Professional Documents
Culture Documents
Bab I Bab II Bab III
Bab I Bab II Bab III
PENDAHULUAN
1
2. Apa syarat-syarat diksi?
3. Apa yang dimaksud dengan kata konotatif dan kata denotatif?
4. Apa yang dimkasud dengan kata umum dan ata khusus?
5. Apa yang dimaksud dengan kata konkret dan kata abstrak?
6. Bagaimana proses pembentukan kata?
7. Bagaimana kesalahan dalam pembentukan dan pemilihan kata?
8. Apa yang dimaksud dengan ungkapan/idiomatik?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi diksi
2. Mahasiswa mampu mengetahui syarat-syarat diksi
3. Mahasiswa mampu mengetahui seperti apa kata konotatif dan kata denotatif
4. Mahasiswa mampu mengetahui seperti apa kata umum dan kata khusus
5. Mahasiswa mampu mengetahui seperti apa kata konkret dan kata abstrak
6. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana proses pembentukan kata
7. Mahasiswa mampu mengetahui kesalahan dalam pembentukan dan pemilihan
kata
8. Mahasiswa mampu mengetahui ungkapan / idiomatik
2
BAB II
ISI
Contoh Paragraf:
1. Hari ini aku pergi ke pantai bersama dengan teman temanku. Udara disana sangat
sejuk. Kami bermain bola sampai tak terasa hari sudah sore. Kami pun pulang tak
lama kemudian.
2. Liburan kali ini Aku dan teman-teman berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat
senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir
angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak
mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang
3
hari disana, kami pulang dengan hati senang.Kedua paragraf diatas punya makna yang
sama. Tapi dalam pemilihan diksi pada contoh paragraf kedua menjadi enak dibaca,
tidak membosankan bagi pembacanya.
Makna Denotatif
Sebuah kata dapat dikatakan memiliki makna denotatif jika kata tersebut
mengandung pengertian yang sebenarnya. Makna denotatif digunakan di dalam bahasa
ilmiah karena hal tersebut penting dalam proses pengungkapan gagasan. Pada dasarnya,
makna denotatif merupakan makna yang diambil dari hasil observasi, yaitu menurut
penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya.
Makna Konotatif
Makna konotatif ada di sebuah kata, jika kata tersebut "memiliki rasa", bisa
diartikan positif maupun negatif. jika tidak memiliki rasa maka kata tersebut tidak
memiliki konotasi. selain itu, kata konotatif menghasilkan makna yang tidak hanya
mengungkapkan sebuah gagasan tetapi mengungkapkan pendapat dengan emosi tertentu.
Makna konotatif dapat berubah dan berbeda antara kelompok satu dengan kelompok
lainnya. Hal tersebut bergantung pada cara pandang kelompok masyarakat tersebut.
Mengukir
Denotatif : Mengukir kayu dalam bentuk yang unik adalah salah satu bentuk yang
mengagumkan.
Konotatif : Taufik Hidayat sudah mengukir prestasi yang sangat bagus.
Memegang
Denotatif : Saat menyeberang jalan, Toni memegang tangan ayah dengan erat.
Konotatif : Hingga kini, Wila memegang tujuh jabatan di kampusnya.
Memecahkan
Denotatif : Rafi tidak sengaja memecahkan gelas saat ia berjalan.
Konotatif : Rafi memecahkan empat rekor karena dapat berhitung cepat tanpa
kalkulator.
Duduk
Denotatif : Duduk dengan posisi yang tepat dan benar dapat mengurangi tubuh untuk
menjadi bungkuk.
Konotatif : pada tahun 1998, ia masih duduk di bangku SD.
4
2.4. Kata Umum dan Khusus
Berdasarkan dua contoh kalimat seperti yang tertera diatas, maka diketahui bahwa pada
kata membawa mengandung kata umum, dan kemudian pada kata menjinjing mengandung
kata khusus. Kedua kata tersebut yakni membawa dan menjinjing mempunyai arti dan
kegiatan yang sama, perbedaannya hanya terletak pada sifat dari kedua kata tersebut.
5
Binatang Monyet
Kelinci
Gajah
Harimau
Rusa
Dan lain sebagainya.
Melihat Menatap
Memandang
Menyaksikan
Menonton
Mengintip
Dan lain sebagainya.
Membawa Memikul
Menenteng
Menjinjing
Dan lain sebagainya.
Kata Konkret
Kata konkret yaitu kata yang mempunyai rujukan berupa objek yang dapat
diserap oleh panca indera. Kata konkret memiliki ciri bisa dirasakan, bisa dilihat,
diraba, didengar, dan bisa dicium.
Contoh Kata Konkret :
Sandang
Pangan
Rumah
Belajar
Bekerja
Membaca
Berunding
Uang
Mobil
Sawah
Kata Abstrak
Kata abstrak adalah sebuah kata yang memiliki rujukan berupa konsep atau
pengertian. Sesuai dengan namanya kata abstrak lebih memerlukan pendalaman
pemahaman, karena sifatnya yang tidak nyata.
6
Contoh kata abstrak :
Kaya
Miskin
Kesenian
Kerajinan
Demokrasi
Kemakmuran
1. Afiksasi
2. Reduplikasi
3. Komposisi
4. Abreviasi
5. Derivasi Balik
A. Afiksasi
Yaitu proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Jenis-jenis afiks:
1. Prefiks, yaitu afiks yang diletakkan di muka dasar. Contohnya: me-, di-, ber-, ke-,
ter-, pe-, per-.
2. Infiks, yaitu afiks yang diletakkan didalam dasar kata. Contohnya: -el-, -er-, -em-, -
in-,
3. Sufiks, yaitu afiks yang diletakkan di belakang kata. Contohnya: -an, -kan, -i.
4. Simulfik, yaitu afik yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang
dileburkan pada dasar kata dan mempunyai fungsi membentuk verba atau
memverbalkan nomina, ajektifa atau kelas kata lain. Contoh: kopi-ngopi, soto-
nyoto, kebut-ngebut, sate-nyate.
5. Konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur satu dimuka bentuk dasar kata dan
satu dibelakang bentuk dasar kata. Contoh: ke-an (keadaan), per-an
(persahabatan).
6. Superfiks/suprafiks , yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri
suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental, afiks
7
ini tidak ada dalam bahasa indonesia, biasanya kata superfiks atau suprafiks dapat
dijumpai dalam bahasa jawa. Contoh: suwe (lama) menjadi suwi (lama sekali).
7. Interfiks, yaitu jenis infiks yang muncul diantara dua unsur dalam bahasa
indonesia interfiks terdapat pada kata-kata bentukan baru contohnya : -n- dan -o-
,Pada gabungan indonesia dan logi menjadi indonesianologi.
8. Transfiks, yaitu jenis infiks yang menyebabkan dasar kata menjadi terbagi bentuk
ini terdapat dalam bahasa-bahasa Afro-Asiatika, seperti dalam bahasa arab
contohnya : ktb dapat diberi transfiks a-a, i-a, a-i, dsb.
Menjadi katab (menulis), kitab (buku), kaatib (penulis).
9. Kombinasi afiks, yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung
dengan dasar kata. Contoh: memperkatakan, mempercayakan.
B. Reduplikasi
1. Reduplikasi Fonologis
Yaitu bentuk kata yang tidak mengalami perubahan makna, karena
pengulangannya bersifat fonologis yang artinya bukan atau tidak ada pengulangan
leksem. Contohnya: dada, pipi, paru-paru, dan lain sebagainya.
2. Reduplikasi Morfemis
Yaitu bentuk kata yang mengalami perubahan makna gramatikal atas leksem yang
diulang, sehingga terjadilah satuan yang berstatus kata. Contohnya: beres menjadi
kata beres-beres.
3. Reduplikasi Sintaktis
Yaitu proses yang tejadi atas leksem yang menghasilkan satuan yang berstatus
klausa (berada di luar cakupan morfologi). Contoh: jauh-jauh, asam-asam.
Selain yang disebutkan diatas, reduplikasi juga dibagi menjadi beberapa bagian lagi,
diantaranya:
1. Dwipurwa
Yaitu pengulangan suku pertama pada leksem dengan pelemahan vokal.
Contohnya: tetangga, lelaki, sesama.
2. Dwilingga
Yaitu pengulangan leksem. Contohnya: pagi-pagi.
4. Dwiwasana
8
Yaitu pengulangan bagian belakang leksem. Contohnya: pertama-tama, sekali-kali.
5. Trilingga
Yaitu merupakan pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem.
Conthnya: cas-cis-cus, dag-dig-dug, dar-der-dor.
C. Komposisi
Yaitu proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Deskripsi
tersebut jelas menempatkan majemuk sebagai satuan yang berbeda dari frase (gabungan
kata, bukan gabungan leksem).
Ciri-ciri perbedaan kompositum atau paduan leksem
D. Abreviasi
Yaitu proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem
sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata istilah lain ini untuk abreviasi ialah
pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut kependekan. Contohnya : ABRI (Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia).
Jenis-jenis kependekan:
1. Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau
gabungan huruf baik yang dieja huruf demi huruf . Contoh : KKN (Kuliah Kerja
Nyata), DKI (Daerah Khusus Ibukota).
2. Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari
leksem. Contoh : Prof (Profesor).
3. Akronim yaitu proses pemendekan yang mengabungkan huruf atau suku kata atau
bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak
memenuhi kaidah fonotaktik indonesia. Contoh : FKIP /efkip/dan bukan/ef/, /ka/,
/i/, /pe/
4. Kontrasi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan
leksem. Contoh : tak dari kata tidak, takkan dari kata tidak akan.
5. Lambang huruf yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih
yang menggabarkan konsep dasar kuantitas satuan atau unsur. Contoh
: g (gram), cm ( senti meter).
9
E. Derivasi Balik
10
f. Kalau saudara tidak berkeberatan, saya akan meminta saran saudara tentang
penyusunan propososal penelitian. (benar)
11
Kaidah penyuluhan bunyi s, k, p, dan t tidak berlaku pada kata-kata yang dibentuk
dengan gugus konsonan. Kata traktor apabila diberi berawalan me-, kata ini akan
menjadi mentraktor bukan menraktor. Kata proklamasi apabila diberi berawalan me-,
kata itu akan menjadi memproklamasikan.
Perlu diketahui bahwa awalan ke- hanya dapat menempel pada kata bilangan. Selain
kata bilangan, awalan ke- tidak dapat dipakai. Pengecualian terdapat pada kata
kekasih, kehendak, dan ketua. oleh sebab itu, kata ketawa, kecontol, keseleo, ketawa,
ketabrak bukanlah bentuk baku dalam bahasa indonesia. bentuk-bentuk yang benar
ialah kedua, ketiga, keempat, kesepuluh, keseribu, dan seterusnya.
Perlu diperhatikan ,akhiran –asi atau –isasi pada kata-kata lelenisasi, turinisasi,
neonisasi, pompanisasi, dan koranisasi merupakan bentuk yang salah karena kata
dasarnya bukan kata serapan dari bahasa asing. Kata-kata itu harus diungkapkan
menjadi usaha peternakan lele, usaha peternakan turi, usaha pemasangan neon,
12
gerakan memasyarakatkan radio, gerakan pamasangan pompa, dan usaha
memasyarakatkan Koran.
a. Karena modal dibank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh
kredit. (salah)
b. Karena modal dibank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(benar)
c. Modal dibank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(benar)
d. Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh sdr.
Daud. (salah)
e. Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, rapat akan dipimpin oleh sdr. daud.
(benar)
f. Pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh sdr. Daud.
(benar)
Bentuk-bentuk diatas adalah bentuk yang menggabungkan kata karena dan sehingga,
kata apabila dan maka, dan walaupun dan tetapi. Penggunaan dua kata itu dalam
sebuah kalimat tidak diperlukan.
Bentuk-bentuk lainnya yang merupakan padanan yang tidak serasi adalah disebabkan
karena, dan lain sebagainya, karena, maka, untuk….maka, meskipun. . . . tetapi, kala. .
. . maka, dan sebagainya.
Bentuk yang baku untuk mengganti padanan itu adalah disebabkan oleh,dan lain-lain,
atau dan sebagainya; karena/untuk/ kalau saja tanpa diikuti maka, atau maka saja
tanpa didahului oleh karena/untuk/kalau; meskipun saja tanpa disusul tetapi atau tetapi
saja tanpa didahului meskipun.
9. Pemakaian kata depan di, ke, dar, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian di, ke, dari, bagi, dan daripada, sering
dipertukarkan. Dibawah ini dipaparkan bentuk benar dan bentuk salah dalam
pemakaian kata depan.
13
a. Putusan daripada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (salah)
b. Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (benar)
c.Meja ini terbuat daripada kayu. (salah)
d. Meja ini terbuat dari kayu. (benar)
14
Pukul, memukul, pemukul, pemukulan, pukulan
15
1.sejak dari (boros) - sejak atau dari (hemat)
2.agar supaya (boros) - agar atau upaya (hemat)
3.demi untuk (boros) - demi atau untuk (hemat)
4.adalah merupakan (boros) - adalah atau merupakan (hemat)
5.seperti dan sebagainya (boros) - seperti atau dan sebagainya (hemat)
Mari kita lihat perbandingan pemakaian kata yang boros dan hemat berikut.
13. Anologi
Di dalam dunia olahraga terapat istilah petinju. Kata petinju berkorelasi dengan kata
bertinju. Kata petinju berarti ‘orang yang (biasa) bertinju’, bukan ‘orang yang (biasa)
meninju’.
Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan petinju, seperti
pesenam, pesilat, pegolf, peterjun, petenis, dan peboling. Akan tetapi, apakah semua
kata dibentuk dengan cara yang sama dengan pembentukan kata petinju? Jika harus
dilakukan demikian, akan tercipta bentukan seperti berikut ini.
Petinju ‘orang yang bertinju’
Pesenam ‘orang yang bersenam’
Pesilat ‘orang yang bersilat’
Peski ’orang yang berski’
Peselancar ’orang yang berselancar’
16
Pegolf ‘orang yang bergolf’
Petenis ‘orang yang bertenis’
Peboling ‘orang yangberboling’
Kata bertinju, bersenam, dan bersilat mungkin biasa digunakan, tetapi kata bergolf,
berterjun, bertenis, dan berboling bukan kata yang lazim. oleh sebab itu, muncul kata
Peski, Peselancar, Pegolf, Petenis, Peboling pada dasarnya tidak dibentuk dari
Berski (yang baku bermain ski), Berselancar (yang baku bermain selancar), Bergolf
(yang baku bermain golf), Bertenis (yang baku bermain tenis)
2) Bentuk jamk dengan menambah kata bilangan seperti : Beberapa meja, Sekalian
tamu, Semua buku, Dua tempat, dan Sepuluh computer.
3) Bentuk jamak dengan menambah kata bantu jamak seperti : para tamu.
4) Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang seperti : Mereka, kita, dan
Kami, kalian.
17
Polisi telah menangkap pelaku yang tertangkap basah sedang bertransaksi narkoba.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam pembuatan makalah
ini mengenai pengetahuan diksi (pilihan kata). Penulis menyarankan kepada semua
pembaca untuk mempelajari pengolahan kata dalam membuat kalimat. Dengan
mempelajari diksi diharapkan mahasiswa dan mahasiswi memiliki ketetapan dalam
menyampaikan dan menyusun suatu gagasan agar yang disampaikan mudah dipahami
dengan baik.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://web-bahasaindonesia.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-contoh-kata-abstrak-dan-
kata.html?m=1 diakses tanggal 15 Februari 2018
https://7assalam9.wordpress.com/kesalahan-pembentukan-dan-pemilihan-kata/ diakses
tanggal 15 Februari 2018
http://www.materibelajar.id/2016/09/pengertian-contoh-kata-umum-dan-khusus.html
diakses tanggal 15 Februari 2018
http://utaminadhia.blogspot.co.id/2016/06/makna-denotatif-dan-konotatif-01.html diakses
tanggal 15 Februari 2018
https://anasunni.wordpress.com/2013/01/10/makalah-bahasa-indonesia-pembentukan-kata/
diakses tanggal 18 Februari 2018
20