Professional Documents
Culture Documents
DEMENSIA
DEMENSIA
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Meningkatkan tingkat pengetahuan perawat maupun pembaca dalam
menghadapi lansia dengan demensia.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun,
tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima
nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena
biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan
kematian (Hutapea, 2005).
Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh usia yang
terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas” menua normal ditandai
oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu (Tjokronegroho
Arjatmo dan Hendra Utama,1995).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus
(berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk
hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan
fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas social
dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (Mickey Stanley, 2006)
Sindrom demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas intelektual dapat
diakibatkan oleh penyakit di otak. Sindrom ini ditandai olah gangguan kognitif, emosional,
dan psikomotor. (Lumbantobing, 2006)
Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi pertama-tama pada sel
yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks serebral dan
hipokampus. Sel yang terpengaruh pertama kali kehilangan kemampuannya untuk
mengeluarkan asetilkolin lalu terjadi degenerasi. Jika degenerasi ini mulai berlangsung,
dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali sel-sel
atau menggantikannya.(Kushariyadi, 2010).
4
2.2 Etiologi
Sheila (2008) menyatakan faktor-faktor penyebab demensia dapat dibagi menurut
beberapa penyebab :
a. Infeksi
1) Neurosifilis
2) Tuberkolosis
3) Penyakit virus
b. Gangguan metabolik
1) Hipotiroidisme
2) Keseimbangan elektrolit
c. Defisiensi zat-zat makanan
1) Defisiensi vitamin B12
2) Defisiensi Niamin
3) Defisiensi Korsakoff (tiamin)
d. Lesi desak ruang
1) Hematoma subdural
2) Tumor
3) Abses
e. Infark otak
f. Zat-zat toksik
1) Obat-obatan
2) Alkohol
3) Arsen
g. Gangguan vaskuler
1) Embolus serebral
2) Vaskulitis serebral
h. Lain-lain
1) Penyakit Parkinson
2) Penyakit Wilson
3) Penyakit Huntington
4) Depresi
5) Cedera kepala sebelumnya
5
2.3 Tanda dan Gejala
Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan gejala demensia
adalah :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi
bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,
tempat penderita demensia berada.
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita
yang sama berkali-kali.
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama
televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan
gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa
perasaan-perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah
2.4 Patofisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia. Penuaan
menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu
berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30 sampai 70
tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan kondisi-kondisi
yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri. Penyakit degeneratif pada otak,
gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas
secara langsung maupun tak langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami
kerusakan melalui mekanisme iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein abnormal
sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun
subkortikal. Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses
konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif
(daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi,
isi pikir, emosi dan mood. Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang
terkena (kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat berbeda.
Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan konfusio akut demensia (Boedhi-
Darmojo, 2009).
6
2.5 Komplikasi
Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada demensia adalah:
1. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.
a) Ulkus diabetikus
b) Infeksi saluran kencing
c) Pneumonia
2. Thromboemboli, infarkmiokardium
3. Kejang.
4. Kontraktur sendi.
5. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri.
6. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan peralatan.
a. Pengkajian
1) Identitas pasien
Nama : Ny. U
Tempat dan tanggal lahir : Tidak terkaji
Usia : ± 80 Tahun-an
Pendidikan terakhir : Tidak terkaji
Agama : Islam
Suku, Bangsa : Jawa, Indonesia
Status perkawinan : Janda
8
Tinggi badan / Berat badan : 142 cm / 34 kg
Penampilan secara umum : Sehat dan bersih
Ciri-ciri fisik : Berambut pendek beruban, kulit sawo matang
Alamat klien saat ini : Panti Werdha X
Orang yang dapat dihubungi : Tidak ada
2) Genogram
Tidak terkaji (Klien tidak tidak ingat keluarga klien, klien dibawa oleh tukang becak
ke panti dan tidak membawa Kartu Identitas)
3) Riwayat Lingkungan Hidup Klien
Klien menyatakan berasal dari Kota Batu (informasi didapatkan dari petugas panti
werdha) dan sudah lupa mengenai lingkuangan tempat hidupnya dulu.
4) Sistem Pendukung Yang Digunakan Klien
Sistem pendukung yang digunakan klien hanyalah pegawai dan teman-teman panti
werdha yang selalu membantunya dalam kegiatan sehari-hari.
5) Deskripsi Kekhususan atau Kebiasaan Ritual
Sholat 5 waktu dan mengikuti pengajian di panti setiap hari Jumat bersama dengan
teman-teman panti wedha dibantu oleh petugas panti werdha.
10
Keterangan :
Klien terlihat bingung saat dilakukan pengkajian, dan jawaban yang diberikan klien
tidak cocok dengan pertanyaan yang diberikan karena klien sudah pikun
(demensia).
11) Diagnostik Test
Nama : Ny. U
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir :-
Tanggal tes : 11 Oktober 2016
SPMSQ (Short Poertable Mental Status Questionaire)
1. Tanggal berapa hari ini? = Salah ( tgl 20 )
2. Apa hari minggu itu? = Tidak tahu
3. Apa nama tempat ini? = Tidak tahu
4. Apakah nomor telepon anda? = Tidak ada
5. Apa nama alamat jalan anda? = Tidak ingat
6. Berapa umur anda? = Tidak ingat
7. Kapan anda lahir? = Tidak ingat
8. Siapa Sischa (nama perawat) = Tidak tahu
9. Siapa nama gadis ibu anda? = Tidak tahu
10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap mengurangi dari setiap nomor baru, semua jalan ke
bawah. = Tidak tahu
Jumlah Kesalahan = 10 Scoring : 0
INDEKS KATZ
1. Bathing : Mandiri
2. Dressing : Mandiri
3. Toileting : Mandiri
4. Transferring : Mandiri
5. Continence : Mandiri
6. Feeding : Tergantung
Indeks Katz = B ( mandiri untuk 5 aktivitas )
11
b. Analisa Data
No Tanggal Data Problem Etiologi
1 11-10-2016 Ds : “siapa Sischa (dalam bahasa Jawa) ?” Perubahan perubahan
Do : Klien tidak mampu mengingat nama proses pikir fisiologis
perawat dengan terus menanyakan nama (degenerasi
perawat tiap kali bertemu, klien mampu neuron
menjawab pertanyaan pada saat ireversibel)
pengkajian dan menjawab secara
berubah-ubah setiap harinya, tidak
mampu menjawab pertanyaan yang
diberikan
Ds : “-”
2 11-10-2016 Do : Klien tidak bisa mendengar, klien Hambatan Perubahan
tidak tahu hari dan tanggal saat ini, susah komunikasi persepsi
mengingat orang, hanya mengetahui verbal
bahasa Jawa dan kurang tahu bahasa
Indonesia
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang didapatkan setelah dilakukan pengkajian adalah:
1. Perubahan proses pikir b/d perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel)
2. Hambatan komunikasi verbal b/d perubahan persepsi.
12
d. Intervensi, Implementasi & Evaluasi Keperawatan
No Tanggal Diagnosa Tujuan/ Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Kriteria
1 11 Perubahan proses Klien mampu 1) Lakukan 1) Untuk 11-13 Oktober 2016 13 Oktober 2016
Oktober pikir b/d mengingat pendekatan membina Pukul 11.00 WIB Pukul 13.50 WIB
2016 perubahan nama perawat kepada klien hubungan 1) Melakukan S : “siapa yang
fisiologis dengan kriteria secara verbal terapeutik pendekatan pada namanya
(degenerasi tidak dan tindakan antara klien nenek utik. Sischa”.
neuron menanyakan dan perawat
ireversibel) nama perawat 2) Panggil klien 2) Menghargai 2) Memanggil nama O : klien belum
Ds : “siapa Sischa setelah dengan klien sesuai klien pada saat mampu
(dalam bahasa tindakan namanya. dengan berbincang. menyebutkan
Jawa) ?” keperawatan. keadaan yang nama perawat
ada. tanpa
Do : Klien tidak 3) Tatap wajah 3) Menghormati 3) Menatap wajah mengingatkan
mampu klien ketika klien sebagai klien saat nya lagi.
mengingat nama berbicara pasangan berbicara.
perawat dengan bicara. A : masalah
terus menanyakan 4) Tuliskan 4) Mengasah 4) Menuliskan nama belum teratasi.
nama perawat tiap nama perawat daya ingat perawat di kertas
kali bertemu, di sebuah klien tanpa dan
13
klien mampu kertas dan di memaksakan menempelkannya P : Lanjutkan
menjawab tempelkan klien. di meja samping intervensi
pertanyaan pada pada salah tempat tidur klien.
saat satu tempat
pengkajian dan yang mudah
menjawab secara dilihat klien.
berubah-ubah 5) Sebutkan 5) Melatih 5) Menyebutkan
diberikan kembali
ketika akan
berpisah
14
Ds : “-” tindakan klien untuk dan bahasa berkomuniakasi O : klien masih
keperawatan berkomunikasi yang sering klien. belum dapat
Do : Klien tidak digunakan berkomunikasi
bisa mendengar, klien saat dengan baik,
klien tidak tahu berkomunikasi klien tidak dapat
hari dan tanggal 2) Gunakan 2) Memperlancar 2) Menggunakan menjawab
saat ini, susah komunikasi komunikasi komunikasi non pertanyaan-
mengingat orang, non-verbal. agar tidak verbal dengan pertanyaan yang
hanya mengetahui kaku. menuliskan di mudah dijawab.
bahasa Jawa dan buku hal-hal yang
kurang tahu ingin A: Masalah
bahasa Indonesia diperbincangkan belum teratasi.
agar dapat dibaca
klien. P: Lanjutkan
3) Gunakan 3) Membuat 3) Menggunakan intervensi
bahasa tubuh klien lebih bahasa tubuh
untuk mengerti seperti pergerakan
menyampaikan dalam bibir, dan tangan.
sesuatu. berkomunikasi
selain
membaca.
15
4) Gunakan 4) Klien dapat 4) Menggunakan
bahasa memahami bahasa Indonesia
Indonesia yang dengan baik yang baik dan
baik dan baku maksud dari baku
(mudah kata-kata yang
dimengerti) ditanyakan
16
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Menurut Hutapea, 2005, usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu
kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan
yang berakhir dengan kematian. Dan menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua
merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan
umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara
perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk
memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. Dengan adanya
perubahan dalam proses berpikir ini, maka asuhan keperawatan sangat dibutuhkan dalam
menangani masalah pada usia lanjut ini.
3.2 Saran
Kurangnya informasi baik kepada klien, perawat, maupun keluarga dengan anggota
keluarga penderita demensia tentang penyakit demensia, perawatan dan tentang cara untuk
pencegahan, maka penulis memberi saran untuk adanya sarana promosi kesehatan yang
berupa pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan demensia dengan materi yang
sederhana yang dapat dicerna oleh klien dengan mudahnya sehingga klien dapat mengerti
tentang demensia mulai dari definisi, penyebab, tanda dan gejala dan cara pencegahannya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Hutapea, R. 2005. Sehat dan Ceria Diusia Senja. Jakarta : PT Rhineka Cipta.
Tjokronegroho, A. H, Utama . 2003. Kecerdasan pada Usia Lanjut dan demensia . Jakarta :
FKUI.
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia Dengan Demensia Pada Pasien
Home Care.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewArticle/389 diakses
tanggal 11 Oktober 2016.
Boedhi, D. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta : FKUI.
Setiati, S. 2003. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta : FKUI.
Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba medika.
18