You are on page 1of 29

LAPORAN OBSERVASI

BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah


Berkembang merupakan salah satu tahap dalam psikologi perkembangan.
Perkembangan diartikan sebagai perubahan yang kontinyu dan sistematis dalam diri
seseorang sejak tahap konsepsi sampai meninggal dunia. Perkembangan berkaitan
dengan kematangan secara biologis dan proses belajar. Demikian pula dalam
perkembangan anak, secara biologis ia harus berada dalam kondisi sesuai umurnya.
Terdapat pola kesamaan perkembangan dalam diri seseorang dengan anak lainnya
pada tahap usia tertentu. Setiap orang pasti mengalami perkembangan, baik
perkembangan fisik maupun perkembangan rohani. Perkembangan seorang anak
secara umum digambarkan melalui periode-periode, yaitu: Periode pra-natal, periode
bayi, periode masa kanak-kanak awal, periode masa kanak-kanak tengah dan akhir dan
periode remaja.
Berdasarkan teori Piaget yang mengemukakan bahwa ada empat tahap
perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis atau
beradasarkan usianya. Pada usia 0 sampai dengan 2 tahun (Tahap Sensori Motor). Bagi
anak pada tahap ini yang utama adalah berpengalaman melalui berbuat dan sensori.
Berfikirnya melalui perbuatan (tindakan), gerak dan reaksi spontan. Pada usia 2 sampai
dengan 7 tahun (Tahap Preoperas)i. Tahap ini adalah tahap persiapan dalam
pengorganisasian operasi konkrit. Tahap ini dibagi menjadi 2 tahap berpikir yaitu
prekonseptual dan berfikir intuitif. Pada usia 7 sampai dengan 11 tahun(Tahap Operasi
Konkrit). Pada tahap ini anak-anak umumnya telah berada disekolah dasar telah
memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit. Selanjutnya pada usia
11 sampai dengan 15 tahun (Tahap Operasi Formal). Pada tahap perkembangan ini
berhubungan dengan tipe berfikir sedangkan situasi berpikir tidak menjadi masalah
disertai oleh benda konkrit ataupun tidak. Anak sudah memasuki tahapan operasi
abstrak.
Penelitian Piaget dimulai pada tahun 1925 dengan obyek penelitian awal adalah
anaknya sendiri dan berkembang kelingkungannya. Pada penelitian perkembangan
kognitif anak, Piaget menyatakan bahwa konsep kekekalan sebagai berikut
1. Konsep kekekalan bilangan (6-7 tahun kadang-kadang 5-6 tahun)
2. Konsep kekekalan Banyak zat (7-8 tahun)
3. Konsep kekekalan Panjang (7-8 tahun)
4. Konsep kekekalan Luas (8-9 tahun)
5. Konsep kekekalan Berat (9-10 tahun)
6. Konsep kekekalan Volume (14-15 tahun kadang pada tahap berpikir formal 11
tahun)
Dewasa ini penelitian teori Piaget masih banyak dilakukan di Amerika. Psikolog
MC Leod, (2010) menyatakan perkembangan kognitif anak mulai umur 7 tahun sudah
mulai mengerti kekekalan volume, kekekalan jumlah berkembang setelahnya. Demikian
juga psikolog Angela Oswalt (2010) menyatakan bahwa kekekalan massa dipahami
oleh anak sekitar umur 8 tahun, kekekalan luas dipahami oleh anak usia (8 – 9 tahun).
Sedangkan menurut Center Of Disease Control (CDC) tahun 2016 menyatakan bahwa
perkembangan kognisi anak di Amerika pada umumnya usia (9-10 tahun) baru benar-
benar mampu memahami kekekalan volume
Dalam perkembangan kognitif anak banyak membawa karakteristik yang muncul
dari anak-anak. Mulai dari anak pemalu, anak yang cerewet, anak yang usil, anak yang
aktif, anak yang pasif dll. Guru dan orangtua hendaknya bisa memberikan rangsangan
kepada anak agar anak bisa maksimal dalam perkembangannya. Dari uraian diatas
peneliti ingin mengetaui sejauh mana proses perkembangan anak pada tahap operasi
konkret yaitu pada anak usia 7-11 tahun untuk pemahaman konsep kekekalan. Konsep
kekekalan ini sangat berguna sebagai dasar pemahaman pada tahap operasi formal
(abstrak)

II. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pada anak-anak yang berusia 6-7 tahun, sudahkah mereka memiliki pemahaman
tentang konsep kekekalan bilangan ?
2. Pada anak-anak yang berusia 7-8 tahun, sudahkah mereka memiliki pemahaman
tentang konsep kekekalan banyak zat ?
3. Pada anak-anak yang berusia 7-8 tahun, sudahkah mereka memiliki pemahaman
tentang konsep kekekalan panjang ?
4. Pada anak-anak yang\ berusia 8-9 tahun, sudahkah mereka memiliki pemahaman
tentang konsep kekekalan luas ?
5. Pada anak-anak yang berusia 9-10 tahun, sudahkah mereka memiliki pemahaman
tentang konsep kekekalan berati ?
6. Pada anak-anak yang berusia 11-12 tahun, sudahkah mereka memiliki pemahaman
tentang konsep kekekalan volume ?

III. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Membuktikan apakah teori yang dikemukakan oleh Piaget tentang konsep
kekekalan juga berlaku di lingkungan asrama Pusdikkav Padarang Bandung Barat
2. Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Psikologi Perkembangan Kognitif 4.

IV. Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui konsep-konsep kekekalan yang dipahami anak-anak pada usia tertentu.
2. Membantu guru dan orangtua mengatur strategi dalam proses pembelajaran
Matematika.

V. Hipotesis
Perkembangan kognitif anak dipengaruhi oleh pertambahan usia dan faktor lingkungan.
Sehingga anak dalam usia penelitian harusnya sudah bisa memahami konsep kekekalan.
Selain itu kemampuan ini didukung oleh pengetahuan yang mereka dapat dikelas
sebelum peneliti mengadakan observasi.

VI. Pembatasan Masalah


Pada observasi ini kami membatasi pembahasan pada teori tahap operasi konkrit, yang
dikemukakan oleh Piaget, yaitu 6 konsep kekekalan sebagai berikut
1. Konsep kekekalan bilangan (6-7 tahun)
2. Konsep kekekalan banyak zat (7-8 tahun)
3. Konsep kekekalan Panjang (7-8 tahun)
4. Konsep kekekalan Luas (8-9 tahun)
5. Konsep kekekalan Berat (9-10 tahun)
6. Konsep kekekalan Volume (11-12 tahun)
BAB II

LANDASAN TEORI

Perkembangan Kognitif pada anak-anak menurut Piaget dibagi menjadi empat


tahap perkembangan yaitu :
1. Sensori Motor (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak.
Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh atau memegang, karena
didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Dalam usia ini
mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah ‘menangis’.
Menyampaikan cerita atau berita pada anak usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan
menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang
bergerak (panggung boneka akan sangat membantu). Piaget berpendapat bahwa
tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting
dalam enam sub-tahapan:
a. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan
berhubungan terutama dengan refleks.
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat
bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sembilan
bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan
pemaknaan.
d. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai
duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sampai
sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari
sudut berbeda (permanensi objek).
e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai
delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru
untuk mencapai tujuan.
f. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan
awal kreativitas.
2. Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada usia ini anak menjadi ‘egosentris’, sehingga berkesan ‘pelit’, karena ia tidak
bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan
untuk meniru orang di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka
sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang
sistematis rumit. Dalam menyampaikan cerita harus ada alat peraga.

3. Operasional Kongkrit (usia 7-11 tahun)


Saat ini anak mulai meninggalkan ‘egosentris’-nya dan dapat bermain dalam
kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan
mengerti hal-hal yang sistematis. Namun dalam menyampaikan berita harus
diperhatikan penggunaan bahasa yang mampu mereka pahami.
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
a. Pengurutan
Adalah kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri
lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
b. Klasifikasi
Adalah kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda
menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa
serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian
tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan
bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
c. Decentering
Keadaan dimana anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu
permasalahan untuk bisa memecahkannya. Konsep kekekalan mulai dipahami,
sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih
sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Konsep kekekalan piaget adalah sebagai berikut :
1) Kekekalan bilangan (6-7 tahun)
Pada usia ini anak telah memahami konsep kekekalan bilangan akan mengerti
bahwa banyaknya suatu benda-benda akan tetap sama meskipun letaknya
berbeda-beda atau diubah.
2) Kekekalan banyak zat (7-8 tahun)
Pada usia ini anak telah memahami konsep kekekalan materi akan mengatakan
bahwa materi akan tetap sama banyaknya meskipun dirubah bentuknya atau
dipindah tempatnya.
3) Kekekalan panjang (7-8 tahun)
Pada usia ini anak yang memahami konsep kekekalan panjang akan
mengatakan bahwa panjang suatu benda tetap sama meskipun bentuknya telah
diubah.
4) Kekekalan Luas (8-9 tahun)
Pada usia ini anak yang memahami konsep kekekalan luas akan mengatakan
luas suatu benda atau bangun datar akan tetap sama meskipun bentuk atau
letaknya berbeda.
5) Kekekalan Berat (9-10 tahun)
Pada usia ini anak yang memahami konsep kekekalan berat akan mengatakan
berat suatu benda sama meskipun bentuk, tempat atau penimbangan benda
tersebut berbeda.
6) Kekekalan Volume (11-12 tahun)
Pada usia ini anak yang memahami konsep kekekalan volume akan mengatakan
bahwa volume suatu benda sama meskipun benda tersebut dibagi-bagi.

d. Reversibility
Pada tahap ini anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat
diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat
menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah
sebelumnya.
e. Konservasi
Adalah memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah
tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda
tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama
banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya
berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
f. Penghilangan sifat Egosentrisme
Adalah kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan
saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan
komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu
meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci,
setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan
mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak
walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

4. Operasional Formal (Usia 11 tahun ke atas)


Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka
sudah mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak,
sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga. Namun kesulitan baru yang dihadapi
guru adalah harus menyediakan waktu untuk dapat memahami pergumulan yang
sedang mereka hadapi ketika memasuki usia pubertas.
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan
berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori
pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema
juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam
memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema
mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut.
Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru
didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang
sebelumnya ada. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya
tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang
sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi
pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang
sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya
label “burung” adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau
penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang
sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama
sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang
burung sebelum memberinya label “burung” adalah contoh mengakomodasi binatang
itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan
berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses
penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan
equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan
pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang
tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima
pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi
pengetahuannya.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Pada penelitian ini teknik analisis yang digunakan yaitu kuantitatif, yaitu dengan
melihat presentase tiap-tiap konsep kekekalan. Dengan rumus :

B. Jadwal Penelitian
Penelitian ini kami lakukan pada :
Hari : Kamis
tanggal : 10 Mei 2018
Pukul : 09.00 WIB-Selesai
Tempat : Asrama Pusdikkav Padalarang Bandung Barat
objek : anak usia 7-11 tahun
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Berdasarkan Observasi yang kami lakukan, kami mendapatkan hasil sebagai berikut:
a) Konsep Kekekalan Banyak
Dilaksanakan pada kelas 1 SD, kami menggunakan media yaitu mainan kotak anak-anak
6 buah. 3 buah mainan disusun rapat, dan yang 3 lagi disusun renggang. Hasilnya adalah
sebagai berikut :

KEMAMPUAM MEMAHAMI
NO NAMA SISWA UMUR
MAMPU TIDAK

1 Zul Fajri 6 V

2 Rabzari Qha Syawina 6 V

3 Syahrul Azan 7 V

4 Nabila Nur Husna 6 V

5 Haristo 6 V

Presentase pemahaman konsep kekekalan banyak :

Karena kurang dari 50 % siswa yang mampu, maka pada kelas ini siswa belum mampu
memahami konsep kekekalan banyak.
b) Kekekalan Materi
Dilakukan pada kelas 2 SD, kami menggunakan media 2 gelas beras yang banyaknya dan
wadahnya sama. Kemudian dituangkan kedalam 2 wadah yang berbeda dari segi
ukurannya, dengan hasil sebagai berikut :

KEMAMPUAM MEMAHAMI
NO NAMA SISWA UMUR
MAMPU TIDAK

1 Muharrami 8 V

2 Nadhira Luthvia 7 V
3 Muhammad Yunus 9 V

4 Revaldi 8 V

5 Suci Marlina 8 V

Presentase pemahaman konsep kekekalan materi :

Karena mencapai 100 % siswa yang mampu, maka pada kelas ini siswa telah mampu
memahami konsep kekekalan materi.
c) Kekekalan Panjang
Dilakukan pada siswa kelas 3 SD, kami menggunakan media 2 tali kur yang sama
panjang, satu direntangkan dan satu lagi di ubah bentuknya. Dengan hasil sebagai
berikut :

KEMAMPUAM MEMAHAMI
NO NAMA SISWA UMUR
MAMPU TIDAK

1 Khaira Aulia 9 V

2 Heru Rafki 9 V
Ramadhani

3 Orizal Akbar 9 V V

4 Zikri Ilahi 11 V

5 Dinda Permata Sari 9 V

Presentase pemahaman konsep kekekalan panjang yaitu :

Karena kurang dari 50 % siswa yang mampu, maka pada kelas ini siswa
belum mengerti tentang konsep kekekalan panjang.
d) Kekekalan Luas
Dilakukan pada kelas 4 SD, kami menggunakan media yaitu gambar persegi. Dengan
media persegi ini, kami membuat dua pesegi yang mempunyai panjang sisi sama,
yang satu dengan besar dan utuh, dan yang satu lagi dipotong-potong. Dengan hasil
sebagai berikut :

KEMAMPUAM MEMAHAMI
NO NAMA SISWA UMUR
MAMPU TIDAK

1 Sandra Aprilia 11 V

2 Riski Zumara 11 V

3 Annisa Putri Dewi 11 V

4 Jefri Edrianto 12 V

5 Azizul Hakim 10 V

Presentase kekekalan luas yaitu :

Karena mencapai 100 % siswa yang mampu, maka siswa pada kelas ini telah mampu
memahami dan mengerti konsep kekekalan luas.
e) Kekekalan Berat
Diadakan pada kelas 4 SD, kami menggunakan media I Kg gula. Dua bungkus gula
dengan berat ¼ kg dan ½ Kg gula. Dengan hasil sebagai berikut :

KEMAMPUAM MEMAHAMI
NO NAMA SISWA UMUR
MAMPU TIDAK

1 Berliana Atika 10 V

2 M. Ridho 10 V

3 Hari Juanda 10 V

4 Ramlan Fernando 12 V

5 Putrid Olivia 11 V

Presentase pemahaman kekekalan berat yaitu :


Karena lebih dari 50 % atau mencapai 100 % siswa yang mampu, maka pada kelas ini
siswa telah mampu memahami dan mengerti konsep kekekalan berat.

f) Kekekalan Volume
Dilakukan pada kelas 6 (11-12 tahun), kami menggunakan media air, yaitu 2 gelas air.
Air pada gelas pertama dimasukkan batu kedalamnya sehingga ada air yang tumpah,
dan air pada gelas kedua dibiarkan sebagai pembanding. dengan hasil sebagai berikut :

KEMAMPUAM MEMAHAMI
NO NAMA SISWA UMUR
MAMPU TIDAK

1 Abdi Rinasyah 11 V

2 Taufik Hidayat 13 V V

3 fadli 11 V

4 Farhan Ismail 13 V

5 Ghalib Nur Husein 13 V

Presentase pemahaman konsep kekekalan volume yaitu :

Karena lebih dari 50 % siswa yang mampu, maka siswa pada kelas ini telah
mampu memahami konsep kekekalan volume.

LAMPIRAN
Foto-foto saat observasi

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dari observasi yang telah kami lakukan dapat kami simpulkan bahwa tidak semua anak
dengan umur tertentu dapat memahami konsep-konsep kekekalan. Seperti persentase
masing-masing konsep.
Presentase pemahaman konsep kekekalan banyak :

Karena kurang dari 50 % siswa yang mampu, maka pada kelas ini siswa belum mampu
memahami konsep kekekalan banyak.
Presentase pemahaman konsep kekekalan materi :

Karena mencapai 100 % siswa yang mampu, maka pada kelas ini siswa telah mampu
memahami konsep kekekalan materi.
Presentase pemahaman konsep kekekalan panjang yaitu :

Karena kurang dari 50 % siswa yang mampu, maka pada kelas ini siswa
belum mengerti tentang konsep kekekalan panjang.
Presentase kekekalan luas yaitu :

Karena mencapai 100 % siswa yang mampu, maka siswa pada kelas ini telah mampu
memahami dan mengerti konsep kekekalan luas.
Presentase pemahaman kekekalan berat yaitu :

Karena lebih dari 50 % atau mencapai 100 % siswa yang mampu, maka pada kelas ini
siswa telah mampu memahami dan mengerti konsep kekekalan berat.
Presentase pemahaman konsep kekekalan volume yaitu :

Karena lebih dari 50 % siswa yang mampu, maka siswa pada kelas ini telah
mampu memahami konsep kekekalan volume.

LAPORAN OBSERVASI
“Perkembangan Kognitif Anak Pada Tahap Operasi Konkrit Pada Siswa
SD Negeri 18Padang Kunik “
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah Strategi
Pembelajaran Matematika
Oleh :
Kel 2 PMTK IIIB
Reni Angraini : 2411.045
Nila Zulfita : 2411.062
Fajri Rahmat : 2411.060
Isma Oktarina : 2411.042
Devi Yulianti : 2411.035
Yohanna : 2411.041
Dosen pembimbing :
Isnaniah, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan teori Piaget yang mengemukakan bahwa ada empat tahap perkembangan
kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis atau beradasarkan
usianya.
Pada usia 0 asmapi dengan 2 tahun anak memperoleh pengalaman melalui perbuatan
fisik dan alat indra (sensori motor). Yang dikenal dengan tahap sensori motor
Pada sia 2 sampai dengan 7 tahun dalah tahap pengorganisasian operasi konkrot yang
dikenal dengan tahap pra operasi.
Selanjutnya pada usia 7 sampai dengan 11 tahin, anak-anak yang umumnya telah
berada disekolah dasartelah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda
konkrit.
Berdasarkan pada hasil penelitian dari piaget, objek penelitian kami dititik beratkan
pada tahap operasi konkrit dimana usia anak sudah memasuki 6 sampai 11 tahun. Pada
tahap ini anak memahami konsep-konsep kekekalan, diantaranya :
1. Kekekalan Banyak (6-7 tahun)
2. Kekekalan Materi (7-8 tahun)
3. Kekekalan Panjang (7-8 tahun)
4. Kekekalan Luas (8-9 tahun)
5. Kekekalan Berat (9-10 tahun)
6. Kekekalan Volume (11-12 tahun)
Penelitian ini dilakukan oleh piaget di Negara–negara Eropa, maka dari itu kami ingin
membuktikan apakah hasil penelitian Piaget ini juga berlaku di Indonesia.
1. 2. Rumusan Masalah
1) Pada anak-anak yang berusia 6-7 tahun, sudahkah mereka memiliki pemahaman
tentang konsep kekekalan banyak ?
2) Pada anak-anak yang berusia 7-8 tahun, sudahkah mereka memiliki pemahaman
tentang konsep kekekalan materi ?
3) Pada anak-anak yang berusia 7-8 tahun, sudahkah mereka memiliki pemahaman
tentang konsep kekekalan panjang ?
4) Pada anak-anak yang\ berusia 8-9 tahun, sudahkah mereka memiliki pemahaman
tentang konsep kekekalan luas ?
5) Pada anak-anak yang berusia 9-10 tahun, sudahkah mereka memiliki pemahaman
tentang konsep kekekalan berati ?
6) Pada anak-anak yang berusia 11-12 tahun, sudahkah mereka memiliki
pemahaman tentang konsep kekekalan volume ?

1. 3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian kami ini adalah :
1) Membuktikan apakah teori yang dikemukakan oleh Piaget tentang konsep
kekekalan juga berlaku di Indonesia ?
2) Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah “Strategi Pembelajaran Matematika”
tentang aliran psikologi kognitif.
1. 4. Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1) Mengetahui konsep-konsep kekekalan yang dipahami anak-anak pada usia
tertentu.
2) Membantu pemerintah dalam menyusun kurikulum yang tepat dan sesuai dengan
usia anak pada sekolah dasar.
3) Membantu guru mengatur strategi dalam proses belajar mengajar terutama dalam
pembelajaran Matematika.
4) Menambah pengetahuan siswa dalam “Konsep Kekekalan”.

1. 5. Hipotesis
Perkembangan kognitif anak dipengaruhi oleh pertambahan usia dan
faktor lingkungan. Sehingga menurut kami siswa tersebut sudah bisa memahami
konsep kekekalan. Selain itu kemampuan ini didukung oleh pengetahuan yang mereka
dapat dikelas sebelum kami mengadakan observasi.

1. 6. Pembatasan Masalah
Pada observasi ini kami membatasi pembahasan pada teori tahap operasi konkrit, yang
dikemukakan oleh Piaget, yaitu 6 konsep kekekalan :
1. Kekekalan Banyak (6-7 tahun)
2. Kekekalan Materi (7-8 tahun)
3. Kekekalan Panjang (7-8 tahun)
4. Kekekalan Luas (8-9 tahun)
5. Kekekalan Berat (9-10 tahun)
6. Kekekalan Volume (11-12 tahun)
BAB II
METODE PENELITIAN
1. 1. Tekhnik Analisis
Berdasarkan kondisi data dan kepentingan penelitian maka teknik analisis yang
digunakan yaitu kuantitatif. Kuantitatif yaitu dengan melihat presentase tiap-tiap
konsep kekekalan. Dengan rumus :

1. 2. Jadwal Penelitian
Penelitian ini kami lakukan pada :
Hari / tanggal : Selasa / 09 oktober 2012
Pukul : 09.00 WIB-Selesai
Tempat : SDN 18 Padang Kunik Kec. Kamang Magek Kab. Agam.
Kelas : 1-6 SD

1. 3. Organisasi
Penelitian yang kami lakukan dengan membagi menjadi 3 team. Jadi setiap team yang
beranggotakan dua orang memasuki dua kelas. Yang mana setiap satu konsep
kekekalan dipilih lima oang siswa.

1. 4. Biaya
Pelaksanaan penelitian ditunjang dengan biaya, adapun uraiannya adalah sebagai
berikut :
1) Media Kekekalan Materi : 2 buah aqua gelas x @Rp 500 = Rp 1.000,-
2) Media Kekekalan Berat : 1 kg gula = Rp 13.000,-
3) Hadiah : 15 buah pensil = Rp 7.000,-
30 buah pengahapus = Rp 21.000,-
15 buah buku = Rp 10.000,-
1 buah kue =Rp 30.000,-
4) Pembuatan laporan : Rp 10.000,-
BAB III
LANDASAN TEORITIS

Jean Piaget mengatakan bahwa struktur kognitif sebagai skemata yang merupakan
kumpulan dari skema-skema. Seorang individu dapat mengikat, memahami, dan
memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini.
Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungannya, sehingga individu yang lebih dewasa memliki struktur kognitif yang
lebih lengkap dari pada ketika ia masih kecil.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget mengemukakan bahwa ada empat
perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis, yaitu:
1. Tahap Sensori Motor dan lahir sampai umur sekitar 2 tahun
2. Tahap Pra Operasional dari sekitar umur 2 tahun sampai 7 tahun
3. Tahap Operasi Konkrit dari sekitar umur 7 tahun sampai 11 tahun
4. Tahap operasi Formal dan sekitar 11 tahun dan seterusnya

Namun pada penelitian ini kami hanya membuktikan pada tahap yang ketiga, yaitu
tahap operasi konkrit. Ada jenis kekekalan yang berkembang selama arah berada pada
tahap operasi konkrit.
1. Kekekalan Banyak (6-7 tahun)
Pada usia ini anak telah memahami konsep kekekalan banyak akan mengerti bahwa
banyaknya suatu benda-benda akan tetap sama meskipun letaknya berbeda-beda atau
diubah. Jadi objek penelitian adalah siswa kelas 1 SD.
1. Kekekalan Materi (7-8 tahun)
Pada usia ini anak telah memahami konsep kekekalan materi akan mengatakan bahwa
materi akan tetap sama banyaknya meskipun dirubah bentuknya atau dipindah
tempatnya. Jadi objek penelitian adalah siswa kelas 2 SD.
1. Kekekalan panjang (7-8 tahun)
Pada usia ini anak yang memahami konsep kekekalan panjang akan mengatakan bahwa
panjang suatu benda tetap sama meskipun bentuknya telah diubah.
1. Kekekalan Luas (8-9 tahun)
Pada usia ini anak yang memahami konsep kekekalan luas akan mengatakan luas suatu
benda atau bangun datar akan tetap sama meskipun bentuk atau letaknya berbeda.
1. Kekekalan Berat (9-10 tahun)
Pada usia ini anak yang memahami konsep kekekalan berat akan mengatakan berat
suatu benda sama meskipun bentuk, tempat atau penimbangan benda tersebut berbeda.
1. Kekekalan Volume (11-12 tahun)
Pada usia ini anak yang memahami hokum kekekalan volume akan mengatakan bahwa
volume suatu benda sama meskipun benda tersebut dibagi-bagi.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Berdasarkan Observasi yang kami lakukan, kami mendapatkan hasil sebagai berikut:
a) Konsep Kekekalan Banyak
Dilaksanakan pada kelas 1 SD, kami menggunakan media yaitu mainan kotak anak-anak
6 buah. 3 buah mainan disusun rapat, dan yang 3 lagi disusun renggang. Hasilnya adalah
sebagai berikut :

KEMAMPUAM MEMAHAMI
NO NAMA SISWA UMUR
MAMPU TIDAK

1 Zul Fajri 6 V

2 Rabzari Qha Syawina 6 V

3 Syahrul Azan 7 V

4 Nabila Nur Husna 6 V

5 Haristo 6 V

Presentase pemahaman konsep kekekalan banyak :

Karena kurang dari 50 % siswa yang mampu, maka pada kelas ini siswa belum mampu
memahami konsep kekekalan banyak.
b) Kekekalan Materi
Dilakukan pada kelas 2 SD, kami menggunakan media 2 gelas beras yang banyaknya dan
wadahnya sama. Kemudian dituangkan kedalam 2 wadah yang berbeda dari segi
ukurannya, dengan hasil sebagai berikut :

KEMAMPUAM MEMAHAMI
NO NAMA SISWA UMUR
MAMPU TIDAK

1 Muharrami 8 V

2 Nadhira Luthvia 7 V

3 Muhammad Yunus 9 V

4 Revaldi 8 V

5 Suci Marlina 8 V
Presentase pemahaman konsep kekekalan materi :

Karena mencapai 100 % siswa yang mampu, maka pada kelas ini siswa telah mampu
memahami konsep kekekalan materi.
c) Kekekalan Panjang
Dilakukan pada siswa kelas 3 SD, kami menggunakan media 2 tali kur yang sama
panjang, satu direntangkan dan satu lagi di ubah bentuknya. Dengan hasil sebagai
berikut :

KEMAMPUAM MEMAHAMI
NO NAMA SISWA UMUR
MAMPU TIDAK

1 Khaira Aulia 9 V

2 Heru Rafki 9 V
Ramadhani

3 Orizal Akbar 9 V V

4 Zikri Ilahi 11 V

5 Dinda Permata Sari 9 V

Presentase pemahaman konsep kekekalan panjang yaitu :

Karena kurang dari 50 % siswa yang mampu, maka pada kelas ini siswa
belum mengerti tentang konsep kekekalan panjang.
d) Kekekalan Luas
Dilakukan pada kelas 4 SD, kami menggunakan media yaitu gambar persegi. Dengan
media persegi ini, kami membuat dua pesegi yang mempunyai panjang sisi sama,
yang satu dengan besar dan utuh, dan yang satu lagi dipotong-potong. Dengan hasil
sebagai berikut :

KEMAMPUAM MEMAHAMI
NO NAMA SISWA UMUR
MAMPU TIDAK
1 Sandra Aprilia 11 V

2 Riski Zumara 11 V

3 Annisa Putri Dewi 11 V

4 Jefri Edrianto 12 V

5 Azizul Hakim 10 V

Presentase kekekalan luas yaitu :

Karena mencapai 100 % siswa yang mampu, maka siswa pada kelas ini telah mampu
memahami dan mengerti konsep kekekalan luas.
e) Kekekalan Berat
Diadakan pada kelas 4 SD, kami menggunakan media I Kg gula. Dua bungkus gula
dengan berat ¼ kg dan ½ Kg gula. Dengan hasil sebagai berikut :

KEMAMPUAM MEMAHAMI
NO NAMA SISWA UMUR
MAMPU TIDAK

1 Berliana Atika 10 V

2 M. Ridho 10 V

3 Hari Juanda 10 V

4 Ramlan Fernando 12 V

5 Putrid Olivia 11 V

Presentase pemahaman kekekalan berat yaitu :

Karena lebih dari 50 % atau mencapai 100 % siswa yang mampu, maka pada kelas ini
siswa telah mampu memahami dan mengerti konsep kekekalan berat.

f) Kekekalan Volume
Dilakukan pada kelas 6 (11-12 tahun), kami menggunakan media air, yaitu 2 gelas air.
Air pada gelas pertama dimasukkan batu kedalamnya sehingga ada air yang tumpah,
dan air pada gelas kedua dibiarkan sebagai pembanding. dengan hasil sebagai berikut :

KEMAMPUAM MEMAHAMI
NO NAMA SISWA UMUR
MAMPU TIDAK

1 Abdi Rinasyah 11 V

2 Taufik Hidayat 13 V V

3 fadli 11 V

4 Farhan Ismail 13 V

5 Ghalib Nur Husein 13 V

Presentase pemahaman konsep kekekalan volume yaitu :

Karena lebih dari 50 % siswa yang mampu, maka siswa pada kelas ini telah
mampu memahami konsep kekekalan volume.

LAMPIRAN

Foto-foto saat observasi


BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dari observasi yang telah kami lakukan dapat kami simpulkan bahwa tidak semua anak
dengan umur tertentu dapat memahami konsep-konsep kekekalan. Seperti persentase
masing-masing konsep.
Presentase pemahaman konsep kekekalan banyak :

Karena kurang dari 50 % siswa yang mampu, maka pada kelas ini siswa belum mampu
memahami konsep kekekalan banyak.
Presentase pemahaman konsep kekekalan materi :

Karena mencapai 100 % siswa yang mampu, maka pada kelas ini siswa telah mampu
memahami konsep kekekalan materi.
Presentase pemahaman konsep kekekalan panjang yaitu :

Karena kurang dari 50 % siswa yang mampu, maka pada kelas ini siswa
belum mengerti tentang konsep kekekalan panjang.
Presentase kekekalan luas yaitu :

Karena mencapai 100 % siswa yang mampu, maka siswa pada kelas ini telah mampu
memahami dan mengerti konsep kekekalan luas.

Presentase pemahaman kekekalan berat yaitu :

Karena lebih dari 50 % atau mencapai 100 % siswa yang mampu, maka pada kelas ini
siswa telah mampu memahami dan mengerti konsep kekekalan berat.
Presentase pemahaman konsep kekekalan volume yaitu :

Karena lebih dari 50 % siswa yang mampu, maka siswa pada kelas ini telah
mampu memahami konsep kekekalan volume.

Advertisements
Report this ad
Report this ad
Share this:
 Twitter
 Facebook
 Google

Leave a Reply

Go
Search
Recent Posts
 LAPORAN OBSERVASI
Recent Comments
Archives
 September 2013
Categories
 Uncategorized
Meta
 Register
 Log in
 Entries RSS
 Comments RSS

 WordPress.com
Advertisements
Report this ad
BLOG AT WORDPRESS.COM.
 Follow

You might also like