Professional Documents
Culture Documents
BAB II Sirosis Seminar
BAB II Sirosis Seminar
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Defenisi
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus
ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati
akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak
teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C.
Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001)
Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi
arsitektur hati normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul
regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal (Price &
Wilson, 2005).
Sirosis hepatis (SH) merupakan konsekuensi dari penyakit hati kronis
yang ditandai dengan penggantian jaringan hati oleh fibrosis, jaringan parut
dan nodul regeneratif (benjolan yang terjadi sebagai hasil dari sebuah proses
regenerasi jaringan yang rusak) akibat nekrosis hepatoseluler, yang
mengakibatkan penurunan hingga hilangnya fungsi hati (Vidyani dkk, 2011).
2.6 Komplikasi
Adapun dampak lanjut dari penyakit sirosis hepatis ini biasanya terjadi
karena penderita terlambat datang ke pelayanan medis sehingga pasien
mengalami :
1. Perdarahan
Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan
berbahaya pada chirrosis hati adalah perdarahan akibat pecahnya
varises esofagus. Sifat perdarahan yang ditimbulkan ialah muntah darah
atau hematemesis, biasanya mendadak tanpa didahului rasa nyeri.
Darah yang keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan membeku
karena sudah bercampur dengan asam lambung. Penyebab lain adalah
tukak lambung dan tukak duodeni.
2. Karsinoma Hepatoselular
Kemungkinan timbulnya karsinoma pada Sirosis Hepatis terutama
pada bentuk postnekrotik ialah karena adanya hiperplasi noduler yang
akan berubah menjadi adenomata multiple kemudian berubah menjadi
karsinoma yang multiple.
3. Ensefalopati hepatic
Ensefalopati terjadi jika amonia dan zat – zat toksik lainmasuk
dalam sirkulasi sistemik. Sumber amonia adalah pemecahan protein
oleh bakteri saluran cerna. Ensefalopati hepatic akan terjadi jika darah
tidak dikeluarkan melalui aspirasi lambung, pemberian pencahar dan
enma, dan bila pemecahan protein darah oleh bakteri tidak
dicegahdengan pemberian neomisin atau antibiotik sejenis.
(Price & Wilson, 2005).
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan pada pasien dengan sirosis ini
terdiri dari 2 antara lain :
1. Medis
a. Asites
Asites diterapi dengan tirah baring total dan diawali dengan
diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2 gr atau
90mmol/hari.
Diet rendah garam dikombinasi dengan obat-obatan diuretik.
Awalnya dengan pemberian spironolakton dengan dosis 100-
200mg sekali sehari.
Respons diuretik bisa dimonitor dengan penurunan berat badan
0,5 kg/hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/ hari bila
edema kaki ditemukan.
Bila pemberian spironolaktin belum adekuat maka bisa
dikombinasi dengan furosemide dengan dosis 20-40 mg/hari.
Parasintesis dilakukan jika jumlah asites sangat besar.
b. Encephalophaty
Pada pasien dengan adanya ensephalophaty hepatik dapat
digunakan laktulosa untuk mengeluarkan amonia dan neomisin
dapat digunakan untuk mengeliminasi bakteri usus penghasil
amonia.
c. Pendarahan Esofagus
Untuk perdarahan esofagus pada sebelum dan sesudah
berdarah dapat diberikan propanolol. Waktu perdarahan akut, dapat
diberikan preparat somatostatin atau okreotid dan dapat diteruskan
dengan tindakan ligasi endoskopi atau skleroterapi.
2. Keperawatan
a. Pengkajian keperawatan berfokuskan pada awitan gejala dan
riwayat faktor-faktor pencetus
b. Status mental dikaji melalui anamnesis dan interaksi lain dengan
pasien; orientasi terhadap orang, tempat dan waktu harus
diperhatikan
c. Kemampuan pasien untuk melaksanakan pekerjaan atau kegiatan
rumah tangga memberikan informasi tentang status jasmani dan
rohani
(Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001)
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, Umur, No.RM, Orang yang dapat di hubungi, Alamat
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluh muntah berdarah dan BAB berdarah, inversion atrasio,
pembesaran limfa, penumpukan cairan dirongga peritoneum, perut terlihat
benjolan-benjolan kecil memanjang, kemerahan pada talapak tangan, tangan
berbentuk seperti jarring laba-laba, pembesaran hati, obstruksi portal)
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada riwayat dahulu biasaya terdapat perikarditis, gangguan imunologi dan
malnutrisi, hepatitis B/C, penyakit metabolik, obstruksi vena hepatik, kelebihan
zat besi(hemokromatis)
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular seperti
Hepatitis A, B atau C?
3. Pola Nutrisi
Klien tidak nafsu makan, distensi abdomen dan muntah darah.
4. Pola Aktifitas
Tubuh klien terasa lemas, lesu untuk bergerak saja terasa berat, dada terasa sesak
setelah melakukan aktivitas.
5. Pola Istirahat
Pola tidur klien terganggu, sering terbangun karena sesak napas, palpebra inferior
berwarna kecoklatan berbeda dengan kulit wajah, klien tidak menggunakan obat
sedatif.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan fisik : sedang, ringan, berat
TTV : TD : meningkat/ menurun
S : Hipotermi/hipertermi
N : bradikardi/ takikardi
R : > 29x/ (cepat)
b. Kepala
Inspeksi : apakah ada luka dikepala, bagaimana hygiennya
Palpasi : apakah ada edema dan nyeri tekan
c. Mata
Inspeksi : edema palpebra (-), konjungtiva : anemis (+), sclera : ikterus (+)
Palpasi : apakah ada nyeri tekan, apakah terdapat benjolan
d. Mulut
Inspeksi : apakah bibir terlihat kering, apakah terdapat sariawan
Palpasi : apakah ada nyeri tekan
e. Hidung
Inspeksi : apakah terdapat polip, sekret, perdarahan, luka dan bagaimana
hygiene
Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan dan benjolan, bagaimana fungsi
pernafasan dan penciuman dan apakah terganggu/tidak
f. Telinga
Inspeksi : apakah ada peradangan dan bagaimana hygien
Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan, apakah fungsi pendengaran
terganggu/tidak
g. Leher
Inspeksi : apakah terlihat pembengkakan kelenjer tiroid dan limfe
Palpasi : apakah nyeri tekan dan teraba pembengkakan kelenjer tiroid dan
limfe
h. Thoraks
Dada
Inspeksi : apakah simetris kiri dan kanan
Palpasi : apakah fremitus taktil simetris kiri dan kanan, apakah terdapat
nyeri tekan
Perkusi : apakah sonor diseluruh lapang paru dan apakah suara redup
Auskultasi : apakah terdapat bunyi nafas broncho vesikuler, vesikuler atau
bronchial
Jantung
Kapilar reveling : < 3 detik
Inspeksi : apakah terlihat iktus kordis di RIC V mid klavikula
sinistra
Palpasi : apakah teraba iktus kordis di RIC V klavikula sinistra,
apakah ada nyeri tekan.
Perkusi : apakah terdengar pekak pada
Batas :
Atas = RIC II mid klavikula sinistra
Bawah = RIC V mid klavikula sinistra
Kiri = Linea axila anterior
Kanan = 1 jari mid klavikula dextra
Auskultasi : apakah ada bunyi jantung tambahan/mur-mur dan
berapa frekuensinya
i. Abdomen
Inspeksi : terlihat permukaan perut membesar (acitas), terdapat
spider nervi dan caput medusa
Auskultasi : Bising usus menurun
Palpasi : massa tumor (-), nyeri tekan (+), hati/limpa sulit
dinilai (hepatomegali/ splenomegali)
Perkusi : Ascites (+), suara pekak yang berpindah-pindah
(Shifting Dulnes)
j. Alat Kelamin
Tidak Ada Kelainan
k. Ektremitas
Ekstremitas Atas:
Inspeksi : Pergerakan otot/ kekuatan otot lemah, apakah terpasang
infuse, terlihat spider nervi, eritema Palmaris/ kemerahan pada
telapak tangan
Palpasi : Teraba odema/ bengkak
Motorik : Untuk mengamati besar kecilnya bentuk otot dan tes
keseimbangan
Sensorik : Apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan dan
temperatur
Reflek : Memulai reflek fisiologis seperti bisep dan trisep
5555 5555
5555 5555
Ekstremitas bawah
Inspeksi : Bagaiman pergerakan kaki dan otot. Terlihat spider nervi.
Palpasi : Apakah ada nyeri tekan dan benjolan
Motorik : Untuk mengamati besar kecilnya bentuk otot dan tes
Keseimbangan
B. Masalah keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif
2. Devisit volume cairan
3. Resiko syok
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Nyeri kronis
6. Intolerans aktivitas
7. Resiko Tinggi Infeksi
tentukan dan
Terapi
persiapkan
intravena pompa infuse
IV
hubungkan
botol dengan
selang yang
tepat
atur cairan IV
dengan suhu
ruangan
atur pemberian
IV sesuai resep
dan pantau
hasilnya
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (2000). Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Kuncara, H. Y. dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (2005). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed 8).
Jakarta: EGC.
Soeparman. 2004. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Sudoyo, W. Aru. 2000. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi IV. Jakarta: FKUI