You are on page 1of 9

Simpang Bersinyal

Persimpangan yaitu dua ruas jalan atau lebih yang saling memotong atau saling
bersilangan. (Direktorat Jendral Bina Marga: 1992)

Simpang bersinyal adalah suatu persimpangan yang terdiri dari beberapa lengan dan
dilengkapi dengan pengaturan sinyal lampu lalu lintas (traffic light).

Berdasarkan MKJI 1997, adapun tujuan penggunaan sinyal lampu lalu lintas (traffic light)
pada persimpangan antara lain:

1. Menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalulintaskendaraan dari


masing-masing lengan.
2. Memberi kesempatan kepada kendaraan/dan pejalan kaki yang berasal dari jalan kecil
untuk memotong ke jalan utama.
3. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara kendaraan-
kendaraan dari arah yang bertentangan.

Tujuan Pengaturan Simpang


Tujuan utama dari pengaturan lalu lintas umumnya adalah untuk menjaga
keselamatan arus lalu lintas dengan memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas dan terarah, tidak
menimbulkan keraguan. Pengaturan lalu lintas di simpang dapat dicapai dengan
menggunakan lampu lalu lintas, marka dan rambu-rambu yang mengatur, mengarahkan, dan
memperingati serta pulau-pulau lalu lintas.

Selanjutnya dari pemilihan pengaturan Simpang dapat ditentukan tujuanyang ingin dicapai
seperti:

1. Mengurangi maupun menghindarkan kemungkinan terjadinya kecelakaan yang berasal


dari berbagai kondisi titik konflik
2. Menjaga kapasitas dari Simpang agar dalam operasinya dapat dicapai pemanfaatan
simpang yang sesuai dengan rencana.
3. Dalam operasinya dari pengaturan simpang harus memberikan petunjuk yang jelas dan
pasti serta sederhana, mengarahkan arus lalu lintas pada tempatnya yang sesuai.
Gerakan Lalu Lintas pada Persimpangan
Terdapat empat bentuk tipe dasar pergerakan lalu lintas pada persimpangan yang dilihat
dari sifat dan tujuan gerakan, yaitu:

1. Diverging (gerakan memisah)


Peristiwa berpencarnya kendaraan yang melewati suatu ruas jalan ketika kendaraan
tersebut sampai pada titik persimpangan. Konflik ini dapat terjadi pada saat kendaraan
melakukan gerakan membelok atau berganti jalur.

2. Merging (gerakan bergabung)


Peristiwa bergabungnya kendaraan yang bergerak dari beberapa ruas jalan ketika
bergabung pada suatu titik persimpangan, dan juga pada saat kendaraan melakukan
pergerakan membelok dan bergabung.
3. Weaving (gerakan menyilang)
Peristiwa terjadinya perpindahan jalur atau jalinan arus kendaraan menuju pendekat
lain. Gerakan ini merupakan perpaduan dari gerakan diverging dan merging.

4. Crossing (gerakan memotong)


Peristiwa perpotongan antara arus kendaraan dari satu jalur ke jalur lain pada
persimpangan, biasanya keadaan demikian akan menimbulkan titik konflik pada
persimpangan. Tipe dasar gerakan crossing.
Lampu Lalu Lintas (Signalized Junction)
Pengendalian persimpangan dengan lampu alu lintas ini memberikan hak berjalan pertama
kepada fase tertentu kemudian rambu lalu lintas serupa kepada fase lainnya. Masing-masing
pergerakan mendapatkan kesempatan melintasi persimpangan dalam suatu jangka waktu tertentu
dan pada saat berbeda-beda, serta dipengaruhi oleh susunan fisik persimpangan, jenis
pengontrolan, volume lalu lintas, pola dan arah lalu lintas.

Lampu lalu lintas (traffic light) adalah suatu alat kendali dengan menggunakan lampu yang
terpasang pada persimpangan dengan tujuan untuk mengatur arus lalu lintas. Pengaturan arus lalu
lintas pada persimpangan pada dasarnya dimaksudkan untuk bagaimana pergerakan kendaraan
pada masing-masing kelompok pergerakan kendaraan (vehicle group movements) dapat bergerak
secara bergantian sehingga tidak saling mengganggu antar arus yang ada.Ada berbagai jenis
kendali dengan menggunakan lampu lalu lintas dimana pertimbangan ini sangat tergantung pada
situasi dan kondisi persimpangan yangada seperti volume, geometrik simpang dan
sebagainya.

Karakteristik Traffic Light


Kondisi geometrik dan lalu lintas (demand) akan berpengaruh terhadap kapasitas dan
kinerja lalu lintas pada persimpangan. Oleh karena itu, perencana harus dapat merancang
sedemikian rupa sehingga mampu mendistribusikan waktu kepada masing-masing kelompok
pergerakan kendaraan secara proporsiona lsehingga memberikan kinerja yang sebaik-baiknya.
Menurut Webster dan Cobbe (1956) optimasi lampu berdasarkan tundaan yang minimum. Sistem
perlampuan lalu lintas menggunakan jenis lampu sebagai berikut:

1. Lampu hijau (green): kendaraan yang mendapatkan isyarat harus bergerak maju.
2. Lampu kuning (amber): kendaraan yang mendapatkan isyarat harus melakukan antisipasi,
apabila memungkinkan harus mengambil keputusan untuk berlakunya lampu yang
berikutnya (apakah hijau atau merah).
3. Lampu merah (red): kendaraan yang mendapatkan isyarat harus berhenti padasebelum
garis henti (stop line).
Perlu diketahui dengan adanya peraturan lalu lintas yang baru (PP 42 dan PP 43 Tahun 1993)
untuk kendaraan yang belok kiri selama tidak diatur secara khusus maka kendaraan boleh belok
kiri jalan terus. Perlampuan dengan berbagai nyala lampu tersebut diterapkan untuk memisahkan
pergerakan lalu lintas berdasarkan waktu. Pemisahan ini diperlukan dengan khususnya untuk jenis
konflik primer, namun dalam hal tertentu dapat juga diterapkan pada kondisi konflik primer.
Dalam pengaturan sinyal traffic light, terdapat beberapa parameter, yaitu:

1. Fase adalah bagian dari siklus sinyal dengan lampu hijau disediakan bagi kombinasi
tertentu dari gerakan lalu lintas (i = indeks untuk nomor fase).
2. Waktu siklus adalah waktu untuk urutan lengkap dengan indikasi sinyal.
3. Waktu hijau adalah waktu nyala hijau dalam suatu pendekat.
4. Rasio hijau adalah perbandingan antara waktu hijau dan waktu siklus dalam suatu
pendekat.
5. Waktu merah semua (all red) adalah waktu dengan merah menyala bersamaan dalam
pendekat- pendekat yang dilayani oleh dua fase sinyal yang berurutan.
6. Waktu kuning adalah waktu dengan lampu kuning dinyalakan setelah hijau dalam suatu
pendekat.
7. Antar hijau adalah periode kuning + merah semua antar dua fase sinyal yang berurutan.
8. Waktu hilang adalah jumlah semua periode antar hijau dalam siklus yang lengkap. Waktu
hilang dapat juga diperoleh dari beda antara waktu siklus dengan jumlah waktu hijau dalam
semua fase yang berurutan.
9. Sinyal diterapkan untuk memisahkan lintasan dari gerakan-gerakan lalu lintas yang saling
bertentangan dalam satu dimensi waktu.

Ada beberapa keuntungan dari pemasangan sinyal lalu lintas diantaranya adalah:

A. Dapat mengurangi tingkat kecelakaan terutama pada jalan simpang, akibat terjadi konflik
untuk kendaraan-kendaraan dari arah berlawanan.
B. Menghindari kemacetan simpang selama periode jam sibuk karena semua kendaraan
berjalan sesuai kapasitas yang ditentukan.
C. Memberi kesempatan bagi kendaraan atau orang/pejalan kaki dari jalan simpang untuk
memotong jalan utama
D. Meningkatkan tingkat efisien simpang dengan meminimumkan panjang antrian kendaraan,
waktu tunda ataupun rasio kendaraan terhenti.
E. Mempertahankan arus kendaraan simpang terutama pada saat kondisi lalu lintas jam
puncak (peak hour).

Karakteristik Sinyal Lalu Lintas


Untuk sebagian besar fasilitas jalan, kapasitas dan perilaku lalu-lintas terutama adalah
fungsi dari keadaan geometrik dan tuntutan lalu lintas. Dengan menggunakan sinyal,
perancang/insinyur dapat mendistribusikan kapasitas kepada berbagai pendekat melalui
pengalokasian waktu hijau pada masing pendekat. Maka dari itu untuk menghitung kapasitas dan
perilaku lalu-Iintas, pertama-tama perlu ditentukan fase dan waktu sinyal yang paling sesuai untuk
kondisi yang ditinjau.

Penggunaan sinyal dengan lampu tiga-warna (hijau, kuning, merah) diterapkan untuk
memisahkan lintasan dari gerakan-gerakan lalu-lintas yang sating bertentangan dalam
dimensi waktu. Hal ini adalah keperluan yang mutlak bagi gerakan-gerakan lalu-lintas yang
datang dari jalan jalan yang saling
berpotongan = konflik-konflik utama.
Sinyal-sinyal dapat juga digunakan untuk
memisahkan gerakan membelok dari
lalu-lintas lurus melawan, atau untuk
memisahkan gerakan lalu- lintas
membelok dari pejalan-kaki yang
menyeberang = konflik-konflik kedua,
lihat gambar di atas.

Jika hanya konflik-konflik primer


yang dipisahkan, maka adalah mungkin
untuk mengatur sinyal lampu lalu-lintas
hanya dengan dua fase, masing-masing sebuah untuk jalan yang berpotongan, sebagaimana
ditunjukan dalam gambar dibawah. Metoda ini selalu dapat diterapkan jika gerakan belok kanan
dalam suatu simpang telah dilarang. Karena pengaturan dua fase memberikan kapasitas tertinggi
dalam beberapa kejadian, maka pengaturan tersebut disarankan sebagai dasar dalam kebanyakan
analisa lampu lalu-lintas.

Gambar berikut juga memberikan penjelasan tentang urutan perubahan sinyal dengan
sistim dua fase, termasuk definisi dari waktu siklus, waktu hijau dan periode antar hijau (lihat juga
bagian 2.3). Maksud dari periode antar hijau (IG = kuning + merah semua) di antara dua fase yang
berurutan adalah untuk:

A. Memperingatkan lalu-lintas yang sedang bergerak bahwa fase sudah berakhir.


B. Menjamin agar kendaraan terakhir pada fase hijau yang baru saja diakhiri memperoleh
waktu yang cukup untuk ke luar dari daerah konflik sebelum kendaraan pertama dari fase
berikutnya memasuki daerah yang sama.

Fungsi yang pertama dipenuhi oleh waktu kuning, sedangkan yang kedua dipenuhi oleh
waktu merah semua yang berguna sebagai waktu pengosongan antara dua fase. Waktu merah
semua dan waktu kuning pada umumnya ditetapkan sebelumnya dan tidak berubah selama periode
operasi. Jika waktu hijau dan waktu siklus juga ditetapkan sebelumnya, maka dikatakan sinyal
tersebut dioperasikan dengan
cara kendali waktu tetap.

Dalam sistem lama, pola


waktu yang sama digunakan
sepanjang hari/minggu; pada
sistim yang lebih modern,
rencana waktu sinyal yang
berbeda yang ditetapkan
sebelumnya, dan digunakan
untuk kondisiyang berbeda pula,
sebagai contoh, kondisi lalu-
lintas puncak pagi, puncak sore
dan lewat puncak. Dengan
tersedianya data lalu-lintas, manual ini dapat digunakan untuk menghitung waktu-sinyal terbaik
bagi setiap kondisi.
Jika pertimbangan keselamatan lalu-lintas atau pembatasan-pembatasan kapasitas
memerlukan pemisahan satu atau lebih gerakan belok kanan, maka banyaknya fase harus
ditambah. gambar berikut menunjukan contoh-contoh rencana fase yang berlainan untuk keperluan
tersebut. Penggunaan lebih dari dua fase biasanya akan menambah waktu siklus dan rasio
waktu yang disediakan untuk pergantian antara fase (kecuali untuk tipe tertentu dari Sinyal aktuasi
kendaraan yang terkendali). Meskipun hal ini memberi suatu keuntungan dari sisi keselamatan
lalu-lintas, pada umumnya berarti bahwa kapasitas keseluruhan dari simpang tersebut akan
berkurang.

Berangkatnya arus lalu-lintas selama waktu hijau sangat dipengaruhi oleh rencana fase
yang memperhatikan gerakan belok kanan. Jika arus belok kanan dari suatu pendekat yang ditinjau
dan/atau dari arah berlawanan terjadi dalam fase yang sama dengan arus berangkat lurus dan belok
kiri dari pendekat tersebut (seperti Kasus 1 dalam Gambar diatas.), maka arus berangkat tersebut
dianggap sebagai terlawan. Jika tidak ada arus belok kanan dari pendekat-pendekat tersebut, atau
jika arus belok kanan diberangkatkan ketika lalu-lintas lurus dari arah berlawanan sedang
menghadapi merah (seperti dalam kasus 5 dan 6 pada gambar di atas), arus berangkat tersebut
dianggap sebagai terlindung. Pada kasus 2 dan 3 arus berangkat dari pendekat Utara adalah
terlawan sebagian dan terlindung sebagian. Pada kasus 4 arus berangkat dari pendekat Utara dan
Selatan adalah terlindung, sedangkan dari pendekat Timur dan Barat adalah terlawan.

Faktor yang menyebabkan masalah lalu lintas pada persimpangan


Arus lalu lintas lancar apabila dapat melewati simpang tanpa mengalamihambatan atau
gangguan, sehingga arus tersebut tidak mengalami masalah lalu lintas.Hal ini dapat disebabkan
oleh banyak faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi sertakeamanan perjalanan di jalan raya.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan masalah tersebut secara garis besar meliputi:

1. Faktor jalan (fisik).


2. Faktor lalu lintas (kendaraan).
3. Faktor manusia (pengemudi dan pemakai jalan).
4. Fasilitas jalan.

You might also like