Professional Documents
Culture Documents
BAB II Jbptppolban-Gdl-Abdhirayud-3317-3-Bab2 - 4 PDF
BAB II Jbptppolban-Gdl-Abdhirayud-3317-3-Bab2 - 4 PDF
BAB II
LANDASAN TEORI
dirancang dengan sebuah pin untuk masing-masing carrier gear. Roda gigi
perantara berputar pada needle bearing yang diposisikan diantara shaft planetary
carrier dan carrier gear.
Jumlah roda gigi perantara didalam sebuah sistem roda gigi planet
tergantung
dari beban yang dipikul. Transmisi kendaraan otomatis harus
mempunyai tiga roda gigi perantara sedangkan heavy duty highway trucks dapat
mempunyai sebanyak 5 roda gigi perantara dalam planetary carrier dalam sistem
roda gigi planetnya. Roda gigi perantara mengelilingi poros tengah roda gigi
matahari
dan dilingkari oleh roda gigi dalam. Roda gigi dalam bertindak seperti
sebuah
pengikat yang menahan keseluruhan roda gigi bersama dan memberikan
kekuatan yang besar pada unit. Roda gigi dalam diletakkan pada jarak terjauh dari
poros pusat dan karena itu berfungsi sebagai tuas terbesar pada poros pusat. Untuk
membantu mengingat rancangan sistem roda gigi planet, gunakan sistem tata
surya sebagai contohnya. Matahari adalah pusat tata surya dengan planet berputar
disekelilingnya, karena itu disebut sistem roda gigi planet. Roda gigi matahari dan
roda gigi perantara memiliki jumlah gigi paling kecil, sedangkan roda gigi dalam
memiliki jumlah gigi paling banyak.
Rumus untuk menghitung reduction ratio nya adalah:
(S x Ns) + (R x Nr) = (S + R) x Nc
Dimana:
S = Jumlah gigi roda gigi matahari
R = Jumlah gigi roda gigi dalam
Ns = Jumlah putaran roda gigi matahari
Nr = Jumlah putaran roda gigi dalam
Nc = Jumlah putaran roda gigi perantara
Gambar 2.3 Roda gigi perantara ditahan
perantara.Hubungan antara kecepatan putaran roda gigi dalam dengan kecepatan
putaran roda gigi perantara dapat ditulis dengan persamaan berikut ini:
Ring gear speed : Carrier speed = (Ring gear teeth + Sun gear teeth) : Ring gear
atau : Nr : Nc = (R + S) : R
teeth
roda gigi matahari (lihat gambar) maka apabila clutch untuk speed 2 dilibatkan,
output putarannya akan lebih cepat daripada clutch untuk speed 1 yang dilibatkan.
2.1.3. Komponen Planetary Gearbox
1. Roda Gigi Matahari
Roda gigi matahari terletak dipusat susunan. Ini adalah roda gigi
terkecil dalam susunan dan terletak di tengah dan sebagai poros perputaran. Roda
gigi matahari juga dapat berupa rancangan spur atau helical gear. Roda gigi
matahari bertautan dengan gigi pada roda gigi perantara.
5. Bantalan
Bantalan adalah komponen yang berfungsi sebagai peredam getaran
yang ditimbulkan oleh putaran roda gigi. Jenis bantalan yang umum dipakai
adalah
needle bearing dengan alasan karena needle bearing mempunyai
efektivitas
meredam getaran yang sangat tinggi, dan umurnya relatif lebih lama
kalau dibandingkan dengan jenis bearing lainnya.
6. Carrier Shaft
Carrier shaft merupakan komponen dalam planetary gearbox yang
berfungsi sebagai penyangga carrier. Komponen ini tersambung pada piringan,
yang kemudian piringan tersebut akan dihubungkan pada poros output.
2.2. Rumus Perhitungan Diameter Poros, Roda Gigi, dan Kepala Pembagi
Keberhasilan suatu alat sangat dipengaruhi oleh cara menghitung dan
menganalisis suatu sistem kerjanya. Berikut perhitungan yang digunakan dalam
pengerjaan rancang bangun planetary gearbox ini.
2.2.1. Perhitungan Diameter Poros
2.2.1.1.
Perhitungan Diameter Poros dengan Beban Puntir
1. Daya yang akan ditransmisikan P : kw/hp
Putaran poros motor penggerak n1 : rpm
2. Faktor koreksidaya yang akan fc :1–2
ditransmisikan.
3. Daya rencana Pd : P. fc (kw/hp)
4. Torsi / Momen puntir
Pd
Pd T . T (N.m)
5. Tegangan geser yang diijinkan τa (N/mm2)
Tegangan geser dihitung atas dasar kelelahan puntir.
Kelelahan puntir = 40 % . kelelahan tarik
Kelelahan tarik = 45 % . kekuatan tarik (σu)
τa = 40 % . 45 % . σu
τa = 1 / 5,6 . σu Untuk bahan SF
τa = 1 / 6 . σu Untuk bahan SC
Faktor ini dinyatakan dengan Sf 1
6. Faktor koreksi momen puntir (Kt)
Kt 1 Beban dikenakan sec ara halus
Kt 1 1,5 Beban dikenakan sedikit keju tan
Kt 1,5 3 Beban dikenakan dengan keju tan
7. Faktor koreksi beban lentur (Cb)
Cb 1 Tidak ada beban lentur
Cb 1,2 2,3 Ada beban lentur
8. Diameter Poros (ds, do, di )
T
J R
J
32
d4
32
do 4
di 4
1/ 3
T d / 2 .T 16 5,1
.d 4 d3 .T d .T
/ 32 . d 4
d /2 32 .
a
Poros Pejal
1/ 3
5,1
ds . Kt . Cb . T
a
Poros Berongga
T
/ 32 . do di
4 4
do / 2
T . do / 2
/ 32 . do 4 di 4
di 4 T . do / 2
/ 32 . do . 1 4
4
do
di
k
do
/ 32 . do 3 .1 k 4
T
2 .
T / 2 .
do 3
/ 32 . 1 k 4
16 .T
do 3
. . 1 k 4
1/ 3
5,1
do .T
. 1 k4
a
1/ 3
5,1
do . Kt . Cb . T
a . 1 k
4
1.
Beban Lentur M : N.mm / kg.mm
2. Tegangan geser yang diijinkan τa (N/mm2)
Tegangan geser dihitung atas dasar kelelahan puntir.
Kelelahan puntir = 40 % . kelelahan tarik
Kelelahan tarik = 45 % . kekuatan tarik (σu)
τa = 40 % . 45 % . σu
τa = 1 / 5,6 . σu Untuk bahan SF
τa = 1 / 6 . σu Untuk bahan SC
I
64
d4
64
do 4
di 4
1/ 3
M d /2.M 32 10,2
.d 4 d3 .M d .M
/ 64 . d 4
d /2 64 .
a
Poros Pejal
1/ 3
10,2
ds . Kt . Km . M
a
Berongga
Poros
M
/ 64 . do di
4 4
do / 2
M . do / 2
/ 64 . do 4 di 4
di 4 M . do / 2
/ 64 . do 4 . 1 4
do
di
k
do
/ 64 . do 3 .1 k 4
M
2 .
M / 2 .
do3
/ 64 . 1 k 4
32 . M
do3
. . 1 k 4
1/ 3
10,2
do .M
. 1 k
4
a
1/ 3
10,2
do . Kt . Km . M
a . 1 k
4
2.2.1.3. Perhitungan Dieameter Poros dengan Beban Puntir dan Lentur
1. Daya yang akan ditransmisikan P : kw/hp
Putaran poros motor penggerak n1 : rpm
2. Faktor koreksidaya yang akan fc :1–2
ditransmisikan.
3. Daya rencana Pd : P. fc (kw/hp)
Pd
4. Torsi / Momen puntir Pd T . T (N.m)
5. Beban Lentur M : N.mm / kg.mm
7. Faktor koreksi momen puntir (Kt)
Kt 1 Beban dikenakan sec ara halus
Kt 1 1,5 Beban dikenakan sedikit keju tan
Kt 1,5 3 Beban dikenakan dengan keju tan
8. Faktor koreksi momen lentur (Km)
Km 1,5 Tumbukan halus
Km 1 2 Tumbukan ringan
Km 2 3 Tumbukan berat
9. Diameter Poros (ds, do, di )
2 4 2
max
2
Beban Torsi
T T .R T .d / 2
J R J / 32 . d 4
J
32
d4
32
do 4
di 4
Beban Lentur
M M .R M .d / 2
I R I / 64 . d 4
I
64
d4
64
do 4
di 4
2 2
M .d / 2 T .d / 2
/ 64 . d 4 4 . / 32 . d 4
max
2
64 . d / 2
. M2 T2
.d 4
max
2
2 2
64 . M . d / 2 64 .T . d / 2
.d 4 .d 4
max
2
32 . d
. M2 T2
.d 4
max
2
5,1
max . M2 T2
d3
1/ 3
5,1
d . M2 T2
max
max a
Poros Pejal
1/ 3
5,1
ds . Km . M 2
Kt .T
2
a
Poros Berongga
2 2
M . do / 2 T . do / 2
/ 64 . do 4 di 4 4 . / 32 . do 4 di 4
max
2
2 2
64 . M . do / 2 64 .T . do / 2
. do 4 di 4 . do 4 di 4
max
2
64 . do / 2
. M2 T2
. do 4 di 4
max
2
di
k
do
32 . do
. M2 T2
. do 4 1 k 4
max
2
5,1
. M2 T2
max 3
do . 1 k 4
1/ 3
5,1
do . M2 T2
max . 1 k
4
1/ 3
5,1
Km . M Kt .T
2 2
do .
a . 1 k
4
max a
Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana.
Kemampuan menerima beban lebih tinggi.
Efisiensi pemindahan dayanya tinggi karena faktor terjadinya slip sangat
kecil.
Roda gigi permukaan Roda gigi dengan poros
dengan poros berpotongan berbentuk
berpotongan istimewa
Ciri-ciri roda gigi lurus adalah :
1. Daya yang ditransmisikan < 25.000 Hp
2. Putaran yang ditransmisikan < 100.000 rpm
3. Kecepatan
keliling < 200 m/s
4. Rasio
kecepatan yang digunakan
Untuk 1 tingkat ( i ) < 8
Untuk 2 tingkat ( i ) < 45
Untuk 3 tingkat ( i ) < 200
( i ) = Perbandingan kecepatan antara penggerak dengan yang digerakkan
5. Efisiensi
keseluruhan untuk masing-masing tingkat 96% - 99% tergantung
desain dan ukuran.
yang tinggi dapat menyebabkan spur mengalami getaran yang tinggi. Spur lebih
baik digunakan pada putaran yang rendah. Kecepatan putar dikatakan tinggi jika
kecepatan linear dari pitch melebihi 25 m/detik. Roda gigi heliks bisa disatukan
secara
paralel maupun melintang. Susunan secara paralel umum dilakukan, dan
susunan
secara melintang biasanya disebut dengan skew.
Gambar 2.14 Roda gigi heliks
5. Roda gigi Hypoid
Roda gigi hypoid mirip dengan roda gigi bevel, namun kedua aksisnya
tidak berpotongan.
Gambar 2.16 Roda gigi hypoid
mendekati 90 derajat, dan bentuk badannya biasanya memanjang mengikuti arah
aksial. Jika ada setidaknya satu gigi yang mencapai satu putaran mengelilingi
badan roda gigi, maka itu adalah roda gigi cacing. Jika tidak, maka itu adalah roda
gigi heliks. Roda gigi cacing memiliki setidaknya satu gigi yang mampu
mengelilingi
badannya beberapa kali. Jumlah gigi pada roda gigi cacing biasanya
disebut dengan thread. Dalam pasangan roda gigi cacing, batangnya selalu bisa
menggerakkan roda gigi spur. Jarang sekali ada spur yang mampu menggerakkan
roda gigi cacing. Sehingga bisa dikatakan bahwa pasangan roda gigi cacing
merupakan
transmisi satu arah.
Modul :
d
m dimana : d = diameter lingkar jarak bagi
z
z = gigi
Jarak bagi lingkar :
.d
t dimana : d = diameter lingkar jarak bagi
z
z = Jumlah gigi
t .m
Tinggi kepala = m
Tinggi kaki = m + ck
dimana : ck = 0.25 x m (kelonggaran puncak)
Tebal gigi
.m
Tebal gigi
2
2. Faktor koreksi fc
3. Daya rencana Pd : P. fc
4. Diameter sementara lingkar jarak bagi
2.C 2.C.i
d1 d2
1 i 1 i
5. Pemilihan modul :
Pd
n mod ul
max
6. Jumlah gigi :
d1 d2
Z1 Z2
m m
7. Diameter lingkar jarak bagi :
d1 = m. Z1 d2 = m. Z2
8. Kelonggaran puncak
Ck = 0.25 . m
9. Diameter kepala
dk1 = (Z1 + 2). m dk2 = (Z2 + 2). m
Diameter kaki :
df1 = (Z1 – 2). m – 2 . Ck
df2 = (Z2 – 2). m – 2 . Ck
Tinggi gigi :
H = 2.m + Ck
102 . Pd
Ft
V
13. Faktor dinamis :
fv = (tabel fv)
14. Bahan gear
Kekuatan tarik σu / σB (kg/mm2)
Teg.lentur ijin σa(kg/mm2)
Kekerasan HB
Faktor teg.kontak KH (kg/mm2)
15. Beban lentur yg diijinkan persatuan lebar
Fb a .m.Y . fv
(kg/mm)
Fb1 a1.m.Y1. fv
Fb2 a 2 .m.Y2 . fv
Beban permukaan yg diijinkan persatuan lebar (kg/mm)
2.Z 2
FH f v .KH .d1
Z1 Z 2
16. Lebar gigi :
Ft
b
F min
2.2.3. Perhitungan Kepala Pembagi
Kepala pembagi adalah sebuah alat bantu pada mesin frais yang
sangat penting, ia dibutuhkan jika pada permukaan benda kerja harus dibuat alur
atau bentuk profil lainnya pada jarak tertentu, juga pada pembuatan profil roda
gigi, segi empat atau segi enam dan sebagainya. Pada dasarnya kepala pembagi
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kepala pembagi langsung dan kepala
pembagi universal.
Untuk mempermudah penempatan posisi yang baru, maka pelat pembagi
mempunyai angka jumlah pembagian yang dibuat pada salah satu sisinya.
b. Pelat
Pembagi dengan Lubang-lubang
c. Penentuan
Jarak Lubang atau Alur pada Pelat Indeks
Untuk menentukan jarak lubang atau alur “V” (nc) yang dikehendaki,
maka jumlah lubang atau alur pada pelat indeks (n) dibagi dengan pembagian
yang kita kehendaki (Z). Jika Z diketahui dalam jumlah pembagian, maka
𝑛
𝑛𝑐 = 𝑍
dan jika pembagian yang dikehendaki diketahui dalam besar sudut (α)
𝛼 .𝑛
maka 𝑛𝑐 = 360°
a. Pembagian Langsung
Pekerjaan pembagian langsung pada kepala pembagi universal sedikit
agak berbeda dengan kepala pembagi langsung. Pada kepala pembagi universal
kita harus melepas hubungan antara ulir cacing dengan roda gigi cacing agar
pergerakan spindel lebih leluasa. Sedangkan rumus-rumus perhitungan
pembagiannya sama seperti pada kepala pembagi langsung, yaitu :
𝑛 𝛼 .𝑛
𝑛𝑐 = 𝑍
dan 𝑛𝑐 = 360°
b. Pembagian
tidak langsung
Jika angka pembagian Z tidak memungkinkan lagi untuk dikerjakan
pada pembagian langsung, maka kita menggunakan cara pembagian tak langsung,
sebab pada cara ini tersedia tiga variasi pelat indeks dengan jumlah lubang seperti
ditunjukkan pada tabel dibawah. Pada pekerjaan ini roda gigi cacing dan ulir
cacing dalam keadaan terpasang, sehingga pada saat kita memutar tuas indeks nc,
putaran ini akan diteruskan oleh poros berulir cacing ke roda gigi cacing yang
dipasang menjadi satu dengan spindel benda kerja. Perbandingan putaran antara
poros berulir cacing dengan roda gigi cacing biasanya 40:1 artinya 40 kali putaran
tuas nc akan sama dengan satu kali putaran spindel benda kerja. Perbandingan ini
biasanya disebut rasio kepala pembagi (i) atau i = 40:1. Perbandingan ini tidak
selamanya 40:1 tergantung dari pembawaan kepala pembagi.
Tabel 2.4 Pelat indeks 2 dalam 1 set
Nomor Jumlah Lubang setiap
Jumlah Lingkaran
pelat Lingkaran
1 6 15, 18, 21, 29, 37, 43
2 6 16, 19, 23, 31, 39, 47
3 6 17, 20, 27, 23, 41, 49
Jumlah lubang pada pelat indeks sangat bervariasi, tergantung dari
pembawaan kepala pembagi. Setiap kepala pembagi universal biasanya sudah
disertakan satu set pelat indeks (3 buah) dengan variasi lubang yang berbeda.
Karena 40 putaran tuas indeks (nc) menghasilkan satu kali putaran
benda kerja (i = 40:1), maka untuk Z pembagian yang sama dari benda keja
adalah :
40 𝑖
𝑛𝑐 = putaran. Jika Z diketahui dalam jumlah pembagian, maka : 𝑛𝑐 =
𝑍 𝑍
Jika pembagian yang dikehendaki diketahui dalam besar sudut (α), maka :
𝛼. 𝑖
𝑛𝑐 =
360°
Dimana :
Nc = jumlah putaran tuas indeks
I = rasio kepala pembagi (40:1)
Z = jumlah pembagian
α = besar sudut pembagian
yang tersedia. Pembilangnya akan menunjukkan sejumlah lubang yang harus kita
putar pada pelat indeks untuk menambah beberapa putaran penuh yang diperoleh
dari pembagian tersebut.
c. Pembagian Diferensial
Dengan metode pembagian diferensial, kita dapat mengerjakan setiap
pekerjaan pembagian pada mesin freis. Metode ini memungkinkan pembagian
dengan angka pecahan yang penyebutnya tidak cocok dengan jumlah lubang yang
tersedia pada pelat indeks. Pelat indeks tidak dimatikan (tidak dikunci), akan
tetapi harus ikut bergerak ketika tuas indeks (nc) diputar. Ketika tuas indeks
diputar, putaran dari tuas indeks ini akan diteruskan ke poros berulir cacing, poros
ini akan menggerakkan roda gigi cacing yang dipasang menjadi satu dengan
spindel benda kerja. Dengan perantaraan roda-roda gigi pengubah yang dipasang
pada poros spindel benda kerja, putaran ini akan diteruskan ke pelat indeks
sehingga pelat indeks ikut berputar.