Professional Documents
Culture Documents
Monica
Monica
BRANCIARIA DECUMBEN
Oleh :
MONICA ANDESTA
17051040100
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAHKUALA
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “BRANCIARIA DECUMBEN”.
Makalah ini telah diupayakan agar dapat sesuai apa yang diharapkan dan
dengan terselesainya makalah ini sekiranya bermanfaat bagi setiap pembacanya.
Makalah ini penulis sajikan sebagai bagian dari proses pembelajaran agar kiranya
kami sebagai mahasiswa dapat memahami betul tentang perlunya sebuah tugas
agar menjadi bahan pembelajaran.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan rasa syukur yang tulus dan ikhlas
kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta ucapan terima kasih kepada : Dosen Pengajar,
dan Teman teman berkat kerjasamanya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan dengan
segala kerendahan hati kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun,
sehingga apa yang kita harapkan dapat tercapai. Dan merupakan bahan
kesempurnaan untuk makalah ini selanjutnya. Akhirnya penulis berharap, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
keberhasilan suatu peternakan tidak pernah lepas dari efisiensi kualitas dan kua
ntitas pakan. hijauan pakan ternak atau biasa disebut hijauan makanan ternak
(hmt) merupakan bahan pakan yang sangat penting bagi ternak terutama ternak
ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba. hijauan pakan ternak
menjadi bahan pakan yang sangat disukai oleh ternak ruminansia.
hijauan yang merupakan sumber makanan ternak terutama ternak ruminansia
selain merupakan kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan sumber tenaga, juga
merupakan komponen yang sangat menunjang bagi produksi dan reproduksi
ternak.jenis hijauan seperti rumput maupun kacang-kacangan (leguminosa) dalam
bentuk segar atau kering haruslah tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang
tahun karena jenis hijauan ini umum dikonsumsi oleh ternak. pada prinsipnya
hijauan yang disajikan pada ternak perlu memiliki sifat-sifatyaitu disukai
(palatable), mudah dicerna, nilai gizinya tinggi dan dalam waktu yang pendek
maupun tumbuh kembali. hijauan pakan ternak dibagi kedalam dua bagian yaitu
bangsa rumput-rumputan dan leguminosa (semak dan pohon).
kebutuhan hijauan akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya jumlah
populasi ternak yang dimiliki. kendala utama di dalam penyediaan hijauan pakan
untuk ternak terutama produksinya tidak dapat tetap sepanjang tahun. pada saat
musim penghujan, produksi hijauan makanan ternak akan melimpah, sebaliknya
pada saat musim kemarau tingkat produksinya akan rendah, atau bahkan dapat
berkurang sama sekali (sumarno, 1998).
makanan hijauan merupakan semua bahan makanan yang berasal dari tanaman
dalam bentuk daun-daunan. kelompok tanaman ini adalah rumput (graminae),
leguminosa dan tumbuh-tumbuhan lainnya. kelompok hijauan biasanya disebut
makanan kasar.
hijauan segar dan hijauan kering dapat dibudidayakan dengan memperhatikan
mutu hijauan tersebut yaitu sifat enetic dan lingkungan (keadaan tanah daerah,
iklim dan perlakuan manusia) agar dapat memenuhi kebutuhan gizi makanan setiap
ternak dan membantu peternak mengatasi kesulitan dalam pengadaan makanan
ternak. dalam mengusahakan tanaman makanan ternak untuk mandapatkan hijauan
yang produktivitasnya tinggi maka perlulah tanaman makanan ternak diusahakan
secara maksimal mulai dari pemilihan lokasi, pemetaan wilayah, pengelolaan
tanah, pemilihan bibit, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, panen dan usaha–
usaha untuk memepertahankan dan meningkatkan mutu (pascapanen) sampai
dengan penanganan hijauan sebelum dikonsumsi ternak (anonim, 2010).
1.2 tujuan
adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah yaitu :
4
1. untuk mengetahui morfologi,klasifikasi,sarat tumbuh dan kandungan gizi jenis
legum yaitu centrosema pubescens.
2. untuk mengetahui cara penanaman yang baik untuk jenis legum centrosema
pubescens.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasiifikasi rumput bede
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Graminales
Famili : Graminae
Genus : Brachiaria
Spesies : Brachiaria Decumbens
6
RUMPUT BEDE/ SIGNAL (BRACHIARIA DECUMBENS) | Referensi terbaru di 2017 via
webTernak Mudah Untung. Rekomendasi konten lengkap terbaik. - Ternak Mudah
Untung. Artikel ini di beri judul RUMPUT BEDE/ SIGNAL (BRACHIARIA DECUMBENS).
Konten ini untuk anda pembaca setia https://ternakmudahuntung.blogspot.co.id/.
Bagikan juga postingan RUMPUT BEDE/ SIGNAL (BRACHIARIA DECUMBENS)
terbaru ini ke media kalian. Supaya blog seputar Ternak Mudah Untung dan website
terkait serta kamu mendapat manfaat dari info ulasan Ternak Mudah Untung di 2017 ini.
Langsung saja baca dan simak mengenai RUMPUT BEDE/ SIGNAL (BRACHIARIA
DECUMBENS) di bawah ini dari situs web Ternak Mudah Untung.
Rumput Brachiaria decumbens (bede) disebut pun rumput signal berasal dari Afrika
timur. Brachiaria decumbens memiliki ciri-ciri, tinggi tanaman 30-45 cm, daun kaku
serta pendek, ujung daun meruncing, gampang berbunga, bunga berbentuk semisal
bendera. Brachiaria decumbens disebut rumput gembalaan yng tumbuh menjalar
yang dengannya stolon membentuk hamparan yng lebat. Rumput bede salah
satunya rumput berumur panjang, bisa tumbuh yang dengannya membentuk
hamparan lebat serta penyebarannya Amat cepat melalui stolon. Rumput bede
tahan penggembalaan berat, tahan injakan serta renggutan dan tahan kekeringan
serta responsif terhadap pemupukan nitrogen. Selain itu rumput ini pun cepat
tumbuh serta berkembang menjadikan gampang menutup tanah, namun tak tahan
terhadap genangan air. Rumput ini adalah bahan hay yng balk, lantaran batangnya
kecil gampang menjadi kering. Rumput bede bisa tumbuh baik pada ketinggian 0-
1200 m (dataran rendah hingga dataran tinggi) yang dengannya curah hujan 762-
1500 mm/tahun, kemasaman tanah (pH) 6-7 (Kismono serta Susetyo, 1977).
Penjabaran Rumput Bede (Signal) Divisi : Angiospermae Class : Monocotyledoneae
Ordo : Graminales Family : Graminaea Genus : Brachiaria Species : Brachiaria
Decumbens
7
Di
Indonesia rumput bede tidak sedikit dijumpai di pinggir jalan, pinggir selokan,
lapangan, pematang sawah serta di tempat-tempat lain-lainnya yng berbatu.
Perkembangbiakan rumput bede di Indonesia sebetulnya telah tersebar luas, akan
tetapi pengembangan secara budidaya serta secara ekonomis masih Amat dibatasi
dibandingkan yang dengannya pengembangan rumput raja (king grass) serta
rumput gajah (elephant grass) yng telah dikenal lebih dahulu oleh petani peternak.
Jarak tanam yng Suka dipakai bagi atau bisa juga dikatakan untuk penaman rumput
bede merupakan 30x30 cm ataupun 40x40cm (Akk, 1983)
Kandungan isi sel rumput Bede mengalami menurun yang dengannya
meningkatnya tingkat kedewasaan tanaman, sedangkan kandungan fraksi serat
(NDF, ADF, serta Lignin) meningkat yang dengannya meningkatnya tingkat
kedewasaan tanaman. Kualitas serat paling baik ditunjukkan oleh hijauan rumput
Bede yng dipotong pada umur 30 hari, serta pemotongan rumput masih tetap bisa di
lakukan hingga umur 40 hari. Keistimewaan rumput ini merupakan tahan hidup di
musim kemarau (tahan kering), selain itu lantaran memiliki perakaran yng Amat kuat
serta cepat menutup tanah menjadikan bisa mengurangi erosi (Siregar, 1987).
Pemotongan ataupun penggembalaan pertama bisa di lakukan sesudah tanaman
rumput bede berumur 2 bulan bila keadaan memungkinkan (cukup hujan) yang
dengannya tujuan bagi atau bisa juga dikatakan untuk meratakan serta merangsang
pertumbuhan akar tanaman. Pemotongan/penggembalaan selanjutnya di lakukan
setiap 5-6 minggu (40 hari) pada musim hujan, sedangkan musim kemarau
diperpanjang hingga 8 minggu (60 hari). Tinggi potong rumput bede umumnya 5-15
cm dari permukaan tanah pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau
umumnya lebih dari 15 cm dari permukaan tanah.
Advertisement
Kandungan protein kasar serta serat kasar pada aneka macam taraf pemotongan
dilaporkan oleh Siregar serta Djajanegara (1972) merupakan, 13,8% serta 29,69%
pada pemotongan 20 hari, 8,86% serta 30,63% pada pemotongan 30 hari, 6,24
8
serta 33,27 pada pemotongan 45 hari dan 5,90 serta 34,1 pada pemotongan 60
hari. Hasil yang telah di sebutkan menunjukan bahwasanya protein kasar pada
Brachiaria akan cenderung menurun serta serat kasar akan meningkat sesuai yang
dengannya bertambahnya umur potong rumput
(http://peternakan.litbang.deptan.go.id/).
Sumber: Akk. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja Serta Perah . Penerbit
Kanisius. Kismono, I. Serta S. Susetyo. 1977. Pengenalan Jenis Hijaun Tropika
Penting. Produksi Hijauan Makanan Ternak Bagi atau bisa juga dikatakan untuk
Sapi Perah . Bplpp. Lembang, Bandung. 1977. Siregar, M.E Serta A. Djajanegara.
1974. Pengaruh Tingkat Pemupukan Zwavelzuur Kalium (Zk) Terhadap Produksi
Segar 5 Jenis Rumput. Buletin L.P.P. Bogor No 12, 1-8 Siregar, M.E. 1987.
Produktivitas Serta Kemampuan Menahan Erosi Species Rumput Serta Leguminosa
Terpilih Menjdai Pakan Ternak Yng Ditanam Pada Tampingan Teras Bangku Di Das
Citanduy, Ciamis.
9
AB III
PEMBAHASAN
3.1 Pemilihan Lokasi
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi untuk areal
penanaman hijauan, yaitu:
a. Kesuburan tanah dan klim
Kesuburan tanah dan iklim yang menjamin akan menunjang kecepatan tumbuh,
produktivitas, mutu dan kontinitas hiauan. Disamping itu, akan menjamin efisiensi
pengelolaan lebih lanjut.
b. Topografi yang berkenaan dengan keperluan pemupukan, komunikasi, serta
sumber air
Topografi perlu dipertimbangkan berhubungan dengan :
- Suatu rencana akan dilakukannya penggunaan alat2 mekanisasi
-Usaha pemupukan
-Transportasi
-Sumber air dan usaha pengairan
b. Bahan penanaman
Bahan penanaman yang umum dipergunakan sebagai bibit adalah biji, pols,
dan steck.
Penanaman dengan biji
Untuk menjamin proses perkecambahan biji yang sempurna, diperlukan kontak
yang erat dengan butiran tanah. Keadaan ini bisa dicapai dengan cara
membenamkan biji ke dalam tanah. Peternak harus bisa menggolongkan biji
tersebut. Sebagai pedoman, biji hijauan digolongkan menjadi 3 macam, yaitu :
- Ukuran besar, dibenamkan sampaii kurang lebih 3 cm. Biji tersebut
misalnya Leucaena Sp, Delichos Sp.
- Ukuran sedang, dibenamkan sedalam 1-2 cm, misalnya siratro, stylosanthes
guyanensis, colopogonium, centrosema pubescens, plemengia congesta.
- Ukuran lembut (halus), dibenamkan sedalam kira2 1 cm, misalnya lotononis
ainesii.
Penanaman dengan pols
10
Pols diperoleh dari pecahan-pecahan rumput yang sehat dan masih banyak
mengandung cukup akar serta calon anakan baru. Sebelum ditanam dilakukan
pemangkasan 40% dari bagian vegetatif (terutama daun) untuk menghindarkan
penguapan sebelum akar menyerap air. Pemangkasan juga dilakukan dibagian akar
untuk merangsang pertumbuhannya.
3.4 Penanaman
Agar pertumbuhan biji menjadi serempak, inokulasi biji dengan strain
Bradyrhyzobium yang efektif dianjurkan di Australia untuk penanaman yang
optimal. Jumlah biji tanam : 3-5 biji yang telah diskarifikasi/ha atau lebih (
misalnya kalau ditebar) : dianjurkan bedengan dipersiapkan dengan baik,
penanaman dengan rumpun juga mungkin dilakukan. Pertumbuhan lambat tetapi
pada tanah yang baik, dibawah kondisi kadar air yang tepat dan ditanam sendiri,
membentuk satu rumpun tanaman setebal 40-50 cm 4-8 bulan setelah tanam.
Keunggulan centrosema
• Kualitas tinggi
• Potensi produksi biji tinggi
11
• Melindungi permukaan lahan
Keterbatasan centrosema
• Persyaratan tanah yang tinggi.
• Tumbuh lambat.
• Bergantung manajemen.
• Daya tahan hidup rendahdisebabkan karena palatabilitas yang tinggi
3.5 Pemeliharaan
Karena tanaman ini bisa tumbuh di tanah asam dan suhu lingkungan yang
tinggi. Maka tidak ada hal khusus yang di perlukan untuk pemeliharaan tanaman
centrosema pubescens
.
3.6 Pemanenan
Pada waktu panen, bagian tanaman 5 cm di ataspermukaan tanah dipotong, dan
dilayukan dulu sebelum diberikan kepada ternak. Tujuan pemotongan hanya 5 cm
agar tumbuhan yang tertinggal masih dapat tumbuh untuk tanaman yang baru.
12
DAFTAR PUSTAKA
Smit, A. C. 1985. Flora Vitensis Nova; A New Flora of Fiji. Lawai, Kauai,
Hawai National Tropical Botanical Garden, Vol3, p 232.
13