You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam berbagai Negara selalu mempunyai ciri khas tersendiri dari Negara lain. Salah satu contoh dari
ciri khas tersebut adalah budaya bangsa. Budaya bangsa adalah budaya yang dimiliki oleh suatu bangsa.
Tak jarang suatu Negara mempunyai banyak kebudayaan. Hal ini dikerenakan dalam satu Negara ada
beberapa suku atau kelompok dimana masing-masing kelompok mempunyai budaya sendiri-sendiri.

Seiring dengan berkembangnya waktu, manusia ingin mengetahui berbagai peradaban yang ada di
segala Negara. Meraka ingin membandingkan dengan kebudayaanya. Dengan mempelajari kebudayaan
Negara lain, sebuah Negara dapat mengembangkan negaranya sendiri, yakni dengan mencontoh
kebudayaan yang bersifat positive yang telah ada di negara maju.

Banyak orang yang meremehkan antropologi, dikarenakan mereka bulum menyadari betapa pentingnya
ilmu antropologi bagi kehidupan manusia. Meraka menganggap bahwa antropologi tidak memiliki
kegunaan dan manfaat bagi mereka dan banyak ilmu yang lebih bermanfaat seperti kedokteran, bahasa,
matematika, dan teknologi.

Anggapapan tersebut sangat salah, karena sekarang ini banyak peperangan antar Negara, seperti contoh
Israel dengan Palestina, dan banyak Negara tetangga lainnya yang karap kali berselisih dikarenakan hal
sepele, seperti contoh Indonesia dengan Malaysia, Korea Utara dengan Korea Selatan dan lain-lain.

Dengan mempelajari antropologi diharapkan dapat menghasilkan manusia yang kritis dan menghargai
keanekaragaman dinamika kehidupan social budaya dalam konteks local, nasional, dan global. Selain itu
agar siswa ataupun mahasiswa mampu menganalisis realitas keanekaragaman dan dinamika kehidupan
social budaya. Sehingga dengan mempelajari antropologi dapat mengurangi permusuhan antar
kelompok, baik itu kelompok suku, ras, agama, ataupun antar Ngara. Dengan begitu, dunia akan menjadi
tenang, damai tanpa permusuhan dan konflik seperti apa yang diinginkan oleh PBB.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian, ruang lingkup dan tujuan antropologi?

2. Bagaimana sejarah perkembangan antropologi?

3. Apa cabang-cabang antropologi?

4. Bagaimana konsep antropologi dan konsep kebudayaan?

5. Bagaimana keterkaitan atau hubungan antara antropologi dengan ilmu-ilmu sosial?


C. Tujuan Pembahasan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian, ruang lingkup dan tujuan antropologi.

2. Untuk mendeskripsikan sejarah perkembangan antropologi.

3. Untuk mejelaskan cabang-cabang antropologi.

4. Untuk memaparkan konsep antropologi dan konsep kebudayaan.

5. Untuk menjelaskan keterkaitan atau hubungan antara antropologi dengan ilmu-ilmu sosial.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian, ruang Lingkup, dan Tujuan Antropologi

Antropologi menurut kamus besar bahasa Indonesia artinya ilmu tentang manusia khususnya asal-usul,
aneka warna bentuk fisik, adat istiadat, dan kepercayaan pada masa lampau.[1]

Istilah Antropologi berasal dari bahasa Yunani, anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan
logos berarti pikiran atau ilmu. Secara sederhana, pengertian Antropologi adalah ilmu yang mempelajari
manusia. Menurut William A Haviland, ahli Antropologi asal Amerika Serikat, Pengertian Antropologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari keanekaragaman manusia dan kebudayaannya.[2]
Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia sebagai makhluk masyarakat.
Perhatian ilmu pengetahuan ini ditujukan kepada sifat-sifat khusus badani, dan cara-cara produksi,
tradisi-tradisi dan nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup yang satu berbeda dengan pergaulan hidup
lainnya. Jika dilihat dari segi antropologi, manusia dapat ditinjau dari dua segi; yaitu manusia sebagai
makhluk biologi dan manusia sebagai makhluk sosio-budaya. Dalam tinjauan itu Antropologi tidak
melihat manusia biologi dan manusia sosio budaya secara terpisah-pisah melainkan satu kesatuan
fenomena bio-sosial.[3]

Dari beberapa pengertian yang diungkapkan oleh para ahli diatas saya menyimpulkan bahwa
antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, baik dari segi peradabannya ataupun
kebudayaannya dari zaman ke zaman.

Para ahli antropologi mempelajari tentang budaya manusia. Mereka tertarik dengan kebudayaan
prasejarah (kebudayaan yang diciptakan sebelum lahirnya zaman sejarah) juga kebudayaan pada zaman
modern saat ini. Mereka mengkaji kebudayaan pada semua tingkat perkembangan teknologi, dari
zaman berburu dan zaman pengumpulan makanan (food gathering) sampai zaman bercocok tanam dan
zaman industri. [4]

Para ahli antropologi dapat dibedakan kedalam beberapa spesialisasi. Pertama, ahli antropologi sosial
(antropologi budaya) mempelajari tentang kelompok-kelompok manusia yang ada saat ini menggunakan
cara hidup (misalnya budaya) tertentu. Mereka dapat mengkaji budaya manusia tetentu dengan cara
mempelajari bagaimana bagian-bagian budaya itu bisa cocok dalam membentuk keseluruhan manusia
yang bermakna, atau mereka dapat memilih dan memberi sejumlah kebudayaan berdasarkan pola-pola
perilaku untuk mendapatkan “perspektif antar budaya” tentang kondisi manusia.

Kedua ahli etnografi adalah seorang ahli antropologi yang punya spesialisai dalam mengumpulkan
informasi tentang segala aspek budaya yang ada melalui kerja lapangan. Ketiga ahli anteopologi bahasa
mempelajari bahasa-bahasa yang digunakan manusia dengan fokus kajian pada penggunaan bahasa
dalam konteks sosial. Keempat ahli antropologi fisik (biologi) menggunakan teknik-teknik ilmu
pengetahuan alam dalam studi makhlik hidup maupun yang sudah berupa fosil dan primat binatang
seperti monyet atau kera. Kelima ahli arkeologi menggunakan teknik-teknik penggalian dan analisis
ilmiah sisa-sisa fisik makhluk hidup untuk merekonstruksi cara hidup manusia yang telah musnah.

Keenam ahli primatologi meliputi ahli antropologi yang mempelajari perilaku kelompok primat bukan
makhluk manusia seperti baboon, simpanse, dan gorilla. Tegasnya tiga spesialis terakrir lebih
menyerupai ilmu-ilmu sosial dalam focus kajiaanya.[5]

Sementara itu, menurut Prof. Harsojo ruang lingkup Antropologi meliputi antropologi fisik, Antropologi
budaya yang terbagi menjadi 4 sub-disiplin, yaitu Archeologi prasejarah, antropologi linguistic, etnologi,
serta kebudayaan dan kepribadian.

Antropologi fisik menyelidiki manusia sebagai makhluk biologi. Ia mempelajari manusia dari segi
jasmaniahnya dalam arti yang seluas-luasnya. Hal yang diselidiki adalah asal-usul manusia,
perkembangan evolusi organik, struktur tubuh dan kelompok-kelompok manusia yang kia sebut sebagai
ras. dilihat dari sudut lapangan peyelidikannya, antropologi fisik terpecah dalam cabang-cabang ilmu
yang lebih kecil seperti:

1. Paleontologi primat: yaitu ilmu yang mempelajari deskripsi dari varietas manusia yang telah tidak
ada lagi hidup di dunia dewasa ini tentang makhluk-makhluk lain yang masih erat hubungannya dengan
manusia.

2. Evolusi manusia, yaitu ilmu yang mempelajari proses perkembangan dari type-type manusia dimulai
dari makhluk-makhluk bukan manusia.

3. Antropometri, yaitu studi tentang teknik pengukuran tubuh manusia.

4. Somatologi, yaitu studi tentang varietas manusia yang masih hidup dan tentang perbedaan seks dan
variasi perseorangan.

5. Antropologi rasial: yaitu ilmu yang mempelajari tentang penggolongan manusia dalam kelompok-
kelompok ras, sejarah ras manusia dan hal-hal tentang percampuran ras.

6. studi perbandingan tentang pertumbuhan organic dan antropologi konstitusionil, yang mempelajari
presdisposisi dan type-type tubuh manusia terhadap penyakit-penyakit tertentu dan tingkah laku khusus
seperti tingkah laku kriminal.[6]

Antropologi budaya adalah cabang besar dari antropologi umum yang menyelidiki kebudayaan pada
umumnya dan kebudayaan-kebudayaan dari berbagai bangsa di seluruh dunia. Antropologi budaya
memfokuskan perhatiannya kepada kebudayaan manusiadan cara hidupnya dalam masyarakat.[7] Ilmu
ini menyelidiki bagaimana manusia itu mampu berkebudayaan dan mengembangkan kebudayaannya
sepanjang zaman. antropologi kebudayaan terpecah menjadi 4 subdisplin ilmu yaitu:

1. Archeologi Prasejarah

Archeologi prasejarah adalah ilmu yang mempelajari perkembangan kebudayaan manusia di masa
lampau ketika belum terdapat bahan-bahan tertulis.

2. Antropologi Linguistik

3. Etnologi

Ilmu antropologi yang mempelajari tentang kebudayaan manusia dengan mengadakan pendekatan
perbandingan dari kebudayan-kebudayaan individual yang terdapat dimuka bumi ini.

4. Kebudayaan dan Kepribadian

Sebagai ilmu yang membahas tentang manusia, antropologi mempunyai 3 tujuan utama,
yaitu;
1. Mendeskripsikan selengkap mungkin tata cara kehidupan kelompok manusia dari berbagai sudut
belahan bumi pada setiap periode dan karakter fisik manusia yang hidup pada kelompok itu.

2. Memahami manusia sebagai kelompok tertentu secara keseluruhan.

3. Untuk menemukan prinsip-prinsip umum tentang gaya hidup manusia serta bagaimana gaya hidup itu
terbentuk.[8]

B. Sejarah Perkembangan Antropologi

Didalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi Koetjradiningrat membagi sejarah perkembangan


antropologi menjadi beberapa fase. Fase yang pertama (sebelum 1800). Suku-suku bangsa penduduk
pribumi Afrika, Asia dan Amerika mulai didatangi oleh orang Eropa Barat sejak akhir abad ke 15 dan
permulaan abad ke-16, dan lambat laun dalam suatu proses yang berlangsung kira-kira 4 abad lamanya,
berbagai daerah di muka bumi mulai terkena pengaruh negara-negara Eropa Barat. Bersama dengan
perkembangan itu mulai terkumpul suatu himpunan besar dari buku-buku kisah perjalanan, laporan,
dan sebagainya, buah tangan para musafir, pelaut, pendeta, penyiar agama Nasrani, penerjemah kitab
Injil, dan pegawai pemerintah jajahan.[9]

Dalam buku itu termuat suatu himpunan besar dari bahan pengetahuan berupa deskripsi tentang adat-
istiadat susunan masyarakat, bahasa dan cirri-ciri fisik dari beraneka warna suku bangsa Afrika, asia,
Oseania, dan suku-suku bangsa Indian, penduduk pribumi amerika. Bahan pengetahuan tadi disebut
etnografi, atau diskripsi tentang bangsa-bangsa (dari kata Ethnos yang berarti bangsa).

Fase kedua (kira-kira pertengahan abad ke 19). waktu itu timbul karangan-karangan yang menyusun
bahan Etnografi tersebut berdasarkan cara berfikir evolusi masyarakat. Di masa ini kemudian timbul
beberapa karangan yang hendak menelii sejarah penyebaran kebudayaan-kebudayaan bangsa-bangsa di
muka bumi

Fase ketiga (Permulaan Abad ke-20). Pada permulaan abad ke20, sebagia besar dari negara-negara
penjajah di Eropa masing-masing berhasil untuk mencapai kemantapan kekuasaannya di daerah-daerah
jajahan di luar Eropa. sehingga Ilmu antropologi pada saat ini menjadi sangat penting. Ilmu ini
berkembang terutama di negara Inggris.

Fase keempat (sesudah kira-kira 1930). Dalam fase ini ilmu antropologi mengalami masa
perkembangannya yang paling luas baik mengenai pertambahan bahan pengetahuan yang jauh lebih
teliti, maupun mengenai ketajaman dan metode-metode ilmiahnya.

Antropologi masa kini, mengalami perbedaan-perbadaan di berbagai Pusat Ilmiah. seperti contoh di
Amerik Serikat ilmu antropologi telah memakai dan mengintegrasikan seluruh warisan bahan dan
metode dari ilmu antropologi dalam fasenya dan telah mengalami spesialissi yang telah dikembangkan
untuk mencapai pengertian dasar-dasar dari anekawarna bentuk masyarakat dan kebudayaan manusia
tampak pada masa sekarang ini. Hal ini berbeda dengan di daerah Eropa utara seperti Skandanavia yang
mempelajari suku-suku Eskimo.[10]

Yang telah tua umurnya yaitu Etnografi, yang telah lama dikerjakan oleh orang-orang dari berbagai
bangsa. Didunia barat kita temukan tulisan Herodotus, seorang bangsa Yunani yang biasanya juga
disebut bapak dari ilmu sejarah dan etnografi. Tulisannya dmengeni bangsa Mesir misalnya dapat kita
anggap sebagai tulisan dalam bidang Etnografi yang terkuno.[11]

Sebenarnya tulisan etnografi tidak hanya di Yunani dan Romawi saja. Kita ketahui pada zaman itu
baangsa Tionghoa dan bangsa India telah mengenal tulisan. Mereka tentu menulis tentang bangsa asing
pula atau menulis tentang keadaan ditempat mereka sendiri.

Kemudian kita dapati pula tulisan-tulisan dari seorang Arab, yang bernama Ibnu Batutah, yang banyak
berjalan di daerah Asia Tengah. Ibnu Batutah mengetahui sendiri daerah-daerah tersebut. Ia dilahirkan
di Tangger pada tahun 1304 dan meninggal pada tahun 1377.Dorongan merantau itu pada permulaanya
disebabkan oleh faktor ekonomi, akan tetapi kemudiaan disertai perasaan ingin mengembara.[12]

Seorang pencatat adat kebiasaan bangsa Asing yang sering kita dengar, adalah Marco Polo. (Pulo) Nama
itu terkenal karena sebuah kitab yang disusunnya yang berjudul: “Kitab tentang Kerajaan dan Keajaiban
dunia Timur”. Dua puluh tahun lamanya keluarga Polo yang terdiri dari Ayah, paman, dan anak-anak
mengembara ke Asia. Untuk beberapa waktu lamanya mereka tinggal di Istana Khu Bilai Khan. Disini
mereka melihat hal-hal yang aneh, misalnya uang yang terbuat dari kertas yang dicap dan
ditandatangani, yang mempunyai bermacam-macam nilai.

Marco Polo juga pernah singgah di Indonesia. Hal itu kita ketahui dari tulisan tentang perjalanan dari
satu pelabuhan yag terletak di Pantai laut tiongkok Selatan. Kapal yang ditumpanginya mula-mula
singgah di di sebelah Pelabuhan yang disebut Ferlec dalam bahasa Aceh, Pereula atau Perlak dalam
bahasa Melayu. Marco Polo menceritakan tentang kota ini, dan mengatakan bahwa banyaklah
pedagang-pedagang dari India yang datang kesana dan penduduk tersebut banyak memeluk agama
Islam, terutama di Kota, sedang penduduk yang ada di Pedalaman masih mengerjakan hal-hal yang
haram.

Saat kita mempelajari mata pelajaran antropologi kita tidak akan terlepas dengan tokoh terkenal yakni
Marco Polo. Yakni seorang penjelajah dari Italia, yang namanya terkenal karena sudah menjelajah ke
beberapa Negara di dunia. Ia terkenal karena kisah-kisahnya sangat menarik dan aneh bagi bangsa
Eropa. Pada masa itu, bangsa Barat tidak mengenal dunia Timur. Sebagian cendekiawan berpendapat
bahwa Marco Polo memang pergi ke Tiongkok, tetapi tidak mengunjungi semua tempat yang
digambarkan dalam bukunya (misalnya Xanadu).[13]

Nasib yang kemudian dialami Marco Polo adalah bahwa dia kemudian ditangkap dan dimasukkan
kedalam penjara di Genoa. Di tempat inilah kemudian dia menuliskan pengalaman-pengalamannya itu
yang merupakan bahan Etnografi yang baik. Marco Polo ditahan dan dimasukkan dalam penjara sewaktu
ada peperangan antara Venesia dan Genoa.
Tokoh muslim yang tidak kalah penting dan mengalahkan Marco Polo yakni Ibnu Batutah yang telah
menjelajah tiga kali lebih jauh disbanding Marco Polo. Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin
Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim al-Lawati atau Shams ad - Din atau lebih dikenal orang dengan
nama Ibnu Battuta lahir pada 24 Februari 1304 M (723 H) di Tangier Maroko. Ibnu Battuta dikenal
karena petualangannya mengelilingi dunia. Hampir 120.000 kilometer telah ditempuhnya selama
rentang waktu 1325-1354 M atau tiga kali lebih panjang dari jarak yang telah ditempuh oleh . Seluruh
catatan perjalanan dan pengalaman Ibnu Battuta selama pengembaraan ditulis ulang oleh Ibnu Jauzi
seorang penyair dan penulis buku kesultanan Maroko.

Ibnu Jauzi menuliskannya berdasarkan paparan lisan yang didiktekan langsung oleh Ibnu Battuta.
Penulisan buku ini diprakarsai oleh Sultan Maroko saat itu, Abu Inan. Buku ini disusun selama dua tahun
dan diberi judul "Tuhfat al-Nuzzar fi Ghara’ib al-Amsar wa-’Aja’ib al-Asfar" atau lebih dikenal dengan
"Rihla Ibnu Battuta".

Pada usia sekitar dua puluh tahun, Tujuan awal perjalanan Ibnu Battuta adalah menunaikan ibadah haji
pada tahun 1325 M, tetapi tujuan awalnya itu telah membawanya menuju penjelajahan 30 tahun yang
gemilang. Perjalanan awal Ibnu Battuta di mulai dari Tangier menuju Mekkah. Untuk Menghindari
berbagai resiko buruk seperti diserang perampok, selama perjalanan Ibnu Battuta bergabung dengan
kafilah yang akan menuju Mesir. Bersama Kafilah itu, Ibnu Battuta dengan menyusuri hutan, bukit dan
pegunungan bergerak menuju Tlemcen, Bejaia lalu kemudian tiba di Tunisia dan tinggal disana.

Dari Tunisia, Ibnu Battuta dan rombongan kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Libya. Sejak
meninggalkan Tangier hingga Libya Ibnu Battuta telah menempuh perjalanan darat sejauh hampir 3.500
km melintasi Afrika Utara. Delapan bulan sebelum musim ibadah haji dimulai Ibnu Battuta memutuskan
untuk mengunjungi Kairo. Pada tahun 1326 M, Ibnu Battuta dan rombongannya tiba di Pelabuhan
Alexandria di ujung barat delta sungai Nil. Ibnu Battuta sangat terkesan melihat pelabuhan Alexandria
dan menurutnya Alexandria adalah satu dari lima tempat paling menakjubkan yang pernah dia kunjungi.
Saat itu Alexandria merupakan pelabuhan yang sangat sibuk dengan berbagai aktifitas.

Setelah beberapa pekan di Alexandria lalu Ibnu Battuta singgah di Kairo beberapa saat dan langsung
melanjutkan perjalanannya ke Damaskus dengan pengawasan ketat dari Kerajaan Mamluk. Di Damaskus
Ibnu Battuta menghabiskan bulan Ramadhan dan menggunakan waktunya untuk belajar, bertemu
dengan beberapa guru, orang-orang terpelajar dan para hakim setempat. Selama 24 hari di Damaskus,
kemudian Ibnu Battuta melanjutkan perjalanannya ke Mekkah melalui Jalur Suriah. Sepanjang jalur itu
Ibnu Battuta banyak mengunjungi tempat-tempat suci. Al-Khalil (Hebron), Al-Quds (Jerusalem),
Bethlehem adalah beberapa tempat yang dikunjunginya. Selama seminggu di Jerusalem, Ibnu Battuta
mengunjungi Masjid Al-Aqsa dan Kubah Batu.

Menjelang musim haji dimulai dan setelah bulan ramadhan selesai, Ibnu Battuta meninggalkan
Damaskus dan bergabung kembali dengan rombongan haji lainnya untuk melanjutkan perjalanannya ke
Madinah. Di bawah pengawasan Kerajaan Mamluk yang menjamin keamanan para jemaah haji, maka
Ibnu Battuta dan rombongannya dapat tiba di Madinah dengan selamat. Setibanya di Madinah Ibnu
Battuta tinggal selama empat hari lalu bergegas menuju Mekkah untuk melaksanakan ibadah hajinya.
Setelah menyempurnakan ritual hajinya, Ibnu Battuta tidak pulang ke Tangier tetapi dia memutuskan
untuk melanjutkan pengembaraannya ke Irak dan Iran.[14]

Penyelidikan Ilmiah mengenai Antropologi lebih pesat setelah diketemukan atau setelah diketahui
adanya hubungan antara bahasa-bahasa Sanksekerta, bahasa Latin, Yunani, Germania, sehingga bahan
perbandingan makin banyak. Timbullah penyelidikan yang bersifat historis komparatif dalam
kebudayaan.

Dan kemudian didirikan Museum-museum untuk memajukan penyelidikan dan juga timbul lembaga-
lembaga Etnologi. Pada tahun 1841 didirikan museum Etnografi oleh G.J Thomson di Kopenhagen; pada
tahun 1850 diHamburg; pada tahun 1866 di Harvard didirikan The Peabody Museum of Archeologi and
Etnologi; Pada tahun 1842 di New York didirikan American Etnological Sosiety; di Inggris 1843 didirikn
Etnological Sosiety of London; dan tahun 1875 didirikan The Bereau of American Ethnologi

Dalam abad ke-20 makin berkembanglah penyelidikan Etnologi. Dan tempat-tempat penyelidikan
Etnologi dan Antropologi terbesar di berbagai negara seperti di Amerika Serikat, Inggris, Afrika Selatan,
Australia, Eropa Barat, Tengah, dan Utara di Uni Soviet dan Mexico.[15]

Khusus di Indonesia dapat dikemukakan, bahwa penulisan tentang adat kebiasaan, system kepercayaan,
struktur sosial atau kesenian dari suku-suku bangsa yang ada telah dikejakan secara intensif yang semula
digunakan sebagai landasan kebijaksanaan colonial. Akan tetapi penyelidikan secara khusus untuk
mengembangkan Etnologi atau Antropologi Indonesia yang dikerjakan lembaga perguruan tinggi barulah
dimulai setelah perang dunia kedua dengan didirikan Lembaga Penyelidikan Bahasa dan budaya yang
semula bernama Institut Voor Taal en CultureOnderzoek pada Universitas Indonesia di Jakarta. [16]

C. Cabang-Cabang Antropologi

Secara tradisional percabangan antropologi dilihat dari konteks analogi dua entitas disiplin ilmu
pengetahuan. Sebagai contoh, membangun eksplanasi reflektif masyarakat manusia (masyarakat
manusia) dengan analogi struktur sosial primate yang bukan manusia (biologi), atau membangun
eksplanasi reflektif atas keruntuhn suatu masyarakat kuno ribuan tahun yang lalu (arkeologi) dengan
analogi kondisi suatu kondisi masyarakat msa kini (antropologi budaya), dan sebagainya atas dasar itu,
ada empat cabang besar dalam antropologi, yaitu antropologi biologi, arkeologi, linguistik, antropologi
budaya.

1. Antropologi biologi/ Antropologi Fisik, yaitu kajian mengenai biologi manusia. khususnya dalam
kaitannya dengan antropologi yang dikonsepsikan secara luas suatu ilmu mengenai manusia. Contoh
kajiannya mengenai perbandingan anatomi antara manusia dengan primata.

2. Arkeologi, (Arkeologi prasejarah, sebagaimana lapangan kajian ini disebut di Eropa) adalah
subdisiplin yang erat terkait. Sementara perbandingan ciri- cirri anatomis dari temuan-temuan fosil
merupakan bagian yang pas dari antropologi biologi, hubungan temuan-temuan fosil tersebut dengan
habitat mereka, dan mencari dan membangun alas an-alasan akademik mengenai struktur masyarakat
prehistoric lebih merupakan bahasan dari arkeologi.

3. Antropologi linguistic adalah bagian dari kajian mengenai bahasa, tapi khususnya yang terkait
dengan keanekaragamannya.

4. Antropologi budaya adalah subdisiplin yang terbesar. dalam pengertian yang paling luas, bidang
kajian ini meliputi kajian keanekaragaman kebudayaan, upaya mencari unsure-unsur budaya universal
(cultural universals), menggungkapkan struktur sosial, interpretasi simbolisme, dan berbagai masalah
terkait. Antropologi budaya menyentuh semua subdisiplin lain.[17]

D. Konsep Antropologi dan Konsep Kebudayaan

Sebagaimana ilmu-ilmu sosial lainnya , penggunaan konsep dalam antropologi adalah penting karena
pengembangan konsep yang terdefinisikan dengan baik merupakan tujuan dari setiap disiplin ilmu.
Benar menurut Keesing yang mengemukakan tidak ada dua ahli antropolgi yang mempuyai pendapat
sama persis atau menggunakan simbol-simbol atau konsep-konsep yang sama. Terdapat tujuh
kelompok pengertian kebudayaan yaitu:

Kelompok kebudayaan sebagai keseluruhan kompleks kehidupan manusia

Kelompok kebudayaan sebagai warisan sosial atau tradisi

Kelompok kebudayaan sebagai cara dan aturan termasuk cita-cita , nilai-nilai dan kelakuan

Kelompok kebudayaan sebagai keterkaitan dalam proses-proses psikologis

Kelompok kebudayaan sebagai struktur atau pola-pola organisasi kebudayaan

Kelompok kebudayaan sebagai hasil perbuatan atau kecerdasan manusia

Kelompok kebudayaan sebagai sistem simbol


Adapun yang merupakan contoh konsep-konsep antropologi , diantaranya:

Kebudayaan

Istilah culture(kebudayaan) berasal dari bahasa latin , yakni cultura dari kata dasar colere yang berarti
berkembang tumbuh. Namun, secara umum pengertian kebudayaan mngacu kepada kumpulan
pengetahuan yanng secara sosial diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Makna itu
kontras dengan pengertian kebudayaan yang sehari-hari yang hanya merujuk kepada bagian-bagian
tertentu warisan sosial , yakni tradisi sopan santun dan kesenian.

Evolusi

Secara sederhana konsep evolusi mengacu ada sebuah transformasi yang berlangsung secara
bertahap . walaupun istilah tersebut merupakan istilah umum yang dapat dipakai dalam berbagai bidang
studi. Istilah evolusi yang merupakan gagasan bahwa bentuk-bentuk kehidupan berkembang dari suatu
bentuk lain melalui mata rantai transformasi dan modifikasi yang tidsk pernah putus, pada umumnya
diterima sebagai awal landasan berfikir meeka .

Daerah budaya (culture area) Suatu daerah budaya (culture area) adalah suatu daerah geografis yang
memiliki sejumlah ciri-ciri budaya dan kompleksitas lain yang dmilikinya. Menurut definisi di atas, suatu
daerah kebudayaan pada mulanya berkaitan dengan pertumbuhan kebudayaan yang menyebabkan
timbulnya unsur-unsur baru yang mendesak unsur-unsur lama kearah pinggir , sekeliling daerah pusat
pertumbuhan tersebut .

Enkulturasi

Konsep enkulturasi mengacu pada suatu proses pembelajaran kebudayaan . dengan demikian pada
hakikatnya setiap orang sejak kecil sampai tua , melakukan proses enkulturasi, mengingat manusia
sebagai makhluk yang dianugerahi kemampuan uuntuk berfikir dan bernalar sangat memungkinkan
untuk setiap waktu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotornya.

Difusi

Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan secara meluas sehingga melewati batas
tempat dimana kebudayaan ini timbul . dalam proses difusi ini erat kaitannya dengan konsep
inovasi(pembaharuan).[18]

Seperti telah dikemukakan terdahulu, kehidupan manusia di masyarakat atau manusia dalam konteks
sosialnya, meliputi berbagai aspek. Salah satu aspek yang bermakna dalam kehidupan manusia yang
juga mencirikan kemajuannya adalah kebudayaan. Kebudayaan, akar katanya dari buddayah, bentuk
jamak dari Buddhi yang berarti budi dan akal. Kata buddhayah atau buddhi itu berasal dari bahasa
sansekerta. Dengan demikian, kebudayaan itu dapat diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan
budi atau akal.

Mengenai kebudayaan ini,dapat disimak dari beberapa konsep dari beberapa pakar antara lain C.A
Ellwood mengungkapkan :

Kebudayaan adalah norma kolektif semua pola prilaku ditransparansikan secara sosial melalui simbol-
simbol, dari sini tiap unsur semua kemampuan kelompok umat manusia yang karakteristik, yang tidak
hanya meliputi bahasa, peralatan, industri, seni, ilmu, hukum, pemerintahan, moral, dan keyakinan-
keyakinan saja, melainkan meliputi juga peralatan material atau artefak yang merupakan penjelmaam
kemampuan budaya yang menghasilkan pemikiran yang berefek praktis dalam bentuk bangunan,
senjata, mesin, media komunikasi, perlengkapan seni, dsb. Tidak ada kelompok umat manusia yang
memiliki maupun yang tidak memiliki bahasa, tradisi, kebiasaan, dan kelembagaan. Kebudayaan itu
bersifat universal yang merupakan ciri yang berkarakteristik masyarakat manusia.

Konsep yang dikemukakan oleh Ellwood diatas sangat jelas dan gamblang bahwa kebudayaan itu
hanya menjadi milik otentik manusia. Dari konsep tadi, tercermin pula konsep-konsep dasar antropologi
yang melekat pada kehidupan manusia. Namun demikian, konsep-konsep dasar itu akan diketengahkan
kembali secara lebih lengkap. Konsep-konsep dasar itu meliputi :

1. Kebudayaan

2. Tradisi

3. Pengetahuan

4. Ilmu

5. Teknologi

6. Norma

7. Lembaga

8. Seni

9. Bahasa

10. Lambang.[19]

Ahli antropologi yang pertama-tama merumuskan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan
ilmiah adalah E.B Taylor, yang menulis dalam bukunya terkenal Primitiv Culture yakni bahwa
kebudayaan itu adalah keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat-istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang
didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Definisi lain tentang kebudayaan dikemukakan oleh R Linton dalam bukunya: “The Cultural Background
of Personality”, bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil dari
tingkah laku, yang unsure-unsup pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota dari
masyarakat tertentu.[20]

Seorang ilmuwan bernama Evans Pritchard mengemukakan bahwa ontropologi adalah studi tentang
masyarakat yang dianggap sebagai sebuah system natural atau organismenharus merupakan studi
empiris, dan dengan menggunakan metode induktif dimungkinkan untuk menjelaskannya melalui
prinsip-prinsip atau hukum-hukum general dengan cara yang sama sebagaimana fenomena fisik
dijelaskan oleh fisikawan.[21]

E. Hubungan atau Keterkaitan Antropologi dengan Ilmu-Ilmu Sosial

1. Hubungan Antara Antropologi Sosial dan Sosiologi

Sosiologi adalah disiplin ilmu tersendiri dengan ciri intelektual secara khusus, sistematis, terandalkan
mengembangkan pengetahuan tentang hubungan soaial manusia pada umumnya dan tentang produk
dari hubungan tersebut.[22]

Sejak pertengahan abad ke-20, antropologi timbul sebagai integrasi dari berbagai macam ilmu yang
berdiri sendiri yang menyelidiki manusia dari berbagai aspeknya, sehingga menimbulkan suatu
pendekatan holistik yang melihat manusia sebagai satu kesatuan bio-sosial.

2. Hubungan Antropologi dan Psikologi

Antropologi dapat juga dikatakan sebagai ilmu yang menyelidiki tingkah laku manusia yang terpolakan.
Tingkah laku manusia pada dasarnya adalah manifestasi dari sikap-sikap dimana faktor-faktor motivasi
psikologis memainkan peranan yang penting. Hasil-hasil yang dicapai oleh penyelidikan psikologi itu
banyak gunanya bagi penyelidikan antropologi, terutama mengenai soal kepribadian dan kebudayaan
yang dewasa ini sudah mulai merupakan satu subdisiplin tersendiri dalam antropologi budaya.

3. Hubungan Antropologi dan Geografi

Bagi antropologi lebih pentingdari studi deskriptif dari alam adalah studi mengenai proses adaptasi dan
perubahan-perubahan yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan alamnya. Mengenai hal
penyesuaian terhadap lingkungan alamnya. Mengenai hal penyesuaian terhadap lingkungan alamnya,
perbedaan yang terdapat dalam pengembangan tekniknya antara bangsa yang masih primitive dengan
bangsa yang sudah maju sesungguhnya bersifat gradual saja. Dari uraian tersebut dapatlah kita ketahui
betapa pentingnya pengetahuan geografi bagi penyelidikan antropologi.[23]

4. Hubungan Antropologi dan Ilmu Sejarah

Antropologi pada prinsipnya adalah Ilmu sejarah juga. Pikiran ini dianut terutama oleh mereka yang
beraliran sejarah dan evolusi. Dengan bantuan archeology prasejarah dan etnologi bangsa-bangsa yang
belum mengenal tulisan, dicoba merekonstruksikan bangsa-bangsa yang sudah mengenal tulisan
diselidiki oleh ilmu sejarah. Bagi ahli sejarah olitik yang mengikuti atau mempelajari peristiwa-peristiwa
politik secara kronologi, pengertian-pengertian dan hasil penyelidikan yang diketemukan didalam
antropologi, memberikan pengetahuan latar belakang kebudayaan dan kemasyarakatan yangadekwat
baginya.[24]

5. Hubungan Antropologi dan Ekonomi

Khusus di Indonesia yang sedang menjalankan pembangunan ekonomi, pelaksanaanya membutuhkan


pengetahuan yang yang dalam tentang adat istiadat daerah, struktur sosialnya, alam pikiran dan alam
perasaanya, sehingga dapat disusun prosedur-prosedur yang paling tepat untuk menghindarkan
kerugian dalam bidang materiil dan spiritual. Antropologi dalam hubungan ini dapat memberikan
bantuan pada pembangunan ekonomi di Indonesia. Sebaliknya dengan memahami prinsip-prinsip
ekonomi modern ahli antropologi dapat mengadakan analisa yang lebih tepat mengenai masalah
perubahan sosial, yang disebabkan oleh pembangunan ekonomi.[25]

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia sebagai makhluk masyarakat.
Perhatian ilmu pengetahuan ini ditujukan kepada sifat-sifat khusus badani, dan cara-cara produksi,
tradisi-tradisi dan nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup yang satu berbeda dengan pergaulan hidup
lainnya. Jika dilihat dari segi antropologi, manusia dapat ditinjau dari dua segi; yaitu manusia sebagai
makhluk biologi dan manusia sebagai makhluk sosio-budaya. Dalam tinjauan itu Antropologi tidak
melihat manusia biologi dan manusia sosio budayasecara terpisah-pisah melainkan satu kesatuan
fenomena bio-sosial.

Sejarah perkembangan antropologi dibagi kedalam empat fase, yakni fase pertama sebelum 1800, fase
kedua pada pertengahan abad ke 15, fase ke 3 pada permulaan abad ke 20, dan fase keempat sesudah
1930 dimana pada masa ini antropologi mengalami perkambangan yang paling luas.

Cabang-cabang antropologi ada empat yakni, antropologi fisik atau anropologi biologi, arkeologi,
antropologi linguistik, dan antropologi budaya. Terdapat beberapa konsep dasar antropologi seperti
kebudayaan, evolusi, daerah budaya (culture area), enkulturasi, dan difusi. Sedangkan contoh dari
konsep kebudayaan yakni kebudayaan, tradisi, pengetahuan, ilmu teknologi, nnorma, lembaga, seni,
bahasa, dan lambang.
Antara antropologi dengan ilmu-ilmu social terdapat hubungan yang saling terkait dan berkaitan erat
satu sma lain. Ada hubungan antara sntropologi social dengan sosiologi, antropologi dengan psikologi,
antropologi dengan geografi, antropologi dengan ilmu sejarah, dan antropologi dengan ekonomi.

B. Saran

1. Kepada para pendidik diharapkan mampu menjelaskan materi antropologi dengan baik kepada
peserta didik agar menciptakan peserta didik yang dapat memahami antropologi secara menyeluruh.

2. Bagi peserta didik diharapkan mampu memehami antropologi sehingga dapat menelaah
keanekaragaman budaya tiap manusia biberbagai belahan bumi yang akhirnya dapat menciptakan rasa
toleransi yang tinggi.

3. Kepada pemerintah diharapkan dapat mendukung proses pembelajaran sehingga pembelajaran


bisa berjalan dengan lancar.

DAFTAR RUJUKAN

Departeman Pendidikan dan Kebudayaan Nasional.1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.

Fedyani, Achmad. 2005. Antropologi Kontemporer. Jakarta: Prenada Media.

Harsojo. Pengantar Antroologi. 1967.Bandung: Angkasa Offset.

Koentjaningrat. 1989. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:Aksara Baru.

Morris Brian . Antropologi Agama. Yogyakarta: AK Group.

Sapriya. Pendidikan IPS. 2009.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

You might also like