You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penggunaan kata dalam berbagai kesempatan harus sudah diperhitungkan


ketepatan serta kesesuaiannya. Ketepatan ialah hal yang menyangkut makna,
logika dan kesamaan maksud. Kesesuaian yaitu kecocokan dengan konteks social,
apakah kata-kata yang dipilih atau dipakai dapat diterima oleh masyarakat,
pendengar atau pembaca. Terutama yang lebih penting adalah apakah pilihan kata
yang kita pakai sudah merupakan pilihan kata yang baku. Agar tercipta suatu
komunikasi yang efektif dan efisien, penggunaan diksi atau pemilihan kata
dirasakan sangat penting untuk menghindari kesalapahaman dalam
berkomunikasi.

Bahasa yang digunakan juga memiliki karakter berbeda-beda sehingga


penggunaan bahasa berfungsi sebagai sarana komunikasi dan identitas suatu
masyarakat. Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa terlepas dari berkomunikasi
dengan sesama dalam setiap aktivitas. Dalam kehidupan bermasyarakat sering kita
jumpai ketika seseorang berkomunikasi dengan pihak lain tetapi pihak lawan bicara
kesulitan menangkap informasi dikarenakan pemilihan kata yang kurang tepat
ataupun dikarenakan salah paham. Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana
pendukung dan penentu keberhasilan dalam berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi
bukan hanya soal pilih-memilih kata, melainkan lebih mencakup bagaimana efek
kata tersebut terhadap makna dan informasi yang ingin disampaikan. Pemilihan
kata tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga digunakan dalam
bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis, pilihan kata (diksi) mempengaruhi
pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulisan makalah, maka diangkat rumusan masalah


sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan diksi?

1
2. Apa syarat-syarat diksi?
3. Apa yang dimaksud dengan kata konotatif dan kata denotatif?
4. Apa yang dimkasud dengan kata umum dan ata khusus?
5. Apa yang dimaksud dengan kata konkret dan kata abstrak?
6. Bagaimana proses pembentukan kata?
7. Bagaimana kesalahan dalam pembentukan dan pemilihan kata?
8. Apa yang dimaksud dengan ungkapan/idiomatik?

1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi diksi
2. Mahasiswa mampu mengetahui syarat-syarat diksi
3. Mahasiswa mampu mengetahui seperti apa kata konotatif dan kata denotatif
4. Mahasiswa mampu mengetahui seperti apa kata umum dan kata khusus
5. Mahasiswa mampu mengetahui seperti apa kata konkret dan kata abstrak
6. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana proses pembentukan kata
7. Mahasiswa mampu mengetahui kesalahan dalam pembentukan dan pemilihan
kata
8. Mahasiswa mampu mengetahui ungkapan / idiomatik

2
BAB II
ISI

2.1. Pengertian Diksi


Finoza (2006:105) menyatakan bahwa diksi itu ialah hasil dari upaya memilih kata
tertentu untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa. Dengan kata lain, Diksi atau pilihan
kata merupakan upaya untuk memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu sesuai
dengan situasi dan tempat kata-kata tersebut digunakan. Di samping itu, Keraf (2008: 24)
memberikan tiga simpulan utama mengenai diksi.

1. Diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan


suatu gagasan, bagaimana membentuk mengelompokkan kata-kata yang tepat
atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling
baik digunakan dalam suatu situasi.
2. Diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari
gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang
sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
3. Diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar
kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu.

2.2. Syarat-syarat Diksi


Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata, maka diksi yang
baik harus memenuhi syarat, seperti:
 Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan
 Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan
untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya
 Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut
menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti

Contoh Paragraf:
1. Hari ini aku pergi ke pantai bersama dengan teman temanku. Udara disana sangat
sejuk. Kami bermain bola sampai tak terasa hari sudah sore. Kami pun pulang tak
lama kemudian.
2. Liburan kali ini Aku dan teman-teman berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat
senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir
angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak
mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang

3
hari disana, kami pulang dengan hati senang.Kedua paragraf diatas punya makna yang
sama. Tapi dalam pemilihan diksi pada contoh paragraf kedua menjadi enak dibaca,
tidak membosankan bagi pembacanya.

2.3. Kata Denotatif dan Kata Konotatif

Makna Denotatif
Sebuah kata dapat dikatakan memiliki makna denotatif jika kata tersebut
mengandung pengertian yang sebenarnya. Makna denotatif digunakan di dalam bahasa
ilmiah karena hal tersebut penting dalam proses pengungkapan gagasan. Pada dasarnya,
makna denotatif merupakan makna yang diambil dari hasil observasi, yaitu menurut
penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya.

Makna Konotatif
Makna konotatif ada di sebuah kata, jika kata tersebut "memiliki rasa", bisa
diartikan positif maupun negatif. jika tidak memiliki rasa maka kata tersebut tidak
memiliki konotasi. selain itu, kata konotatif menghasilkan makna yang tidak hanya
mengungkapkan sebuah gagasan tetapi mengungkapkan pendapat dengan emosi tertentu.
Makna konotatif dapat berubah dan berbeda antara kelompok satu dengan kelompok
lainnya. Hal tersebut bergantung pada cara pandang kelompok masyarakat tersebut.

Berikut beberapa contoh kata yang bermakna denotatif dan konotatif :

 Mengukir
Denotatif : Mengukir kayu dalam bentuk yang unik adalah salah satu bentuk yang
mengagumkan.
Konotatif : Taufik Hidayat sudah mengukir prestasi yang sangat bagus.

 Memegang
Denotatif : Saat menyeberang jalan, Toni memegang tangan ayah dengan erat.
Konotatif : Hingga kini, Wila memegang tujuh jabatan di kampusnya.

 Memecahkan
Denotatif : Rafi tidak sengaja memecahkan gelas saat ia berjalan.
Konotatif : Rafi memecahkan empat rekor karena dapat berhitung cepat tanpa
kalkulator.

 Duduk
Denotatif : Duduk dengan posisi yang tepat dan benar dapat mengurangi tubuh untuk
menjadi bungkuk.
Konotatif : pada tahun 1998, ia masih duduk di bangku SD.

4
2.4. Kata Umum dan Khusus

Pengertian kata umum


Kata umum adalah sebuah kata yang mempunyai ruang lingkup yang luas (makna
kata umum sifatnya luas) yang mana, kata-kata tersebut masih dapat diperincikan atau
dijabarkan menjadi lebih khusus (lebih lanjut) dan menjadi lebih sederhana. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa definisi kata umumadalah kata kata yang didalamnya
mengandung makna yang masih bisa untuk dijabarkan.

Pengertian kata khusus


Kata khusus adalah sebuah kata yang mempunyai ruang lingkup yang terbatas
(makna kata khusus sifatnya sempit) yang mana, kata-kata tersebut sudah tidak dapat
diperincikan atau dijabarkan lagi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa definisi kata
khusus adalah kata kata yang didalamnya mengandung makna yang tidak bisa untuk
dijabarkan lagi.

Contoh kata umum dan kata khusus


Perhatikan dan amati contoh kata umum dan kata khusus pada kalimat berikut ini :
1. Aisyah membawa barang-barang kesayangannya saat camping (mengandung kata
umum)
2. Dona menjinjing pakaian yang telah ia beli dari mall. (mengandung kata khusus)

Berdasarkan dua contoh kalimat seperti yang tertera diatas, maka diketahui bahwa pada
kata membawa mengandung kata umum, dan kemudian pada kata menjinjing mengandung
kata khusus. Kedua kata tersebut yakni membawa dan menjinjing mempunyai arti dan
kegiatan yang sama, perbedaannya hanya terletak pada sifat dari kedua kata tersebut.

Tabel 1.1 Contoh Perbedaan Kata Umum dan Kata Khusus

Contoh kata umum Contoh kata khusus


Buah-buahan Mangga
Apel
Jeruk
Nanas
Anggur
Dan lain sebagainya.
Hewan ternak Ayam
Sapi
Kambing
Domba
Itik
Dan lain sebagainya.

5
Binatang Monyet
Kelinci
Gajah
Harimau
Rusa
Dan lain sebagainya.
Melihat Menatap
Memandang
Menyaksikan
Menonton
Mengintip
Dan lain sebagainya.
Membawa Memikul
Menenteng
Menjinjing
Dan lain sebagainya.

2.5. Kata Konkret dan Kata Abstrak

Kata Konkret
Kata konkret yaitu kata yang mempunyai rujukan berupa objek yang dapat
diserap oleh panca indera. Kata konkret memiliki ciri bisa dirasakan, bisa dilihat,
diraba, didengar, dan bisa dicium.
Contoh Kata Konkret :

 Sandang
 Pangan
 Rumah
 Belajar
 Bekerja
 Membaca
 Berunding
 Uang
 Mobil
 Sawah

Kata Abstrak
Kata abstrak adalah sebuah kata yang memiliki rujukan berupa konsep atau
pengertian. Sesuai dengan namanya kata abstrak lebih memerlukan pendalaman
pemahaman, karena sifatnya yang tidak nyata.

6
Contoh kata abstrak :

 Kaya
 Miskin
 Kesenian
 Kerajinan
 Demokrasi
 Kemakmuran

2.6. Pembentukan Kata


Peristiwa pembentukan kata biasa disebut dengan morfologi. Sedangkan morfologi adalah
subsistem yang berupa proses yang mengolah leksem atau huruf menjadi kata. Proses
morfologi disebut cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu
dengan morfem yang lain. Morfem adalah fonem-fonem atau urutan fonem-fonem. Fonem
yaitu tiap bunyi.
Proses-proses pembentukan kata:

1. Afiksasi
2. Reduplikasi
3. Komposisi
4. Abreviasi
5. Derivasi Balik

A. Afiksasi

Yaitu proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Jenis-jenis afiks:
1. Prefiks, yaitu afiks yang diletakkan di muka dasar. Contohnya: me-, di-, ber-, ke-,
ter-, pe-, per-.
2. Infiks, yaitu afiks yang diletakkan didalam dasar kata. Contohnya: -el-, -er-, -em-, -
in-,
3. Sufiks, yaitu afiks yang diletakkan di belakang kata. Contohnya: -an, -kan, -i.
4. Simulfik, yaitu afik yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang
dileburkan pada dasar kata dan mempunyai fungsi membentuk verba atau
memverbalkan nomina, ajektifa atau kelas kata lain. Contoh: kopi-ngopi, soto-
nyoto, kebut-ngebut, sate-nyate.
5. Konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur satu dimuka bentuk dasar kata dan
satu dibelakang bentuk dasar kata. Contoh: ke-an (keadaan), per-an
(persahabatan).
6. Superfiks/suprafiks , yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri
suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental, afiks

7
ini tidak ada dalam bahasa indonesia, biasanya kata superfiks atau suprafiks dapat
dijumpai dalam bahasa jawa. Contoh: suwe (lama) menjadi suwi (lama sekali).
7. Interfiks, yaitu jenis infiks yang muncul diantara dua unsur dalam bahasa
indonesia interfiks terdapat pada kata-kata bentukan baru contohnya : -n- dan -o-
,Pada gabungan indonesia dan logi menjadi indonesianologi.
8. Transfiks, yaitu jenis infiks yang menyebabkan dasar kata menjadi terbagi bentuk
ini terdapat dalam bahasa-bahasa Afro-Asiatika, seperti dalam bahasa arab
contohnya : ktb dapat diberi transfiks a-a, i-a, a-i, dsb.
Menjadi katab (menulis), kitab (buku), kaatib (penulis).
9. Kombinasi afiks, yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung
dengan dasar kata. Contoh: memperkatakan, mempercayakan.

B. Reduplikasi

Ada tiga macam bentuk reduplikasi, yaitu:

1. Reduplikasi Fonologis
Yaitu bentuk kata yang tidak mengalami perubahan makna, karena
pengulangannya bersifat fonologis yang artinya bukan atau tidak ada pengulangan
leksem. Contohnya: dada, pipi, paru-paru, dan lain sebagainya.

2. Reduplikasi Morfemis
Yaitu bentuk kata yang mengalami perubahan makna gramatikal atas leksem yang
diulang, sehingga terjadilah satuan yang berstatus kata. Contohnya: beres menjadi
kata beres-beres.

3. Reduplikasi Sintaktis
Yaitu proses yang tejadi atas leksem yang menghasilkan satuan yang berstatus
klausa (berada di luar cakupan morfologi). Contoh: jauh-jauh, asam-asam.
Selain yang disebutkan diatas, reduplikasi juga dibagi menjadi beberapa bagian lagi,
diantaranya:

1. Dwipurwa
Yaitu pengulangan suku pertama pada leksem dengan pelemahan vokal.
Contohnya: tetangga, lelaki, sesama.

2. Dwilingga
Yaitu pengulangan leksem. Contohnya: pagi-pagi.

3. Dwilingga salin swara


Pengulangan leksem dengan variasi fonem. Contohnya: mondar-mandir, pontang-
panting.

4. Dwiwasana

8
Yaitu pengulangan bagian belakang leksem. Contohnya: pertama-tama, sekali-kali.

5. Trilingga
Yaitu merupakan pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem.
Conthnya: cas-cis-cus, dag-dig-dug, dar-der-dor.

C. Komposisi

Yaitu proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Deskripsi
tersebut jelas menempatkan majemuk sebagai satuan yang berbeda dari frase (gabungan
kata, bukan gabungan leksem).
Ciri-ciri perbedaan kompositum atau paduan leksem

Ketaktersisipan yaitu diantara komponen-komponen kompositum tidak dapat disisipi


apapun. Contoh: buta warna, tuna susila.

Ketakterluasan yaitu komponen kompositum itu masing-masing tidak dapat diafiksasikan


atau dimodifikasikan perluasan bagi kompositum hanya mungkin untuk semua
komponennya sekaligus. Contoh: kereta api menjadi perkeretaapian.

Ketakterbalikkan yaitu komponen kompositum tidak dapat dipertukarkan. Contoh: pulang


pergi, bumi hangus.

D. Abreviasi

Yaitu proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem
sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata istilah lain ini untuk abreviasi ialah
pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut kependekan. Contohnya : ABRI (Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia).
Jenis-jenis kependekan:

1. Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau
gabungan huruf baik yang dieja huruf demi huruf . Contoh : KKN (Kuliah Kerja
Nyata), DKI (Daerah Khusus Ibukota).
2. Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari
leksem. Contoh : Prof (Profesor).
3. Akronim yaitu proses pemendekan yang mengabungkan huruf atau suku kata atau
bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak
memenuhi kaidah fonotaktik indonesia. Contoh : FKIP /efkip/dan bukan/ef/, /ka/,
/i/, /pe/
4. Kontrasi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan
leksem. Contoh : tak dari kata tidak, takkan dari kata tidak akan.
5. Lambang huruf yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih
yang menggabarkan konsep dasar kuantitas satuan atau unsur. Contoh
: g (gram), cm ( senti meter).

9
E. Derivasi Balik

Yaitu proses pembentukan kata bahasawan membentuknya berdasarkan pola-pola yang


ada tanpa mengenal unsur-unsurnya. Akibatnya terjadi bentuk yang secara historis tidak
diramalkan. Contoh: kata mungkir dalam dipungkiri yang dipakai orang karaena mengira
bentuk itu merupakan padanan pasif dari memungkiri (padahal kata pungkir tidak ada,
yang ada adalah kata mungkir). Terjadinya pungkir menjadi mungkir didasarkan pada pola
peluluhan fonem dalam pasang menjadi memasang menjadi dipasang.

2.7. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata


Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang
sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis. Setelah
diperlihatkan bentuk yang salah, diperlihatkan pula bentuk yang benar, yang
merupakan perbaikannya.

1. Penanggalan awalan me-


Penanggalan awalan me- pada judul berita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun,
dalam teks beritanya awalan me- harus diekplisit. Dibawah ini diperlihatkan bentuk
yang salah dan bentuk yang benar.
a.Amerika serikat luncurkan pesawat bolak-balik Colombia. (salah)
b.Amerika serikat meluncurkan pesawat bolak balik colombia. (benar)
c. Jaksa Agung, Marzuki Darusman, periksa mantan Presiden Soeharto. (salah)
d. Jaksa Agung, Marsuki Darusman, memeriksa mantan presiden soeharto. (benar)

2. Penanggalan awalan ber-


Kata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan awalan ber-. Padahal, awalan
ber- harus dieksplisikan secara jelas. dibawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar
dalam pemakaiannya.
a. Sampai jumpa lagi. (salah)
b. Sampai berjumpa lagi. (benar)
c. Pendapat saya beda dengan pendapatnya. (salah)
d. Pendapat saya berbeda dengan pendapatnaya. (benar)
e. Kalau saudara tidak keberatan, saya akan meminta saran saudara tentang
penyusunan proposal penelitian. (salah)

10
f. Kalau saudara tidak berkeberatan, saya akan meminta saran saudara tentang
penyusunan propososal penelitian. (benar)

3. Peluluhan bunyi /c/


Kata dasar yang diawali bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan me-.
Padahal, sesungguhnya bunyi/c/ tidak luluh apabila mendapat awalan me-.
Dibawah ini diperlihatkan bentuk salah dan bentuk benar.
a. Wakidi sedang menyuci mobil. (salah)
b. Wakidi sedang mencuci mobil. (benar)
c. Eka lebih menyintai boby dari pada menyintai roy. (salah)
d. Eka lebih mencintai boby dari pada mencintai roy. (benar)

4. Penyengauan kata dasar


Ada lagi gejala penyengauan bunyi awal kata dasar. penyengauan kata dasar ini
sebenernya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya,
pencampuradukkan antara ragam lisan dan tulis menimbilkan suatu bentuk kata yang
salah dalam pemakaian. Kita sering menemukan penggunaan kata-kata, nyopet, nolak,
nyuap dan nyari. Dalam bahasa indonesia baku tulis, kita harus menggunakan kata-
kata mencopet, memandang, mengail mengantuk, menabrak, menanam, menulis,
mencubil, mengepung, menolak, mencabut, menyuap dan mencari.

5. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan yang tidak luluh


Kata dasar yang bunyi awalnaya /s/, /k/, /p/, atau /t/ sering tidak luluh jika mendapat
awalan me- atau pe-. padahal, menurut kaidah baku bunyi-bunyi itu harus lebur
menjadi bunyi sengau. Dibawah ini dibedakan bentuk salah dan bentuk benar dalam
pemakaian sehari-hari.

a. Eksistensi Indonesia sebagai Negara pensuplai minyak sebaiknya dipertahankan.


(salah)

b. Eksistansi Indonesia sebagai Negara penyuplai minyak sebaiknya dipertahankan.


(benar)
c. Bangsa Indonesia mampu mengkikis habis paham komunis sampai keakar-akrnya.
(salah)

d. Bangsa Indonesia mampu mengikis habis paham komunis sampai keakar-akar.


(benar)

11
Kaidah penyuluhan bunyi s, k, p, dan t tidak berlaku pada kata-kata yang dibentuk
dengan gugus konsonan. Kata traktor apabila diberi berawalan me-, kata ini akan
menjadi mentraktor bukan menraktor. Kata proklamasi apabila diberi berawalan me-,
kata itu akan menjadi memproklamasikan.

6. Awalan ke- yang keliru


Pada kenyatan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter- sering diberi
berawalan ke-. Hal itu disebabkan oleh kekurang cermatan dalam memilih awalan
yang tepat. Umumnya, kesalahan itu dipengaruhi oleh bahasa daerah (jawa/sunda).
Dibawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian awalan.
a. Pengendara motor itu meninggal karena kertabrak oleh metro mini. (salah)
b. Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini. (benar)
c. Dompet saya tidak kebawa karena waktu berangkat, saya tergesa-gesa. (salah)
d. Dompet saya tidak terbawa karena waktu berangkat, saya tergesa-gesa. (benar)
e. Mengapa kamu ketawa terus? (salah)
f. Mengapa kamu tertawa terus? (benar)

Perlu diketahui bahwa awalan ke- hanya dapat menempel pada kata bilangan. Selain
kata bilangan, awalan ke- tidak dapat dipakai. Pengecualian terdapat pada kata
kekasih, kehendak, dan ketua. oleh sebab itu, kata ketawa, kecontol, keseleo, ketawa,
ketabrak bukanlah bentuk baku dalam bahasa indonesia. bentuk-bentuk yang benar
ialah kedua, ketiga, keempat, kesepuluh, keseribu, dan seterusnya.

7. Pemakaian akhiran –ir


Pemakaian akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa indonesia sehari-
hari. padahal, dalam bahasa indonesia baku, untuk padanan akhiran –ir adalah –asi
atau –isasi. Dibawah ini ungkapan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
a. Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu. (salah)
b. Saya sanggup mengkoordinasi kegiatan itu. (benar)
c. Sukarno-hatta memproklamirkan Negara republik indonesia. (salah)
d. Sukarno-hatta memproklamasikan Negara republik indonesia. (benar)

Perlu diperhatikan ,akhiran –asi atau –isasi pada kata-kata lelenisasi, turinisasi,
neonisasi, pompanisasi, dan koranisasi merupakan bentuk yang salah karena kata
dasarnya bukan kata serapan dari bahasa asing. Kata-kata itu harus diungkapkan
menjadi usaha peternakan lele, usaha peternakan turi, usaha pemasangan neon,

12
gerakan memasyarakatkan radio, gerakan pamasangan pompa, dan usaha
memasyarakatkan Koran.

8. Padanan yang tidak serasi


Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan yang serasi, yang muncul
dalam pembicaraan sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau tidak serasi.
Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang, atau bergabung dalam sebuah
kalimat. dibawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar terutama dalam
memakai ungkapan penghubung antarkalimat.

a. Karena modal dibank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh
kredit. (salah)

b. Karena modal dibank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(benar)

c. Modal dibank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(benar)

d. Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh sdr.
Daud. (salah)

e. Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, rapat akan dipimpin oleh sdr. daud.
(benar)

f. Pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh sdr. Daud.
(benar)

Bentuk-bentuk diatas adalah bentuk yang menggabungkan kata karena dan sehingga,
kata apabila dan maka, dan walaupun dan tetapi. Penggunaan dua kata itu dalam
sebuah kalimat tidak diperlukan.

Bentuk-bentuk lainnya yang merupakan padanan yang tidak serasi adalah disebabkan
karena, dan lain sebagainya, karena, maka, untuk….maka, meskipun. . . . tetapi, kala. .
. . maka, dan sebagainya.
Bentuk yang baku untuk mengganti padanan itu adalah disebabkan oleh,dan lain-lain,
atau dan sebagainya; karena/untuk/ kalau saja tanpa diikuti maka, atau maka saja
tanpa didahului oleh karena/untuk/kalau; meskipun saja tanpa disusul tetapi atau tetapi
saja tanpa didahului meskipun.

9. Pemakaian kata depan di, ke, dar, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian di, ke, dari, bagi, dan daripada, sering
dipertukarkan. Dibawah ini dipaparkan bentuk benar dan bentuk salah dalam
pemakaian kata depan.

13
a. Putusan daripada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (salah)
b. Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (benar)
c.Meja ini terbuat daripada kayu. (salah)
d. Meja ini terbuat dari kayu. (benar)

10. Pemakaian Akronim (singkatan)


Kita membedakan istilah ‘’singkatan’’ dengan ‘’bentuk singkat’’. Yang dimaksud
dengan singkata istilah PLO, UI, dan lain-lain. yang dimaksud dengan bentuk singkat
ialah lab (laboratorium), memo (memorandum) dan lain-lain. pemakaian akronim dan
singkatan dalam bahasa indonesia kadang-kadang tidak teratur. Singkatan IBF
mempunyai dua makna, yaitu internasional boxing federation dan internasional
badminton federation. oleh sebab itu pemakaian akronim dan singkatan sedapat
mungkin dihindari karena menimbulkan berbagai tafsiran terhadap akronim atau
singkatan itu. singkatan yang dapat dipakai adalah singkatan yang sudah umum dan
maknanya telah mantap. walaupun demikian ,agar tidak terjadi kekeliruan kalau
hendak mempergunakan bentuk akronim atau singkatan dalam suatu artikel atau
makalah serta sejenis dengan itu, akronim atau singkatan itu lebih baik didahului oleh
bentuk lengkapnya.

11. Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman


Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan; kata keputusan
bersaing pemakaiannya dengan kata putusan; kata pemukiman bersaing dengan kata
permukiman; kata penalaran bersaing dengan kata pernalaran lalu, bentukan yang
manakah yang sebenarnya paling tepat? Apakah yang tepat kesimpulan dan yang salah
simpulan, ataukah sebaliknya. apakah yang tepat keputusan dan yang salah putusan,
ataukah sebaliknya. mana yang benar penalaran ataukah pernalaran; kata pemukiman
ataukah permukiman?
Pembentukan kata dalam bahasa indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan
konsisten. kalau kita perhatikan dengan seksama, bentukan-bentukan kata itu memiliki
hubungan antara satu dan yang lain. Dengan kata lain, terdapat korelasi diantara
berbagai bentukan tersebut. Perhatikanlah, misalnya, verba yang berawalan meng-
dapat dibentuk menjadi nomina yang bermakna ‘proses’ yang berimbuhan peng-an,
dan dapat pula dibentuk menjadi nomina yang bermakna ‘ hasil’ yang berimbuhan –
an. Perhatikanlah keteraturan pembentukan kata berikut.

 Tulis, menulis, penulis, penulisan, tulisan


 Pilih, memilih, pemilih, pemilihan, pilihan
 Bawa, membawa, pembawa, pembawaan, bawaan
 Pakai, memakai, pemakai, pemakaian, pakaian

14
 Pukul, memukul, pemukul, pemukulan, pukulan

Ada lagi pembentukan kata yang mengikuti pola berikut.

 Tani, bertani, petani, pertanian


 Tinju, bertinju, petinju, pertinjauan
 Silat, bersilat, pesilat, persilatan
 Mukim, bermukim, pemukim permukiman
 Gulat, bergulat, pegulat, pergulatan

Kelompok kata dibawah ini mengikuti cara yang lain.

 Satu, bersatu, mempersatukan, pemersatu, persatuan


 Solek, bersolek, mempersolek, pemersolek, persolekan
 Oleh, beroleh, memperoleh, pemeroleh, perolehan

Berdasarkan kaidah diatas, bentukan-bentukan berikut dipandang kurang konsisten.

a) Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis,dan kesimpulan.


(kurang rapi)
b) Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan simpulan.
(lebih rapi)
c) Sesuai dengan keputusan pemerintah, bea masuk barang mewah dinaikkan
menjadi 20%. (Kurang rapi)
d) Sesuai dengan putusan pemerintah, bea masuk barang mewah dinaikkan
menjadi 20%. (Lebih rapi)
e) Petugas Puskesmas di sana kurang memberikan pelayanan yang memuaskan.
(Kurang rapi)
f) Petugas Puskesmas di sana kurang memberikan layanan yang memuaskan.
(Lebih rapi)
g) Paman saya sudah membeli rumah di pemukiman Puri Giri Indah. (Kurang
rapi)
h) Paman saya sudah membeli rumah di permukiman Puri Giri Indah. (Lebih
rapi)

12. Penggunan kata yang hemat


Salah satu cirri pemakaian bahasa yang efektif adalah pemakaian bahasa yang hemat
kata, tetapi padat isi. Namun, dalam komunikasi sehari-hari sering dijumpai
pemakaian kata yang tidak hemat (boros). Berikut ini didaftar kata yang sering
digunakan tidak hemat itu.

15
1.sejak dari (boros) - sejak atau dari (hemat)
2.agar supaya (boros) - agar atau upaya (hemat)
3.demi untuk (boros) - demi atau untuk (hemat)
4.adalah merupakan (boros) - adalah atau merupakan (hemat)
5.seperti dan sebagainya (boros) - seperti atau dan sebagainya (hemat)

Mari kita lihat perbandingan pemakaian kata yang boros dan hemat berikut.

a) Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak, maka diperlukan


tenaga dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih besar. (Boros, Salah)
b) Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak, diperlukan
tenaga dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih besar. (Hemat, Benar)
c) Untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak dan gas bumi di mana
sebagai sumber devisa Negara diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang
geologi dan perminyakan. (Salah)
d) Untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak dan gas bumi yang sebagai
merupakan sumber devisa Negara diperlukan tenaga ahli yang terampil di
bidang geologi dan perminyakan. (Benar)
e) Karena sumber sembur alam mempunyai tekanan yang tinggi sehingga mampu
mengalirkan fluida reservoir ke permukaan. (Boros, Salah)
f) Karena sumber minyak sembur alam mempunyai tekanan yang tinggi, sembur
alam tersebut mampu mengalirkan fluida reservoir ke permukaan. (Hamat,
Benar)

13. Anologi
Di dalam dunia olahraga terapat istilah petinju. Kata petinju berkorelasi dengan kata
bertinju. Kata petinju berarti ‘orang yang (biasa) bertinju’, bukan ‘orang yang (biasa)
meninju’.
Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan petinju, seperti
pesenam, pesilat, pegolf, peterjun, petenis, dan peboling. Akan tetapi, apakah semua
kata dibentuk dengan cara yang sama dengan pembentukan kata petinju? Jika harus
dilakukan demikian, akan tercipta bentukan seperti berikut ini.
Petinju ‘orang yang bertinju’
Pesenam ‘orang yang bersenam’
Pesilat ‘orang yang bersilat’
Peski ’orang yang berski’
Peselancar ’orang yang berselancar’
16
Pegolf ‘orang yang bergolf’
Petenis ‘orang yang bertenis’
Peboling ‘orang yangberboling’

Kata bertinju, bersenam, dan bersilat mungkin biasa digunakan, tetapi kata bergolf,
berterjun, bertenis, dan berboling bukan kata yang lazim. oleh sebab itu, muncul kata
Peski, Peselancar, Pegolf, Petenis, Peboling pada dasarnya tidak dibentuk dari

Berski (yang baku bermain ski), Berselancar (yang baku bermain selancar), Bergolf
(yang baku bermain golf), Bertenis (yang baku bermain tenis)

14. Bentuk jamak dalam bahasa indonesia


Dalam pemakaian sehari-hari kadang-kadang orang salah menggunakan bentuk jamak
dalam bahasa indonesia sehingga terjadi bentuk yang rancau atau kacau. Bentuk
jamak dalam bahasa indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1) Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan seperti:


Kuda-kuda, Meja-meja dan Buku-buku.

2) Bentuk jamk dengan menambah kata bilangan seperti : Beberapa meja, Sekalian
tamu, Semua buku, Dua tempat, dan Sepuluh computer.

3) Bentuk jamak dengan menambah kata bantu jamak seperti : para tamu.

4) Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang seperti : Mereka, kita, dan
Kami, kalian.

2.8. Ungkapan / Idiomatik


Makna kata ini merupakan makna yang terbentuk dari gabungan dua kata yang
maknanya menyimpang dari makna asli kedua kata tersebut. Makna ini mirip
dengan contoh makna kias, makna metaforis, bahkan frasa idiomatik dan contohnya.
Berikut beberapa contoh makna kata idiomatik, baik itu contoh kata dan artinya,
serta contoh makna kata idiomatik dalam bentuk kalimat.

 Gerak langkah: perbuatan


Setiap gerak langkah yang tengah kau lakukan, akan dimintai pertanggungjawabannya
di akhirat nanti.

 Tertangkap basah: terlihat sedang melakukan sesuatu.

17
Polisi telah menangkap pelaku yang tertangkap basah sedang bertransaksi narkoba.

 Buka suara: berbicara


Setelah lama bungkam, Danu pun akhirnya buka suara soal pencairan dana OSIS.

 Tutup usia: meninggal


Kakek telah tutup usia pada hari Minggu kemarin.

 Aral melintang: hambatan


Walau aral melintang kian menghadang, aku akan tetap melewati jalan itu.

 Lupa daratan: lupa diri/sombong


Kekayaan yang baru didapatnya, membuat dia semakin lupa daratan.

 Tangan kanan: orang kepercayaan


Pak Murad merupakan tangan kanan di perusahaan kami sejak sepuluh tahun yang
lalu.

 Gigit jari: kecewa


Kami pun hanya bisa gigit jari atas kegagalan yang kami alami di turnamen futsal
tahun ini.

 Gulung tikar: bangkrut


Bisnis yang dia bangun semenjak 10 tahun yang lalu harus gulung tikar karena terlilit
hutang yang cukup banyak.

 Angkat tangan: menyerah


Kesulitan hidup yang akhir-akhir ini kualami nyaris membuat diriku nyaris angkat
tangan.

 Makan waktu: memerlukan waktu yang lama


Pembangunan jembatan itu memakan waktu cukup lama.
 Makan angin: berjalan-jalan untuk mencari udara yang bersih dan segar
Sore ini aku akan makan angin ke perkebunan teh milik Paman Edo.

 Kabar angin: kabar yang belum jelas kebenarannya atau desas-desus


Kabar angin soal dirinya kini telah tersebar ke mana-mana.

 Kabar dengkul: kabar bohong atau kabar yang tidak benar


Berita soal kematiannya hanyalah kabar dengkul belaka.

 Tangan terbuka: suka menolong atau menerima dengan suka hati


Dengan tangan terbuka, aku akan menolongmu.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam pembuatan makalah
ini mengenai pengetahuan diksi (pilihan kata). Penulis menyarankan kepada semua
pembaca untuk mempelajari pengolahan kata dalam membuat kalimat. Dengan
mempelajari diksi diharapkan mahasiswa dan mahasiswi memiliki ketetapan dalam
menyampaikan dan menyusun suatu gagasan agar yang disampaikan mudah dipahami
dengan baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://web-bahasaindonesia.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-contoh-kata-abstrak-dan-
kata.html?m=1 diakses tanggal 15 Februari 2018

https://massofa.wordpress.com/2010/12/21/pembentukan-kata/ diakses tanggal 15 Februari


2018

https://7assalam9.wordpress.com/kesalahan-pembentukan-dan-pemilihan-kata/ diakses
tanggal 15 Februari 2018

https://dosenbahasa.com/makna-idiomatik-dan-contohnya diakses tanggal 15 Februari


2018

http://www.aneiqbal.com/2016/11/pengertian-dan-syarat-diksi.html diakses tanggal 15


Februari 2018

https://www.padamu.net/pengertian-diksi diakses tanggal 15 Februari 2018

http://www.materibelajar.id/2016/09/pengertian-contoh-kata-umum-dan-khusus.html
diakses tanggal 15 Februari 2018

http://utaminadhia.blogspot.co.id/2016/06/makna-denotatif-dan-konotatif-01.html diakses
tanggal 15 Februari 2018

https://anasunni.wordpress.com/2013/01/10/makalah-bahasa-indonesia-pembentukan-kata/
diakses tanggal 18 Februari 2018

20

You might also like