Professional Documents
Culture Documents
Laporan Kasus DHF Eka
Laporan Kasus DHF Eka
Oleh:
dr. Eka Sri Indra Putri
Pembimbing:
dr. NUR AISYAH, M.Kes
PROGRAM INTERNSIP
PERIODE NOVEMBER 2017-2018
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKINANG
KABUPATEN KAMPAR
2017
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Demam dengue/ dan demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic Fever/
DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/ atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik.5
2. ETIOLOGI
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat
molekul 4x106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4
yang semua nya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah
serotipe terbanyak.5
3. PATOFISIOLOGI
demam berdarah dengue dengan dengue klasik ialah tingginya permeabilitas dinding
dan diatesis hemoragik. Meningginya nilai hematokrit pada penderita dengan renjatan
Jika seseorang digigit nyamuk Aedes aegypti, maka virus dengue masuk
bersama darah yang dihisapnya. Dalam tubuh nyamuk, virus dengue akan
berkembang biak dengan cara membelah diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh
nyamuk dan sebagian besar virus tersebut berada dalam kelenjar liur nyamuk. Dalam
tempo 1 minggu, jumlahnya dapat mencapai ratusan ribu sehingga siap dipindahkan
ke orang lain.7 Virus merupakan mikrooganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel
hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia
sebagai pejamu (host) terutama dalam mencukupi kebutuhan akan protein. Persaingan
tersebut sangat tergantung pada daya tahan pejamu, bila daya tahan baik maka akan
terjadi penyembuhan dan timbul antibodi, namun bila daya tahan rendah maka
perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat menimbulkan kematian.5,8
Dua teori yang banyak dianut dalam menjelaskan patogenesis infeksi dengue
oleh Suvatte, sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berbeda,
transformasi limfosit dan menghasilkan titer tinggi IgG antidengue. Karena bertempat
natrium dan terdapatnya cairan dalam rongga serosa. Pada penderita renjatan berat,
volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari pada 30% dan berlangsung
selama 24-48 jam. Renjatan yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan
langsung bahwa mereka yang terkena infeksi kedua oleh virus heterolog mempunyai
risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD berat. Antibodi heterolog yang
telah ada akan mengenali virus lain kemudian membentuk kompleks antigen-antibodi
yang berikatan dengan reseptor dari membran leukosit terutama makrofag. Sebagai
tanggapan dari proses ini, akan terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian
2. Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum tulang pada
fase awal infeksi (<5 hari) menunjukkan keadaan hiposeluler dan supresi
koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue stadium III dan IV. Aktivasi
koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi melalui aktivasi jalur ekstrinsik
(tissue factor pathway). Jalur intrinsik juga kberperan melalui aktivasi faktor XIa
Hipotesa Kupulotiasis
Adanya debris yang berisi kalsium karbonat berasal dari fragmen otokonia
yang terlepas dari macula utrikulus yang berdegenerasi, menempel pada permukaan
kupula semisirkularis posterior yang letaknya langsung di bawah makula
urtikulus.Debris ini menyebabkannya lebih berat daripada endolimfe sekitarnya,
dengan demikian menjadi lebih sensitif terhadap perubahan arah gravitasi. Jika pasien
berubah posisi dari duduk ke berbaring dengan kepala tergantung, seperti pada tes
Dix Hallpike, kanalis posterior berubah posisi dari inferior ke superior, kupula
bergerak secara utrikulofugal, dengan demikian timbul nistagmus dan keluhan
vertigo.6,7
Hipotesa Kanalitiasis
Menurut hipotesa ini debris otokonia tidak melekat pada kupula, melainkan
mengambang di dalam endolimfe kanalisis posterior. Pada perubahan posisi kepala
debris tersebut akan bergerak ke posisi paling bawah, endolimfe bergerak menjauhi
ampula dan merangsang nervus ampularis. Bila kepala digerakkan tertentu debris
akan ke luar dari kanalis posterior ke dalam krus komunis, lalu masuk ke dalam
vestibulum, dan vertigo/nistagmus menghilang.5,6,7
4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat
berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau
sindrom syok dengue. Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7
hari, yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah
tidak demam, akan tetapi mempunyai resiko untuk terjadi renjatan jika tidak
mendapat pengobatan yang adekuat.10
Gambaran klinis penderita dengue terdiri atas 3 fase yaitu fase febris, fase kritis dan
fase pemulihan. Pada fase febris, Biasanya demam mendadak tinggi 2 – 7 hari,
disertai muka kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan
sakit kepala. Pada beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok, injeksi farings dan
konjungtiva, anoreksia, mual dan muntah. Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda
perdarahan seperti ptekie, perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat pula terjadi
perdarahan pervaginam dan perdarahan gastrointestinal.
Fase kritis, terjadi pada hari 3 – 7 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu
tubuh disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang
biasanya berlangsung selama 24 – 48 jam. Kebocoran plasma sering didahului oleh
lekopeni progresif disertai penurunan hitung trombosit. Pada fase ini dapat terjadi
syok.
Fase pemulihan, bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan dari
ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada 48 – 72 jam setelahnya.
Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan pulih kembali, hemodinamik stabil
dan diuresis membaik.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium meliputi kadar hemoglobin, kadar hematokrit,
jumlah trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif
disertai gambaran limfosit plasma biru (sejak hari ke-3). Trombositopenia umumnya
dijumpai pada hari ke 3-8 sejak timbulnya demam. Hemokonsentrasi dapat mulai
dijumpai mulai hari ke 3 demam. Pada DBD yang disertai manifestasi perdarahan
atau kecurigaan terjadinya gangguan koagulasi dapat dilakukan pemeriksaan
hemostasis (PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP). Pemeriksaan lain yang
dapat dikerjakan adalah albumin, SGOT/SGPT, ureum/ kreatinin.3
Untuk membuktikan etiologi DBD, dapat dilakukan uji diagnostik melalui
pemeriksaan isolasi virus, pemeriksaan serologi atau biologi molekular. Di antara tiga
jenis uji etiologi, yang dianggap sebagai baku emas adalah metode isolasi virus.
Namun, metode ini membutuhkan tenaga laboratorium yang ahli, waktu yang lama
(lebih dari 1–2 minggu), serta biaya yang relatif mahal. Oleh karena keterbatasan ini,
seringkali yang dipilih adalah metode diagnosis molekuler dengan deteksi materi
genetik virus melalui pemeriksaan reverse transcriptionpolymerase chain reaction
(RT-PCR). Pemeriksaan RT-PCR memberikan hasil yang lebih sensitif dan lebih
cepat bila dibandingkan dengan isolasi virus, tapi pemeriksaan ini juga relatif mahal
serta mudah mengalami kontaminasi yang dapat menyebabkan timbulnya hasil positif
semu.5
Pemeriksaan yang saat ini banyak digunakan adalah pemeriksaan serologi,
yaitu dengan mendeteksi IgM dan IgG-anti dengue. Imunoserologi berupa IgM
terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3 dan menghilang setelah
60-90 hari. Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, sedangkan
pada infeksi sekunder dapat terdeteksi mulai hari ke 2.5
Pemeriksaan radiologis (foto toraks PA tegak dan lateral dekubitus kanan)
dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya efusi pleura, terutama pada hemitoraks
kanan dan pada keadaan perembesan plasma hebat, efusi dapat ditemukan pada kedua
hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan USG.5
6. Diagnosis
Diagnosis demam berdarah dengue ditegakkan berdasarkan kriteria
diagnosis menurut WHO tahun 1997 yang terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.
Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).
Kriteria klinis demam dengue adalah demam akut selama 2-7 hari ditandai dengan
dua atau lebih manifestasi klinis seperti nyeri kepala, nyeri retro-orbital,
mialgia/artralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung
positif), leukopenia dan pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan pasien
demam dengue atau demam berdarah dengue yang sudah dikonfirmasi pada lokasi
dan waktu yang sama.
Kriteria Klinis:9,10
1. Demam akut mendadak 2-7 hari, bersifat bifasik
2. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan :
- Uji tourniket positif
- Petekie, ekimosis, purpura
- Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
- Hematemesis dan melena
Kriteria Laboratoris:
- Trombositopenia (100.000/ mm3 atau kurang)
- Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut:
Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar sesuai dengan umur
dan jenis kelamin.
Penurunan hemtokrit >20% setelah mendapatkan terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.
Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia atau peningkatan
hematokrit, cukup untuk menegakkan diagnosis klinis demam berdarah dengue.
Efusi pleura dan atau hipoalbumin, dapat memperkuat diagnosis terutama pada
pasien anemia dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok, peningkatan hematokrit
dan adanya trombositopenia, mendukung diagnosa demam berdarah dengue.5
WHO (2004) membagi demam berdarah dengue menjadi 4 derajat
berdasarkan tingkat keparahan, yaitu 5
• Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah uji torniquet.
• Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan
lain.
• Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut kulit
dingin dan lembab, tampak gelisah.
• Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
Berikut ini adalah tabel derajat penyakit infeksi virus dengue 6
DD/DBD Derajat Gejala Laboratorium
DD Demam disertai 2 Leukopenia,
atau lebih tanda: serologi dengue
sakit kepala, nyeri positif
retro orbital,
mialgia, artralgia
DBD I Gejala di atas Trombositopenia
ditambah uji (<100.000/ul), bukti
bendung positif ada kebocoran
plasma
DBD II Gejala di atas Trombositopenia
ditambah (<100.000/ul), bukti
perdarahan spontan ada kebocoran
plasma
DBD III Gejala di atas Trombositopenia
ditambah (<100.000/ul), bukti
kegagalan sirkulasi ada kebocoran
(kulit dingin dan plasma
lembab serta
gelisah)
DBD IV Syok berat disertai Trombositopenia
dengan tekanan (<100.000/ul), bukti
darah dan nadtidak ada kebocoran
terukur plasma
DBD derajat III dan IV juga disebut sindrom syok dengue (SSD)
PENATALAKSANAAN
Tidak ada penatalaksanaan spesifik untuk pasien DBD. Terapi untuk DBD
bersifat simptomatik dan kontrol terhadap manifestasi klinis dari syok dan perdarahan
yang terjadi. Pasien yang syok jika tidak ditatalaksana dalam waktu 12- 24 jam akan
mengalami kematian. Manajemen terpenting pada pasien DHF adalah observasi ketat
seperti halnya pasien diare. Cairan IV perlu diberikan terutama jika pasien muntah
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AF
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 43 tahun
Alamat : sei. pinang
Tanggal Masuk : 23 November 2017
ALLOANAMNESIS
Diberikan oleh : Pasien sendiri
Keluhan Utama : Demam sejak 5 hari SMRS
Skala nyeri : 3
Kulit :Teraba hangat, turgor baik, sianosis (-), ikterik (-), pucat (-)
Kepala : Mata isokor, reflek cahaya +/+
Leher : Tidak diperiksa
Thorax :
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, fasikulasi otot
(+)
Palpasi : Vokal fremikus simertis kanan dan kiri
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), rongki (-/-) ,Wheezing(-/-).
Bunyi jantung I dan II normal.Murmur (-), galoop (-).
Abdomen :
Inspeksi : Simetris
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Supel, Nyeri tekan epigastrium (+)
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral teraba hangat, CRT < 2 detik
Anus dan Genitalia : Tidak diperiksa
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Darah
Hemoglobin : 16 gr%
Leukosit : 2.600 x103 / mm3
Hematokrit : 48.9%
Trombosit : 80.000x 103 / mm3
GDS : 125 mg/dl
- Istirahat
- Diet tinggi kalori tinggi protein
- Banyak minum, jenis minuman : air bening, teh manis, sirup, jus buah, susu.
Farmakologi :
- IVFD Ringer laktat 30 gtt/menit.
- Injeksi Ranitidin 50 mg 2x1
- Paracetamol 3 x 500 mg
Prognosis : Ad Bonam
PEMBAHASAN
2009.
Dalam Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi V. Editor : Sudoyo AW
2007.
2013] http://www.depkes.go.id
d r . E k a S r i I n d r a P u t r i
1 1
d r . C i t r a A y u A n g g r e l i
2 2
d r . S h e r t i A m e l i a
3 3
d r . D w i U l f a A n n i s a
4 4
d r . R i m a y a n t i
5 5
d r . E r i z o n
6 6
dr . P a t r i ot F aj ri R a k as i
7 7
Pendamping