Professional Documents
Culture Documents
S3 2013 261576 Chapter1
S3 2013 261576 Chapter1
PENDAHULUAN
1
Beberapa cerita turun temurun mempercayai bahwa Bukit Tidar merupakan bukit yang berfungsi
sebagai pusatnya Pulau Jawa. Jika dicabut atau runtuh, Pulau Jawa akan hancur karena terombang-
ambing oleh laut. Bukit Tidar secara khusus diceritakan di bab 4.
2
Kebondalem adalah kebun miliknya Sunan Surakarta, yang berisi sayur-sayuran dan makan
makanan. Fungsi daerah Magelang sebagai kebondalem terjadi pada periode Kerajaan Mataram
Baru.
3
Amprung dan dikelilingi oleh beberapa gunung, yaitu Gunung Arjuno, Gunung
Semeru, Gunung Kawi dan Gunung Bromo. Keadaan geografis tersebut
menjadikan Kota Malang yang dikembangkan oleh Ir. Thomas Karsten sebagai
kota yang mempunyai pemandangan alam yang indah (Handinoto, 1996).
Kawasan mati menjadi salah satu alasan dalam pembangunan kota yang
sudah mulai jenuh pada titik-titik tertentu khususnya di pusat kota (Utami, 2001).
Sejak tahun 1990-an dan khususnya setelah tahun 2000, telah terjadi perubahan
keyakinan masyarakat kota dalam memandang alam sebagai inspirasi. Beberapa
ruang terbuka hijau telah berubah menjadi pertokoan, sementara beberapa ruang
yang awalnya menjadi ruang bersejarah dengan potensi kesuburan lahannya serta
panorama alamnya seiring dengan waktu berubah menjadi perumahan dan
pertokoan. Kompleks Rumah Sakit Jiwa Pusat (RSJP) Kramat atau yang saat ini
dikenal dengan Rumah Sakit Dr.Soeroyo, awalnya merupakan kawasan yang
mempertimbangkan potensi alamnya pada aspek kesuburan dan keindahan, saat ini
sebagian ruangnya terbukanya sudah bergeser menjadi perumahan, fasilitas
pendidikan dan pertokoan. Kawasan ruas Jalan Bayeman, berawal sebagai salah
satu bagian dari kebun kebondalem dengan potensi letak yang strategis untuk
menikmati keindahan alamnya berkembang sebagai daerah hunian yang asri dan
nyaman, namun sejak periode tahun 2000 telah bergeser menjadi kawasan
perekonomian.
Penelitian ini akan berada pada ranah ilmu saujana yang akan banyak
mengkaji hubungan antara alam, manusia dan budayanya dengan wilayah
4
administrasi Kota Magelang sebagai unit amatannya dan didukung wilayah
Kabupaten Magelang sebagai pembentuk alam dan orientasi pandangnya. Tujuan
utama dalam penelitian ini adalah menggali konsep saujana yang mempengaruhi
perkembangan bentuk Kota Magelang untuk membangun teori lokal terkait konsep
saujana dengan empiris Kota Magelang.
Alam Kota Magelang pada saat ini sudah tidak menjadi inspirasi bagi
masyarakatnya. Seiring dengan waktu telah terjadi pergeseran konsep saujana
dalam perkembangan kota yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia dan
pandangannya. Alam sebagai salah satu potensi kota yang membentuk tanah yang
subur serta panorama yang indah, justru tidak dimanfaatkan optimal dalam
pengolahan tata ruang kota. Ruang-ruang terbuka semakin berkurang yang
digantikan dengan bangunan pertokoan. Jarak pandang kota terhadap panorama
alam semakin pendek seiring dengan pengembangan kawasan yang tidak
mempertimbangkan potensi alam.
Penelitian ini melihat secara detil dan mendalam konsep saujana pada masa
lalu dan masa kini dengan tiga periode perkembangan ruang fisiknya, yaitu konsep
saujana pada periode daerah Magelang sebagai bagian dari kerajaan dengan
beberapa desa atau wanua-nya, konsep saujana pada perkembangan fisik ruang
Kota Magelang di bawah penguasaan kolonial dan serta konsep yang terbentuk di
Kota Magelang setelah Indonesia merdeka tahun 1945. Berdasarkan kondisi yang
ada saat ini dan kondisi di setiap periode perkembangan ruangnya, maka dalam
penelitian ini akan diajukan beberapa pertanyaan yaitu :
5
a. Inspirasi alam seperti apakah yang mendasari pembentukan dan
perkembangan Kota Magelang?
c. Seperti apakah konsep saujana yang bisa dikaji dalam perkembangan Kota
Magelang ?
6
Preservation Practice. Sementara dalam bukunya The Form of Cities, Political
Economy and Urban Design (2006) yang ditulis oleh Alexander R Cuthbert
menjelaskan tentang bentuk kota dipengaruhi teori-teori yang sudah ada dan
didukung keberadaan sosial, budaya serta simbol-simbol tertentu yang diyakini
baik oleh penguasa lokal maupun masyarakat sebagai pengguna lingkungan kota,
politik, modernitas dan globalisasi.
1.4.1 Penelitian Terkait dengan Kajian Alam dan Sejarah terhadap Kota dan
Kawasan Bersejarah di Indonesia
Seiring penelitian ini dilakukan ada tiga disertasi yang telah mengungkap
tentang pusaka saujana khususnya pusaka saujana Borobudur. Soeroso (2007)
7
dengan judul Penilaian Kawasan Pusaka Borobudur dalam Kerangka Perspektif
Multiatribut Ekonomi Lingkungan dan Implikasinya Terhadap Kebijakan
Manajemen Ekowisata yang membahas dari segi ekonomi lingkungan Borobudur
sebagai daerah wisata baik sebagai monumen maupun kawasan wisata. Selain itu
disertasi yang membahas cultural landscape dilakukan juga oleh Fatimah (2012)
dengan judul A Study on Community-based Cultural Landscape Conservation in
Borobudur yang membahas pusaka saujana dengan penekanan pada pelestarian
berbasis masyarakat pusaka saujana di kawasan Borobudur dengan konsentrasi
pada kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan rural tourism. Rahmi (2012)
dalam ranah ilmu lingkungan meneliti pusaka saujana dengan judul Pusaka
Saujana Borobudur Studi Hubungan antara Bantanglahan dan Budaya Masyarakat
yang merumuskan konsep pusaka saujana Borobudur dengan mengkaji potensi dan
interaksi antara sistem bentanglahan dan sosio-budaya masyarakat.
8
beberapa bangunan. Penelitian terkait sejarah Magelang dan kawasan bersejarah di
Magelang lainnya tidak mengulas secara mendetil dan menyeluruh, karena hanya
fokus pada satu aspek yang telah dilakukan Asmiyatun (2005) dan Martiwi (2010).
Asmiyatun (2005) melakukan penelitian dengan judul Perjuangan Rakyat
Magelang dalam Mempertahankan Kemerdekaan Tahun 1947-1949 yang berfokus
pada peristiwa sejarah rakyat Magelang disertai dengan deskripsinya. Martiwi
(2010) meneliti salah satu kawasan bersejarah Magelang, Kwarasan dengan judul
Tipologi Arsitektur Rumah Tinggal Kolonial Karya Thomas Karsten, Studi Kasus
Kawasan Kwarasan, Magelang yang dalam penelitiannya Martiwi
mendeskripsikan tipologi rumah tinggal di kawasan Kwarasan Magelang berfokus
pada gaya arsitektur, fasad, skala, material, material dan layout serta karakter
rumah tinggal.
Jurnal yang pernah disusun oleh penulis terkait dengan sejarah dan ruang
Kota Magelang yang pernah ditulis sebelumnya yaitu Penyimpangan Perletakan
Elemen Ibu Kota Kabupaten Di Jawa (2003) yang menceritakan tentang
penyimpangan pola Kota Magelang ditinjau dari pola umum kota kolonial; Pola
Permukiman Indis Karya Karsten, Studi Kasus Kwarasan Magelang (2004) yang
membahas tentang penyimpangan posisi Karesidenan di Magelang karena lebih
berfokus pada alam dan strategi perlawanan pada masa kolonial Belanda ; Empat
Konsep Menelusuri Elemen Dominan dalam Perkembangan Suatu Kota, Studi
Kasus Perkembangan Kota Magelang, Jawa Tengah (2005) yang menjelaskan
empat proposisi yang dipakai dalam melihat perkembangan kota dengan studi
kasus Kota Magelang sebagai kota kecil yang memiliki sejarah panjang dan
Kawasan Bersejarah Magelang Pada Masa Mataram Kuno (2009) yang
menceritakan daerah Meteseh dan Dumpoh di Magelang dengan fokus sebagai
daerah peninggalan kerajaan Mataram Kuno.
Proseding sebagai hasil dari seminar yang pernah dilakukan oleh penulis
sebagai dasar penelitian dan hasil dari proses penelitian yang sedang berjalan yaitu
(1) Konsep Sustainable dalam Pola Kota Indis Magelang, Penerapan Teknologi
Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Secara Berkelanjutan (2008) yang
membahas Magelang sebagai salah satu kota indis dengan basis ekologis dengan
pemaparan konsep awal kota berbasis alam dan pengambilan kasus salah satu
10
kawasan bersejarah di Magelang, yaitu kawasan Kwarasan; (2) Historical
Approach dalam Pemahaman Konsep Ruang Kerajaan Mataram Kuno (2009)
dengan menjelaskan konsepsi ruang pada periode Kerajaan Mataram Kuno dengan
basis utama pada penyebaran candi dan prasasti di Kabupaten Magelang dan Kota
Magelang terkait pembentukan ruang kosmologisnya; (3) Studi Eksplorasi Ruang
Kota Magelang Periode Kerajaan Mataram Kuno dan Mataram Baru (2009) yang
membahas tentang posisi Magelang pada periode Mataram Kuno sebagai tempat
yang suci dan periode Mataram Baru pada saat Magelang sebagai kebondalem
Susuhunan Surakarta; (4) Landsekap dalam Perkembangan Kota Magelang
Sebagai Kota Bersejarah (2009) yang membahas kondisi alam dalam
perkembangan kota Magelang dalam kaitannya gunung dan sungai dengan sejarah
pembentukannya; (5) Konfliks Ruang Bersejarah dan Ruang Ekonomi dalam
Penciptaan Colective Memory, Studi Kasus Jalan Tentara Pelajar dan Jalan
Diponegoro Magelang yang membahas tentang konflik yang terjadi pada ruas jalan
Tentara Pelajar (Bayeman) dan ruas jalan Diponegoro (Jendralan) yang
diakibatkan aspek ekonomi yang dikembangkan oleh masyarakat Kota Magelang
khususnya pemerintah sebagai penentu kebijakan pembangunan kota (2010) dan
(6) Conflicts Between The Economic Space And Natural Landscape, Case Study:
Magelang, Central Java (2011) yang membahas pusat Kota Magelang dengan
adanya perubahan fungsi lahan dan konsep kota pusaka dengan collective memory-
nya. Beberapa presentasi terakhir yang dilakukan dalam seminar international
yaitu dengan judul Magelang as Het Central Park Van Java, 2011 yang membahas
tentang Magelang sebagai kota taman yang dikembangkan pada masa kolonial
dengan pendekatan periode-periode waktu sebelumnya, Seeking Cultural
Landscape on Magelang, Juli 2012 serta Cultural landscape Heritage, Case Study:
Magelang, Central Java, September 2012 yang membahas hasil temuan penelitian
disertai dengan beberapa kesimpulan penelitian.
Sejauh yang diketahui, ada beberapa jurnal dan tulisan terkait dengan
sejarah atau ruang di Kota Magelang yang pernah ditulis peneliti lain. Sumalyo
(1993) dalam bukunya Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia mengulas
kawasan yang dirancang oleh Karsten yaitu Kwarasan, Magelang yang dilanjutkan
11
oleh Ardiyanto (2001) dalam Prinsip Konsep Karsten Tentang Perencanaan
Kawasan Permukiman Kota dengan Studi Kasus Semarang, Malang, Magelang,
Yogyakarta dan Bandung. Sementara Handinoto (2004) menuliskan Magelang
sebagai kota garnizun dan pusat pelatihan militer dalam jurnalnya dalam Kebijakan
Politik dan Ekonomi Pemerintah Kolonial Belanda yang Berpengaruh pada
Morfologi (Bentuk dan Struktur) Beberapa Kota di Jawa.
12
Tabel 1.1 Penelitian yang sudah dilakukan terkait lokasi penelitian
Kajian Penelitian
Lingkungan
Bidang Unit
Arsitektur
Budaya
Sejarah
No Peneliti Judul Penelitian (Lokasi)
Ilmu Amatan
13
Sementara itu, beberapa jurnal dan prosiding yang sudah dihasilkan oleh
peneliti mempunyai posisi seperti yang dijelaskan dalam tabel di bawah ini :
Kajian
Penelitian
Posisi
Lingkungan
Terhadap Unit
Arsitektur
No Judul Penelitian
Budaya
Sejarah
Penelitian Amatan
(*)
* Ket tabel : awal adalah jurnal/prosiding akan digunakan sebagai data awal untuk merumuskan awal
penelitian; bagian I penelitian adalah hasil dari eksplorasi data; bagian II penelitian adalah beberapa
kesimpulan sementara yang sudah dihasilkan dalam proses penelitian ; bagian III penelitian adalah hasil
setelah konsep saujana mulai ditemukan.
14
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberi manfaat secara umum pada ilmu pengetahuan
untuk mengisi dan memperkaya pemahaman saujana perkotaan ataupun pusaka
saujana perkotaan. Sementara manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh
masyarakat Kota Magelang, penelitian ini akan dapat memberikan informasi
tentang pertimbangan-pertimbangan yang selalu ada dalam perkembangan tata
ruang Kota Magelang serta dalam memberi pemahaman akan arti penting
pemanfaatan potensi alam dalam perkembangan kota di masa yang akan datang.
Penelitian ini juga diharapkan bisa dimanfaatkan oleh pelaku kebijakan.
15