Professional Documents
Culture Documents
Pupuk Organik
mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman akan tetapi, nitrogen dan unsur hara
penggunaannya harus berkesinambungan, nilai pupuk yang dikandung dalam pupuk organik
juga rendah dan sangat bervariasi, penyediaan hara terjadi secara lambat dan menyediakan
Menurut Madjid et al. (2011) pupuk organic mempunyai perbedaan yang besar
dibandingkan dengan pupuk anorganik baik ditinjau dari respon terhadap tanaman
Keuntungan yang diperoleh dari pemakaian pupuk organik adalah tahan lama
terhadap tanah dan dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Berbeda dengan
pupuk anorganik/kimia yang cepat direspon oleh tanaman akan tetapi mudah tercuci dan
mudah hanyut.
Pupuk kandang adalah kotoran padat dan cair dari hewan yang tercampur degan sisa-
sisa pakan dan alas kandang. Nilai pupuk kandang tidak saja ditentukan oleh kandungan
makro unsur hara makro seperti, nitrogen (N), posfat (P 2 O 5 ), Kalium (K2 O) dan air (H 2 O)
yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah
(Sarno, 2008).
Pupuk kandang (feses ternak) merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang dapat
digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah sebagai bahan organik dalam tanah, pupuk
kandang selain berperan sebagai penyumbang unsur hara untuk tanaman meskipun dalam
jumlah sedikit, juga memperbaiki jumlah fisik tanah dan kimia tanah seperti meningkatkan
kapasitas tukar kation dan meningkatkan kapasitas biologi tanah (Buckman dan Brady,
1982).
Pupuk kandang yang penulis gunakan adalah pupuk kandang reksa yang diproduksi
oleh Reksa subur sembada. Komposisi kandungan pupuk dapat dilihat pada Tabel 2.
4 CaO 2,90
5 MgO 0,70
6 C/N ratio 11,59
7 C organic 9,04
8 pH 6,8-7,5
9 Moisture Max 25
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari ternak, baik berupa kotoran padat
(feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urin) sehingga kualitas pupuk
jumlah pakan yang dikonsumsi, jenis pekerjaan dan lamanya ternak bekerja, lama dan kondisi
penyimpanan, jumlah dan kandungan haranya (Soepardi, 1979). Pupuk kandang termasuk
urin biasanya terdiri atas campuran 0,5% N, 0,25% P 2 O 5 dan 0,5% K2 O (Tisdale and Nelson,
1965).
Lingga (1991) melaporkan bahwa jenis dan kandungan hara yang terdapat pada
beberapa kotoran ternak padat dan cair dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis dan kandungan zat hara pada beberapa kotoran ternak padat dan cair.
metabolisme (enzim, jasad renik secara oksida, reduksi, hidrolisa atau reaksi kimia lainnya)
yang melakukan perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk
dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu yaitu fermentasi. Studi tentang jenis bakteri
yang respon untuk fermentasi dimulai sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada dua tipe
bakteri yang terlibat yaitu bakteri fakultatif yang mengkonversi selulosa menjadi glukosa
selama proses dekomposisi akhir dari bahan organic yang menghasilkan bahan yang sangat
Secara alami, kotoran ternak akan mengalami dekomposisi sehingga menjadi pupuk
kandang yang siap pakai. Namun, proses ini berjalan sangat lama, berkisar 4-6 bulan. Untuk
yang terdapat dalam bioaktivator akan membantu menguraikan ikatan-ikatan kimia kompleks
menjadi sederhana. Kesulitan mendapatkan pupuk saat musim tanam membuat petani berfikir
keras untuk menghilangkan ketergantungan terhadap pupuk kimia. Kondisi ini memacu para
ahli untuk membuat terobosan dengan menjaga kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah,
memperkaya bahan makanan dalam tanah, dan menetralisir kimia atau racun dalam tanah.
Pemanfaatan pupuk kandang juga dapat mengurangi pemakaian pupuk kinia hingga 50%
Suntoro (2006) menyatakan, bahwa pupuk organik mempunyai kelebihan antara lain
meningkatkan kesuburan kimia, fisik, dan biologi tanah, serta mengandung zat pengatur
tumbuh yang penting untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk cair dengan
Menurut Purwasasmita (2009), larutan MOL (mikroorganisme lokal) adalah larutan hasil
fermentasi yang berbahan dasar berbagai sumber daya yang tersedia. Larutan MOL
mengandung unsur hara makro, mikro, dan mengandung mikroorganisme yang berpotensi
sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan agen pengendali hama dan
organik.
Menurut Hadinata (2008), bahan utama dalam pembuatan MOL terdiri dari tiga
komponen antara lain : (1) karbohidrat berasal dari air cucian beras, nasi basi, singkong,
kentang, gandum, rebung, tapai, dan daun gamal; (2) glukosa dari gula merah, cairan gula
pasir, dan air kelapa; (3) sumber mikroorganisme berasal dari keong mas, kulit buah-buahan,
air kencing, dan terasi. Air kelapa merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme selama proses fermentasi karena air kelapa mengandung 7,27% karbohidrat;
0,29% protein; beberapa mineral antara lain 312 mg L-1 kalium; 30 mg L-1 magnesium; 0,1
mg L-1 besi; 37 mg L-1 fosfor; 24 mg L-1 belerang; dan 183 mg L-1 klor (Budiyanto, 2002).
pencernaan. Menurut Wanapat (2001), bakteri dan jamur lignoselulolitik memiliki peran
penting dalam proses perombakan pakan ternak dalam bentuk selulosa di dalam rumen.
Populasi mikroorganisme selulolitik berkembang dengan baik pada ruminansia yang diberi
pakan utama berupa hijauan dengan serat yang tinggi. Faktor-faktor yang berperan penting
dalam proses fermentasi antara lain media fermentasi, kadar bahan baku atau substrat, pH,
temperatur, waktu, bentuk dan sifat mikroorganisme yang aktif di dalam proses fermentasi,
dan rasio C/N dalam bahan (Suriawiria,1996). Mikroorganisme dalam larutan MOL
melakukan perombakan terhadap bahan organik yang terdapat dalam MOL sehingga
terbentuk senyawa yang lebih sederhana. Menurut Hidayat (2006), fermentasi merupakan
perubahan kimia beberapa enzim dengan memanfaatkan bakteri dan jamur sebagai
dekomposer. Perubahan kimia dari fermentasi meliputi proses pengasaman, dan dekomposisi
gula menjadi alkohol dan karbondioksida, serta dekomposisi senyawa organik. Suriawiria
(1996) menyatakan bahwa proses pengomposan alami membutuhkan waktu yang sangat
mampu mempercepat proses pengomposan menjadi sekitar 2-3 minggu. Hidayat (2006)
menyatakan, bahwa lama fermentasi berkisar 4-14 hari, lama fermentasi yang disarankan
Berdasarkan hasil penelitian Sutari (2009), pembuatan MOL starter dilakukan dengan
proses fermentasi daun gamal dan air kelapa dengan konsentrasi 250 g L-1 air kelapa.
Penggunaan MOL sangat murah dan efisien karena larutan MOL menggunakan bahan alami
yang terdapat di lingkungan sekitar, serta proses pembuatannya yang sederhana. Bahan–
bahan yang terdiri dari daun gamal, urin sapi, dan air kelapa dimasukkan dalam wadah
tertutup, dan difermentasi selama beberapa minggu, setelah itu larutan MOL dapat digunakan
sebagai aktivator dalam pembuatan pupuk kompos atau dapat langsung digunakan sebagai
pupuk cair.
Kerbau Murrah
Kerbau Murrah merupakan kerbau sungai yang paling penting di India dan beberapa
negara lainnya. Kerbau Murrah terdapat juga di Indonesia yang dipelihara di Sumatera Utara
oleh orang-orang keturunan Sikh, India. Bangsa kerbau Murrah berasal dari India di Negara
Bagian Uttar, Pradesh, Haryana, Punyab dan Delhi (Fahimuddin, 1975). Kerbau Murrah
termasuk kerbau yang paling efisien dalam menghasilkan susu. Produksi susunya diperoleh
sebanyak 1800 kg per laktasi dengan kadar lemak 7-8%, sedangkan lama laktasi 9-10 bulan.
Ciri-ciri umum Kerbau Murrah adalahtubuh padat dan pendek, leher dan kepala relatif
kecil, warna kulitnya hitam dengan warna putih pada dahi dan kaki , punggungnya lebar,
tanduk melingkar rapat seperti spiral dan sangat kecil, bobot badan betina dewasa 450 kg dan
milanjiana)
Rumput memegang peranan penting dalam penyediaan pakan hijauan bagi ternak
ruminansia di Indonesia. Rumput sebagai hijauan makanan ternak telah umum digunakan
oleh peternak dan dapat diberikan dalam jumlah yang besar. Rumput mengandung zat-zat
makanan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup ternak seperti air, lemak, serat kasar,
Dari cara tumbuhnya, rumput dapat digolongkan menjadi dua yaitu rumput liar/alami,
dan rumput budidaya. Ketersediaan rumput alami semakin berkurang dengan meningkatnya
persaingan antara lahan untuk tanaman pangan, perumahan dan industri sehingga perlu
diadakan upaya pembudidayaan rumput alami ini agar tatap lestari dan bernilai ekonomi
Pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi produktivitas rumput yaitu faktor
genetik dan faktor lingkungan yang mencakup keadaan tanah dan kesuburannya, pengaruh
iklim termasuk cuaca dan perlakuan manusia atau manajemen. Sementara Mc. Ilroy (1977)
menjelaskan bahwa produktivitas rumput tergantung pada faktor- faktor seperti persistensi,
agresivitas, kemampuan tumbuh kembali, sifat tahan kering dan tahan dingin, penyebaran
Tabel 4. Analisa Kadar Protein KasardanSeratKasar berbagai Jenis Hijauan Makanan Ternak
Spesies Protein Kasar Serat Kasar
3-4 minggu Rataan 3-4 minggu Rataan
Andropogon sp 13.20 7.60 26.90 31.00
Chloris gayana 14.90 8.40 27.40 30.10
Panicum maximum 13.50 8.20 28.30 33.80
Pennisetum sp 14.00 9.20 26.00 30.00
Setaria sp 10.90 6.50 30.80 33.00
(sumber: mc.ilroy 1981).
Asia Tenggara. Di Indonesia persedia sangat melimpah yang banyak digunakan sebagai
pakan ternak terutama kerbau, sehingga sering juga disebut rumput kerbau. Paitan tumbuh
dengan baik di daerah dengan ketinggian hingga 1700 meter dpl. Sering ditemukan di
lapangan, dibawah pohon. Klasifikasi Rumput Paitan Divisi: Spermatophyta Sub divisi:
Angiospermae Class: Dicotiledoneae Ordo: Poales Famili: Poaceae Genus: Paspalum Spesies
: Paspalum conjugatum. Ciri-Ciri Rumput Paitan: Berasal dari rumput liar, Tumbuh dengan
cara stolon, Berakar serabut, Tinggi batang 40-60 cm, berdaun pita dengan panjang 30 -40
Rumput Brachiaria decumbens (bede)disebut juga rumput signal berasal dari Afrika
timur. Brachiaria decumbens mempunyai ciri-ciri, tinggi tanaman 30-45 cm, daun kaku dan
pendek, ujung daun meruncing, mudah berbunga, bunga berbentuk seperti bendera.
Brachiaria decumbens disebut rumput gembalaan yang tumbuh menjalar dengan stolon
membentuk hamparan yang lebat. Rumput bede termasuk rumput berumur panjang, dapat
tumbuh dengan membentuk hamparan lebat dan penyebarannya sangat cepat melalui stolon.
Rumput bede tahan penggembalaan berat, tahan injakan dan renggutan serta tahan kekeringan
dan responsif terhadap pemupukan nitrogen. Selain itu rumput ini juga cepat tumbuh dan
berkembang sehingga mudah menutup tanah, tetapi tidak tahan terhadap genangan air.
Rumput ini batangnya kecil mudah menjadi kering. Rumput bede dapat tumbuh baik pada
ketinggian 0-1200 m (dataran rendah sampai dataran tinggi) dengan curah hujan 762-1500
Biasa ditanaman untuk padang penggembalaan sebagai pakan ternak. Terkadang juga sengaja
signal sangat cocok ditanam di daerah beriklim tropis dan sub-tropis dengan ketinggian
mencapai 1750 meter dpl, dan kondisi hujan berkisar 1000-1500 mm/ tahun. Di Indonesia
rumput signal sangat mudah ditemukan diantaranya di pinggiran jalan, selokan, lapangan, dan
dipinggiran sawah. Manfaat rumput signal pada daunnya sebagai hijauan pakan
ternakmemiliki nilai palatabilitas berkisar antara 60-70 % baik ternak ruminansia besar
maupun ruminansia kecil. Mampu tumbuh dengan baik pada musim kemarau sehingga dapat
digunakan untuk menanggulangi ketersediaan pakan ternak dikala musim kemarau. Selain itu
bermanfaat sebagai penahan erosi dan penyubur tanah sebab memiliki perakaran yang sangat
Kandungan isi sel rumput Bede mengalami menurun dengan meningkatnya tingkat
kedewasaan tanaman, sedangkan kandungan fraksi serat (NDF, ADF, dan Lignin) meningkat
dengan meningkatnya tingkat kedewasaan tanaman. Kualitas serat terbaik ditunjukkan oleh
hijauan rumput Bede yang dipotong pada umur 30 hari, dan pemotongan rumput masih tetap
dapat dilakukan sampai umur 40 hari. Keistimewaan rumput ini adalah tahan hidup di musim
kemarau (tahan kering), selain itu karena mempunyai perakaran yang sangat kuat dan cepat
bede berumur 2 bulan bila keadaan memungkinkan (cukup hujan) dengan tujuan untuk
berikutnya dilakukan setiap 5-6 minggu (40 hari) pada musim hujan, sedangkan musim
kemarau diperpanjang sampai 8 minggu (60 hari). Tinggi potong rumput bede biasanya 5-15
cm dari permukaan tanah pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau biasanya lebih
oleh Siregar dan Djajanegara (1972) adalah, 13,8% dan 29,69% pada pemotongan 20 hari,
8,86% dan 30,63% pada pemotongan 30 hari, 6,24 dan 33,27 pada pemotongan 45 hari serta
5,90 dan 34,1 pada pemotongan 60 hari. Hasil tersebut menunjukkan bahwa protein kasar
pada Brachiaria akan cenderung menurun dan serat kasar akan meningkat sesuai dengan
dengan stolon membentuk hamparan yang tidak rapat dengan ketinggian 60-120 cm. Bentuk
daun tanaman ini memanjang dan kecil berwarna hijau cerah serta tekstur yang licin. Disukai
oleh ternak dan cukup palatabel. Berasal dari Afrika Selatan. Jenis rumput ini tidak tahan
terhadap penggembalaan yang berat dan terus menerus. Padang penggembalaan perlu
dipangkas dengan cara dipotong atau dengan penggembalaan ringan 6-8 minggu setelah
penanaman. Dapat tumbuh pada tempat yang memiliki tanah berstruktur sedang sampai berat
yang basah (lembab) dengan ketinggian tempat 200-1.500 m dpl dan curah hujan 750-1.000
mm/tahun. Dapat dibiakkan dengan pols dan stolon yang panjangnya 20-30 cm
Rumput memegang peranan penting dalam penyediaan pakan hijauan bagi ternak
ruminansia di Indonesia. Rumput sebagai hijauan makanan ternak telah umum digunakan
oleh peternak dan dapat diberikan dalam jumlah yang besar. Rumput mengandung zat-zat
makanan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup ternak, seperti air, lemak, serat kasar,
Untuk mendapatkan produksi yang optimal dan nilai gizi yang tinggi perlu adanya tindakan
kultur teknik secara tepat terutama dalam pengolahan tanah yang baik, pemilihan bibit yang
Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang setiap rumput atau hijauan berbeda-beda.
Ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari rumput yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal erat kaitannya dengan genetik dari rumput tersebut sedangkan
makanan ternak tersebut. Tanaman akan tumbuh dengan baik apabila faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dapat terpenuhi secara sempurna. Pemberian pupuk yang cukup
merupakan hal yang penting karena tidak semua mineral yang dibutuhkan oleh tanaman
tersedia dalam tanah, sehingga perlu adanya pemberian zat tambahan dengan dosis yang
tumbuh tersebut meliputi kebutuhan cahaya, nutrisi, air, CO 2 , dan gas-gas lainnya
(Intannursiam, 2010).
Menurut Siregar (1994) hijauan pakan ternak yang baru dipotong masih mengandung
air 70% - 80% agar hijauan pakan mengalami penyusutan kandungan air menjadi 30% - 40%
maka hijauan perlu diangin-anginkan selama 24 jam setelah pemotongan. Kualitas nutrisi
bahan pakan merupakan faktor utama dalam memilih dan menggunakan bahan makanan
tersebut sebagai sumber zat makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan
produksinya, kualitas nutrisi bahan pakan terdiri atas komposisi nilai gizi, serat, energi, dan
fermentasi hijauan pakan ternak. Kandungan air yang baik adalah 65% - 75%, hijauan pakan
ternak yang baru dipotong masih mengandung air 70% - 80%. Untuk mencapai kandungan
air 65% - 75% maka hijauan diangin-anginkan sampai hijauan tersebut lentur atau layu
Bahan kering hijauan kaya akan serat kasar, karena terdiri dari kira-kira 20% isi sel
dan 80% dinding sel. Dinding sel tersusun atas dua jenis serat yaitu yang larut dalam detergen
asam yaitu hemiselulosa dan sedikit protein dinding sel, dan yang tidak larut dalam detergen
asam yakni ligno-selulosa, yang sering disebut Acid Detergen Fiber (ADF). Isi sel terdiri atas
zat-zat yang mudah dicerna seperti protein, karbohidrat, mineral, dan lemak, sedangkan
dinding sel terdiri atas sebagian besar selulosa, hemiselulosa, peptin, protein dinding sel,
lignin dan silika. Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika. Serat kasar
Menurut Tillman (1998) jumlah abu dalam bahan makanan sangat menentukan
perhitungan BETN. Kombinasi unsur-unsur mineral dalam bahan makanan berasal dari
tanaman sangat bervariasi sehingga nilai abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk
menentukan jumlah unsur mineral tertentu atau kombinasi unsur-unsur yang penting.
Anggorodi (1979) menyatakan bahwa protein esensial bagi kehidupan karena zat tersebut
merupakan protoplasma aktif dalam semua sel kehidupan. Protein mempunyai peranan
Andadari dan Prameswari (2005) menambahkan bahwa protein kasar adalah protein
murni yang tercampur dengan bahan-bahan yang mengandung nitrogen seperti nitrat, amonia,
dan sebagainya. Protein kasar (PK) mempunyai prinsip yaitu penetapan protein berdasarkan
oksidasi bahan-bahan berkarbon dan konversi nitrogen menjadi amonia. Selanjutnya amonia
bereaksi dengan kelebihan asam membentuk ammonium sulfat. Larutan dibuat menjadi basa,
dan ammonium diuapkan kemudian diserap dalam larutan asam borat (Muchtadi, 1989).
Menurut Tillman (1991) lemak adalah semua subtansi yang dapat diektraksi dengan
bahan-bahan biologik dengan pelarut lemak seperti ester, kloroform, benzene karbon, aseton.
sederhana yaitu ester dari tiga asam-asam lemak dan trihidro alkohol gliserol. Istilah lemak
meliputi lemak-lemak dan minyak-minyak dan perbedaannya adalah pada sifat fisiknya.
Lemak merupakan solid atau padat pada temperatur kamar 200C sedangkan minyak pada