You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

A. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat et al, 2011)
Menurut Nanda-I (2012) isolasi sosial merupakan kesepian yang dialami
oleh individu dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan
sebagai pernyataan negatif atau mengancam (Damaiyanti & Iskandar, 2012).
Menarik diri adalah keadaan dimana sesorang menemukan kesulitan dalam
membina hubungan dan menghindari interaksi dengan orang lain secara
langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap (Munith, 2015)

B. Perkembangan Hubungan Sosial


Menurut Ah.Yusuf dan Fitryasari (2015) perkembangan hubungan sosial, yaitu:
1. Bayi (0-18 bulan)
Bayi mengomunikasikan kebutuhan menggunakan cara yang paling
sederhana yaitu, menangis. Respons lingkungan terhadap tangisan bayi
mempunyai pengaruh yang sangat penting untuk kehidupan bayi di masa
datang. Menurut Ericson, respons lingkungan yang sesuai akan
mengembangkan rasa percaya diri bayi akan perilakunya dan rasa percaya
bayi pada orang lain. Kegagalan pemenuhan kebutuhan pada masa ini akan
mengakibatkan rasa tidak percaya pada diri sendiri dan orang lain serta
perilaku menarik diri.
2. Prasekolah (18 bulan-5 tahun)
Anak prasekolah mulai membina hubungan dengan lingkungan di luar
keluarganya. Anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga
dalam hal pemberian pengakuan yang positif terhadap perilaku anak yang
adaptif sehingga anak dapat mengembangkan kemampuan berhubungan
yang dimilikinya. Hal tersebut merupakan dasar rasa otonomi anak yang
nantinya akan berkembang menjadi kemampuan hubungan interdependen.
Kegagalan anak dalam berhubungan dengan lingkungan dan disertai
respons keluarga yang negatif akan mengakibatkan anak menjadi tidak
mampu mengontrol diri, tidak mandiri, ragu, menarik diri, kurang percaya
diri, pesimis, dan takut perilakunya salah.
3. Anak sekolah (6-12 tahun)
Anak sekolah mulai meningkatkan hubungannya pada lingkungan sekolah.
Di usia ini anak akan mengenal kerja sama, kompetisi, dan kompromi.
Pergaulan dengan orang dewasa di luar keluarga mempunyai arti penting
karena dapat menjadi sumber pendukung bagi anak. Hal itu dibutuhkan
karena konflik sering kali terjadi akibat adanya pembatasan dan dukungan
luar yang tidak adekuat, serta inkonsistensi dari orang tua akan
menimbulkan rasa frustasi terhadap kemampuannya, merasa tidak mampu,
putus asa, dan menarik diri dari lingkungannya.
4. Remaja (12-20 tahun)
Usia remaja anak mulai mengembangkan hubungan intim dengan teman
sejenis atau lawan jenis dan teman seusia, sehingga anak remaja biasanya
mempunyai teman karib. Hubungan dengan teman akan sangat dependen
sedangkan dengan orang tua mulai independen. Kegagalan membina
hubungan dengan teman sebaya dan kurangnya dukungan orang tua akan
mengakibatkan keraguan identitas, ketidakmampuan mengidentifikasi
karier di masa mendatang, serta tumbuhnya rasa kurang percaya diri.
5. Dewasa muda (18-25 tahun)
Individu pada usia ini akan mempertahankan hubungan interdependen
dengan orang tua dan teman sebaya. Individu akan belajar mengambil
keputusan dengan tetap memperhatikan saran dan pendapat orang lain
(pekerjaan, karier, pasangan hidup). Selain itu, individu mampu
mengekspresikan perasaannya, menerima perasaan orang lain, dan
meningkatkan kepekaan terhadap kebutuhan orang lain. Oleh karenanya,
akan berkembang suatu hubungan mutualisme. Kegagalan individu pada
fase ini akan mengakibatkan suatu sikap menghindari hubungan intim dan
menjauhi orang lain.
6. Dewasa tengah (25-65 tahun)
Pada umumnya pada usia ini individu telah berpisah tempat tinggal dengan
orang tua. Individu akan mengembangkan kemampuan hubungan
interdependen yang dimilikinya. Bila berhasil akan diperoleh hubungan dan
dukungan yang baru. Kegagalan pada tahap ini akan mengakibatkan
individu hanya memperhatikan diri sendiri, produktivitas dan kreativitas
berkurang, serta perhatian pada orang lain berkurang.
7. Dewasa lanjut (lebih dari 65 tahun)
Di masa ini, individu akan mengalami banyak kehilangan, misalnya fungsi
fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup, dan anggota keluarga, sehingga
akan timbul perasaan tidak berguna. Selain itu, kemandirian akan menurun
individu menjadi sangat bergantung pada orang lain. Individu yang
berkembang baik akan dapat menerima kehilangan yang terjadi dalam
kehidupannya dan mengakui bahwa dukungan orang lain dapat membantu
dalam menghadapi kehilangan yang dialaminya. Kegagalan individu pada
masa ini akn mengakibatkan individu berperilaku menolak dukungan yang
ada dan akan berkembang menjadi perilaku menarik diri.

C. Etiologi Isolasi Sosial


Menurut Capernito (1998) penyebab dari menarik diri adalah harga diri
rendah yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan, yang ditandai dengan adanya perasaan malu
terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan
sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang, dan juga dapat mencederai
diri (Munith, 2015).
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Faktor yang
mungkin mempengaruhi antara lain:
1. Faktor presdisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :
a. Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya
stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh
pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat
terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat
mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun
lingkungan dikemudian hari (Damaiyanti & Iskandar, 2012).
b. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya
ada yang menderita skizofrenia. Kelainan pada struktur otak seperti
atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia
(Munith, 2015).
c. Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya
anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari orang lain
(lingkungan sosialnya) (Munith, 2015).
2. Faktor prespitasi
Stressor prespitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal, meliputi :
a. Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat meyebabkan terjadinya gangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain dan penurunan stabilitas keluarga
seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan
pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat di
rumah sakit atau di penjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial
(Damaiyanti & Iskandar, 2012).

b. Stressor biokimia
1) Teori dopamine: kelebihan dopamine pada mesokortikol dan
mesolimbik serta traktus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
2) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamine dalam otak. Karena salah satu kegiatan
MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamine, maka
menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
3) Faktor endokrin: jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada
klien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan
karena dihambat.
(Damaiyanti & Iskandar, 2012)
c. Stressor pikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas
kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai
masalah gangguan berhubungan (menarik diri) (Munith, 2015)

D. Tanda dan Gejala Isolasi Sosial


Menurut Yosep et al (2014), tanda dan gejala isolasi sosial adalah sebagai
berikut:
1. Gejala subjektif :
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
c. Respons verbal kurang dan sangat singkat.
d. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
g. Klien merasa tidak berguna.
h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
i. Klien merasa ditolak.
2. Gejala objektif :
a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara.
b. Tidak mengikuti kegiatan.
c. Banyak berdiam diri di kamar.
d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat.
e. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
f. Kontak mata kurang.
g. Kurang spontan.
h. Apatis (acuh terhadap lingkungan).
i. Ekspresi wajah kurang berseri.
j. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
k. Mengisolasi diri.
l. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
m. Masukan makanan dan minuman terganggu.
n. Retensi urin dan feses.
o. Aktivitas menurun.
p. Kurang energy (tenaga).
q. Rendah diri.
r. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/ janin (khusus pada posisi
tidur).
E. Rentang Respon Isolasi Sosial
Menurut Stuart Sundeen rentang respon klien ditinjau dari interaksinya
dengan lingkungan sosial merupakan suatu kontinum yang terbentang antara
respons adaptif dan maladaptif sebagai berikut:

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Menarik diri


Otonomi Depedensi Ketergantungan
Bekerja sama Curiga Manipulasi
1.Interdependen
Respons adaptif Curiga
Respons yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan secara
umum serta masih dalam batas normal dalam menyelesaikan masalah.
a. Menyendiri: respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan
apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya.
b. Otonomi: kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
c. Bekerja sama: kemampuan individu yang saling membutuhkan orang
lain.
d. Interdependen: saling ketergantungan antara individu dengan orang
lain dalam membina hubungan interpersonal.
2. Respons maladaptive
Respons yang diberikan individu yang menyimpang dari norma sosial.
Yang termasuk respon maladaptif adalah:
a. Menarik diri: seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
b. Ketergantungan: sesorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
c. Manipulasi: seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek
individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam.
d. Curiga: seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang
lain.

F. Pohon Masalah

Risiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah


G. Asuhan Keperawatan Isolasi sosial
1. Pengkajian
Menurut Kusumawati dan Hartono (2012), pengkajian asuhan keperawatan
isolasi sosial adalah sebagai berikut:
a. Identitas
Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertamakali pada masa pubertas.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit biasanya
akibat adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi.
c. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi yakni
keturunan, endokrin, metabolisme, susunan saraf pusat, dan kelemahan ego.
d. Psikososial
1) Genogram
Orang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya 7-16%
skizofrenia, bila keduanya menderita 40-68%, saudara tiri kemugkinan 0,9-
1,8%, saudara kembar 2-15%, dan saudara kandung 7-15%.
2) Konsep diri
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan
memengaruhi konsep diri pasien.
3) Hubungan sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun,
dan berdiam diri.
4) Spiritual
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.
e. Status mental
1) Penampilan diri.
Pasien tambak lesu, tak bergairah, rambut acak-acakkan, kancing baju tidak
tepat, resleting tak terkunci, baju tak diganti, baju terbalik sebagai
manifestasi kemunduran kemauan pasien.
2) Pembicaraan.
Nada suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis.
3) Aktivitas kelompok.
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan mempertahankan
pada satu posisi yang dibuatnya sendiri (katalepsia).
4) Emosi.
Emosi dangkal.
5) Afek.
Dangkal, tidak ada ekspresi roman muka.
6) Interaksi selama wawancara.
Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menetap lawan
bicara, diam.
7) Persepsi.
Tidak terdapat halusinasi atau waham.
8) Proses berpikir.
Gangguan proses berpikir jarang ditemukan.
9) Kesadaran.
Kesadaran berubah, kemampuan mengadakan hubungan serta pembatasan
dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak
sesuai dengan kenyataan (secara kualitatif).
10) Memori.
Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu, dan orang.
11) Kemampuan penilaian.
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu
keadaan, selalu memberikan alasan meskipun alasan tidak jelas atau tidak
tepat.
12) Tilik diri.
Tak ada yang khas.
13) Kebutuhan sehari-hari.
Pada permulaan, penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya,
makin mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri sangat menurun dalam hal makan,
BAB/BAK, mandi, berpakaian, dan istirahat tidur.

2. Diagnosa
Selanjutnya, setelah pengkajian dilakukan dan didokumentasikan, masalah
keperawatan dirumuskan dan diagnosis keperawatan ditegakkan. Berdasarkan
pengkajian tersebut, masalah keperawatan yang dirumuskan adalah isolasi
sosial (Keliat dan Akemat, 2010)
3. Intervensi dan Implementasi
Diagnosa Perencanaan
Intervensi
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
Isolasi Sosial TUM : Klien
mampu
berinteraksi
dengan orang
lain

TUK 1 : Setelah 2 X interaksi 1. Bina hubungan saling


Klien dapat klien menunjukan percaya dengan :
membina tanda-tanda percaya a. beri salam setiap
hubungan kepada atau terhadap berinteraksi
saling perawat : b. Perkenalkan nama,
percaya a. Wajah cerah, nama panggilan
tersenyum perawat, dan tujuan
b. Mau berkenalan perawat berkrnalan
c. Ada kontak mata c. Tanyakan dan
d. Bersedia panggil nama
menceritakan kesukaan klien
perasaannya d. Tunjukan sikap jujur
e. Bersedia dan menepati janji
mengungkapkan setiap kali
masalahnya berinteraksi
e. Tanyakan perasaan
dan masalah yang
dihadapi klien
f. Buat kontrak
interaksi yang jelas
g. Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan
klien
TUK 2 : Setelah 2 kali interaksi 1. Tanyakan pada klien
Klien mampu klien dapat tentang :
menyebutkan menyebutkan minimal a. Orang yang tinggal
penyebab satu penyebab menarik serumah atau dengan
tanda dan diri : sekamar klien
gejala isolasi a. Diri Sendiri b. Orang yang paling
sosial b. Orang lain dekat ddengan klien
c. Lingkungan dirumah atau
diruangan perawatan
c. Apa yang membuat
klien dekat dengan
orang tersebut
d. Orang yang tidak
dekat dengan klien
dirumah atau
diruangan perawat
e. Apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang
tersebut
f. Upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang
tersebut
2. Diskusikan dengan klien
penyebab menarik diri /
tidak mau bergaul
dengan orang lain
3. Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaanya
TUK 3 : Setelah 2 X interaksi 1. Tanyakan pada klien
Klien mampu dengan klien dapat tentang :
menyebutkan menyebutkan a. Manfaat hubungan
keuntungan keuntungan sosiial
berhubungan berhubungan sosial, b. Kerugian menarik
sosial dan misalnya : diri
kerugian a. Banyak teman 2. Diskusikan bersama
menarik diri b. Tidak kesepian klien tentang manfaat
c. Saling menolong berhubungan sosial dan
Dan kerugian menarik kerugian menarik diri
diri misalnya : 3. Beri pujian terhadap
a. Sendiri kemampuan klien
b. Kesepian mengungkapkan
c. Tidak bisa diskusi perasaannya
TUK 4 : Setelah 2 X interaksi 1. Observasi perilaku klien
Klien dapat klien dapat tentang berhubungan
melaksanakan melaksanakan sosial
hubungan hubungan soosial 2. Beri motivasi dan bantuu
sosial secara secara bertahaap klien untuk berkenalan /
bertahap dengan : berkomunikasi dengan
a. Perawat perawat lain, klien lain,
b. Perawat lain kelompok
c. Kelompok 3. Libatkan klien dalam
terapi aktivitas
kelompok sosialisasi
4. Diskusikan jadwal
harian yang dilakukan
untuk meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
5. Beri motivasi klien
untuk melakukan
kegiatan sesuai jadwal
yang telah dibuat
6. Beri pujian terhadap
kemampuan klien
memperluas pergaulanya
melalui aktifitas yang
dilaksanakan
TUK 5 : Setelah 2X interaksi 1. Diskusikan dengan klien
Klien mampu klien dapat tentang perasaanya
menjelaskan menyebutkan setelah berhbungan
perasaanya perasaanya setelah sosial dengan :
setelh berhubungan sosial a. Orang lain
berhubungan dengan : b. Kelompok
sosial a. Orang lain 2. Beri pujian terhadap
b. Kelompok kemampuan klien
mengungkapkan
perasaaanya
TUK : 6 1. Setelah 2X kali 1. Diskusikan pentingya
Klien pertemuan, keluarga peran serta keluarganay
mendapat dapat menjelaskan : sebagai pendukung
dukungan a. pengertian untuk mengatasi
keluarga menarik diri perilaku menarik diri
dalam b. tanda dan gejala 2. Diskusikan potensi
memperluas menarik diri keluarga untuk
hubyngan c. penyebab dan membantu klien
sosial akibat menarik mengatasi perilaku
diri menarik diri
d. cara merawat 3. Jelaskan pada keluarga
klien menarik tentang :
diri a. pengertian menarik
2. Setelah 2X diri
pertemuan, keluarga b. tanda dan gejala
dapat menarik diri
mempraktekkan cara c. penyebab dan akibat
merawat klien menarik diri
menarik diri d. cara merawat klien
menarik diri
4. Latih keluarga cara
merawat klien menarik
diri
5. Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan
6. Beri motivasi keluarga
agar membantu klien
bersosialisasi
7. Beri pujian pada
keluarga atas
keterlibatannya merawat
klien dirumah sakit

4. Evaluasi
a. Evaluasi kemampuan pasien.
1) Pasien menunjukkan rasa percayanya kepada saudara sebagai perawat
dengan ditandai dengan pasien mau bekerja sama secara aktif dalam
melaksanakan program yang saudara usulkan kepada pasien.
2) Pasien mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan tidak mau begaul
dengan orang lain, kerugian tidak mau bergaul, dan keuntungan bergaul
dengan orang lain.
3) Pasien menunjukkan kemajuan dalam berinteraksi dengan orang lain
secara bertahap.
b. Evaluasi kemampuan keluarga.
Keluarga ikut bekerja sama merawat pasien sesuai anjuran yang diberikan.
(Yusuf et al, 2015)
DAFTAR PUSTAKA

You might also like