You are on page 1of 6

Reni Ilmiasih JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

PROMOSI MANAJEMEN NYERI NONFARMAKOLOGI OLEH KELUARGA


PADA PASIEN POST OPERASI DI RUANG BCH RSUPN DR.CIPTOMANGUN
KUSUMO JAKARTA

Nonpharmacological Pain Management Promotion by family to the Post Surgery Patients


in BCH Ward of RSUPN Dr.Ciptomangun Kusumo Jakarta

Reni Ilmiasih

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang


Jl. Bendungan Sutami 188A Malang 65145
E-mail : reni.ilmi@yahoo.co.id

ABSTRAK

Manajemen nyeri non farmakologi perlu dilakukan oleh perawat di ruang bedah meskipun sering
ditemui kendala beban kerja yang tinggi. Intervensi manajemen nyeri nonfarmakologi yang dilakukan keluarga
dengan memberikan pelukan, dukungan, distraksi dan lain-lain. Tujuan dari kegiatan inovasi ini untuk
meningkatkan manajemen nyeri pada pasien post operasi dengan melibatkan keluarga. kegiatan dengan
melakukan pengkajian, merumuskan masalah, menyusun intervensi, pelaksanaan dan evaluasi di ruangan
BcH RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Pelaksanaan manajemen nyeri non farmakologi dengan
bantuan keluarga cukup efektif dalam meningkatkan intervensi masalah nyeri. Pelibatan keluarga juga efektif
dalam melakukakan intervensi mengatasi masalah nyeri yang di observasi oleh perawat. Sebagian besar
keluarga melakukan lebih dari 50% ceklist tindakan intervensi manajemen nyeri yang diberikan perawat.
Hasil evaluasi skala nyeri menunjukkan terdapat penurunan skala nyeri rata-rata dari nyeri sedang ke nyeri
ringan dan tidak nyeri dengan rentang skala 6-0 menggunakan skala VAS dan FLACC. Pelaksaaan manajemen
nyeri diperlukan adanya kerjasama antara keluarga dan perawat

Kata Kunci: Manajemen nyeri nonfarmakologi, intervensi nyeri, keluarga

ABSTRACT

Non-pharmacological pain management needs to be done by nurses in the operating room although
often encountered obstacles high workload. Nonpharmacological pain management interventions have
done by families with hugs, support , and other distractions . The purpose of this innovation activities is to
improve the management of postoperative pain in patients with the family involvment. Methods of assessing
the activities, formulate problems, develop interventions, implementation and evaluation in the BCH Room
Dr Cipto Mangunkusumo. The results of the implementation of the activities obtained non-pharmacological
pain management with the help of the family is quite effective in improving interventions pain problems.
Based on the nurse‘ observation, families involvment is effective in addressing problem of pain . Mostof
families did more than 50 % checklist of pain management interventions that given by a nurse. Pain scale
evaluation results showed there is a decrease in the average of pain scale, from moderate to mild pain and
no pain with range 6-0 scale using the VAS scale and FLACC. Pain management required the cooperation
between families and carers

Keywords : Pain management nonpharmacological, pain intervention , family

LATAR BELAKANG lapisan masyarakat. Komitment tersebut,


diwujudkan dengan melakukan berbagai
Rumah sakit umum RSUPN peningkatan mutu dan manajemen salah
Ciptomangunkusumo sebagai rumah sakit satunya adalah pelayanan keperawatan.
rujukan nasional mempunyai komitmen untuk Pelayanan keperawatan diharapkan mampu
memberikan pelayanan kesehatan paripurna memberikan pelayanan yang holistik dan
dan bermutu serta terjangkau oleh semua mampu meningkatkan kepuasan pasien.

116 Juli 2013: 116 - 121


Versi online / URL :
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2361

Pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi keperawatan adalah dengan melibatkan


semua masyarakat dilakukan dengan keluarga. Melibatkan keluarga dalam
bekerjasama dengan berbagai penjamin dana pemberian asuhan keperawatan sudah
seperti donatur swasta maupun penjamin dilakukan dalam perawatan colostomy,
dana dari pemerintah daerah dan pemerintah pengawasan pemberian cairan dan output,
pusat. Dengan adanya kebijakan tersebut akan tetapi belum dilakukan pada penerapan
didapatkan semakin tinggi jumlah kunjungan manajemen nyeri nonfarmakologi.
pasien yang berobat ke RSUPN Cipto Kakkunen, P, Vehvilainen J.K., Pietila
Mangunkusomo dan BOR rawat inap A.M., Nysonen S., Korhanen A., &
semakin meningkat. Hal ini merupakan Lehikoinen N.M. et al (2009) membuktikan
tantangan baru bagi penyelenggaraan bahwa penerapan manajemen nyeri non
pelayanana kesehatan untuk tetap dapat farmakologi pada pasien post operasi yang
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai efektif adalah dengan menggendong pasien
dengan misi rumah sakit. dan menggunakan teknik distraksi yang
Ruang BCH merupakan salah satu dilakukan oleh keluarga. Sedangakan pada
ruang rawat inap bedah anak yang penelitian lain disebutkan pener apan
mempunyai kapasitas total 27 tempat tidur manajemen nyeri non farmakologi pada
yang terdiri ruang rawat kelas 2 dan kelas 3. pasien post operasi laparatomi didapatkan
BOR rata-rata dalam satu bulan mencapai massase dengan teknih efflurage efektif
90%, dengan jumlah tenaga perawat total dalam menurunkan nyeri (Crowe, L., Chang
adalah 19 perawat. Kondisi ini juga A., Frasser J.A., Gaskill D., Nash R., &
merupakan tantangan baru bagi pelayanan Wallace K. (2008). Tujuan dari kegiatan
keperawatan di ruang BCH, dimana ruang inovasi ini adalah meningkatkan pelaksanaan
bedah yang r ata-rata pasien anak manajemen nyeri nonfarmakologi yang
memerlukan pengawasan ketat dan tingkat dilakukan oleh keluarga di Ruang BcH
ketergantungan yang tinggi dengan jumlah RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta.
perawat yang terkadang tidak sesuai dengan Manfaat bagi pasien adalah untuk memenuhi
rasio ketergantungan pasien (Studi kebutuhan rasa nyaman pasien dalam
dokumentasi proyek inovasi, 2013). meminimalkan nyeri post operasi dan
Data yang didapatkan dari pengkajian meningkatkan hubungan kedekatan pasien
proyek inovasi sebelumnya oleh Mahasiswa dan keluarga. Berdasarkan uraian tersebut
Praktek Residensi Keperawatan dan di atas diperlukan keterlibatan keluarga dalam
mahasiswa aplikasi di ruang BCH didapatkan upaya memenuhi kebutuhan rasa nyaman
sebanyak 14,29% perawat menerapkan pasien dalam menurunkan nyeri dengan
manajemen nyeri pada anak, hal ini berarti manajemen nyeri non farmakologi yang bisa
sebagian perawat belum menerapkan dilakukan keluarga antara lain masase,
manajemen nyeri khususnya nonfarmakologi pelukan, diatraksi dengan menghibur anak
pada pasien yang mengalami nyeri post atau memberikan mainan yang disukai anak.
operasi, dimana dar i hasil pencatatan
dokumentasi keperawatan didapatkan hampir METODE
semua anak dengan post operasi didapatkan
gangguan rasa nyeri meskipun telah diberikan Metode pelaksanaan dalam melakukan
analgesik (Laporan proyek inovasi, 2012). promosi manajemen nyeri dimulai dengan
Jumlah BOR yang tidak sesuai dengan pengkajian dan identifikasi masalah di ruang
jumlah perawat mengakibatkan pemberian BCH RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo
pelayanan kurang optimal sehingga salah satu Jakarta. Proses selanjutnya dilakukan analisis
cara dalam membatu optimalisasi pelayanan masalah dan pemecahan masalah. Intervensi
sesuai dengan permasalahan dilakukan

Promosi Manajemen Nyeri Nonfarmakologi oleh Keluarga pada Pasien Post Operasi di Ruang BCH RSUPN 117
Dr.Ciptomangun Kusumo Jakarta
Reni Ilmiasih JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

setelah disepakati pemecahan masalah 2009). 14,29% perawat sudah menerapkan


bersama dengan perawat ruangan. Tahap manajemen nyeri non farmakologi, sebesar
berikutnya adalah pelaksanaan dan evaluasi. 85,71% perawat belum melakukan
Pengkajian dilakukan dengan manajemen nyeri non farmakologi. Sebagian
menyebarkan kuesioner mengenai perawat sudah melibatkan keluarga dalam
permasalahan utama yang disepakati dengan manajemen nyeri pada pemasangan infuse
pihak ruangan. Penyebaran kuesioner dan pengambilan darah, tetapi pada
mengenai persepsi per awat tentang perawatan pasien post operasi yang
manajemen nyeri dan pelaksanaan mengalami nyeri, belum banyak melibatkan
manajemen nyeri serta mekanismenya dan keluarga dalam melakukan manajemen nyeri.
siapa yang melakukan pendidikan kesehatan Anak sering tidak mampu
mengenai manajemen nyeri di lakukan kepada mengkomunikasikan atau menggambarkan
seluruh perawat di ruang BcH. Data nyeri baik lokasi, tipe dan intensitas nyeri
pengkajian yang didapatkan dari aplikasi dengan tepat. Hal ini dibutuhkan kerja sama
Evidence Base Nursing dan proyek inovasi dengan orang tua untuk mendapatkan data
sebelumnya, serta data observasi dan yang valid karena pengkajian yang tepat
wawancara dengan perawat dan kepala adalah dasar dari penanganan masalah nyeri
ruang dijadikan data pelengkap dalam yang baik (James & Aswill, 2007). Anak
pengkajian. Data jumlah perawat yang ada belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga
di ruangan sebanyak 19 perawat dengan perawat harus mengkaji respon nyeri pada
rincian sebagai berikut: anak. (Tamsuri, 2007). Pengkajian nyeri yang
dilakukan perawat sudah dilakukan dengan
Tabel 1. Ketenagaan Ruang Bedah Anak
pengkajian skala nyeri FLACC dan VAS
Berdasarkan Jenis Pendidikan
dengan ketentuan nyeri pada skala 0-3
NO JENIS PENDIDIKAN JUMLAH
1 S2 Keperawatan/Spesialis - dilakukan monitor setiap 8 jam, skala nyeri 4-
2 S1 Keperawatan 5 6 dilakukan monitor setiap 4 jam dan skala
3 DIII Keperawatan 13 nyeri lebih dari 7 dilakukan monitor setiap jam,
4 SPK 1 (sedang
meskipun pada pelaksanaanya dijumpai pada
kuliah D3)
JUMLAH 19 beberapa dokumentasi belum sesuai dengan
standart tersebut.
Jumlah BOR (Bed Occupancy Rate) Pendidikan kesehatan mengenai
rata-rata 90-100% dengan manajemen manajemen nyeri 100% masih dilakukan oleh
perawatan primary nursing yang dibagi dokter dengan manajemen farmakologi.
menjadi 3 tim dan setiap tim mengelola 7-9 Pendidikan kesehatan mengenai manajemen
pasien setiap shift. Pada shift pagi terdapat 1 nyeri nonfarmakologi yang bisa dilakukan oleh
perawat primer dan 1-2 perawat asosiate, keluarga khusunya pada pasien post operasi
sedangkan shift sore dan malam rata-rata 1- yang mengalami nyeri masih jarang dilakukan
2 perawat dalam 1 tim. perawat berkaitan dengan beban kerja yang
Masalah keperawatan yang umum cukup tinggi di ruang BcH. Manajemen nyeri
diangkat pada pasien post operasi adalah nyeri nonfarmakologi merupakan salah satu cara
akut dengan 100% dilakukan manajemen yang dapat digunakan untuk meningkatkan
nyeri farmakologi (Berman,Snyder, Kozier & rasa nyaman pasien. Manajemen nyeri non
Erb, 2002). Skala nyeri pada pasien post farmakologi merupakan upaya-upaya
oper asi dengan pemberian analgesik mengatasi atau menghilangkan nyeri dengan
farmakologi berkisar antara 0-5 menggunakan pendekatan selain obat. Jenis
menggunakan monitor pengkajian nyeri skala manajemen nyeri non farmakolog meliputi
FLACC dan VAS (Hockenberry & Wilson, tehnik distraksi, relaksasi, stimulasi kulit, dan

118 Juli 2013: 116 - 121


Versi online / URL :
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2361

imajinasi terbimbing (Kakkunen, P, Penerapan manajemen nyeri oleh keluraga


Vehvilainen J.K., Pietila A.M., Nysonen S., dengan mengisi ceklist setiap hari mulai dari
Korhanen A., Lehikoinen N.M. et al.,2009; teknik distraksi, relaksasi,stimulasi kulit dan
Potter & Perry, 2005; Brunner & Suddarth, imajinasi.Pengisian ceklist juga bertujuan
2001). Kendala yang dihadapi di ruang BCH untuk membantu pelaksanan dokumentasi
adalah beban kerja yang tinggi dengan tindakan apa saja yang sudah dilakukan
perbandingan antara jumlah perawat dan keluarga. Ceklist yang diisi oleh keluarga juga
pasien serta tingkat ketergantungan pasien dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah
yang tidak seimbang sehingga manajemen keluarga sudah melakukan manajemen nyeri
nyer i nonfarmakologi belum optimal pada pasien. Perawat melakukan evaluasi
dilaksanakan. Strategi yang bisa dilakukan dengan mendokumentasikan tindakan dan
adalah dengan memberdayakan keluarga melakukan evaluasi skala nyeri pada pasien.
dalam melakukan manajemen nyeri
nonfarmakologi. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penerapan Evidence Base Nursing
dengan melakukan promosi penerapan Pelaksanaan kegiatan dilakukan mulai
manajemen nyeri nonfarmakologi yang dari pengkajian dengan melengkapi data yang
dilakukan keluarga pada anaknya yang sudah ada, melakukan observasi dan
mengalami nyeri post operasi merupakan wawancara dengan perawat dan kepala
alternatif yang dapat dilakukan untuk ruang mulai tanggal 8-13 April 2013.
membantu meningkatkan mutu pelayanan Sosialisasi hasil pengkajian dan strategi
keperawatan khususnya dalam mengatasi pelaksanaan dilakukan pada tanggal 17 April
nyeri pasien post operasi. Nyeri yang muncul 2013 pada waktu operan shift pagi yang
tersebut disebabkan karena adanya respon dihadiri oleh 15 perawat. Pelaksanaan
cidera yaitu terjadi inflamasi, hiperalgesia, kegiatan dilakukan tanggal 22 April-03 mei
hiperglikemi, katabolisme protein, peningkatan 2013. Pasien post operasi yang dilakukan
asam lemak bebas karena lipolisis dan manajemen nyeri nonfarmakologi oleh
perubahan keseimbangan cairan elektrolit keluarga antara lain pasien dengan post
(Liu & Wu, 2008; Carli & Schricker, 2009). operasi tutup kolostomi, pasien post PSAR,
Untuk mengatasi nyeri yang muncul tersebut, pasien dengan post operasi batu ginjal, pasien
perawat dapat memberikan pengarahan dengan post operasi apendiksitis. Keseluruhan
umum sebelum keluarga pasien diminta untuk jumlah pasien dalam kegiatan ini sebanyak
melakukan tindakan yang berhubungan 10 pasien. Keluarga rata-rata melakukan
dengan manajemen nyeri nonfarmakologi. sebagian besar kegiatan manajemen
Keluarga diberikan ceklist berbagai tindakan nonfarmakologi dengan mengisi ceklist yang
manajemen nyeri non farmakologi yang dibagikan oleh perawat seperti pada tabel
mudah dan bisa dilakukan oleh keluarga. berikut:

Tabel 2. Data hasil intervensi anajemen nyeri oleh keluaraga pasien Post Operasi di Ruang BcH
RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2013.
Jenis tindakan Prosentase Jumlah
pelasanaan Responden
Mendekap anak di pangkuan orang tua 90% 9
Menggendong anak 50% 5
Menghabiskan waktu dengan anak lebih lama dari biasanya 100% 10
Menghibur anak 100% 10
Mendengarkan musik 30% 3
Memeluk 100% 10
Membatasi jenis permainan yang berisik/gaduh 40% 4

Promosi Manajemen Nyeri Nonfarmakologi oleh Keluarga pada Pasien Post Operasi di Ruang BCH RSUPN 119
Dr.Ciptomangun Kusumo Jakarta
Reni Ilmiasih JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

Menemani anak tidur 60% 6


Membacakan anak buku/cerita 10% 1
Bermain video game/mainan lain 30% 3
Melihat tv atau film kesukaan anak 10% 1
Menghindari situasi yang dapat membuat anak menangis 60% 6
Memberikan alat makan yang lebih menyenangkan bagi anak 0% 0
Memberikan makanan kesukaan anak 70% 7
Memberikan posisi yang paling nyaman 100% 10
Menata lingkungan yang nyaman 100% 10
Membantu dalam kegiatan sehari-hari 100% 10
Memijit anak/mengelus 60% 6
Memberikan ciuman 100% 10
Memberikan perhatian lebih 100% 10
Menemani dan menjaga anak disekitar ruangan/diluar 100% 10
ruangan
Menunjukkan kembali hasil karya anak saat sehat 10% 1
Memberikan mainan yang di tiup(diberikan perawat) 80% 8

Seluruh responden mengisi ceklist tindakan keluarga yang dilakukan dalam


intervensi manajemen nyeri yang diberikan manajemen nyeri nonfarmakologi, melakukan
dengan mencontreng jenis kegiatan yang monitor ceklist kegiatan yang dilakukan
memungkinkan. Semua responden melakukan keluarga setiap hari, melakukan monitor skala
lebih dari 50% kegiatan yang ada di ceklist nyeri oleh perawat. Evaluasi pelaksanaan
yang telah diberikan oleh perawat. Ceklist manajemen nyeri oleh keluarga didapatkan
yang jarang terisi antara lain kegiatan semua keluarga ber partisipasi dalam
menonton TV yang disukai anak, melakukan manajemen nyeri sesuai dengan
membacakan buku cerita, menunjukkan hasil format tindakan yang diberikan. Tindakan
karya anak ketika sehat dan memberikan yang tidak dilakukan dengan alasan fasilitas
tempat makanan yang disukai anak. Hal ini tersebut tidak bisa disediakan keluarga antara
dikarenakan tidak ada fasilitas yang lain membacakan buku cerita pada anak dan
mendukung baik dari pihak rumah sakit menyediakan tempat makan yang menarik
maupun pihak keluarga. Pada daftar kegiatan bagi anak.
tersebut terdapat satu fasilitas bermain yang Evaluasi tertulis dengan menyebarkan
disediakan oleh perawat yaitu memberikan angket yang diisi keluarga didapatkan 100 %
mainan yang ditiup yang berfungsi untuk keluarga menyatakan kegiatan pada format
melakukan teknik distraksi dengan nafas mudah, cukup membantu sebagai panduan,
dalam. Kegiatan ini tidak selalu diberikan ada perubahan perilaku anak lebih baik,
terutama pada anak yang sudah kooperatif tindakan yang dilakukan mampu mendistraksi
dan mampu diperintah dengan melakukan anak terhadap rasa nyeri, termotivasi untuk
teknik nafas dalam tanpa bantuan mainan melakukan kegiatan di format, kegiatan
yaitu pada anak yang lebih besar. Skala nyeri bermanfaat dalam menurunkan nyeri.
maksimal rata-rata 4 pada awal pelaksanaan Evaluasi dokumentasi yang dikerjakan
dan skala nyeri 0 pada hari terahir pasien perawat didapatkan tindakan manajemen non
dirawat. Hanya terdapat 1 pasien post farmakologi yang dilakukan orang tua
apendiksitis dengan skala nyeri 6 diawal hari didokumentasikan dalam intervensi
perawatan dan pada akhir perawatan manajemen nyeri perawat pada kolom
didapatkan skala nyeri 0 intervensi dan skala nyeri didokumentasikan
Evaluasi hasil dilakukan tanggal 03-07 sesuai dengan standard yang seharusnya pada
Mei 2013 dan penyajian hasil dilakukan lembar monitor skala nyeri.
tanggal 10 Mei 2013. Evaluasi kegiatan
dengan mengobservasi dan visitasi pada

120 Juli 2013: 116 - 121


Versi online / URL :
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2361

KESIMPULAN DAN SARAN practice. (3th ed). St Louis: Saunders


Elsevier Inc.
Pelaksanaan manajemen nyeri non Kakkunen, P, Vehvilainen J.K., Pietila A.M.,
farmakologi dengan bantuan keluarga cukup Nysonen S., Korhanen A., Lehikoinen
efektif dalam meningkatkan intervensi N.M. et al. (2009). Promoting parents’
masalah nyeri. Pelibatan keluarga juga efektif use of non-pharmacological methods and
dalam melakukakan intervensi mengatasi assessment of children’s postoperative
masalah nyeri yang di observasi oleh perawat. pain at home. International Journal of
Sebagian besar keluarga melakukan lebih dari Caring Sciences, 2, (1).
50% ceklist tindakan intervensi manajemen Liu, S.S., & Wu C.L. (2008) Neural blockade:
nyeri yang diberikan perawat. Hasil evaluasi impact on outcome. In: Neural
skala nyeri menunjukkan terdapat penurunan blockade in clinical anesthesia and
skala nyeri rata-rata dari nyeri sedang ke pain medicine 4th edn. Cousins M.J,
nyeri ringan dan tidak nyeri dengan rentang Bridenbaugh P.O, Carr D and Horlocker
skala 6-0 menggunakan skala VAS dan T (eds). Philadelphia: Lippincott.
FLACC. Pelaksaaan manajemen nyeri Potter, P A & Perry, A G. (2005). Buku ajar
fundamental keperawatan: Konsep,
diperlukan adanya kerjasama antara keluarga
Proses, dan Praktik. Edisi 4 Volume
dan perawat.
2. Jakarta: EGC.
DAFTAR PUSTAKA Tamsuri, A. (2007). Konsep dan
penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC
Berman, A., Snyder S. J., Kozier B., & Erb
G. (2002). Kozier and Erb”s
techniques Inclinical Nursing (5th Ed).
New Jersey: Inc
Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8,
volume 2. Jakarta: EGC.
Carli, F. & Schricker, T. (2009). Modification
of Metabolic Response to Surgery by
Neural Blockade. In: Neural Blockade
in Clinical Anesthesia and Pain
Medicine (4 th ed). Cousins MJ,
Bridenbaugh PO, Carr D and Horlocker
T (eds). Philadelphia: Lippincott
Crowe, L., Chang A., Frasser J.A., Gaskill
D., Nash R., & Wallace, K. (2008).
Systematic review of the effectiveness
of nursing interventions in reducing or
relieving post-oper ative pain.
International Journal of Evidence-
Based Healthcare, 6,(4): 396-430.
Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009).
Wongs’s essentials of pediatric
nursing. (8 th ed). St. Louis: Mosby
Elseiver.
James, S.R. & Ashwill, J.W. (2007). Nursing
care of children: Principles &

Promosi Manajemen Nyeri Nonfarmakologi oleh Keluarga pada Pasien Post Operasi di Ruang BCH RSUPN 121
Dr.Ciptomangun Kusumo Jakarta

You might also like