilayah kawasan aktif gempa bumi karena merupakan batas pertemuan antara
disebabkan oleh sesar atau patahan. Mekanisme pusat gempa merupakan metode
parameter sesar yang terjadi berupa, penentuan nilai strike, dip, dan rake .
kompresi dan dilatasi serta di input ke program azmtak lalu didapatkan parameter
dan jenis sesarnya. Hasil yang diperoleh dari analisis mekanisme pusat gempa di
Soroako ini berupa sesar naik, atau reverse/thrust fault, berorientasi Timur Laut-
Barat Laut dengan arah bidang sesar (strike) 1110/200 dan kemiringan bidang
i
ABSTRACT
Magnitude 6.1 SR. Soroako, South Sulawesi can be categorized in the region that
between the Hindia-australian Plate and the Eurasian Plate. Tectonic earthquake,
used to determine the type of fault by determining the value of the strike, dip, and
rake. This study uses the initial wave polarity P to determine the direction of P
wave first motion which was subsequently converted to a data compression and
dilatation as well as the input to the program azmtak then obtained parameters
and the type of fault. Result obtained from analysis of the focus mechanism of the
North West with direction of the fault plane (strike) 1110/200 and dip of the fault
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW selaku suri tauladan
yang baik dan kepada para sahabat, keluarga dan pengikutnya hingga akhir
zaman.
Dengan selesainya penulisan tugas akhir ini, penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, serta adik yang selalu memberikan dukungan
2. Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains
3. Bapak Sutrisno, M.Si selaku Ketua Program Studi Fisika Fakultas Sains
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Tati Zera, M.Si selaku pembimbing pertama yang senantiasa sabar
membimbing penulis.
iii
6. Bapak Bayu Pranata, S.Si selaku pembimbing lapangan yang dengan sabar
tentang apa yang penulis perlukan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
penulis.
10. Dan semua pihak yang belum disebutkan diatas, yang telah membantu
Penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK...................................................................................................................... i
ABSTRACT................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR…………………………............................................…………. viii
DAFTAR TABEL……………………………………………...................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.3. Batasan Masalah ............................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
1.6. Sistematika Penelitian ....................................................................... 5
v
2.5 Mekanisme Pusat Gempa Bumi .......................................................... 27
vi
4.2. Mekanisme Pusat Gempa Utama ....................................................... 72
4.3. Mekanisme Pusat Gempa Susulan ..................................................... 76
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 2.25 Gambaran 3 Dimensi Radiasi Gelombang Gempa Model Kopel
Ganda .................................................................................................... 48
Gambar 2.26 Proyeksi Bola Pusat Gempa ke Bidang Ekuatorial .............................. 49
Gambar 2.27 Orthogonalitas Dua Bidang Nodal ....................................................... 50
Gambar 2.28 Bidang Proyeksi Luasan Sama (Bidang Stereografis) ......................... 51
Gambar 2.29 Pengukuran Sudut Strike dan Dip Pada Diagram dan Penampang ...... 52
Gambar 2.30 Penentuan Sumbu P dan T dari Kutub Pada Garis Nodal .................... 53
Gambar 2.31 Penentuan Sudut Rake pada Reverse Fault dan Normal Fault ............. 54
Gambar 2.32 Penentuan Tipe Sesar dengan Sudut Rake ........................................... 55
Gambar 2.33 (a) Kepulauan Sulawesi (b) Wilayah Sulawesi Selatan ...................... 57
Gambar 2.34 Persebaran Gempa pada Lempeng Subduksi ....................................... 62
Gambar 3.1 Peta Lokasi Episenter Gempa Bumi Soroako – Sulawesi Selatan ....... 63
Gambar 3.2 Diagram Alir Prosedur Penentuan Solusi Mekanisme Sumber Gempa
Bumi ..................................................................................................... 66
Gambar 4.1 Format data gempa untuk input ke program Azmtak (Gempa Utama) 71
Gambar 4.2 Bola Fokus Gempa Bumi Soroako 15 Februari 2011 dengan Hasil
Olahan Program Azmtak ...................................................................... 74
Gambar 4.3 Format data gempa untuk input ke program Azmtak (Gempa
Susulan) ................................................................................................ 77
Gambar 4.4 Bola Fokus Gempa Susulan dengan Hasil Olahan Program Azmtak .. 80
Gambar 4.5 Hasil Analisis Mekanisme Fokus Gempa Soroako (Sumber
International Seismology Center) ......................................................... 82
Gambar 4.6 Penyebaran Pusat Gempa Bumi di Sulawesi Selatan dan Sekitarnya .. 83
Gambar 4.7 Penampang Melintang Seismisitas Bidang A-A’ ................................. 85
Gambar 4.8 Penampang Melintang Seismisitas Bidang B-B’ ................................. 86
Gambar 4.9 Penampang Melintang Seismisitas Bidang C-C’ ................................. 87
Gambar 4.10 Penampang Melintang Seismisitas Bidang D-D’ ................................. 88
Gambar 4.11 Penampang Melintang Seismisitas Bidang E-E’ ................................. 88
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
Maha Suci Alloh SWT yang telah menciptakan semua makhluk dengan begitu
sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Maha teliti apa yang kamu kerjakan. Dia
letakkan segala sesuatu, dan untuk segala sesuatu ada suatu tanda yang
engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. (Itulah)
Alloh yang menciptakan dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Maha teliti
akibat dari tumbukan dan konvergensi tiga lempeng utama yang ada di bumi kita
pergerakan yang berbeda, yaitu Lempeng Eurasia bergerak dari utara ke arah selatan
utara, Lempeng Pasifik bergerak dari timur ke arah barat. Akibat dari gerakan ketiga
lempeng ini menimbulkan unsur-unsur tektonik lainnya seperti sesar, patahan lokal,
1
lipatan, tanah turun dan sebagainya. Kondisi ini menjadikan wilayah Indonesia
sebagai daerah tektonik aktif dengan tingkat seismisitas atau kegempaan yang tinggi.
Wilayah Sulawesi Selatan dan sekitarnya merupakan daerah yang rentan terhadap
bencana alam gempabumi karena wilayah ini dilalui patahan Palu Koro yang
memanjang dari Palu ke arah Selatan Tenggara melalui Sulawesi Selatan bagian
utara menuju keselatan Kabupaten Bone sampai di laut Banda, patahan Saddang
mulai dari Mamuju memotong diagonal melintasi daerah Sulawesi Selatan bagian
Tengah, Sulawesi Selatan bagian Selatan, Bulukumba menuju Pulau Selayar bagian
penyebaran hiposenter dan mekanisme sumber gempa bumi. Bentuk atau pola
hiposenter dan analisis mekanisme sumber gempa bumi. Metode yang dilakukan
hiposenter yang arahnya tegak lurus trench, dari rangkaian penampang melintang
akan diketahui pola penyebaran hiposenter dan gambaran model tektonik serta
2
gerakan pertama gelombang P. Mekanisme sumber gempa bumi merupakan metode
sebagai berikut :
Sulawesi Selatan.
3
2. Penggunaan data dalam penentuan mekanisme pusat gempa bumi yang
Sulawesi Selatan.
Sulawesi Selatan.
4
1.6 Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan dalam penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini
BAB 1 : PENDAHULUAN
gempa bumi, mekanisme pusat gempa bumi, teori dasar mekanisme pusat, pola
Merupakan penjelasan tentang waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan metode
Merupakan penjelasan tentang hasil pengolahan data, pembahasan dan hasil dari
analisis data.
Merupakan penjelasan tentang kesimpulan yang diambil dari hasil analisa serta saran-
5
BAB II
LANDASAN TEORI
pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah
mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu
dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading
yang dikembangkan pada tahun 1960. Bagian terluar dari interior bumi
terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat litosfer yang terdiri atas
kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat. Di bawah lapisan
litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir seperti
cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat
lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang rendah.
Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih
kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan
yang tinggi.
Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik
6
(menyamping). Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan
50-100 mm/a.
Terdapat anggapan lama pada abad-abad yang lampau, bahwa bumi adalah
sesuatu yang rigid atau kaku sementara benua-benua berada pada kedudukannya
morfologi dari pantai-pantai yang dipisahkan oleh Samudera Atlantik. Hal ini
tidak tetap akan tetapi selalu bergerak. Konsep-konsep ini dibagi menjadi tiga
7
1. Konsep yang menerangkan bahwa terpisahnya benua disebabkan oleh
Snider,1857).
(Alfred Wegener, 1912). Akan tetapi teori ini tidak bisa menerangkan
yaitu Teori Tektonik Lempeng. Teori ini lahir pada pertengahan tahun
Pada awalnya ada dua benua besar di bumi ini yaitu Laurasia dan
Gondwana kemudian kedua benua ini bersatu sehingga hanya ada satu benua
besar (supercontinent) yang disebut Pangaea dan satu samudera luas atau yang
disebut Panthalassa (270 jt th yll). Dari supercontinent ini kemudian terpecah lagi
menjadi Gondwana dan Laurasia (150 jt th yll) dan akhirnya terbagi-bagi menjadi
lima benua seperti yang dikenal dan ditempati oleh manusia sekarang. Terpecah-
pecahnya benua ini menghasilkan dua sabuk gunung api yaitu Sirkum Pasifik dan
terpecahnya benua ini bisa diterangkan oleh Teori Tektonik Lempeng sebagai
berikut :
8
1. Penyebab dari pergerakan benua-benua dimulai oleh adanya arus
bumi yang berupa lelehan). Arah arus ini tidak teratur, bisa
2. Dalam kondisi tertentu dua arah arus yang saling bertemu bisa
ini akan menembus kulit bumi yang berada di atasnya. Magma yang
lebarnya lebih dari 2000 km, atau melebihi ukuran Pegunungan Alpen
9
3. Kerak (kulit) samudera yang baru, terbentuk di pematang-pematang ini
karena aliran material dari mantel. Batuan dasar samudera yang baru
terbentuk itu lalu menyebar ke arah kedua sisi dari MOR karena
desakan dari magma mantel yang terus-menerus dan juga tarikan dari
Floor Spreading).
4. Keberadaan busur kepulauan dan juga busur gunung api serta palung
Spreading maka suatu saat kerak samudera akan bertemu dengan kerak
dengan batuan benua yang mempunyai densitas sama atau lebih besar
10
terjadi pada kerak benua sehingga tidak akan lebih dalam dari 30 km
tektonik adalah litosfer bumi yang terdiri dari mantel dan kerak bumi
yang mengapung di atas astenosfer yang cair dan panas. Adanya gaya
tektonik yang timbul akibat arus konveksi di dalam mantel bumi, maka
satu sama lain. Oleh karena itu timbul tekanan yang menyebabkan
11
2. Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika - Lempeng benua.
Lempeng benua.
Lempeng benua.
samudera
12
hampir semua atau semua benua. Superkontinen Rodinia diperkirakan terbentuk 1
miliar tahun yang lalu dan mencakup hampir semua atau semua benua di Bumi
dan terpecah menjadi delapan benua sekitar 600 juta tahun yang lalu. Delapan
benua ini selanjutnya tersusun kembali menjadi superkontinen lain yang disebut
Pangaea yang pada akhirnya juga terpecah menjadi Laurasia (yang menjadi
Amerika Utara dan Eurasia), dan Gondwana (yang menjadi benua sisanya).
Kerak Samudera Pasifik dan Hindia yang bergerak sekitar 2-5 cm per tahun
lempeng besar sehingga Indonesia merupakan salah satu daerah yang memiliki
aktivitas kegempaan yang tertinggi di dunia. Terdapat dua sabuk gunung api yang
13
Samudera Hindia ke dalam Kerak Benua Eurasia, dan Sirkum Pasifik sebagai
bagi kita:
Qur’an, “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di
27:88)
2. Gunung api muncul karena tekanan yang tinggi pada magma hasil mixing
sehingga akan menerobos ke atas. Andaikan saja magma ini tidak bisa
tersimpan tekanan pada dapur magma yang sangat besar dan akan terus
demikian pada kondisi seperti itu apabila batuan sekitar yang menampung
gempa bumi vulkanik yang teramat sangat hebatnya. Fenomena ini pun
di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia
14
menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat
Bumi itu dinamis, tidak statis, didalam perut bumi inti bumi cair (liquid
outer core) yang sangat panas terus berputar mengelilingi inti bumi padat (solid
inner core) yang merupakan metal. Pengaruhnya terhadap magnet bumi membuat
dimana terdapat dapur magma yang sangat panas dan dinamis berputar dengan
siklusnya sendiri. Ini mendorong lithosfer dimana terdapat plate diatasnya untuk
diatasnya untuk bergerak (magma yang keluar setelah dingin dan membeku ikut
membentuk lapisan itu sendiri). Daerah itu disebut Divergent margin (atau biasa
dikenal dengan spreading center) bisa juga disebut daerah bukaan. Karena
yang disebut Convergent Margin. Convergent margin sendiri ada dua jenis, yaitu
seperti Himalaya).
15
2.1.3 Jenis Batas Lempeng
Terdapat tiga jenis batas lempeng yang berbeda, dari cara lempengan
tersebut bergerak relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing
(ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke
kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat), atau batas dua lempeng
menumpuk.
dua lempeng tersebut dan membentuk batuan baru. Pada proses ini
jika dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain dan menyebabkan
16
biasanya berada di zona subduksi, di mana potongan lempeng yang
vulkanik.
Transform)
Gempa bumi adalah peristiwa pelepasan energi di dalam bumi, secara tiba-
tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi
bumi.
elastik (elastic rebound theory) menjelaskan bahwa gempa bumi terjadi, karena
17
proses retakan atau patahan pada kerak bumi sebagai hasil dari pelepasan stress
elastik secara mendadak yang melampaui kekuatan batuan. Ketika sesar terjadi,
energi dalam bentuk panas dan vibrasi gelombang elastik. Jadi, menurut teori ini
bersifat kompresi dan dilatasi (Waluyo, 1992). Gerak kompresi dan dilatasi ini
akan terdistribusi di sekitar sumber gempa bumi dalam empat kuadran. Dua
bidang yang saling tegak lurus memisahkan daerah kompresi dan dilatasi disebut
sebagai bidang nodal. Salah satu dari bidang nodal ini adalah bidang patahan
(fault plane) dan yang lain adalah bidang bantu (auxiliary plane).
18
a. Gempa Bumi Tektonik
tektonik. Lempeng tektonik bumi kita ini terus bergerak, ada yang saling
b. Gempa Vulkanik
getaran tanah.
c. Gempa Runtuhan
tektonik pada sesar bumi. Biasanya ini terjadi pada batas lempeng
19
gempa vulkanik, efek goncangan lebih ditimbulkan karena desakan
sesarnya berada di dasar laut, karena itu biasanya benturan yang terjadi
(Fowler, 1990):
mekanisme terjadinya.
20
Gambar 2.8 Klasifikasi gempa bumi oleh pergeseran lempeng tektonik
regangan (strain).
21
2. Sesar Bumi (Earth Fault)
Sesar bumi (fault) adalah celah pada kerak bumi yang berada di
oleh pergerakan batuan dan lempeng pada sesar ini. Bila batuan yang
displacement).
3. Magnitudo (Magnitude)
22
3. Magnitudo gelombang permukaan MS (surface-wave
magnitude)
Namun yang paling populer adalah magnitudo lokal ML yang tak lain
adalah Magnitudo Skala Richter (SR). Magnitudo ini dikembangkan pertama kali
pada tahun 1935 oleh seorang seismologis Amerika, Charles F. Richter, untuk
100 km dari episenter gempa. Besarnya gelombang ini tercatat pada seismograf.
Seismograf dapat mendeteksi gerakan tanah mulai dari 0,00001 mm (1x10-5 mm)
skala ini, Richter menggunakan bilangan logaritma berbasis 10. Ini berarti setiap
kenaikan 1 angka pada skala Richter menunjukan amplitudo 10 kali lebih besar.
23
2.3 Gelombang Seismik
bagian dalam bumi dan melalui permukaan bumi, akibat ada lapisan batuan yang
(surface wave).
yaitu:
paling tinggi diantara gelombang lainnya dan tiba paling awal tercatat
pada seismogram.
24
a. Gelombang SV adalah gelombang S yang gerakan partikelnya
wave)
25
Gambar 2.11 Penjalaran gelombang badan (body wave) dan gelombang
pensesaran adalah teori bingkas elastik (elastic rebound theory). Konsep teori ini
menyatakan bahwa gempa bumi terjadi akibat proses pensesaran di dalam kerak
bumi sebagai akibat pelepasan mendadak dari strain elastic yang melampaui
deformasi yang terus-menerus dan semakin besar. Apabila sesar terjadi, bagian
dan energi yang dilepaskan akan berbentuk getaran gelombang elastik yang
26
(a) (b) (c)
deformasi, sehingga batuan melengkung seperti ditunjukan pada Gambar 2.4 (b).
Arah stress tegak lurus terhadap perambatan gelombang. Jika stress masih terus
bekerja maka batuan akan semakin melengkung sampai suatu saat stress akan
melampaui kekuatan batuan, sehingga batuan akan patah dan bergeser satu sama
lain pada bidang sesar. Proses ini disebut pensesaran yang menyebabkan stress
menghilang dan batuan akan mempunyai posisi kesetimbangan yang baru seperti
ditunjukan pada Gambar 2.4 (c). Apabila stress bekerja lagi, maka batuan akan
mengalami deformasi lagi pada bidang sesar, sehingga batuan akan bergeser
Mekanisme pusat gempa bumi atau focus mechanism adalah istilah yang
digunakan untuk menerangkan sifat penjalaran energi gempa bumi yang berpusat
pada hiposenter atau fokus gempa bumi itu terjadi. Sesar sering dianggap sebagai
27
mekanisme penjalaran energi gelombang elastik pada fokus tersebut, sehingga
dengan memperoleh arah gerakan sesar dan arah bidang sesar untuk suatu gempa
Secara garis besarnya, gerak sesar ini dibedakan menjadi gerak mendatar
(strike slip), gerak vertikal (dip slip) dan gerak miring (oblique slip). Strike slip
terjadi apabila Pembentukan masing-masing jenis gerak sesar ini dipengaruhi oleh
sistem tegasan. Beberapa definisi yang lengkap dari sebagian ahli geologi struktur
• (Billing, 1959) :
• (Ragan, 1973) :
pergeseran.
• (Park, 1983) :
28
Berdasarkan Geometri dan Klasifikasi sesar, terlebih dahulu mengetahui
unsur-unsur geometri dari sesar itu sendiri. Beberapa unsur geometri sesar yang
a. Fault Surface (Bidang Sesar) adalah bidang pecah pada batuan yang
b. Fault Line (Garis Sesar) adalah garis yang dibentuk oleh perpotongan
j. Hade adalah sudut lancip antara bidang sesar dengan bidang vertikal
k. Slip adalah pergeseran relatif antara dua titik yang sebelumnya saling
berimpit
l. Strike Slip Fault adalah pergeseran blok pada bidang sesar yang sejajar
m. Dip Slip Fault adalah pergeseran blok pada bidang sesar yang tegak
29
o. Throw adalah jarak pergeseran pada bidang vertikal
yang sebenarnya
q. Dip of Fault adalah sudut yang dibentuk antara bidang sesar dengan
bidang horizontal
t. Separation atau pergeseran semu adalah jarak tegak lurus antara dua
w. Slicken Side atau cermin sesar adalah bidang sesar yang permukaannya
licin
x. Slicke Line atau gores garis adalah jejak pergeseran berupa garis-garis
y. Pitch adalah sudut lancip yang dibentuk antara gores garis dengan
30
.
f. Tipe gerakannya.
Di bawah ini akan dibahas beberapa pendapat ahli geologi struktur dalam
• (Anderson, 1951)
31
Membuat klasifikasi sesar berdasarkan pada pola tegasan utama sebagai
jenis sesar, yaitu sesar naik (thrust fault), sesar normal (normal fault) dan
vertical
vertical
• (Angelier, 1979)
sudut kemiringan (dip) bidang sesar, pergeseran vertikal atu throw (RV),
(RHL). Jenis sesar di dalam klasifikasi ini tergantung pada besarnya nilai
RHL dan RHT. RHL dan RHT ditentukan berdasarkan besarnya pitch dan
• RHL = R cos I
• RV = R sin i sin
Berdasarkan pada nilai RHL dan RHT, maka sesar dapat dikelompokan
menjadi :
32
b. Sesar mendatar naik/normal, apabila RHL > RHT
c. Sesar naik atau normal murni, apabila RHT > 90% (Pitch > 80)
d. Sesar mendatar murni , apabila RHL > 90% (Pitch < 10)
• (Billing, 1977)
sekitarnya
3. Pola sesar
di sekitar, terdapat 6 jenis sesar, yaitu Sesar jurus (Strike fault), Sesar perlapisan
(Transverse fault).
• Sesar jurus (Strike fault) adalah sesar yang arah jurusnya sejajar
• Sesar kemiringan (Dip fault) adalah sesar yang jurusnya tegak lurus
33
• Sesar diagonal (Oblique or diagonal fault) adalah sesar yang jurusnya
sekitarnya.
membentuk sudut atau tegak lurus terhadap arah umum jurus lapisan
• Strike separation fault, terdiri atas Left lateral separation fault dan
dsb.
34
Berdasarkan genetis atau gaya yang bekerja padanya, jenis bidang sesar
dibedakan menjadi :
Terjadi apabila hanging wall relatif bergerak naik terhadap foot wall.
adalah vertikal. Umumnya sesar naik tidak pernah berdiri sendiri atau
bidang sesar umumnya memiliki arah kemiringan yang sama dan arah
jalur sesarnya relatif sama. Sejumlah sesar naik (Thrust zone) yang
Sesar mendatar (Strike slip fault atau Transcurent fault atau Wrench
hanging wall dan foot wall tidak lazim digunakan di dalam sistem
sesar ini.
35
3. Sesar Turun (Ekstensional fault/Normal fault)
terhadap foot wall. Gerak sesar normal ini dapat murni tegak atau disertai oleh
gerak lateral (sinistral atau dekstral). Sistem tegasan pembentuk sesar normal
yang terdiri dari strike, dip, dan rake. Mekanisme sumber gempa bumi dapat
36
dilatasi. Gerakan kompresi ditandai arah gerakan pertama naik, sedangkan
ke bawah (dilatasi). Dua garis putus-putus yang saling tegak lurus memisahkan
kelompok gerakan kompresi dan dilatasi. Kedua garis tersebut dinamakan garis
Kelompok gerakan kompresi dan dilatasi yang dipisahkan oleh garis nodal
dinamakan kuadran yang letaknya saling berhadapan, saling tegak lurus dan
Sejak model ini ditemukan tahun 1917 banyak sekali analisis telah
dijelaskan dengan sistem gaya sederhana. Sejak tahun 1960-an model kopel ganda
ditetapkan dan banyak digunakan oleh para pakar di bidang seismologi sebagai
37
sistem gaya yang dapat menjelaskan polarisasi gerakan pertama gelombang P
secara ilmiah.
Gambar 2.18 Orientasi bidang sesar yang terdiri dari strike, dip, dan rake
Dalam sistem koordinat (x, y, z) = (North, East, Down) dengan nilai n sebagai
berikut :
cos s + sin
= (2.2)
Vektor e adalah bidang vertikal antara dua bidang sesar yang saling
cos δ sin s +
= = cos δ cos s –
sin δ (2.3)
Vektor e dan c merupakan bidang sesar yang saling tegak lurus, sehingga
38
Dari persamaan di atas diperoleh nilai vektor kemiringan (slip) antara dua
=
cos〖λ cos s + sin λ cos δ sin s + cos λ sin s – sin λ cos δ cos s −
cos λ sin δ 〗
(2.5)
berikut. Misalkan dua lempeng yang saling bergerak relatif terhadap sesamanya,
Bila hal ini terjadi terus-menerus, maka terjadi akumulasi energi yang
besar, pada saat kondisi tertentu dimana batuan tersebut tidak mampu menahan
gelombang elastik yang menjalar ke segala arah, maka gempa bumi tersebut
terjadi dan dirasakan sebagai suatu getaran. Terjadinya gempa bumi dapat
dijelaskan dengan teori pegas elastis ( Elastic Rebound Theory) pada Gambar
2.18
39
Gambar 2.19 Teori Pegas Elastis
Garis tebal vertikal menunjukan pecahan atau sesar pada bagian bumi
yang padat. Pada keadaan I menunjukan suatu lapisan yang belum terjadi
perubahan bentuk geologi. Karena di dalam bumi terjadi gerakan yang terus-
menerus, maka akan terdapat stress yang lama kelamaan akan terakumulasi dan
mengandung stress dimana telah terjadi perubahan bentuk geologi. Untuk daerah
A mendapat stress ke atas, sedang daerah B mendapat stress ke bawah. Proses ini
berjalan terus sampai stress yang terjadi di daerah ini cukup besar untuk
karena lapisan batuan sudah tidak mampu lagi untuk menahan stress, maka akan
Pada keadaan III menunjukan lapisan batuan yang sudah patah, karena
sesar ini akan berjalan terus, sehingga seluruh proses di atas akan diulangi lagi
40
dan sebuah gempa akan terjadi lagi setelah beberapa waktu lamanya, demikian
seterusnya.
Gempa bumi disebabkan oleh sesar, oleh karena itu energi yang
Gambar 2.20 menunjukkan bahwa jika terjadi sesar mendatar dextral (geser kiri),
stasiun pada lokasi kuadran II dan IV akan menerima tarikan dan ke atas untuk
sumber gempa. Dengan teknik semacam ini setiap gempa yang terjadi dapat
dianalisa sebagai hasil dari sesar normal, sesar naik maupun sesar mendatar.
2002).
Gambar 2.20 Lokasi Daerah Yang Akan Mengalami Tarikan Dan Tekanan Pada
41
2.7.1 Teori Kopel Tunggal dan Kopel Ganda
model gaya yang dipakai, yakni yang dikenal sebagai sistem gaya tipe 1 yang
berupa kopel tunggal dan sistem gaya tipe 2 yang berupa kopel ganda. Hipotesa
model gaya ini diperkenalkan oleh Honda pada tahun 1957. Menurut Honda,
untuk gempa bumi pada dasarnya disebabkan oleh sistem gaya tipe II (Sianturi,
1997).
dua gaya yang sama dan berlawanan arah, berlaku sebagai momen. Sedangkan
teori kopel ganda menyatakan bahwa pada sumber gempa bumi bekerja empat
gaya yang sama besar dan yang berlawanan arah yang berlaku sebagai sepasang
42
Gambar 2.22 Pola Radiasi Untuk Sistem Gaya Kopel Tunggal Dan Model
Elastik Rebound
gerakan awal gelombang P dibangun dari Teori Bingkas Elastis oleh Reid pada
yang meliputi Strike, Dip, Rake, dan Slip (Suetsugu, 1995). Mekanisme sumber
gempa dapat ditentukan dengan beberapa cara, antara lain dengan menggunakan
berlawanan, yaitu kutub kompresi (arah gerakan naik atau dorongan) dan dilatasi
( arah gerakan turun atau tarikan) tergantung pada arah gerakan tersebut
sistematis polarisasi gerakan tersebut ditentukan oleh azimuth dan jarak dari
43
Gambar 2.23 menunjukkan contoh polarisasi gelombang P. Lingkaran
patah-patah yang saling tegak lurus memisahkan kelompok gerakan kompresi dan
gerakan dilatasi. Kedua garis itu dinamakan garis nodal dimana tidak terdapat
kompresi dan dilatasi yang dipisahkan oleh garis nodal dinamakan yang letaknya
Gambar 2.23 Penjalaran Gerakan Awal Primary dan Secondary Wave di dalam
bumi
Sejak model ini ditemukan tahun 1917 banyak sekali analisis telah
gempa dapat dijelaskan dengan sistem gaya sederhana. Sejak tahun 1960-
an`model kopel ganda telah ditetapkan dan banyak digunakan oleh para pakar di
bidang seismologi sebagai sistem gaya yang dapat menjelaskan polarisasi gerakan
44
2.7.3 Teori Mekanisme Dengan Metode Impuls Pertama Gelombang Primer
(P)
terpancarkan ke segala arah berbentuk fase gelombang. Fase awal yang tercatat
lebih dahulu ialah gelombang P, karena memiliki kecepatan terbesar dari pada
amati untuk mempelajari sumber mekanisme. Hal ini dapat disebabkan karena
menjadi sulit. Selain untuk menentukan gerakan awal gempa dan studi solusi
bidang sesar, metode ini penting untuk menentukan gerakan dari plate tektonik
bidang sesar yang disebut sebagai Fault Plane Solution. Ada beberapa ketentuan
sumber gempa bekerja dua gaya yang sama besar dan berlawanan
45
menyatakan bahwa pada sumber bekerja empat gaya yang sama besar
dan berlaku sebagai pasangan momen gaya yang saling tegak lurus.
Pada dasarnya solusi bidang sesar adalah mencari dua bidang nodal
sumbernya.
Bola sumber adalah suatu ilustrasi dari sebuah bola yang berpusat di
sumber gempa. Bola sumber meliputi jejak seismik yang menjalar dari sumber
gempa sampai ke stasiun penerima. Untuk menentukan posisi suatu titik pada bola
sumber yang memuat informasi impuls pertama gelombang primer (P) kompresi
atau dilatasi, maka yang dipergunakan koordinat sudut sinar (I, (d), I menyatakan
sudut keberangkatan gelombang yang lazim, dimana bisa disebut incident angel.
".$.(&
Sin I = ……………………………………………(2.6)
'(&
Dimana, :
46
2.7.4 Diagram Mekanisme Sumber
yang dipancarkan oleh hiposenter. Jika, stasiun seismograf yang melingkupi pusat
gempa cukup banyak, maka dengan mudah dapat dipisahkan antara kelompok
sehingga tidak semua gempa dapat ditentukan solusi mekanisme pergerakan pusat
gempanya.
secara global dapat digunakan prosedur grafik untuk menentukan dua bidang
nodal. Hiposenter diasumsikan sebagai bola dengan radius sangat kecil yang
meninggalkan bola sumber gempa dengan sudut elevasi I dan azimuth ɸ, ɸ adalah
azimuth stasiun penerima yang diukur dari titik utara episenter ke stasiun
penerima searah jarum jam. Dan hasil pengukuran ɸ dan I serta penentuan fase
dilakukan untuk semua stasiun yang merekam getaran gempa, sehingga diperoleh
pada bola sumber gempa masih sama dengan polaritas pada hiposenter. Untuk
47
kasus gelombang seismik refleksi seperti gelombang P, polaritas gerakan awal
sumber gempa merupakan bentuk dimensi ruang maka polaritas gerakan awal
Hal ini sangat sulit untuk diinterpretasikan secara visual. Untuk mengatasi
masalah tersebut perlu dibuat proyeksi dari bentuk tiga dimensi ke bentuk dua
dimensi yang disebut sebagai diagram mekanisme sumber gempa yang lebih
Ganda
48
Gambar 2.26 Proyeksi bola pusat gempa ke bidang equatorial
gempa.
Pada model kopel ganda pola radiasi gelombang seismik simetri dengan
49
gempa. Bola sumber gempa dibelah menjadi dua (bagian atas dan bagian bawah)
Polaritas data S (kompresi atau dilatasi) pada belahan bola bagian bawah
diproyeksikan pada titik pada diagram. Polaritas data pada belahan bola bagian
atas simetri dengan data yang ada dibelahan bola bagian bawah. Dua bidang nodal
dinyatakan pada diagram sebagai dua garis. Karena dua bidang tersebut tegak
lurus satu sama lain, maka masing-masing bidang saling berpotongan melalui
sumbernya atau pusatnya. Pusat atau sumber ini merupakan vektor yang tegak
lurus bidang. Arah vektor yang menjauhi hiposenter ditandai dengan titik potong
antara vektor dan bola sumber gempa yang dinyatakan titik pada diagram.
Dua garis nodal membagi diagram kedalam empat kuadran kompresi dan
gambar arsiran. Pada diagram dapat dibaca parameter bidang nodal yan terdiri
50
dari sudut strike, dip, dan rake (slip). Penting untuk diketahui bahwa salah satu
tersebut digunakan untuk menentukan azimuth dan sudut busur pada garis nodal.
yang diukur dari garis vertikal. Prosedur untuk menentukan parameter bidang
strike dan diukur searah jarum jam dari arah utara (Gambar 2.29)..
(Gambar 2.29)
51
Gambar 2.29 Pengukuran Sudut Strike Dan Dip Pada Diagram Dan
Penampang
3. Sumbu tekanan P dan sumbu tarikan T terletak pada titik 450 dari dua
garis nodal disebut sumbu N (null) yang merupakan arah stress nol.
dari arah utara) dan plunge (diukur ke arah bawah dari horizontal).
maka sesar gempa disebut reverse fault dan jika berada di kuadran
dilatasi, maka disebut normal fault. Dengan kata lain bila sumbu T
berada pada satu kuadran dengan pusat diagram akan diperoleh reverse
52
fault. Sebaliknya bila sumbu P berada dalam kuadran yang sama
diagram berada pada atau dekat dua garis nodal maka akan dihasilkan
4. Vektor slip untuk satu bidang nodal tegak lurus pada bidang nodal
Gambar 2.30 Penentuan Sumbu P Dan T Dari Kutub Pada Garis Nodal
Rake dari vektor slip didefinisikan dengan sudut antara arah strike dan
stereografis. Sudut rake negatif untuk normal fault, karena sudut rake negatif
53
menunjukan bahwa hanging wall block bergerak turun, secara relatif terhadap
footwall block.
Untuk reverse fault, bila vektor slip menunjuk ke arah atas dan diukur
sudut antara arah strike dan kutub pada setengah lingkaran bagian atas. Untuk
bagian bawah kemudian mengkonversi sudut yang telah diukur pada setengah
bola bagian bawah ke sudut rake, dengan mengurangkan sudut tersebut dari 1800.
Gambar 2.31 Penentuan Sudut Rake Pada Reverse Fault Dan Normal
Fault
54
Gambar 2.32 Penentuan Tipe Sesar Dengan Sudut Rake
pertemuan tiga lempeng tektonik benua, yaitu: Lempeng Asia bergerak dari utara
menuju utara dan lempeng Pasifik yang bergerak dari timur ke barat. Akibat dari
sesar, patahan lokal, lipatan, tanah turun dan sebagainya. Kondisi ini menjadikan
wilayah Indonesia sebagai daerah tektonik aktif dengan tingkat seismisitas atau
kompleks sebagai akibat dari tumbukan dan konvergensi tiga lempeng utama yang
55
dan Lempeng Pasifik. Pada level micro plate yang lebih detail lagi kita dapat
melihat adanya tumbukan antara blok sunda bagian tenggara dengan blok sula
adalah Sesar Palu Koro pada batas barat daya, Sesar Matano pada batas selatan,
dan subduksi di bawah lengan utara Sulawesi (Palung Sulawesi) pada batas utara.
bencana alam seperti fenomena gempa bumi, erupsi vulkanik, tsunami, dan
terhadap bencana alam gempabumi karena wilayah ini dilalui patahan Palu Koro
yang memanjang dari Palu ke arah Selatan Tenggara melalui Sulawesi Selatan
bagian utara menuju ke selatan Kabupaten Bone sampai di laut Banda, patahan
Pulau Selayar bagian Timur. Dimana keduanya juga di himpit oleh adanya
56
(a) (b)
Kondisi geologi dan struktur geologi serta tatanan tektonik yang sangat
rumit dan komplek. Akibat pengaruh gerak-gerak lempeng tektonik dari arah
utara yang dicirikan oleh tunjaman parit Sulawesi dan gerakan-gerakan tektonik
dari arah timur yaitu sesar Sangihe dan Tunjaman Molluca. Selain faktor tersebut
Dengan kondisi geologi seperti yang telah diuraikan diatas, derah ini
57
konsekuensinya perkembangan jumlah penduduk meningkat, sehingga apabila
terjadi bencana alam geologi dapat menimbulkan kerugian harta benda dan korban
Berdasarkan kajian bahaya dan resiko gempa bumi daerah telitian dibagi
atas tiga daerah kerentanan bencana gempa bumi, yakni kerentanan bencana
gempabumi tinggi, sedang dan rendah. Pola kerentanan bencana gempa bumi di
daerah telitian memiliki pola memanjang dengan arah relatif utara-selatan. Zona
Dari adanya sesar – sesar dan pemekaran selat Makassar dan selat Bone di
1 Gempa Bulukumba
2 Gempa Tinambung
3 Gempa Majene
58
Tanggal 23 Februari 1969, Jam 08:36:56,6 WITA Epicenter: 3,118 LS
4 Gempa Mamuju
5 Gempa Mamuju
6 Gempa Ulaweng
7 Gempa Pinrang
Setiap gempabumi akan berulang kembali pada daerah yang sama. Seperti
halnya untuk gempa bumi Ulaweng dan Pinrang. Kondisi seismotektonik sangat
1 Patahan Palukoro :
59
Sesar ini memanjang dengan arah utara – selatan melewati kota
2 Patahan Saddang :
bagian Timur.
60
bahwa daerah di sekitar sesar Saddang aktifitas seismiknya
akan meningkat.
3 Pemekaran-pemekaran :
4 Sesar Matano :
2.9 Seismisitas
peta yang menggambarkan frekuensi dan intensitas gempa pada lokasi yang di
vulkanisme dan ledakan yang disebabkan oleh manusia. Dari ketiga hal tersebut
61
perpindahan mendadak massa kerak bumi adalah faktor yang paling besar
Ketika mencapai batas elastisitas batuan akan terdeformasi dan melepaskan energi
pergerakan magma pada dapur magma di gunung api, selain itu gempa juga
sedang (70-300 km) dan gempa sangat dalam (lebih dari 300 km). persebaran
62
BAB III
METODE PENELITIAN
sampai dengan Juli 2011 yang dilaksanakan di Badan Meteorologi Klimatologi dan
Sul-Sel
Gambar 3.1 Peta Lokasi Episenter Gempa Bumi Soroako – Sulawesi Selatan
63
3.3 Spesifikasi Alat dan Bahan Penelitian
Pada proses pembacaan fase gelombang primer, yakni fase P, alat dan bahan
3) Printer
1) Ms Office, Ms Word
2) Note pad
4) Seismisitas : WinITDB
5) PDFCreator
6) Command Prompt
1) Data seismik yang berupa, data waktu tiba dan arah gerakan pertama
64
Pusat Jakarta, yang selanjutnya dikonversi, agar dapat dibuka oleh
Software Dimas.
2) Data sekunder gempa bumi, yang diperoleh dari database gempa, yang
penelitian.
65
3.5 Tahapan Penelitian
Mulai
Pembuatan file sesuai format data lintang, bujur, kedalaman, jumlah data kode stasiun dan polarisasi data
Pengeplotan azimuth dan sudut take off pada bidang luasan yang sama
Penentuan mekanisme sumber gempa bumi dan parameternya yaitu dip, strike, dan rake
Tidak
Konsistensi hasil penentuan
mekanisme sumber
Ya
Selesai
Gambar 3.2. Diagram Alir Prosedur Penentuan Solusi Mekanisme Sumber Gempa Bumi
66
3.6 Pengolahan Data
(P) yang berupa pembacaan jejak pertama gelombang primer, yaitu kompresi/naik (c)
Data yang digunakan meliputi lokasi gempa bumi yang telah diketahui Koordinat
episenter (lintang dan bujur), kedalaman, jumlah kode stasiun yang mencatat
sumber gempa bumi, yaitu saat polaritas awal naik disebut kompresi, yang
dinotasikan sebagai c dan saat polaritas turun disebut dilatasi, yang dinotasikan
gelombang P).
mengarah ke bawah menjadi -1, untuk gerakan awal ke bawah (dilatasi) = -1.
67
format DAT, yang kemudian data ini akan menjadi input dalam Program
Azmtak, yang akan menghasilkan azimuth dan sudut take off (sudut elevasi)
5. Output dari Program Azmtak, akan menjadi input untuk Program Pinv. Output
dari Program Pinv, adalah pengeplotan azimuth dan sudut take off dan
memisahkan antara daerah kompresi dan dilatasi pada proyeksi bidang luasan
yang sama, sampai diperoleh dua garis pemisah yang membagi daerah
kompresi dan dilatasi kedalam empat kuadran. Salah satu bidang nodal
ke bentuk file PDF. Dapat diperoleh penentuan bidang sesar dari dua bidang
nodal.
8. Strike, dip, dan rake yang ditentukan dari solusi bidang sesar yang telah
diperoleh, untuk selanjutnya digunakan untuk interpretasi tipe dan arah sesar
cara melihat tingkat kesalahannya. Hasil yang diambil adalah hasil yang
mempunyai tingkat kesalahan kurang dari atau sama dengan ( < 30% ).
68
salah ( inconsistent ) dibagi dengan keseluruhan titik yang diplot dikali
dengan 100%.
10. Membandingkan solusi mekanisme sumber yang diperoleh pada penelitian ini
Hasil yang diperoleh dari Azmtak, yang berupa Beach Ball dapat dilihat
mekanisme sesar dari gempa buminya, yaitu dengan melihat posisi titik pusat
lingkaran terdapat pada daerah kompresi (diarsir) atau pada daerah dilatasi (tanpa
arsiran) dan posisi kedua nodal plane yang melingkupi Beach Ball tersebut.
Kemudian dibuat model bidang patahan dengan besar sudut solusi bidang sesar
Mekanisme sumber gempa bumi akan terlihat jelas tipe sesar yang
menyebabkan gempa itu terjadi. Berdasarkan bentuk Beach Ball Mekanisme Sumber
beserta sudut Strike, Dip, dan Rake/Slip dan bentuk bidang patahan. Dari hasil analisa
69
BAB IV
Patahan yang ditimbulkan oleh impuls gelombang atau orientasi bidang sesar
yang dianalisa dari data stasiun yang belum ditentukan hasil pembacaan dari impuls
software Azmtak. Input data berupa koordinat waktu dan lokasi kejadian, magnitudo,
untuk setiap stasiun dan koordinat lokasi setiap stasiun pencatat gempa bumi. Dari
menggunakan program azmtak. Berikut ini hasil polaritas gelombang dalam bentuk
notepad.
70
Gambar 4.1 Format data gempa untuk input ke program Azmtak (Gempa Utama)
71
4.2 Mekanisme Pusat Gempa Utama
Hasil pengumpulan dan seleksi data diperoleh dari arah gerakan pertama
bawah (dilatasi). Arah gerakan pertama gelombang P ini akan menjadi salah satu
input untuk program Azmtak dengan nilai 1 untuk gerak kompresi dan -1 untuk gerak
dilatasi. Hasilnya berupa data azimuth dan take off angle dari setiap stasiun. Seperti
72
STASIUN IMPULS TAKE OFF ANGLE (0) AZIMUTH (0)
APSI 1.00 59.61 2.14
AAII -1.00 56.65 100.55
BNDI -1.00 55.61 104.03
FAKI -1.00 54.00 92.64
ABJI 1.00 55.26 233.90
BBKI -1.00 56.61 261.52
BKSI -1.00 58.06 207.30
BKB -1.00 57.65 284.38
CGJI -1.00 58.06 207.30
BLJI -1.00 48.67 254.91
BYJI -1.00 54.87 236.36
CISI -1.00 55.14 231.34
CMJI -1.00 50.54 249.29
CNJI -1.00 51.04 247.55
FAKI -1.00 49.96 251.03
GTOI -1.00 54.00 92.64
JAGI 1.00 57.85 24.73
KASI -1.00 54.89 230.87
JMBI -1.00 47.68 259.40
KBKI -1.00 47. 07 272.31
KHK -1.00 57.43 261.23
KMMI 1.00 55.74 100.55
KMSI -1.00 55.39 225.24
KRK -1.00 57.66 39.77
LBMI -1.00 53.97 261.26
LEM -1.00 56.96 328.73
LUWI 1.00 50.58 6.82
LWLI 1.00 59.63 96.95
NGJI -1.00 47.33 243.90
NLAI -1.00 57.98 98.03
PBKI -1.00 58.36 268.44
PCI 1.00 56.32 311.54
PPBI -1.00 53.59 270.82
PWJI -1.00 57.39 240.12
SGSI -1.00 54.57 32.79
SKJI 1.00 59.46 252.74
SOEI 1.00 49.68 159.93
SPSI -1.00 53.60 230.73
STKI 1.00 56.38 283.84
SWI -1.00 49.47 80.79
SWJI 1.00 56.14 241.55
TNG -1.00 59.45 255.66
TNTI -1.00 54.19 60.93
TTSI 1.00 -59.66 252.08
UWJI -1.00 53.50 249.3
UGM -1.00 52.71 243.46
WSI 1.00 56.38 190.13
Dari data tersebut, terdapat nilai kompresi (c) sebanyak 14 stasiun dan dilatasi
(d) sebanyak 37 stasiun, dari seluruh total stasiun, yaitu 51 stasiun. Apabila semakin
73
banyak nilai data yang berupa kompresi, maka kemungkinan sesar untuk naik
semakin besar, bila nilai dilatasi banyak, maka kemungkinan sesar untuk turun
Selanjutnya dengan perintah PINV akan didapatkan hasil berupa Dip, Strike
dan Rake. Adapun hasil yang diperoleh dari perintah PINV berupa bola fokus bidang
Gambar 4.2 Bola Fokus Gempa Bumi Soroako 15 Februari 2011 dengan Hasil
Gambar 4.2 adalah bola fokus gempa bumi Soroako, dalam gambar tersebut
terdapat dua sudut yaitu, sumbu T (tarikan) dan sumbu P (tekanan). Sumbu T berada
74
di kuadran kompresi di tandai dengan kotak berwarna merah. Sumbu P berada di
kuadran dilatasi di tandai dengan kotak berwarna biru. Berdasarkan gambar dapat
diketahui bahwa hiposenter atau pusat diagram berada didalam kompresi (daerah
yang diarsir/diwarnai) dengan kata lain sumbu T satu kuadran dengan fokus, maka
dapat diinterpretasikan sebagai gempa bumi berpola sesar naik (thrust fault). Pada
pengukuran sudut, sudut rake (λ) bernilai positif (+) untuk sesar naik (thrust/reverse
fault) menandakan bahwa blok hanging wall bergerak ke atas terhadap foot wall. Hal
ini diperkirakan karena adanya tumbukan antara tiga lempeng besar, Pasifik, Eurasia,
dan Indo-Australia serta, lempeng sedang Filipina dan lempeng kecil Halmahera.
terdistribusi dominan di daerah barat laut, ada pula titik-titik kompresi yang berada di
sebelah selatan cenderung kearah barat daya tetapi sangat sedikit, sedangkan titik-
titik dilatasi berada di daerah timur dan cenderung ke arah timur laut, ada pula titik-
titik dilatasi yang berada di sebelah barat cenderung barat daya lebih sedikit
Nilai orientasi bidang sesar untuk Nodal I didapatkan, yaitu Strike: 1110, Dip:
700, dan Rake: 30. Sedangkan untuk Nodal II didapatkan Strike: 200, Dip: 870, serta
Rake: 1590. Perpotongan antara dua garis nodal disebut dengan sumbu N (null) yang
75
berarti arah stressnya nol. Sumbu T dan sumbu P merupakan parameter yang
Dari hasil gambar dan nilai-nilai orientasi bidang sesar dari gempa bumi
Soroako, 15 Februari 2011 adalah Reverse/Thrust Fault atau sesar naik, dimana
hanging wall bergerak ke atas terhadap foot wall dengan dominasi pada sumbu P.
Data gempa susulan yang digunakan adalah gempa pada tanggal 16 Februari
2011, pukul 08:12:45 WIB, dengan magnitude sebesar 4.9 SR, pada kedalaman 75
km, dengan lokasi 4.39 LU-126.67 BT, Kepulauan Talaud. Hasil pengumpulan dan
seleksi data diperoleh dari arah gerakan pertama gelombang P di stasiun yang berupa
gerakan ke atas (kompresi) dan gerakan ke bawah (dilatasi). Arah gerakan pertama
gelombang P ini akan menjadi salah satu input untuk program Azmtak dengan nilai 1
untuk gerak kompresi dan -1 untuk gerak dilatasi. Hasilnya berupa data azimuth dan
76
Gambar 4.3 Format data gempa untuk input ke program Azmtak (Gempa Susulan)
77
Tabel 4.2 Hasil Pengolahan data Azmtak (Gempa Susulan)
78
STASIUN IMPULS TAKE OF ANGLE (0) AZIMUTH (0)
AAI 1.00 56.65 100.55
AAII 1.00 56.65 100.55
APSI 1.00 59.61 2.14
BBKI -1.00 56.61 261.52
BKB -1.00 57.65 284.38
BKSI -1.00 58.06 207.30
BLJI 1.00 54.87 236.36
BNDI 1.00 55.61 104.03
BYJI 1.00 55.14 231.34
CBJI 1.00 49.93 254.56
CGJI 1.00 48.67 254.91
CISI -1.00 50.54 249.29
FAKI -1.00 54.00 92.64
GTOI 1.00 57.85 24.73
IGBI 1.00 55.29 225.22
JMBI 1.00 47.07 272.31
KASI 1.00 47.68 259.40
KBKI 1.00 57.43 261.23
KDI -1.00 59.54 145.20
KHK -1.00 55.74 225.24
KLI 1.00 48.16 261.51
KLSI -1.00 48.03 262.07
KMMI -1.00 55.39 238.84
KMSI 1.00 57.66 38.35
LBMI -1.00 56.96 72.97
LEM 1.00 50.58 252.26
LUWI 1.00 59.63 39.77
MNI 1.00 57.60 39.93
MPSI 1.00 -57.98 328.73
MRSI 1.00 58.36 6.82
MSAI 1.00 56.32 96.95
NGJI -1.00 53.59 243.90
NLAI -1.00 57.39 98.03
PBKI 1.00 54.57 268.44
PCI -1.00 59.46 311.54
PMBI -1.00 48.20 268.06
PPBI -1.00 49.68 270.82
PWJI 1.00 53.60 240.12
SBJI -1.00 49.25 256.27
SGSI -1.00 56.38 32.79
SKJI -1.00 49.47 252.74
SMKI 1.00 57.65 294.58
SOEI -1.00 56.14 159.93
SPSI 1.00 59.45 230.73
STKI -1.00 54.19 283.84
SWJI -1.00 53.67 241.55
TNG -1.00 49.79 255.66
TNGI 1.00 49.79 255.65
TNTI -1.00 56.70 60.93
TTSI 1.00 59.66 252.08
UGM 1.00 52.71 243.46
79
UWJI 1.00 53.50 249.36
WAMI 1.00 47.59 95.78
WSI -1.00 56.38 190.13
Dari data tersebut, terdapat nilai kompresi (c) sebanyak 31 stasiun dan dilatasi
(d) sebanyak 24 stasiun, dari seluruh total stasiun, yaitu 55 stasiun. Apabila semakin
banyak nilai data yang berupa kompresi, maka kemungkinan sesar untuk naik
semakin besar, bila nilai dilatasi banyak, maka kemungkinan sesar untuk turun
Selanjutnya dengan perintah PINV akan didapatkan hasil berupa Dip, Strike
dan Rake secara. Adapun hasil yang diperoleh dari perintah PINV berupa bola fokus
bidang nodal kompresi, dilatasi dengan nilai strike, dip, dan rake.
Gambar 4.4 Bola Fokus Gempa Susulan dengan Hasil Olahan Program Azmtak
80
Untuk gempa susulan ini pada umumnya kompresi terdistribusi dominan di
daerah barat laut, ada pula titik-titik kompresi yang berada di sebelah selatan
cenderung kearah barat daya tetapi sangat sedikit, sedangkan titik-titik dilatasi
banyak terdapat di daerah timur dan cenderung ke arah timur laut, ada pula titik-titik
dilatasi yang berada di sebelah barat cenderung barat daya. Distribusi dengan sumbu
dilatasi.
bidang sesar untuk Nodal I didapatkan, yaitu Strike: 1020, Dip: 780, dan Rake: -160.
Sedangkan untuk Nodal II didapatkan Strike: 1960, Dip: 740, serta Rake: -1670. Untuk
sumbu P (tekanan) berada disebelah timur dengan plunge 180 dan azimuth 620.
Sumbu T (tarikan) berada di wilayah thrust fault, ada yang menyebar disebelah
tenggara serta barat laut dengan azimuth 3320 dan plunge 20.
Dari hasil gambar dan nilai-nilai orientasi bidang sesar dari gempa bumi
susulan adalah Reverse/Thrust Fault atau sesar naik, dimana hanging wall bergerak
81
patahan naik dengan nilai rake -1710 dan arah jurus/jenis sesar (strike) bidang N 181
centroid pada gempa pertama adalah 1.154 LS dan 120.2 BT, dengan kedalaman 33
km. Sudut pergeseran (rake) pada nodal kedua adalah -410 dengan miring
landai/kemiringan (dip) 830 dan arah jurus/sesar (strike) sebesar 850 dengan
magnitudo 5.1 SR. Hasil analisis ISC menggunakan metode momen tensor centroid.
Dapat dilihat bahwa penyelesaian semua kejadian gempa bumi yang telah
diselesaikan baik oleh ISC maupun uji perbandingan gempa susulan memberikan
tipe sesar yang sama dengan gempa utama, yaitu sesar naik (thrust fault)
dapat terjadi perbedaan, yaitu pada gempa utama menggunakan polaritas gelombang
P begitu pula dengan uji perbandingan gempa susulan, sehingga perbedaan yang
terlihat tidak terlalu besar. ISC (International Seismology Center) dengan momen
82
tensor solution menggunakan gelombang permukaan, ISC pun melakukan penelitian
P dan S). Perbedaan kelajuan gelombang seismik menyebabkan waktu tiba setiap
tingkat seismisitas yang tinggi. Hasil pemetaan data gempa bumi Sulawesi Selatan
dan sekitarnya menggunakan software Win ITDB, dapat dilihat pada gambar 4.6 atau
Gambar 4.6 Penyebaran Pusat Gempa Bumi di Sulawesi Selatan dan Sekitarnya
Zona Sulawesi Selatan dan sekitarnya mempunyai aktifitas gempa bumi yang
tinggi. Aktifitas gempa bumi yang tinggi berhubungan dengan aktifitas lempeng
83
tektoniknya, terutama zona subduksi. Gambar 4.6 menunjukkan gempa bumi dangkal
terjadi mulai dari Mamuju memotong diagonal melintasi daerah Sulawesi Selatan
bagian Tengah, Sulawesi Selatan bagian Selatan, Bulukumba menuju Pulau Selayar
bagian Timur. Gempa bumi dangkal dan menengah terdapat di Palu-Koro, saddang,
Matano, dan Pinrang, dimana seismisitas Palu-Koro yang memanjang dari Palu ke
arah Selatan Tenggara melalui Sulawesi Selatan bagian utara menuju ke selatan
dari arah Barat ke arah Timur dengan arah penampang melintang Barat Daya-Timur
Laut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemiringan atau dip dari penujaman
dengan analisis distribusi hiposenter. Zona penujaman diiris dan didapatkan 5 irisan
melintang. Penampang melintang tersebut di buat tegak lurus trench dengan masing-
masing penampang melintang melalui batas koordinat yang berbeda. Berikut ini
adalah proyeksi pada bidang AA’, BB’, CC’, DD’, EE’ dan zona penujaman beserta
penjelasannya:
1. Bidang A-A’
Bidang ini arah penunjaman tampak jelas dengan trend penyebaran gempa
84
dip membentuk sudut sekitar 350 terhadap horizontal sampai kedalaman
2. Bidang B-B’
Penyebaran hiposenter pada daerah shallow dip membentuk sudut sekitar 350
85
Gambar 4.8 Penampang Melintang Seismisitas Bidang B-B’
3. Bidang C-C’
hiposenter pada daerah shallow dip membentuk sudut sekitar 450 terhadap
86
Gambar 4.9 Penampang Melintang Seismisitas Bidang C-C’
4. Bidang D-D’
Penyebaran hiposenter pada daerah shallow dip membentuk sudut sekitar 350
87
Gambar 4.10 Penampang Melintang Seismisitas Bidang D-D’
5. Bidang E-E’
lebih 80 km. Terdapat banyak gempa dengan kedalaman dangkal, menyebar hingga
melewati bawah sesar. Penyebaran hiposenter pada daerah shallow dip membentuk
sudut sekitar 450 terhadap horisontal sampai kedalaman kurang lebih 80 km.
88
Berdasarkan distribusi penampang melintang hiposenter, secara umum terlihat
bahwa kedalaman maksimum hiposenter di daerah Soroako kurang lebih 150 km.
distribusi gempabumi dangkal (0-70 km) sering terjadi pada daerah penunjaman
dengan sudut yang kecil (shallow dip). Sedangkan untuk gempabumi dengan
kedalaman (70-300 km) terjadi pada daerah dengan sudut penunjaman yang lebih
bahwa, sudut yang terbentuk pada daerah shallow dip yaitu pada kedalaman (0-70
km) besarnya sampai 300. Untuk daerah intermediate dip yaitu pada kedalaman (70-
250 km) besarnya antara (300-450). Sudut terbesar terdapat pada bidang C-C’ dan
bidang E-E’ dengan kedalaman gempa lebih dari 70 km. Diperkirakan pada bidang
ini penunjaman Lempeng Pasifik lebih dalam menjorok dibawah zona Sulawesi
89
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan
antara lain :
sesar ke arah Timur Laut –Barat Laut, dengan arah bidang sesar (strike)
Molluca.
90
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dberikan beberapa saran
antara lain :
akan diperoleh nilai yang tepat, dapat menentukan bidang nodal dalam
menentukan nilai strike, dip, dan rake sebagai parameter solusi bidang
sesar. Untuk itu perlu diperhatikan, akurasi dari bentuk awal gelombang P
91
DAFTAR PUSTAKA
[2] Suetsugu, Daisuke “Source Mechanism Practice”, Earthquake Information Division, IISE.
[3] Ismail, Sulaiman, 1989, “Pendahuluan seismologi I”, Badan Diklat Meteorologi dan
Geofisika, Jakarta.
[4] Lepedes, D.N., 1978, Encyclopedia of the Geological Sciences. Mc Graw Hill Inc, New
York.
[5] Reid, H.F. 1982. Elastic Rebound Theory of Earthquake, BSSA. Vol 11 (98-100).
[6] Ginanjar S. 2007. Memahami Konsep Tektonik dan Mekanisme Gempa. Jakarta,
BMKG.Wilson E.
[7] Hamilton, W. 1979. Tectonics of the Indonesian Region. United States Geological Survey.
[8] Snoke, J. Arthur, 2003, Focal Mechanism Determinations, Virginia Tech, Blackburg, VA,
USA.
[9] Waluyo, 1992, Seismotectonics of Eastern Indonesian Region. Ph.D Thesis, Saint Louis
University, USA.
[11] Kramer, S. L, 1996, “Geotechical Earthquake Engineering”, Prentice Hall Inc, New Jersey.
[12] Http://www.isc.ac.
92