You are on page 1of 3

Nama : Sefri Nur Amalia

Kelas : IX F
No. Absen : 22

TUGAS BAHASA INDONESIA

Cerpen

MENYONTEK

Suatu hari sudah dua hari siswa laki-laki yang bernama Fahmi tidak masuk sekolah. Bu
Yuni wali muridnya Fahmi selain menanyakan kepada teman-temannya Fahmi setiap pagi
ketika mengabsen.
“Siapa yang tahu mengapa Fahmi tidak masuk sekolah?” tanya bu Yuni.
“Tidak tahu, Bu”, jawab teman-temannya Fahmi.
Hari ketiga Fahmi masih tidak berangkat sekolah. Bu Yuni pun bertambah heran,
karena tidak seperti biasanya Fahmi berbuat begitu. Fahmi siswa yang rajin dan pandai.
Tingkah lakunya yang sehari-hari baik dan sopan. Namun, dia sedikit pendiam dan agak
cengenng.
Setelah itu, Bu yuni menullis surat pemberitahuan kepada orang tua Fahmi. Surat itu
dititipkan kepadaHasan yang rumahnya berdekatan dengan rumah Fahmi. Dengan dititipkan
surat itu kepada Hasan Bu yuni berharap agar surat sampai di tujuan, yaitu diterimanya orang
tua Fahmi dan akan mendapat penjelasan mengenai ketidakhadiran siswanya itu.
Namun, pada hari berikutnya Fahmi masih tidak masuk sekolah juga. Dan, tidak ada
keterangan apapun dari orang tua Fahmi. Bu Yuni lantas bertanya kepada Hasa, “Sudahkah
kau serahkan surat ibu kemarin kepada orang tua Fahmi?” saat Hasan mau menjawab, tiba-tiba
Doni berteriak dari belakang, “Sudah bu! Kemarin surat ibu sudah diserahkan bersama saya
bu,” sementara Hasan yang tadinya mau menjawab kini berubah menjadi diam dan tidak ada
satu katapun yang terucap.
Bu Yuni percaya bahwa surat itu telah sampai kepada orang tua Fahmi dan tentu sudah
dibaca. Akan tetapi, mengapa tidak ada berita apa-apa? Akhirnya Bu Yuni mengambil
keputusan kalau sampai hari Sabtu Fahmi belum masuk juga, ia akan berkunjung ke rumahnya.
Keesokan harinya, tibalah hari Sabtu, Fahmi belum juga berangkat ke sekolah. Bu Yuni
pun menepati keputusan yang tegas kemarin, yaitu pergi ke rumahnya Fahmi. Akan tetapi Bu
Yuni belum tahu dimana rumahnya Fahmi tersebut, sehingga Bu Yuni meminta Hasan dan
Doni untuk menemaninya. Karena rumah Hasan dan Doni itu bertetanggaan dengan rumah
Fahmi. Namun Doni menolah permintaan Bu Yuni itu dengan alasan bahwa ia akan pergi ke
rumah kakaknya. Bu Yuni pun percaya atas apa yang diucapkan Doni tersebut. Bu Yuni lantas
meminta Hasan untuk menemaninya sebagai pengganti Doni yang menolaknya tadi. Namun
saat itu juga Hasan tidak segera menjawabnya. Ia malah mendekat ke arah Doni, dan tampak
Doni berkata sesuatu dengan suara pelan sambal menunjuk-nunjuk dirinya.
Setelah itu Hasan pun menjawab, bahwa ia juga menolak permintaan Bu Yuni, dengan
alasan Hasan akan menemani Doni pergi ke rumah kakaknya. Atas alasan yang diucapkan Doni
dan Hasan tersebut, Bu Yuni percaya, lalu Bu Yuni pergi sendiri kerumah Fahmi.
Dan akhirnya Bu Yuni dapat menemukan rumah Fahmi tersebut. Sesampainya di sana
keadaan rumah itu sepi. Setelah itu Bu Yuni mengetuk pintu rumah tersebut. Tiba-tiba
kemudian seorang ibu mempersilahkan masuk, dan ternyata itu adalah ibunya Fahmi. Setelah
dipersilahkan masuk, lalu Bu Yuni menceritakan bahwa Fahmi sudah satu minggu tidak masuk
sekolah. Mendengar perkataan yang diucapkan Bu Yuni tersebut lalu ibunya Fahmi pun
menjawab dengan heran. “Jadi, Fahmi tidak masuk sekolah Bu guru? Padahal setiap hari Fahmi
berangkat dengan memakai seragam dan membawa tas. Dan pada jam pulang sekolah, Fahmi
pun juga pulang ke rumah. Terus selama ini kemana saja ya?”
“Itulah yang ingin saya ketahui bu, saya sudah memberi tahu ibu lewat surat yang saya
titipkan kepada Hasan,” kata Bu Yuni.
“Maaf bu, saya tidak pernah menerima surat itu. Padahal dalam seminggu ini saya tidak
kemana-mana,” jelas ibunya Fahmi.
“Oh begitu, pasti ada yang tidak beres,” ujar Bu Yuni.
“Sekarang begini saja bu. Sebentar lagi waktunya jam pulang sekolah, saat Fahmi sudah
pulang agak tidak curiga, saya akan masuk ke ruang dalam. Nanti begitu Fahmi masuk, tolong
ibu tanyai dengan halus mengapa sudah seminggu ini tidak masuk sekolah. Tolong jangan
sambal marah ya bu,” saran Bu Yuni kepada ibunya Fahmi.
Tak lama kemudian, setelah itu Fahmi masuk ke rumah dengan seragam lengkap dan
tas di bahu, ibunya lagsung menyuruh Fahmi untuk duduk. Fahmi lalu ditanyai mengapa sudah
seminggu ini tidak sekolah. Fahmi tidak mau menjawab. Dia hanya diam saja.
Bu Yuni lalu keluar. Dengan perasaan takut Fahmi lalu menjelaskan. Ia tidak berani
masuk sekolah karena Fahmi diancam Doni dan Hasan akan dipukul.
“Mengapa?” Tanya Bu Yuni kepada Fahmi.
“Waktu Bu Yuni mengadakan ulangan Matematika, seperti biasa Doni dan Hasan selalu
meminjam pekerjaan saya. Akan tetapi, karena waktu itu saya sendiri belum selesai, saya tidak
memperbolehkan meminjamkan pekerjaan saya kepada mereka. Nanti saja setelah selesai, kata
saya. Akan tetapi, bel terlanjur berbunyi. Mereka tidak jadi meminjam pekerjaan saya dan
mereka juga tidak bias mengerjakan apa-apa,” jawab Fahmi.
“Oh, saya tahu sekarang!” seru Bu Yuni.
“Terus, selama ini kamu kemana?” Tanya Bu Yuni kepada Fahmi.
“Saya hanya duduk-duduk di bawah pohon asam di kuburan sana bu,” jawab Fahmi.
“Besok Senin kamu harus masuk sekolah, nanti ibu yang akan mengatasi. Jangan
takut!” kata Bu Yuni.
Keesokan harinya, di ruang guru, Fahmi, Doni dan Hasan dipertemukan. Bu Yuni
memberi nasehat.
“Kami minta maaf bu, kami berjanji tidak akan mengulanginya lagi bu,” ucap Doni dan
Hasan sambal menunjukkan mukanya.
“Baik, sekarang berjabat tanganlah! Mulailah dengan cara belajar yang baru!
Tinggalkan cara belajar yang jelek seperti itu!” kata Bu Yuni.
Mereka kemudian masuk kelas mengikuti pelajaran.

You might also like