Professional Documents
Culture Documents
Coklat
Coklat merupakan sebutan untuk makanan ataupun minuman dari olahan biji
kakao yang pertama kali dikonsumsi oleh penduduk Mesoamerika kuno. Coklat
merupakan produk pangan olahan yang bahan komposisinya terdiri dari pasta
coklat, gula, lemak kakao dan beberapa jenis tambahan citarasa. Terdapat
beberapa jenis produk coklat. Yang pertama coklat hitam (dark chocolate) yang
terbuat dari pasta kakao dengan penambahan sedikit gula, yang kedua coklat susu
(milk chocolate) yang terbuat dari pasta kakao, lemak kakao, gula dan susu
bubuk, dan yang ketiga coklat putih (white chocolate) yang terbuat dari lemak
kakao, gula dan susu bubuk. Coklat memiliki kandungan gizi yang beraneka
ragam antara lain energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi,
vitamin A, vitamin B1, vitamin B12, vitamin C, dan vitamin E (Kelishadi, 2005).
Pembuatan cokelat menurut Mulato, dkk. (2004) memiliki beberapa
tahapan, diantaranya:
1. Penyangraian
Penyangraian biji kakao dimaksudkan untuk mempermudah pelepasan
kulit biji, pembentukan komponen flavor, pengurangan kadar air, dan
perubahan warna dan senyawa kimia dalam biji kakao. Selama proses
penyangraian, kandungan procyanidin dan kapasitas antioksidan biji kakao
berkurang secara tajam sejalan dengan semakin tingginya suhu
penyangraian
2. Pemisahan Kulit
Proses penghancuran bertujuan untuk memperbesar luas permukaan nib,
sehingga pada saat perlakuan pengepresan dengan bantuan pemanasan
massa kakao akan memberikan pengaruh semakin banyaknya kakao yang
dapat diekstrak. (Mulato dkk, 2004).
3. Pemastaan
Proses pemastaan merupakan proses penghancuran nib (daging buah
kakao) menjadi ukuran tertentu Penghancuran tersebut bertujuan juga
untuk memperbesar luas permukaan kakao, sehingga pada saat perlakuan
pengempaan dengan bantuan pemanasan massa kakao akan memberikan
pengaruh semakin banyaknya kakao yang dapat diekstrak. Kadar kulit dan
kadar air biji kakao akan mempengaruhi tingkat kesulitan dalam
penghancuran nib menjadi pasta kakao (Beckett, 2000).
4. Refining
Refining diperlukan untuk menghasilkan tekstur produk cokelat yang
bermutu tinggi. Melalui penghalusan yang baik, fraksi–fraksi padat dalam
cokelat akan menyebar rata dalam fraksi cair (lemak) dan potensi aroma,
serta cita rasa dan warna khas cokelat tertampakkan (Misnawi dkk, 2008).
5. Conching
Proses conching adalah proses pencampuran untuk menghasilkan coklat
dengan flavor yang baik dan tekstur yang halus. Biasanya dilakukan dua
tahap, proses dilakukan pada suhu 80ºC selama 24–96 jam. Adonan coklat
dihaluskan dan lesitin ditambahkan pada akhir conching untuk mengurangi
kekentalan coklat (Vinti, D dan Julian, R.T., 2013).
6. Tempering
Dilakukan untuk memperoleh produk coklat yang stabil, karena akan
menghasilkan kristal lemak berukuran kecil dengan titik leleh yang cukup
tinggi. Pada tahap awal ruang tempering dipanaskan secara perlahan
sehingga suhu adonan cokelat meningkat dari suhu 33ºC menjadi 48ºC
selama 10-12 menit. Kemudian diikuti proses pendinginan awal, suhu
adonan diturunkan menjadi 33ºC. Pada tahap ini kristal lemak belum
terbentuk sehingga perlu diturunkan lanjut pada 26ºC. Adonan kemudian
dipanaskan ulang sampai suhu 33ºC saat adonan akan dituang ke cetakan.
7. Pencetakan
Suhu coklat cair harus mencapai 30–32oC sebelum melalui proses
pencetakan. Selanjutnya, dilakukan pendinginan lambat untuk
memadatkan coklat, dan coklat dikeluarkan dari cetakan setelah suhu
mencapai 10oC. Coklat yang disimpan pada kondisi penyimpanan yang
tidak tepat akan memiliki warna permukaan yang kusam keabuan (Minife,
1999).
2. Permen (Candy)
Brittle
Brittle merupakan permen yang menyerupai hard candy yang diberi
tambahan komposisi lain saat tercapainya titik kritis untuk merubah eating
characteristic yang dimiliki sebelumnya. Proses pembuatan permen ini pun sama
seperti hard candy tetapi pada brittle diberi tambahan kacang-kacangan dan
senyawa bikarbonat untuk meningkatkan tekstur. Permen brittle sebenarnya
termasuk jenis soft candy karena ada tambahan bahan lain sebanyak 5% berupa
kacang-kacangan dan merupakan jenis amorf (non kristalin) karena tidak
mengalami proses kristalisasi, namun mengalami proses karamelisasi.
Mulato, S., Sukrisno, W., Misnawi, Edy, S. 2004. Petunjuk Teknis Pengolahan
Produk Primer dan Sekunder Kakao. Jember: Pusat Penelitian Kopi dan
KakaoIndonesia. Jember.