You are on page 1of 15

Sistem

Jurnal Pendukung Keputusan


Teknologi Industri Cerdas Pengembangan Agroindustri ………………..
Pertanian
24 (2):82-96 (2014)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN CERDAS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KARET


ALAM DENGAN PENDEKATAN PRODUKTIVITAS HIJAU MENGGUNAKAN FUZZY AHP

INTELLIGENT DECISION SUPPORT SYSTEM FOR NATURAL RUBBER AGROINDUSTRY


DEVELOPMENT WITH GREEN PRODUCTIVITY APPROACH USING FUZZY AHP

Hendra1,2)*, Marimin3), dan Yeni Herdiyeni 2)*


1)
Program Studi Mesin dan Peralatan Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Jl. Raya Negara Km.7, Tanjung Pati, Kab. Lima Puluh Kota 26271, Sumatera Barat, Indonesia
E-mail: hendra.bgd@gmail.com
2)
Departemen Ilmu Komputer, Institut Pertanian Bogor
3)
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor

ABSTRACT

An industry that is closely related to environmental issues is the natural rubber industry. Production
increase of natural rubber related with increase of garbage or waste that cause negative impact to the
environment. Productivity is comparison between production outcome against resources used and productivity is
one important indicator of production outcome assessment. The objectives of this research were to design
software of intelligent decision support systems to measure the green productivity, to provide solutions and
simulations an increase of productivity in the natural rubber agroindustry. The software used a fuzzy-rule to
measure green productivity based on economic data and seven sources of waste generation data such as energy,
water, materials, garbage, transportation, emissions, and biodiversity. Fuzzy analytical hierarchy process
(Fuzzy AHP) was used to select the four alternatives on cultivation and processing of natural rubber
agroindustry which have major influence on productivity improvement and reduce environmental impact which
became a green productivity concept. The final results software was a simulation of the best alternative in the
form of seven sources of waste generation and economic data.
Keywords:intelligent decision support system, fuzzy rule-base,fuzzy AHP, green productivity

ABSTRAK

Salah satu industri yang terkait erat dengan masalah lingkungan adalah industri karet alam,
meningkatnya produksi karet alam berkaitan dengan meningkatnya sampah atau limbah yang berdampak negatif
terhadap lingkungan. Produktivitas merupakan perbandingan hasil produksi terhadap sumber daya yang
digunakan dan produktivitas merupakan salah satu indikator penting penilaian hasil produksi. Tujuan penelitian
ini adalah merancang perangkat lunak sistem pendukung keputusan cerdas yang dapat mengukur produktivitas
hijau, memberikan solusi dan simulasi peningkatan produktivitas hijau dalam agroindustri karet alam. Perangkat
lunak ini menggunakan fuzzy ruled-base untuk mengukur produktivitas hijau berdasarkan data ekonomi dan data
tujuh sumber pembangkit limbah seperti energi, air, material, sampah, transportasi, emisi dan biodiversitas.
Fuzzy analytical hierarchy process (Fuzzy AHP) digunakan untuk memilih empat alternatif pada proses
budidaya dan pengolahan agroindustri karet alam yang mempunyai pengaruh besar terhadap peningkatan
produktivitas dan penurunan dampak lingkungan yang menjadi konsep produktivitas hijau. Hasil akhir dari
perangkat lunak adalah simulasi alternatif terbaik dalam bentuk tujuh sumber pembangkit limbah dan data
ekonomi.
Kata kunci: sistem pendukung keputusan cerdas, fuzzy rule-base, fuzzy AHP, produktivitas hijau

PENDAHULUAN 2011 mencapai 11 juta ton, Indonesia memasok


26,4% dari konsumsi karet alam dunia.
Thailand, Indonesia dan Malaysia dikenal Salah satu industri yang erat hubungannya
dengan International Tripartite Rubber Council dengan masalah lingkungan adalah agroindustri
(ITRC). Ketiga negara tersebut penghasil karet alam karet alam. Penelitian ini mencoba meminimasi
terbesar. Thailand menjadi negara penghasil karet penggunaan sumber daya pada agroindustri karet
alam terbesar dengan produksi karet tahun 2011 alam dengan cara memilih alternatif-alternatif yang
sebesar 3,4 juta ton, sementara Indonesia di mempunyai pengaruh besar terhadap penurunan
peringkat kedua dengan produksi karet sebesar 2,9 dampak lingkungan dan peningkatan produktivitas.
juta ton kemudian disusul oleh Malaysia dengan Menurut Saxena et al. (2003) kinerja suatu
produksi 1 juta ton pada periode yang sama (IRSG, perusahaan tidak hanya dievaluasi berdasarkan
2012). Konsumsi karet alam dunia selama tahun parameter ekonomi saja, tetapi juga harus
terintegrasi dengan kinerja lingkungan.

82
*Penulis untuk korespondensi J Tek Ind Pert. 24 (2): 82-96
Hendra, Marimin, dan Yeni Herdiyeni

Pengembangan industri diarahkan dengan pakar. Simulasi skenario dari alternatif terbaik
kontinuitas output dan meminimasi penggunaan merupakan output dari sistem. Tujuan penelitiaan ini
input berupa bahan baku dan energi dalam proses adalah merancang aplikasi sistem pendukung
produksi (UNIDO, 2009). keputusan cerdas dalam agroindustri karet alam
Penelitian ini merupakan pengembangan berbasis web. Rancangan aplikasi ini diharapkan
dalam bentuk aplikasi dari penelitian Marimin et al. mampu mengukur produktivitas hijau, dapat
(2013a), Darmawan (2013) dan Marimin et al. memberikan rekomendasi peningkatan produktivitas
(2013b) yang menerapkan pendekatan produktivitas berupa alternatif terbaik dan dapat mensimulasikan
hijau dalam agroindustri karet alam pada suatu alternatif tersebut pada agroindusri karet alam.
perusahaan menggunakan analisis pemetaan aliran
nilai/value stream mapping (VSM). VSM METODE PENELITIAN
digunakan untuk mengidentifikasi tujuh sumber
pembangkit limbah pada setiap tahapan proses Kerangka Penelitian
budidaya dan pengolahan karet alam. Produktivitas Tahap awal dilakukan input data tujuh
hijau adalah suatu strategi untuk meningkatkan sumber pembangkit limbah yaitu energi, air,
produktivitas dan menurunkan dampak lingkungan material, sampah, transportasi, emisi dan
(APO, 2006). Produktivitas hijau mempunyai biodiversitas pada setiap tahap proses produksi per
konsep meningkatkan profit, meningkatkan kualitas bulan. Data ekonomi berupa harga per ton, biaya per
hidup dan menurunkan dampak terhadap lingkungan ton dan total produksi per bulan. Data tujuh sumber
(APO, 2006). pembangkit limbah dan data ekonomi tersebut
Penelitian ini merancang aplikasi berbasis disebut dengan peta aliran nilai sekarang atau curent
web sistem pendukung keputusan cerdas yang terdiri VSM. Berdasarkan data input tersebut dihasilkan
dari subsistem-subsistem untuk mengukur nilai indikator lingkungan dan nilai indikator
produktivitas hijau, memberikan solusi dan simulasi ekonomi. Metode fuzzy rule-based digunakan untuk
peningkatan produktivitas hijau dalam agroindustri mengukur produktivitas hijau dalam bentuk nilai
karet alam secara cepat. Menurut Phillips-Wren et indeks produktivitas hijau (GPI current VSM)
al. (2009) struktur sistem pendukung keputusan berdasarkan nilai indikator lingkungan dan nilai
cerdas digambarkan sebagai diagram input, proses indikator ekonomi. Masing-masing alternatif
dan output. Input sistem terdiri dari subsistem disimulasikan untuk memperhitungkan indeks
database, subsistem model base dan subsistem produktivitas hijau yang disebut dengan GPI
knowledge base. Output sistem berbentuk laporan skenario berdasarkan current VSM. Metode fuzzy
solusi dan rekomendasi keputusan beserta penjelasan AHP bertujuan untuk memberikan solusi
dampaknya. peningkatan produktivitas hijau dengan cara memilih
Aplikasi ini menggunakan fuzzy analytic alternatif terbaik rekomendasi pakar. Output akhir
hierarchy process (Fuzzy AHP) dalam pengambilan dari sistem ini adalah simulasi alternatif terbaik
keputusan dan fuzzy rule-based dalam dalam bentuk data peta aliran nilai yang akan datang
memperhitungkan indeks produktivitas hijau. Sistem (future VSM). Kerangka pemikiran digambarkan
mempunyai parameter input data tujuh sumber pada Gambar 1.
pembangkit limbah, data ekonomi dan data penilaian

Data Input Tujuh Pembangkit Data Ekonomi


Sumber Limbah

Indikator Lingkungan dan


Indikator Ekonomi

Simulasi Skenario Perhitungan Indeks Produktivitas Hijau


GPI Current VSM
Alternatif (GPI) Menggunakan Fuzzy ruled-based

VSM dan GPI Skenario Perbandingan GPI Current


VSM dengan GPI Future
VSM

Pemilihan Strategi Peningkatan Seleksi Skenario


Produktivitas Menggunakan Berdasarkan Alternatif Hasil Alternatif terbaik
Fuzzy AHP Terbaik Fuzzy AHP dan future VSM

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

J Tek Ind Pert. 24 (2): 82-96 83


Sistem Pendukung Keputusan Cerdas Pengembangan Agroindustri ………………..

Perhitungan Indeks Produktivitas Hijau (GPI)


Menggunakan Fuzzy Rule-Based Tabel 1 menggambarkan nilai bobot untuk
Tahap ini memperhitungkan indikator masing-masing indikator GPI, w1=0,375, w2=0,25,
ekonomi, indikator lingkungan dan indeks w3=0,125, dan w4=0,25. Indikator lingkungan (EI)
produktivitas hijau berdasarkan current VSM. dalam kegiatan budidaya dan pengolahan karet alam
Indikator ekonomi dihasilkan sesuai dengan dirumuskan dengan persamaan 3 :
persamaan 1 menurut Hur et al. (2004).
EI = 0,375GWG + 0,25WC + 0,125SWG + 0,25LC .. (3)
………………. (1)
Pada penelitian ini perhitungan GPI
menggunakan metode fuzzy rule-based berdasarkan
Menurut Gandhi et al. (2006) indikator
bobot indikator ekonomi dan indikator lingkungan.
lingkungan diperhitungkan berdasarkan bobot
Langkah fuzzy rule-based sebagai berikut:
Environmental Sustainability Index atau ESI (Yale
Center for Environmental Law and Policy Report,
Langkah 1: Fuzzifikasi
2005) seperti Tabel 1.
Proses budidaya mempunyai dua parameter
EI = w1GWG + w2WC + w3SWG + w4LC .…. (2) input yaitu indikator-lingkungan, indikator-ekonomi
dan satu parameter output yaitu GPI. Fungsi
Keterangan : keanggotaan adalah suatu kurva yang menunjukan
pemetaan titik-titik masukan data ke dalam nilai
w1, w2, : bobot masing-masing indikator keanggotaannya. Fungsi keanggotaan masing-
w3, w4 GPI masing parameter indikator-ekonomi (IE) proses
GWG : pembangkit limbah gas (gaseous budidaya dideskripsikan pada persamaan 4-6.
wastes generation) Kusumadewi (2002).
SWG : pembangkit limbah padat (solid Fungsi keanggotaan masing-masing
wastes generation) parameter indikator-lingkungan (IL) proses budidaya
WC : konsumsi air (water dideskripsikan pada persamaan 7-9.
consumption)
LC : tingkat pencemaran pada lahan
perkebunan (land contamination)

Tabel 1. Penurunan empat indikator lingkungan GPI (Yale Center for Environmental Law and Policy Report,
2005).
Bobot Bobot (w)
Kesetaraan Indikator Penggabungan
Indikator GPI dalam dalam
ESI Bobot (x)
ESI GPI (x/0,4)
Kualitas udara 0,05
Pembangkit Emisi gas rumah kaca 0,05 0,15 0,375
Limbah Gas (GWG) Penurunan tingkat
0,05
Polusi udara
Kualitas air 0,05
Konsumsi Air (WC) 0,1 0,25
Jumlah air 0,05
Pembangkit Penurunan limbah padat
0,05 0,05 0,125
Limbah Padat (SWG) Dan konsumsi material
Pencemaran Biodiversitas 0,05
0,1 0,25
Lahan (LC) Lahan dan tanah 0,05
Total 0,4 1

( ) ⁄( )
( ) { ................................................................ (4)

( ) ⁄( )
( ) { .................................................. (5)
( ) ⁄( )

( ) {( ) ⁄( ) ......................................................................... (6)

84 J Tek Ind Pert. 24 (2): 82-96


Hendra, Marimin, dan Yeni Herdiyeni

( )⁄( )
( ) { ................................................................... (7)

( ) ⁄( )
( ) { .................................................. (8)
( ) ⁄( )

( ) {( ) ⁄( ) ............................................................... (9)

Fungsi keanggotaan masing-masing parameter GPI proses budidaya dideskripsikan pada persamaan 10-14 dan
Gambar 2.

( ) ⁄( )
( ) { .......................................................... (10)

( ) ⁄( )
( ) { .................................................. (11)
( )⁄( )

( ) ⁄( )
( ) { ........................................ (12)
( ) ⁄( )

( )⁄( )
( ) { .................................................................... (13)
( ) ⁄( )

( ) {( )⁄( ) .......................................................................... (14)

µᴹ (χ)

Sangat Buruk Buruk Normal Baik Sangat Baik


1

0,5

0 1 2 3 4 5

Gambar 2. Representasi kurva segitiga nilai GPI

Fungsi keanggotaan masing-masing parameter indikator-ekonomi proses pengolahan dideskripsikan pada


persamaan 15-17.
( )⁄( )
( ) { ............................................................................... (15)

J Tek Ind Pert. 24 (2): 82-96 85


Sistem Pendukung Keputusan Cerdas Pengembangan Agroindustri ………………..

( ) ⁄( )
( ) { .................................................. (16)
( ) ⁄( )

( ) {( )⁄( ) .................................................................................. (17)

Fungsi keanggotaan masing-masing parameter indikator-lingkungan proses pengolahan dideskripsikan pada


persamaan 18-20.

( ) ⁄( )
( ) { ......................................................................... (18)

( ) ⁄( )
( ) { .................................................. (19)
( ) ⁄( )

( ) {( ) ⁄( ) ...................................................................... (20)

Fungsi keanggotaan masing-masing parameter GPI proses pengolahan sama dengan proses budidaya
dideskripsikan pada persamaan 10-14.

Langkah 2: Pembentukan Aturan (rule) sumber pembangkit limbah menghasilkan nilai


Berdasarkan dua input fuzzy indikator- indikator lingkungan menggunakan persamaan 3 dan
lingkungan dan indikator-ekonomi dibuat aturan nilai indikator ekonomi menggunakan persamaan 1,
seperti pada Tabel 2. GPI dihitung menggunakan metode fuzzy rule-based.

Tabel 2. Aturan fuzzy Pemilihan Strategi Peningkatan Produktivitas


Input Output Menggunakan Fuzzy AHP
Indikator- Indikator- Pemilihan strategi peningkatan
Indeks-GPI produktivitas bertujuan untuk memilih alternatif
Lingkungan Ekonomi
Baik Buruk Buruk strategi peningkatan produktivitas yang telah
Baik Normal Baik terbentuk secara hierarki oleh pakar yang bersumber
Baik Baik Sangat Baik pada penelitian Marimin et al. (2013a) dan
Normal Buruk Buruk Darmawan et al. (2013). Metode yang digunakan
Normal Normal Normal adalah fuzzy AHP untuk menentukan bobot alternatif
Normal Baik Baik dan memilih bobot alternatif yang paling besar dari
Buruk Buruk Sangat-Buruk input kuesioner penilaian para pakar. Langkah fuzzy
Buruk Normal Buruk AHP sebagai berikut:
Buruk Baik Buruk
Langkah 1: Pembuatan struktur
Struktur AHP pada proses budidaya dan
Langkah 3: Defuzzifikasi
pengolahan karet alam terdiri dari lima level yaitu:
Pada tahap ini nilai crisp diperoleh dengan
fokus, faktor, aktor, tujuan dan alternatif. Struktur
menggunakan centre average defuzzifier pada setiap
alternatif yang ada. Simbol centre average AHP budidaya karet alam seperti pada Gambar 6
defuzzifier pada Wang (1997) disesuaikan dengan (Marimin et al., 2013a) dan pada pengolahan karet
alam seperti Gambar 8 (Darmawan et al., 2013).
kebutuhan penelitian ini sehingga menjadi
persamaan 21. Langkah 2: Penilaian kriteria dan alternatif oleh
pakar

……………….…………….. (21) Pakar melakukan penilaian tingkat
∑ kepentingan antar elemen berdasarkan definisi dan
fungsi keanggotaan fuzzy pada Tabel 3 yang
Simulasi Skenario Alternatif bersumber pada Ayag (2005) di dalam Marimin et
Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan al. (2013c).
simulasi skenario alternatif strategi peningkatan
produktivitas yang diusulkan oleh pakar. Setiap Langkah 3: Fuzzifikasi
alternatif dari pakar disimulasikan menjadi skenario- Setiap nilai dari hasil penilaian pakar
skenario yang terdiri dari data tujuh sumber dihitung bilangan fuzzy berdasarkan fungsi
pembangkit limbah dan data ekonomi. Data tujuh

86 J Tek Ind Pert. 24 (2): 82-96


Hendra, Marimin, dan Yeni Herdiyeni

keanggotaan Tabel 3. Perhitungan bilangan fuzzy Setiap matrik perbandingan berpasangan


mempunyai nilai yang harus dimasukan pada dimasukan kedalam aplikasi SuperDecisions untuk
Persamaan 22-26 untuk menghasilkan nilai menghasilkan bobot setiap elemen. Aplikasi
fuzzy (Marimin et al., 2013c). Penelitian ini SuperDecisions merupakan perangkat lunak yang
menggunakan nilai , yaitu para pakar berfungsi untuk memperhitungkan nilai bobot pada
mempunyai tingkat kepercayaan rata-rata. struktur hirarki AHP (www.superdecisions.com).

Langkah 4: Perhitungan nilai crisp (defuzifikasi) Langkah 7: Penggabungan pendapat pakar


Setiap nilai fuzzy dirubah kedalam Pendapat pakar digabungkan dengan
nilai crisp dengan menggunakan Persamaan 27 menggunakan geometric mean seperti pada
(Marimin et al., 2013c). Penelitian ini menggunakan persamaan dibawah ini (Marimin dan Maghfiroh,
nilai indeks optimisme yang menunjukkan 2010).
bahwa penilaian yang diberikan tidak terlalu optimis
dan tidak terlalu pesimis, sehingga setiap nilai crisp
dihitung menggunakan persamaan 28-32. ̅̅̅̅ √∏
Langkah 5: Pembuatan matrik perbandingan
berpasangan
Setiap nilai crisp elemen dimasukan kedalam dimana n adalah jumlah pakar dan adalah bobot
matrik perbandingan berpasangan sesuai dengan dari masing-masing alternatif.
kriteria pada struktur hirarki AHP.
Langkah 6: Perhitungan nilai bobot

Tabel 3. Definisi dan fungsi keanggotaan bilangan fuzzy


Tingkat Bilangan Fungsi
Defenisi
Kepentingan fuzzy Keanggotaan
1 ̃ Sama penting (E) (1,1,3)
3 ̃ Sedikit lebih penting (W) (1,3,5)
5 ̃ Jelas lebih penting (S) (3,5,7)
7 ̃ Sangat jelas lebih penting (VS) (5,7,9)
9 ̃ Mutlak lebih penting (A) (7,9,11)

̃ ................................................................................................................................. (22)

̃ ̃ ..................................................................................... (23)

̃ ̃ ..................................................................................... (24)

̃ ̃ ...................................................................................... (25)

̃ ̃ .................................................................................. (26)

̃ ( ) .............................................................................................. (27)

̌ ( ) ( ) ..................................................................................................................... (28)

̌ ( ) ( ) ̌ ( ) ( ) ............................................................. (29)

̌ ( ) ( ) ̌ ( ) ( ) .......................................................... (30)

̌ ( ) ( ) ̌ ( ) ( )........................................................ (31)

̌ ( ) ( ) ̌ ( ) ( ) .......................................................... (32)

J Tek Ind Pert. 24 (2): 82-96 87


Sistem Pendukung Keputusan Cerdas Pengembangan Agroindustri ………………..

HASIL DAN PEMBAHASAN pengukuran produktivitas, subsistem simulasi


skenario alternatif, subsistem pemilihan strategi,
Penelitian ini membahas perancangan subsistem pemilihan kebijakan dan subsistem
perangkat lunak yang bertujuan untuk perhitungan hasil. Sistem mempunyai satu basis data
memperhitungkan produktivitas dan memberikan dan basis pengetahuan. Ilustrasi arsitektur dari
rekomendasi alternatif peningkatan produktivitas. perangkat lunak dapat dilihat pada Gambar 3.
Data tujuh sumber pembangkit limbah dan data Subsistem pengukuran produktivitas
ekonomi dalam proses budidaya dan pengolahan berfungsi untuk menghitung tingkat produktivitas
dijadikan input dari aplikasi. Output dari aplikasi hijau dari input aktual pengguna dalam bentuk
adalah alternatif yang mempunyai bobot terbesar dan current VSM. Subsistem simulasi skenario alternatif
simulasi alternatif tersebut dalam bentuk tujuh berfungsi untuk mensimulasikan current VSM
pembangkit sumber limbah dan data ekonomi. berdasarkan setiap alternatif yang diusulkan oleh
Pengguna aplikasi ini tidak hanya dapat mengetahui pakar. Subsistem pemilihan strategi berfungsi untuk
nilai dampak lingkungan dan produktivitas hasil memilih alternatif berdasarkan kuesioner penilaian
produksi saat ini tetapi juga mendapatkan pakar menggunakan fuzzy AHP. Subsistem
rekomendasi alternatif peningkatan produktivitas perhitungan hasil berfungsi untuk menampilkan
dan data tujuh sumber pembangkit limbah dari hasil semua subsistem. Basis data berfungsi untuk
alternatif tersebut. menyimpan data current VSM, future VSM dan data
Sistem ini dirancang khusus untuk penilaian pakar. Basis Pengetahuan berisi fungsi
agroindustri karet alam proses budidaya dan keanggotaan fuzzy dan aturan-aturan fuzzy.
pengolahan. Aplikasi ini dibuat dengan mengunakan Penelitian ini menghasilkan empat
software PHP version 5.2.6 untuk pembuatan antar- komponen utama sistem pendukung keputusan
muka, MySQL Database version 5.0.51b untuk cerdas yaitu sistem manajemen basis model, sistem
pembuatan database dan Aplikasi SuperDecisions manajemen basis data, sistem manajemen basis
untuk perhitungan AHP. pengetahuan dan sistem manajemen dialog.
Arsitektur model sistem pendukung keputusan
Hasil Arsitektur Sistem Pendukung Keputusan cerdas dapat dilihat pada Gambar 4.
Cerdas
Rancangan perangkat lunak ini
menghasilkan lima subsistem yaitu subsistem

Pengguna

Antar-muka

Sistem Pendukung Keputusan Cerdas Pengembangan Agroindustri Karet Alam


dengan Pendekatan Produktivitas Hijau
Subsistem Perhitungan

Subsistem Pengukuran
Subsistem Pemilihan

Subsistem Simulasi
Skenario Alternatif

Produktivitas
Strategi
Hasil

Perhitungan Logika

Basis Pengetahuan Basis Data

Gambar 3. Arsitektur perangkat lunak sistem pendukung keputusan cerdas

88 J Tek Ind Pert. 24 (2): 82-96


Hendra, Marimin, dan Yeni Herdiyeni

Data Model Pengetahuan

Sistem Manajemen Basis Sistem Manajemen Basis Sistem Manajemen Basis


Data Model Pengetahuan
 Data tujuh sumber  Model identifikasi tujuh  Representasi fuzzy
pembangkit limbah dan sumber pembangkit indikator lingkungan,
data ekonomi limbah indikator ekonomi dan
 Data penilaian pakar  Model produktivitas GPI
AHP hijau  Inferensi fuzzy
 Data perhitungan  Model penilaian pakar produktivitas hijau
produktivitas hijau AHP  Representasi fuzzy
 Data hasil simulasi  Model simulasi alternatif penilaian pakar
 Data hasil penilaian  Inferensi fuzzy AHP
pakar  Inferensi fuzzy IF-Then
Rule Produktivitas hijau

Sistem pengolah
terpusat

Sistem Manajemen Dialog

Pengguna

Gambar 4. Arsitektur model sistem pendukung keputusan cerdas

Hasil Implementasi Perhitungan Produktivitas menggunakan persamaan 1, indikator lingkungan


Tahap ini menghasilkan nilai indikator menggunakan persamaan 3 dan untuk
lingkungan, indikator ekonomi dan GPI. Semakin memperhitungkan nilai GPI menggunakan fuzzy
besar nilai GPI maka semakin besar ruled-based. Hasil perhitungan produktivitas dapat
produktivitasnya, semakin besar nilai indikator dilihat pada Tabel 5.
ekonomi semakin besar keuntungan hasil produksi. Dari Tabel 5 dapat dilihat nilai GPI dari
Semakin kecil nilai indikator lingkungan maka proses budidaya menunjukan masih dalam kategori
semakin kecil dampak lingkungan yang dihasilkan normal sesuai dengan persamaan 12 karena indikator
proses produksi karena penggunaan tujuh sumber lingkungan proses budidaya dalam kategori normal
pembangkit limbah yang semakin sedikit. Tahap ini sesuai dengan persamaan 8 dan indikator ekonomi
diuji menggunakan data current VSM seperti Tabel dalam kategori normal sesuai dengan persamaan 6.
4 dan data ekonomi berupa total produksi 413.558 Nilai GPI proses pengolahan menunjukan kategori
kg per bulan, harga jual Rp 3.108.808 per ton dan normal sesuai dengan persamaan 12 karena indikator
biaya Rp 2.367.306 per ton pada proses budidaya lingkungan dalam kategori normal sesuai dengan
(Marimin et al., 2013a). Data untuk proses Persamaan 19 dan indikator ekonomi dalam kategori
pengolahan seperti Tabel 8 dan data ekonomi berupa normal sesuai dengan persamaan 16. Nilai GPI
total produksi 120.000 kg per bulan, harga jual Rp proses budidaya dan pengolahan masih dalam
45.000.000 per ton dan biaya Rp 21.817.971 per ton kategori normal sehingga perlu diambil alternatif-
(Darmawan, 2013). Tahap analisa current VSM alternatif untuk peningkatan produktivitas hijau.
menghasilkan output berupa indikator ekonomi

J Tek Ind Pert. 24 (2): 82-96 89


Sistem Pendukung Keputusan Cerdas Pengembangan Agroindustri ………………..

Tabel 4. Current VSM proses budidaya karet alam


Proses Kegiatan
Jenis
Pemasok Pembibit- Perawat- Perawat- Pemanen- Penyaring- Pengirim-
Limbah Total
-an an an TBM an TM an an an
Energi (Kwh) 0 1830 0 0 0 0 0 1830
Air (m3) 0 900 0 0 0 0 0 900
Material (kg) 0 2358,6 53670,5 75806,6 0 0 0 131836
Sampah (kg) 0 334 0 0 144000 3000 0 147334
Transportasi
69,17 0 0 0 0 0 2700 2769,17
(km)
Emisi (kg) 37 1631 0 0 0 0 1426.3 3094,3
Biodiversitas
0 193,96 762,83 1758,62 0,02 0,01 0 2715,44
(Ha)

menggunakan fuzzy AHP. Metode fuzzy AHP


Tabel 5. Hasil pengukuran produktivitas hijau
memberikan hasil perhitungan penilaian pakar dari
Hasil kuesioner yang dimasukan ke sistem dan
Proses Indikator Indikator menghasilkan matriks perbandingan berpasangan
GPI dari hasil proses defuzzifikasi. Matrik perbandingan
lingkungan ekonomi
Budidaya 0,671 1,313 1,83 berpasangan dimasukan ke aplikasi SuperDecisions
Pengolahan 1,339 2,063 1,714 dan hasilnya dimasukan kembali ke sistem. Hasil
tahap ini seperti Gambar 5 untuk proses budidaya
Hasil Implementasi Simulasi Skenario Alternatif dan Gambar 6 untuk proses pengolahan.
Tahap ini mensimulasikan setiap alternatif Pada Gambar 7 dan Gambar 8 dapat dilihat
yang direkomendasikan oleh pakar yang bertujuan penggunaan metode fuzzy AHP dalam pemilihan
untuk melihat produktivitas hijau masing-masing alternatif proses budidaya menghasilkan alternatif
alternatif dengan cara menghitung perubahan yang semi intensif dan replanting tanaman
terjadi pada data ekonomi dan data tujuh sumber berproduktivitas rendah mempunyai bobot tertinggi
pembangkit limbah disajikan pada Tabel 6 dan Tabel sebesar 0,344. Elemen-elemen yang mempunyai
7. Setiap data tujuh sumber pembangkit limbah dan pengaruh besar yaitu faktor ketersediaan sarana dan
data ekonomi diperhitungkan menghasilkan prasarana karena faktor ini sangat menunjang dalam
indikator lingkungan menggunakan persamaan 3, penerapan alternatif, Aktor direksi perusahaan
indikator ekonomi mengunakan persamaan 1 dan karena aktor ini yang akan memutuskan alternatif
GPI menggunakan fuzzy ruled-based. Hasil simulasi yang akan diterapkan, tujuan meningkatkan jumlah
proses budidaya dapat dilihat pada Tabel 8 dan produksi lateks karena menjadi tujuan perusahaan
proses pengolahan dapat dilihat pada Tabel 9. dalam meningkatkan produktivitas.
Pada Tabel 8 dan 9 dapat dilihat hasil Simulasi skenario dari alternatif tanaman
simulasi penerapan alternatif-alternatif peningkatan berproduktivitas rendah seperti pada Tabel 10
produktivitas hijau, nilai indikator lingkungan menghasilkan peningkatan produksi sebesar 20%
mengalami penurunan dan nilai indikator ekonomi dan penggunaan sumber tujuh pembangkit limbah
mengalami peningkatan sehingga nilai GPI dalam bentuk future VSM sama dengan current
mengalami peningkatan dibandingkan dengan Tabel VSM. Alternatif ini dijadikan output dari aplikasi
4 diatas. Nilai GPI sudah masuk dalam kategori dan dapat direkomendasikan menjadi pertimbangan
baik sesuai dengan persamaan 13. Nilai GPI kategori dalam pengambilan keputusan proses budidaya karet
baik dihasilkan dari indikator lingkungan dalam alam.
kategori baik dan nilai indikator ekonomi dalam Pada Gambar 7 dan Gambar 8 dapat dilihat
kategori baik. Ini berarti alternatif-alternatif yang pemilihan alternatif proses pengolahan
diusulkan pakar mempunyai dampak lingkungan menggunakan metode fuzzy AHP menghasilkan
yang kecil dan mempunyai produktivitas yang cukup alternatif bobot penggunaan air kembali (reuse)
baik. Alternatif-alternatif tersebut berdasarkan nilai mempunyai bobot tertinggi 0,372. Elemen-elemen
GPI dapat direkomendasikan kepada pengguna yang mempunyai pengaruh besar yaitu faktor
sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan kualitas SDM karena faktor ini yang akan
untuk peningkatan produktivitas hijau. menerapkan alternatif secara langsung, aktor industri
hilir karena aktor ini menjadi sumber bahan baku
Hasil Implementasi Pemilihan Strategi utama dari pengolahan karet alam, tujuan
Peningkatan Produktivitas Menggunakan Fuzzy pengurangan dampak terhadap lingkungan karena ini
AHP menjadi tujuan peningkatkan produktivitas yang
Tahap ini mempunyai tujuan untuk memilih ramah lingkungan.
alternatif-alternatif berdasarkan penilaian pakar

90 J Tek Ind Pert. 24 (2): 82-96


Tabel 6. Current VSM proses budidaya karet alam
Proses Kegiatan
Jenis Limbah Perawatan Perawatan
Pemasokan Pembibitan Pemanenan Penyaringan Pengiriman Total
TBM TM
Energi (Kwh) 0 1830 0 0 0 0 0 1830
Air (m3) 0 900 0 0 0 0 0 900
Material (kg) 0 2358,6 53670,5 75806,6 0 0 0 131836
Sampah (kg) 0 334 0 0 144000 3000 0 147334

J Tek Ind Pert. 24 (2): 82-96


Transportasi (km) 69,17 0 0 0 0 0 2700 2769,17
Emisi (kg) 37 1631 0 0 0 0 1426.3 3094,3
Biodiversitas (Ha) 0 193,96 762,83 1758,62 0,02 0,01 0 2715,44

Tabel 7. Current VSM proses pengolahan karet alam


Proses Kegiatan
Jenis Limbah Pengepakan
Pemasokan Penerimaan Pengenceran Penggilingan Pengasapan Sortasi Pengiriman Total
dan inventory
Energi (Kwh) 0 99,9 6000 5100 0 0 1500 0 12699,9
Air (m3) 0 0 213,742 175 0 0 0 0 388,742
Material (kg) 0 0 1125 0 0 0 0 0 1125
Sampah (kg) 0 0 0 0 19560 0 0 0 19560
Transportasi (km) 2700 0 0 0 0 0 0 0 2700
Emisi (kg) 1426,3 89,01 21364,4 22719 4419 0 8019 0 58036,7
Biodiversitas (Ha) 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 8. Simulasi alternatif proses budidaya karet alam


Hasil
Alternatif Indikator Indikator
GPI
lingkungan ekonomi
Pemanfaatan sampah hasil proses budidaya 0,631 1,309 2,041
Subsitusi penggunaan pupuk dengan pupuk
0,734 1,275 1,891
organik dan hayati
Subsitusi sebagian penggunaan pestisida
0,633 1,635 2,483
dengan pestisida nabati
Semi intensif dan replanting tanaman
0,559 1,576 2,676
berproduksi rendah
Hendra, Marimin, dan Yeni Herdiyeni

91
Tabel 9. Simulasi alternatif proses pengolahan karet alam

92
Hasil
Alternatif Indikator Indikator
GPI
lingkungan ekonomi
Optimasi proses produksi 1,339 2,475 2,267
Pengendalian karakteristik bahan baku 1,193 2,232 1,923
Substitusi bahan pembantu 1,278 2,271 1,976
Penggunaan air kembali (reuse) 0,639 2,461 2,695

0.4
Pemanfaatan Sampah Hasil Proses Budidaya

0.3
Semi Intensif dan Replanting Tanaman
berproduksi rendah
0.2
Subtitusi Sebagian Penggunaan Pestisida
dengan Pestisida Nabati
0.1
Subsitusi Penggunaan Pupuk dengan Pupuk
Organik dan hayati
0

Gambar 5. Grafik pemilihan alternatif menggunakan fuzzy AHP proses budidaya

0.4
Sistem Pendukung Keputusan Cerdas Pengembangan Agroindustri ………………..

0.35 Optimasi Proses produksi

0.3
0.25 Pengendaliaan Karakter Bahan Baku

0.2
0.15 Penggunaan Air Kembali (reuse)
0.1
0.05 Subsitusi Bahan Pembantu
0

Gambar 6. Grafik pemilihan alternatif menggunakan fuzzy AHP proses pengolahan

J Tek Ind Pert. 24 (2): 82-96


Penentuan strategi peningkatan produktivitas proses budidaya
Fokus karet alam dengan pendekatan produktivitas hijau
(1,0)

Ketersediaan sarana Kualitas SDM Optimalisasi Pemeliharaan dan Ketersediaan sarana Penguasaan dan Kebijakan
Faktor dan prasarana produksi petani pemanfaatan lahan perawatan tanaman transportasi dan penerapan teknologi pemerintah

J Tek Ind Pert. 24 (2): 82-96


(0,245) (0,216) (0,14) (0,198) komunikasi (0,044) (0,126) (0,032)

Pemda Tingkat I/II Kementerian pertanian Direksi Kepala Kebun/ Kelompok Perguruan Tinggi/
Aktor dan pemerintah penyuluh perkebunan perusahaan Afdeling /Mandor petani BPPT/LIPI
(0,074) (0,1) (0,349) (0,21) (0,202) (0,064)

Meningkatkan jumlah Pengurangan dampak Meningkatkan


Tujuan produksi lateks terhadap lingkungan keuntungan
(0,503) (0,197) (0,3)

Pemanfaatan sampah Subtitusi sebagian penggunaan Subtitusi sebagian penggunaan pupuk Semi intensif dan replanting
Alternatif hasil proses budidaya pestisida dengan pestisida nabati dengan pupuk organik dan hayati tanaman berproduktivitas rendah
(0,275) (0,151) (0,23) (0,344)

Gambar 7. Struktur hirarki peningkatan produktivitas proses budidaya karet alam dengan pendekatan produktivitas hijau
Hendra, Marimin, dan Yeni Herdiyeni

93
94
Peningkatan produktivitas proses produksi karet alam dengan
Fokus pendekatan produktivitas hijau
(1,0)

Tingkat Karakteristik bahan baku Kualitas SDM Harga jual Biaya produksi Kebijakan pemerintah
Faktor permintaan dan bahan pembantu (0,243) (0,129) (0,142) mengenai lingkungan
(0,165) (0,203) (0,118)

Pimpinan Pemerintah Perguruan Tinggi dan Industri hilir


Aktor perusahaan (0,217) Lembaga Penelitian (0,466)
(0,211) (0,106)

Memaksimalkan Pengurangan dampak


Tujuan keuntungan terhadap lingkungan
(0,489) (0,511)
Sistem Pendukung Keputusan Cerdas Pengembangan Agroindustri ………………..

Optimasi proses Pengendalian mutu bahan Substitusi bahan Penggunaan air kembali
Alternatif produksi baku pembantu (Reuse)
(0,34) (0,204) (0,084) (0,372)

Gambar 8. Struktur hirarki peningkatan produktivitas proses pengolahan karet alam dengan pendekatan produktivitas hijau

J Tek Ind Pert. 24 (2): 82-96


Hendra, Marimin, dan Yeni Herdiyeni

Tabel 10. Future VSM proses budidaya karet alam


Proses Kegiatan
Jenis
Pemasok- Pembibit- Perawat- Perawat Pemanen- Penyarin- Pengirim-
Limbah Total
an an an TBM -an TM an gan an
Energi (Kwh) 0 1830 0 0 0 0 0 1830
Air (m3) 0 900 0 0 0 0 0 900
Material (kg) 0 2358,6 53670,5 75806,6 0 0 0 131835.7
Sampah (kg) 0 334 0 0 144000 3000 0 147334
Transportasi
2700 0 0 0 0 0 2700 5400
(km)
Emisi (kg) 1426,3 1631 0 0 0 0 1426.3 3094,3
Biodiversitas
0 193,96 762,83 1758,62 0,02 0,01 0 2715
(Ha)

Simulasi skenario dari alternatif DAFTAR PUSTAKA


penggunaan air kembali (reuse) seperti pada Tabel
10 menghasilkan penurunan biaya 15% dan future [APO] Asian Productivity Organization. 2006.
VSM berupa penurunan emisi sampai 40%, Handbook on Green Productivity. Tokyo:
penggunaan air mengalami penurunan hingga 50% Asian Productivity Organization.
dan penggunaan sumber tujuh pembangkit limbah Ayag Z. 2005. A Fuzzy AHP-based simulation
dalam bentuk future VSM sama dengan curent approach to concept. IIE Trans. 37: 827–
VSM. Alternatif ini dapat direkomendasikan 842.
menjadi pertimbangan dalam pengambilan Darmawan MA, Wiguna B, Marimin, Machfud.
keputusan pada proses pengolahan karet alam. 2013. Peningkatan produktivitas proses
produksi karet alam dengan pendekatan
KESIMPULAN DAN SARAN green productivity: Studi Kasus di PT X. J
Tek Ind Pert. 22 (2): 98-105.
Kesimpulan Gandhi M, Selladurai V dan Santhi P. 2006. Green
Penelitian ini telah menghasilkan rancangan productivity indexing: a practical step
perangkat lunak berbentuk web. Perangkat lunak ini towards integrating environmental
telah dapat memberikan informasi data pengukuran protection into corporate performance. Int J
produktivitas, dapat memberikan rekomendasi Prod and Perform Mgmt. 55 (7): 594-606.
alternatif terbaik dan dapat mensimulasikan Hur T, Kim I dan Yamamoto R. 2004. Measurement
alternatif terbaik tersebut sebagai pertimbangan of green productivity and its improvement.
kepada pengguna perangkat lunak. Pengguna J Clean Prod. 12 (7): 673-683.
perangkat lunak ini tidak hanya dapat mengukur [IRSG] International Rubber Study Group. 2012.
produktivitas hijau dalam agroindustri karet alam Rubber Statistical Bulletin. Singapura (SG):
tetapi juga dapat mengetahui solusi peningkatan Rubber Statistical Bulletin 67: 4-6.
produktivitas dan simulasi solusi tersebut jika Kusumadewi S. 2002. Analisis dan Desain Sistem
diimplementasikan. Fuzzy Menggunakan Toolbox Matlab.
Hasil pemilihan alternatif terbaik Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
menggunakan fuzzy AHP adalah alternatif semi Marimin, Darmawan MA, Machfud, Putra MP.
intensif dan replanting tanaman berproduktivitas 2013. Peningkatan produktivitas proses
rendah pada budidaya karet alam. Alternatif tersebut budidaya karet alam dengan pendekatan
dapat meningkatkan produktivitas produksi lateks green productivity: Studi Kasus di PT XYZ.
dan mengoptimalkan lahan yang ada sedangkan pada J Agritech 33 (4):433-441.
proses pengolahan karet alternatif terbaik adalah Marimin, Darmawan MA dan Machfud. 2013.
penggunaan air kembali (reuse). Alternatif tersebut Decision support system for natural rubber
dapat mengurangi penggunaan air dan energi supply chain management with green
sehingga mengurangi biaya dan emisi yang supply chain operations reference approach:
dihasilkan selama proses pengolahan. a case study. Proceeding of Industrial
Engineering and Service Science. Surabaya
Saran : 20-22 Agustus 2013.
Sistem dapat dikembangkan lebih lanjut Marimin, Djatna T, Suharjito, Hidayat S, Utama DN,
dengan mengintegrasikan perhitungan AHP yang Astuti R, Martini S. 2013. Teknik dan
masih menggunakan aplikasi Super Decisions ke Analisis Pengambilan Keputusan Fuzzy
dalam web dan penggunaan intelijensi buatan lain dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor:
yang lebih optimal. Sistem masih dalam bentuk IPB Press.
prototype sehingga masih perlu dikembangkan Marimin dan Maghfiroh N. 2010. Aplikasi Teknik
dalam bentuk implementasi. Pengambilan Keputusan Dalam

J Tek Ind Pert. 24 (2): 82-96 95


Sistem Pendukung Keputusan Cerdas Pengembangan Agroindustri ………………..

Manajemen Rantai Pasok. Bogor: IPB Wang LX. 1997. A Course in Fuzzy System and
Press. Control. Englewood Cliffs: Prentice Hall.
Phillips-Wren G, Mora M, Forgionne GA, Gupta Yale Center for Environmental Law and Policy
JND. 2009. An integrative evaluation Report. 2005. Environmental Sustainability
framework for intelligent decision support Index: Benchmarking National
systems. Eur J Opr Res. 195: 642–652. Environmental Stewardship.
Saxena AK, Bhardwaj KD, dan Sinha KK. 2003. http://www.yale.edu/esi. Yale (US): Yale
Sustainable growth through green University. [1 Agustus 2013].
productivity: A case of edible oil industry
in India. Int Energy J. 4 (1): 81-91.
[UNIDO] United Nations Industrial Development
Organization. 2009. A Greener Footprint
for Industry: Opportunities and Challenges
of Sustainable Industrial Development.
Vieana: United Nations Industrial
Development Organization.

96 J Tek Ind Pert. 24 (2): 82-96

You might also like