You are on page 1of 8

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR BUDIDAYA TANAMAN “PUPUK

DAN PEMUPUKAN”

Oleh:
Nama : Ilham Prawira Hasbi
NIM : 175040207111137
Kelompok : I-3
Asisten : Nadia Della Savitri Ayu Ningrum

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG

2018
A. Soal Teoritis bandingkan dengan literatur:

1. Bagaimana pemupukan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman? Jelaskan!


2. Mengapa aplikasi pupuk Sp.36 dilakukan pada saat pengolahan tanah? Jelaskan!
3. Cari merk dagang pupuk nitrogen, fosfor dan kalium yang ada di pasaran minimal 2
serta jelaskan kandungan masing-masing merk dagang!
4. Mengapa pemupukan harus tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat cara?
Jelaskan!
5. Apa hubungan tujuan dari mempelajari perhitungan pupuk dari segi ekonomi, waktu
dan tenaga sebagai salah satu faktor yang menentukan aplikasi pupuk di lahan?
6. Mengapa pemupukan SP36 dalam kegiatan praktikum dasar budidaya tanaman
diberikan saat awal tanam? Jelaskan ! serta Sebutkan jenis- jenis pupuk yang
diaplikasikan di lahan pada saat praktikum dan jelaskan kandungan unsur pada
masing-masing pupuk tersebut?
7. Mengapa aplikasi pupuk dengan cara penugalan diberi jarak 5-10 Cm dari tanaman?
Jelaskan
8. Mengapa pada saat aplikasi pupuk tidak dianjurkan pada saat siang hari dan pada
saat hujan? Serta mengapa cara pengaplikasian pupuk secara penugalan
penugalan? Jelaskan!
9. Bagaimana upaya mengatasi tanaman yang overdosis pupuk sehingga tanaman
terbakar? Jelaskan!
10. Cari dan jelaskan tentang pemupukan pada suatu komoditas tertentu secara spesifik
mencakup jenis pupuk, dosis pupuk, waktu pemupukan, cara pemupukan, peran
peran pupuk. Menjelaskan 1 tanaman pangan, 1 tanaman hortikultura, 1 tanaman
perkebunan, dan 1 tanaman ornamental (ketentuan: tanaman pangan= absen 1-9,
tanaman hortikultura= absen 10-18, tanaman perkebunan= 19-27, tanaman
ornamental= 28-absen terakhir)

Jawab :
1. Semua tanaman dalam proses pertumbuhan membutuhkan unsur hara khususnya
makro seperti N,P, dan K yang dapat membantu dan merangsang pertumbuhan
tanaman baik pada fase vegetatif maupun fase generatif. Sehingga dengan
tersedianya unsur hara yang dibutuhkan tanaman, tanaman dapat melakukan
pertumbuhan dan produksi secara maksimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Nyanjang (2003) bahwa pemupukan yang lengkap dan berimbang sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman karena dapat menambah dan
mengembalikan unsur hara yang telah hilang baik tercuci maupun yang terbawa
tanaman saat panen.
2. Aplikasi SP-36 disaat pengolahan tanah dilakukan karena pupuk SP-36 merupakan
penyedia kandungan unsur hara fosfor. Menurut SAPRODI Kabupaten Sabu Raijua
(2015), fosfor memiliki peranan penting dalam tanaman,yaitu berperan dalam proses
fotosintesis, respirasi, membantu mempercepat perkembangan akar dan
perkecambahan serta berperan dalam pembelahan dan pembesaran sel. unsur hara
fosfor yang terdapat dalam pupuk SP-36 hampir seluruhnya larut dalam air, tidak
mudah menghisap air, sehingga dapat disimpan cukup lama dalam kondisi
penyimpanan yang baik. Dengan demikian, pupuk SP-36 cocok diberikan saat
pengolahan tanah karena kandungan fosfor dari pupuk SP-36 yang besar dapat
membantu mempercepat perkembangan tumbuhan. Selain itu pupuk SP-36 memiliki
sifat tidak mudah menghisap air sehingga kandungan tidak mudah hilang.
3. Pupuk Nitrogen : Pupuk Urea mengandung 46% N. Pupuk ZA mengandung 21% N.
Pupuk Fosfor : Pupuk SP36 mengandung 36% P dalam bentuk P2O5. Pupuk
TSP46 mengandung 46% P.
Pupuk Kalium : Pupuk KCl mengandung 60% K dalam bentuk K2O. Pupuk ZK
mengandung 50% K dalam bentuk K2O.
4. Tepat Jenis : Tepat jenis maksudnya yaitu pada saat pemupukan harus
tepat dalam menentukan jenis pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman.
Setiap tanaman memiliki kebutuhan unsur yang berbeda, oleh karena itu
harus ditentukan jenis pupuk yang tepat. Misalnya pada saat pemupukan
tanaman padi, jika tanaman tersebut membutuhkan pupuk N maka kita
harus memupuk Urea atau jika tanaman tersebut kekurangan unsur P
maka perlu diberikan pupuk SP36. Apabila jenis pupuk yang digunakan
salah, maka akan membuat tanaman yang kita pupuk tidak akan
bertambah bagus.
Tepat dosis : Tepat dosis maksudnya yaitu pada saat pemupukan dosis yang
diberikan harus tepat atau sesuai dengan kebutuhan tanaman atau yang
tertera pada label. Apabila pemberian pupuk tidak sesuai dengan dosis
yang dibutukan makan akan menyebabkan kerusakan pada tanaman.
Tepat dosis disini dimaksudkan agar dosis yang kita berikan ke tanaman
tidak sampai terlalu sedikit ataupun terlalu banyak. Apabila dosis yang kita
berikan terlalu sedikit, maka tanaman masih kekurangan unsur hara.
Sedangkan apabila dosis terlalu banyak maka pupuk tersebut bisa saja
menjadi tocsic bagi tanaman itu sendiri.

Tepat Waktu : Tepat waktu maksudnya yaitu pada saat pemberian pupuk yang baik
hendaknya disesuaikan kapan tanaman tersebut membutuhkan asupan
lebih unsur hara atau pada waktu yang tepat. Ketepatan waktu dalam
pemupukan dimaksudkan agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang
dengan optimal. Waktu pemupukan biasanya saat sebelum penanaman,
saat tanam dan setelah tanam.

Tepat Cara : Tepat cara maksudnya yaitu pada saat pemupukan cara kita harus
benar. Cara pemberian pupuk yang salah akan membuat pupuk terbuang
sia-sia seperti tercuci oleh air dan terdenitrifikasi sehingga tidak dapat
ditangkap langsung oleh tanaman. Untuk itu cara pemupukan harus benar
dan tepat sasaran.
Dengan demikian, dalam pengaplikasian harus memperhatikan 5 faktor
yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat tempat, dan tepat cara.
Dengan tepatnya faktor-faktor pengaplikasian pupuk maka tanaman akan
tumbuh secara optimal. Menurut Walsen (2008), pemupukan dengan dosis
yang tepat akan memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan
tanaman, namun sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila
dilakukan dengan dosis yang tidak tepat.

5. Tujuan dari mempelajari perhitungan pupuk dari segi ekonomi, waktu dan tenaga
adalah:
a. Perhitungan pupuk dari segi ekonomi diperlukan agar tidak ada pupuk yang
terbuang percuma karena tidak diserap tanaman.
b. Dari segi waktu, perhitungan pupuk diperlukan agar pupuk terserap oleh
tanaman sesuai dengan usia tanaman.
c. Dari segi tenaga, perhitungan pupuk diperlukan agar tidak memberi pupuk
setiap kali ada di lahan melainkan memberi pupuk saat tanaman membutuhkannya.
Hal tersebut sejalan dengan pernytaan Soegijanto (2000), bahwa penting untuk
mengetahui cara pengaplikasian pupuk yang benar karena harga pupuk yang mahal,
tenaga kerja.

6. Pada pemupukan SP-36 dalam kegiatan praktikum dasar budidaya tanaman


diberikan di awal tanam karena pada dasarnya pupuk dasar SP-36 memang
sebaiknya diberikan saat awal masa tanam pada tanaman semusim sedangkan
untuk tanaman tahunan diberikan pada awal atau akhir masa hujan segera setelah
panen. Pupuk SP-36 berperan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara fosfat (P)
yang dapat memacu pertumbuhan dan pembentukan sistem perakaran serta
mempercepat pertumbuhan jaringan tanaman. Menurut Heru Primantoro (1999),
pupuk TSP atau SP-36 adalah pupuk yang tidak mudah hancur untuk menyediakan
energi menjelang berbunga atau berbuah.
Jenis-jenis pupuk yang diaplikasikan di lahan pada saat praktikum dan kandungan
unsur pada masing-masing pupuk adalah:
1. Pupuk Urea
Urea mengandung 46 % nitrogen (N). Urea sangat mudah larut dalam air dan
bereaksi cepat, juga mudak menguap dalam bentuk ammonia. Dalam proses
pembuatan Urea sering terbentuk senyawa
2. KCL
Pupuk KCL mengandung 52%-53% K2O dan KCl biuret yang dapat meracuni
tanaman jika terdapat dalam jumlah yang banyak. Agar tidak meracuni dalam
pemberian Urea harus kurang 1,5-2,0 %. Kandungan N yang tinggi pada Urea
sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman (Nurhayati , dkk, 1986) 90
dengan kandungan 55% - 58% K2O. pupuk ini larut dalam air. Bila dimasukkan ke
dalam tanah pupuk ini akan terionisasi menjadi ion K+ dan ion Cl_. Pupuk KCL kurang
baik jika digunakan pada tanaman tembaau, kelapa sawit dan kentang (Hasibuan,
2004).
3. SP-36
Pupuk SP-36 mengandung 36 phosphor dalam bentuk P2O5. Sifatnya agak sulit larut
di dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar.
Kekurangan dalam pemberian pupuk ini dapat mengakibatkan pertumbuhan
tanaman menjadi kerdil, lamban pemasakan dan produksi tanaman rendah. (Hakim,
dkk, 1986).
4. Pupuk Kandang
Pupuk kandang mengandung Nitrogen sebesar 1,67%, P2O5 sebesar 1,11% dan
K2O 0,56%.

7. Penugalan dengan kedalaman 5-10 cm dilakukan supaya pupuk dapat dimasukkan


ke dalam tanah. Setelah pupuk dimasukkan, tutup kembali dengan tanah untuk
menghindari penguapan. Cara ini dapat dilakukan disamping kiri atau kanan baris
tanaman atau sekeliling pohon.

8. Pada saat aplikasi pupuk tidak dianjurkan pada saat siang hari dan pada saat hujan
karena pada siang hari pupuk mudah menguap, selain itu sinar matahari dapat
membuat pupuk menguap lebih cepat dan pupuk tidak terserap tanaman. Dan tidak
dianjurkan mengaplikasikan pupuk pada saat hujan karena air hujan akan membawa
pupuk dan tanaman tidak bisa menyerap pupuk. Pengaplikasian pupuk dilakukan
secara penugalan dengan tujuan untuk menghidari penguapan pupuk dan hilangnya
pupuk karena terbawa oleh air hujan.
Hal tersebut sejalan dengan Heru (1996), bahwa pemupukan pada siang hari tidak
baik bagi tanaman karena sinar matahari akan menguapkan kandungan air dalam
jaringan tanaman sehingga garam-garam mengendap di permukaan jaringan
tanaman tersebut dan berakibat penyerapan pupuk menjadi terhambat dan
pertumbuhan tanaman menjadi tidak sehat. Dan sangat tidak dianjurkan untuk
melakukan pemupukan (pupuk akar maupun pupuk daun) pada saat akan hujan
karena pupuk yang diberikan saat hari akan hujan akan terbawa oleh air hujan baik
akibat aliran permukaan (erosi) maupun akibat aliran air dalam tanah (perkalori) juga
pupuk daunyang disemprotkan menjelang hujan akan hanyut oleh air hujan yang
turun sebelum pupuk terserap oleh tanaman.
Sukamto (2012) menjelaskan bahwa penggunaan pupuk paling baik dilakukan
dengan cara dibenamkan. Pasalnya penguapan unsur hara akibat proses kimia
dalam tanah dapat dikurangi.

9. Cara mengatasi tanaman yang terbakar karena berlebih pupuk ialah sebelum
memupuk terlebih dahulu pupuk disesuaikan dosisnya karena apabila dosis tidak
sesuai atau berlebih maka akan menyebabkan tanaman terbakar sesuai dengan
Rosmarkam dan Nasih (2002) bahwa penyemprotan 3 kg urea yang dilarutkan dalam
500 liter air aman bagi tanaman jagung, tetapi dengan kepekatan dua kali lipat
menyebabkan pinggir daun terbakar.

10. Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali. Pada tanaman baru, pemupukan pertama
dilakukan saat tanam dengan 1/3 dosis urea, satu dosis SP-36 dan 1/3 dosis KCl.
Pemupukan kedua diberikan 1-1,5 bulan setelah pemupukan pertama dengan sisa
dosis yang ada. Pada tanaman keprasan, pemupukan pertama dilakukan 2 minggu
setelah kepras dengan 1/3 dosis urea, satu dosis SP-36 dan 1/3 dosis KCl.
Pemupukan kedua diberikan 6 minggu setelah keprasan dengan sisa dosis yang
ada. Gana (2008) melaporkan bahwa aplikasi pupuk kandang sapi 10 ton ha-1
bersama dengan pupuk anorganik 120 kg ha-1 N, 60 kg ha-1 P2O5 , dan 90 kg ha-1
K2O menghasilkan pertumbuhan tebu yang paling baik dengan diikuti produktivitas
tebu tertinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Gana, A.K. 2008. Effects of organic and inorganic fertilizers on sugarcane production.
African Journal of General Agriculture. 4(1) :55 – 59.
Heru. 1996. Memupuk Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Depok
Nurhayati, Hakim, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lembaga Penelitian Universitas
Lampung. Lampung
Nyanjang, R., A. A. Salim., Y. Rahmiati. 2003. Penggunaan Pupuk Majemuk NPK 25-7-7
Terhadap Peningkatan Produksi Mutu Pada Tanaman Menghasilkan di Tanah
Andisols. PT. Perkebunan Nusantara XII. Prosiding The.
Rosmarkam, Afandie dan Nasih Widya Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta:
Kanisius
SAPRODI Kabupaten Sabu Raijua. (2015). Sp36.
(Online). (http://saburaijuakab.go.id/saprodi/pupuk-sp36/2-info-pupuk, diakses pada 23
Mei 2018)
Sugijanto, 2000. Pupuk dan Petani :Studi Kasus Adopsi Pupuk Oleh Petani Calauan,
Laguna, Filipina. Media Pressindo. Yogyakarta
Sukamto.2012.Membuat Pupuk Organik Cair. AgroMedia. Jakarta
Walsen, A. 2008. Application of Subur In Fertilizer with Different Doses and Frequency on
the Yield of Cucumber (Cucumis sativus L.). Jurnal Budidaya Pertanian 4: 29-37.

You might also like