Professional Documents
Culture Documents
S2 2016 371648 Introduction PDF
S2 2016 371648 Introduction PDF
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
di semua lini pelayanan kesehatan di seluruh negara di dunia baik di negara maju
tentang kesalahan medis (medical error) yang diterbitkan dengan judul : To Err
dalam akreditasi rumah sakit dan diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.
1691 tahun 2011. Keselamatan pasien di rumah sakit terdiri dari 6 sasaran
kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan risiko
1
2
dari 10 besar insiden yang dilaporkan (Depkes RI, 2008). Banyak kejadian
medication error yang tidak teridentifikasi dan tidak dilaporkan sehingga data
Charles dan Endang (2006) dalam Piliarta, et al. (2009). Hasil penelitian yang
pasien pada perawat di Brazil adalah perawat merupakan tenaga kesehatan yang
memiliki peranan yang besar dalam medication error tetapi merasa takut untuk
sangat penting dan harus dilakukan setiap bulan. Peraturan Menteri Kesehatan No.
1691 tahun 2011 mengharuskan rumah sakit khususnya tim keselamatan pasien
pasien termasuk kejadian medication error. Hal ini penting dilakukan karena
sakit.
3
Medication error yang terjadi di rumah sakit dapat dialami oleh pasien
al., 2015). Angka medication error pada pasien lanjut usia di Indonesia
mencapai 1.563 kasus, dengan kesalahan terbanyak ada pada tahap administrasi
(59%) (Ernawati, et al., 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Simamora (2011)
medication error pada anak sampai saat ini belum jelas, begitu juga penelitian
medication error pada anak paling sering terjadi di PICU (Pediatric Intensive
Care Unit) dan NICU (Neonate Intensive Care Unit) dengan 3 kali risiko yang
lebih besar dibandingkan orang dewasa. Pasien anak memiliki kompleksitas yang
berbeda dengan pasien dewasa karena berbagai faktor seperti: ukuran tubuh yang
lebih keci sehingga fungsi organ hati, ginjal dan sistem kekebalan tubuh belum
bagi orang dewasa sehingga berbeda dalam konsentrasi dan dosisnya. Anak yang
masih terlalu kecil akan mengalami kesulitan dalam hal berkomunikasi sehingga
(Joint Commision, 2008; Koumpagioti, et al., 2014;). Delapan puluh lima persen
4
oleh kesalahan dalam pemesanan obat, pelarutan obat dan administrasi obat
manajemen pengobatan pada setiap tahap proses pengobatan yang meliputi tahap
Perawat harus mengetahui pemberian obat yang aman meliputi dosis yang aman,
kemiripan baik bunyi maupun rupa dan kemampuan untuk memberikan edukasi
pada pasien dan keluarga tentang pengobatan yang diberikan (JCI, 2012).
dalam melakukan perawatan pasien anak terbatas jumlahnya karena mereka lebih
banyak dipersiapkan untuk merawat pasien dewasa (JCI, 2008). Penelitian yang
dilakukan oleh Ross (2000) dan Raju (1989) di ruang perawatan anak pada 2
rumah sakit yang berbeda di Amerika mendapatkan bahwa 60% medication error
disebabkan oleh perawat dengan kesalahan tersering adalah kesalahan dosis dan
5
waktu (Walsh, et al., 2005). Berbagai upaya dilakukan perawat untuk mencegah
pengobatan, melakukan verifikasi dengan teman sejawat (Dickson & Flynn, 2012;
Choo, et al., 2010). Medication error dapat dicegah jika dalam memberikan obat
perawat selalu melaksanakan prinsip enam benar yang meliputi benar pasien,
benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu dan benar dokumentasi
didapatkan data bahwa kejadian medication error masih banyak ditemukan. Pada
tahun 2014 angka medication error pada anak adalah 13% yang terdiri dari
sediaan obat yang rusak dan waktu pemberian obat yang tidak tepat. Pada tahun
2015, kejadian medication error pada anak mengalami peningkatan menjadi 25%
medication error menjadi tinggi. Kejadian medication error paling banyak terjadi
pada tahap pemesanan (Data rumah sakit swasta di Yogyakarta, 2015). Hasil
wawancara pada perawat ruang anak pada tanggal 12 September 2015 didapatkan
data bahwa kesalahan dosis merupakan medication error yang paling sering
terjadi di ruang anak karena dosis anak berbeda dengan dewasa sehingga
B. Rumusan Masalah
keselamatan pasien di rumah sakit yang menjadi inti dari pelayanan kesehatan.
dengan mencegah terjadinya kesalahan pada saat memberikan obat sehingga perlu
C. Tujuan Penelitian
pemantauan (monitoring).
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi Pelayanan
pengobatan
3. Bagi pasien
E. Keaslian Penelitian
Lan. Wang. MEs in pediatric Studi cross Hasil evaluasi terkait pengetahuan Kesamaannya: sampel
Yu. Chen. Wu, nursing: sectional perawat tentang keamanan obat yang perawat
Tang. 2013 Assessment of perlu diwaspasai hanya 56,5% perawat Perbedaanya: desain
yang dapat memberikan jawaban dengan penelitian
nurses’ knowledge
benar. Kurangnya pengetahuan perawat
and analysis of the (61,5%) merupakan hambatan yang paling
9
Smeulers. Nurses’ Studi Ada 3 tema yang ditemukan dalam Kesamaannya: desain
Onderwater. experiences and Kualitatif penelitian ini yaitu: peran dan tanggung penelitian
Van Zwieten. & perspective on jawab perawat dalam keselamatan Perbedaannya: tujuan
Vermeulen., medication safety pengobatan, kemampuan perawat untuk penelitian
2014 practices: an bekerja secara aman, peneriman perawat
explorative terhadap praktek yang aman
qualitative study
(Belanda)
Pirinen. Registered Nurses’ Deskriptif Perawat seringkali menemukan masalah Kesamaannya: populasi
Kauhanen. Experiences with kualitatif terkait dengan resep, masalah dengan yang diteliti
Danielsson- the Medication teknologi informasi, ketidaktersediaan Perbedaannya: desain dan
Ojala. Lilius. Administration obat, munculnya masalah dalam proses tujuan penelitian
Tuominen. Process (Finlandia) pemberian obat.
Rodríguez.and
Salantera., 2015
Kesimpulan: Keaslian penelitian ini terletak pada sampel penelitian yaitu perawat, desainnya yaitu studi kualitatif.