You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk menggambarkan sebuah sistem yang dibangun oleh sejumlah partikel
dengan energi yang berbeda kita memerlukan fungsi distribusi. Fungsi distribusi ini
dibangun atas dasar jumlah keadaan mikro maksimal yang dapat dibuat dari setiap
keadaan makro yang kita munculkan.
Fungsi ditribusi ini erat kaitannya dengan keadaan sistem partikel yang
biasanya mendefinisikan variabel terukur yang didasari dengan memperhatikan energi
sistem tersebut. Sebuah sistem keadaan partikel tersusun oleh keadaan makroskopik
yang dibentuk oleh beberapa keadaan mikroskopik. Sistem makroskopik merupakan
suatu sistem yang menggambarkan banyaknya partikel yang dapat ditempatkan di
setiap tingkat energinya. Sedangkan keadaan mikroskopik merupakan keadaan sistem
yang menggambarkan banyaknya cara menempatkan partikel dari kondisi yang
ditentukan yaitu keadaan makroskopiknya.
Keadaan makro menggambarkan banyaknya partikel yang dapat ditempatkan
ditiap tingkat energinya. Sehingga fungsi distribusi ini akan menggambarkan cara
yang paling tepat untuk menempatkan sejumlah partikel (ni) dalam sistem yang kita
inginkan. Oleh karena itu beberapa variabel yang terkait dengan fungsi distribusi ini
adalah : energi tingkat (ei), degenerasi dari tingkat energi (gi) dan konstanta lagrange
a dan b. Oleh karena itu dapat dilihat keadaan partikel secara lebih umum.
Berdasarkan sifat kerapatan partikel dalam sisitem kita mengenal 2 jenis
partikel, yaitu:
a. Partikel terbedakan, partikel ini ditempatkan untuk sistem dengan
kerapatan yang kecil sehingga jika jumlah partikelnya sedikit dibanding
dengan ukuran volumenya kita dapat melihat perbedaan satu dengan lainnya,
misal sistem gas ideal dimana jarak antar partikel jauh lebih besar dari ukuran
partikel. Maka untuk Membedakan partikel dapat kita lakukan dengan mudah
dengan memberi nama a, b, c d, …
b. Partikel tak terbedakan merupakan kebalikan dari partikel
terbedakan,untuk sistem dengan kerapatan yang besar yaitu jumlah partikelnya
sangat banyak untuk ruang volume yang kecil, maka kita akan merasa
kesulitan dalam Membedakan satu dengan lainnya, misal sistem gas elektron
pada zat padat. Maka untuk menggambarkan distribusi partikelnya digunakan
simbol (titik).

Dalam beberapa sistem fisika, kita menemukan partikel dengan spin yang
berbeda, dalam hal ini kita akan mengelompokkan partikel dengan spin ½ (½
kelipatan ganjil) dan partikel dengan spin 1 ( ½ kelipatan bulat), keadaan spin ini akan
menimbulkan fungsi gelombang yang berbeda (simetri dan anti sismentri). Untuk
keadaan ini kita melihat ada partikel yang memenuhi kaidah Pauli yang menyatakan
bahwa tidak boleh lebih dari satu partikel memiliki bilangan quantum yang sama,
sebagai contoh: fermion, elektron bebas dalam logam, dan ada pula partikel yang
tidak memenuhi kaidah Pauli artinya ada beberapa partikel memiliki bilangan
kuantum yang sama, sebagai contoh: boson, helium cair dalam temperatur rendah,
foton dalam rongga.

Banyak sekali kasus-kasus fisika dalam tinjauan fisika molekul yang mampu
dijelaskan oleh distribusi statistik. Salah salah satunya adalah kasus kondensasi,
dimana kasus ini akan sangat tepat dijelaskan menggunakan fungsi distribusi Bose-
Einstein.

B. Rumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang diatas maka dirumuskan permasalahan berikut :
1. Bagaimana fungsi distribusi Bose-Einstein?
2. Bagaimanakah proses kondensasi?
3. Bagaimanakah aplikasi distribusi Bose-Einstein pada kasus kondensasi?

C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode kajian pustaka
berupa buku cetak, buku elektronik dan artikel internet.

D. Tujuan Penulisan
Tujuan dari Penulisan ini adalah mempelajari secara khusus aplikasi atau penerapan
distribusi statistik Bose Einstein pada proses kondensasi.
E. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari Makalah ini adalah sebagai referensi bacaan bagi para pembaca
dalam mempelajari aplikasi dari distribusi statistik bose einstein.

F. Sistematika Penulisan

Makalah ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :

A. Pendahuluan
 Latar belakang
 Rumusan Masalah
 Metode Penulisan
 Tujuan Penulisan
 Manfaat Penulisan
 Sistematika Penulisan
B. Pembahasan
 Kondensi
 Distribusi Statistik Bose Einstein
 Kondensi pada distribusi statistik Bose Einstein
C. Penutup
 Kesimpulan
 Saran
BAB II

PEMBAHASAN

A. Distribusi Statistik Bose Einstein


Dasar pembeda antara statistika Maxwell-Boltzmann dan statistika Bose-
Einstein ialah yang terdahulu mengatur partikel identik yang dapat dibedakan dengan
suatu cara tertentu, sedangkan yang mengatur partikel identik yang tidak dapat
dibedakan, walaupun partikel itu dapat dicacah. Dalam statistika Bose-Einstein,
semua keadaan kuantum dianggap berpeluang sama. Untuk sistem ini, fungsi keadaan
yang menggambarkan sistem partikel bersifat anti-simetrik terhadap pertukaran
elektron. Ada sistem yang mengandung partikel-partikel yang tak memenuhi prinsip
eksklusi Pauli. Artinya, jumlah partikel pada suatu keadaan kuantum tidak terbatas
sehingga fungsi keadaan yang menggambarkan sistem partikel adalah simetrik
terhadap pertukaran partikel. Partikel-partikel ini disebut boson.
Sekarang tinjau partikel boson di dalam rongga bervolume V dan temperature T.
spesifikasi keadaan mikro dengan r dan tingkat energi ɛr dengan r = 0, 1, 2, …..
Jumlah partikel di setiap keadaan adalah nr = 0,1,2,...,N. Hal yang membedakan dari
kasus foton adalah jumlah partikel boson yang berhingga N bukan tek berhingga dan
memenuhi persyaratan :
n1+n2 + n3 + … + …. = N ………………………………………………………..(1)
Selain itu, energi sistem juga memenuhi batasan :
n1ɛ1 + n2 ɛ2 + … + nr ɛr+ ….. = E ………………………………………………..(2)

Akibatnya, evaluasi bagi fungsi partisi


𝑍 = ∑𝑛1 ∑𝑛2 … ∑𝑛𝑟 … 𝑒 −𝛽(n1 ɛ1 + n2 ɛ2 + … + nr ɛr+ …..) .....................................(3)
tidak sesederhana seperti hanya dalam kasus foton.
Karena evaluasi bagi fungsi partisi tidak sederhana maka diperlukan pendekatan
alternative untuk memperoleh fungsi disribusi bagi boson. Misalkan, tingkat
degenerasi keadaan ada gi dan jumlah partikel yang berada dalam keadaan tersebut
ada ni. Pertanyaannya, ada berapa cara yang mungkin dari partikel identik ini
menempati keadaan? Misal keadaan digambarkan seperti gambar berikut :
Banyaknya partikel tak terbedakan = n i = 20
Banyaknya pembatas = g i - 1 = 11
Banyaknya sel g i = 12
Untuk mencarinya, kita anggap deretan ni+ gi - 1 benda yang diletakkan dalam
gambar di atas. Kita perhatikan bahwa gi - 1 benda dapat dianggap sebagai pembatas
yang memisahkan gi selang, sedangkan seluruh deretan mengambarkan ni partikel yang
diatur dalam gi sel. Dalam gambar itu gi = 12 dan ni = 20; 11 pembatas memisahkan 20
partikel menjadi 12 sel. Sel pertama berisi dua partikel, yang kedua tidak ada, yang
ketiga satu partikel, yang keempat tiga partikel, dan seterusnya. Terdapat (ni+ gi - 1)!
Permutasi ni partikel diantara mereka dan (gi-1)! Permutasi dari gi- 1 pembatas yang
tidak mempengaruhi distribusi dan tak relevan. Jadi terdapat
(ni +gi −1)!
……..................................................................................................(4)
ni !(gi−1) !

cara yang relevan untuk menata (ni+ gi - 1) partikel dan pembata secara berlainan.
Jadi banyaknya cara W dari N partikel dapat didistribusikan pada semua tingkat
energi adalah
(ni +gi −1)!
𝑊= ∏ ………….……………………………………………….. (5)
ni !(gi−1) !

Dari banyaknya pengaturan yang berbeda dari partikel diantara keadaan


yangmemiliki energi tertentu. Kita anggap (ni+ gi) >> 1, Sehingga (ni+ gi - 1) dapat
diganti dengan (ni+ gi), dan dianggap mengambil logaritma natural dari persamaan (5)
didapatkan:
ln W = Σ[ln(ni+ gi)! − ln n ! − ln( gi −1)!] …………………………………….(6)
Rumus Strilling ln n! = n ln n – n memperbolehkan kita untuk menulis ln W sebagai
berikut:
Ln W = Σ[(ni+ gi ) ln(ni+ gi) –(ni+ gi) - ni ln ni + ni –(gi −1)ln(gi −1) + (gi −1)]
Ln W = Σ[(ni+ gi ) ln(ni+ gi) – ni ln ni – (gi −1) ln(gi −1)] ……………………..(7)
Persyaratan supaya distribusi ini berpeluang terbesar ialah perubahan kecil δni
dalam setiap ni individual tidak mempengaruhi harga W. Jika perubahan ln W yaitu δln
W terjadi ketika ni berubah dengan δni, persyaratan tersebut dapat ditulis sebagai
berikut:
δlnW max = 0
Jadi, jika W dari persamaan (7) menyatakan maksimum maka:
δlnW max = Σ[δ(ni+ gi) ln(ni+ gi) + (ni+ gi) δln(ni+ gi) - δni ln ni - ni δln ni –
δ(gi −1) ln(gi −1) - (gi −1)δ ln(gi −1) ] = 0
δlnW max = Σ[δni ln(ni+ gi) + (ni+ gi) δln(ni+ gi) - δni ln ni - ni δln ni ] = 0
δlnW max = Σ[δni ln(ni+ gi) - δni ln ni ] = 0
δlnWmax= Σ[ln(ni+ gi) - ln ni ]δni = 0
………………………………………………(8)
Disini kita telah membahas fakta
δ ln n = 1/nδn
Seperti sebelumnya kita memasukkan kekekalan jumlah partikel dengan
menyatakan dalam bentuk
Σδni = 0
Dan kekekalan energi, dalam bentuk
Σεi δni = 0
Bagaimana dalam kasus perumusan sistem klasik, kendala jemlah partikel (1) dan
energi (2) tetap dikalikan konstanta α dan β,
[n1 α + n2 α + …+ nr α ]= α ∑𝑟𝑖=1 𝑛𝑖 = N α
[n1ɛ1β+n2ɛ2β+ … + nr ɛr β]=β ∑𝑟𝑖=1 𝑛𝑖 𝜀𝑖 =E β ……………………………………(9)
Variasi kecilnya
α ∑𝑟𝑖=1 δ𝑛𝑖 =α dN = 0
β ∑𝑟𝑖=1 δ𝑛𝑖 𝜀𝑖 = β dE = 0………………………………………………………… (10)
Karena jumlah total partikel dan energi tetap. Jumlahkan kendala ini terhadap (8)
didapatkan
δlnW max + α ∑𝑟𝑖=1 δ𝑛𝑖 + β ∑𝑟𝑖=1 δ𝑛𝑖 𝜀𝑖 = 0
Σ[ln(ni+ gi) - ln ni ]δni + α ∑𝑟𝑖=1 δ𝑛𝑖 + β ∑𝑟𝑖=1 δ𝑛𝑖 𝜀𝑖 = 0
Σδni[ln(ni+gi)-lnni+ α + β𝜀𝑖 ] = 0 ……………………………………………….(11)
Karena secara efektif δni bebas, maka kuantitas dalam tanda kurung harus nol untuk
setiap harga i. Jadi
ln(ni+gi)-ln ni + α + β𝜀𝑖 = 0 ………………………………………………………(12)
ni +gi
ln + α + βεi = 0
ni
ni +gi
ln = - (α + βεi )
ni

ni + g i
= e−(α+βεi )
ni
gi
1 + = e−(α+βεi )
ni

gi
ni =
e−(α+βεi ) − 1

B. Kondensi
Kondensasi atau yang sering disebut pengembunan adalah perubahan wujud
benda ke wujud yang lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan. Kondensasi
dapat terjadi ketika uap didinginkan menjadi cairan, tetapi dapat juga terjadi bila
sebuah uap dikompresi (yaitu, tekanan ditingkatkan) menjadi cairan, atau mengalami
kombinasi dari pendinginan dan kompresi. Cairan yang telah terkondensasi dari uap
disebut kondensat. Sebuah alat yang digunakan untuk mengkondensasi uap menjadi
cairan disebut kondenser. Kondenser umumnya adalah sebuah pendingin atau penukar
panas yang digunakan untuk berbagai tujuan, memiliki rancangan yang bervariasi,
dan banyak ukurannya dari yang dapat digenggam sampai yang sangat besar.
Kondensasi terjadi pada saat energi partikel-partikel tersebut berada pada groundstate
sehingga partikel-pertikel tersebut tidak dapat berpindah tingkat energinya ke tingkat
energi yang paling rendah lagi.

C. Kondensi pada Distribusi Statistik Bose Einstein

Mari kita tengok kembali fungsi distribusi Bose-Einstein. Untuk mudahnya


kita gunakan skala energi sehingga tingkat terendah memiliki energi 𝐸0 = 0.
Populasi keadaan dengan tingkat energi sembarang diberikan oleh persamaan (1.53).
Jumlah populasi yang menempati tingkat energi terendah (𝐸0 = 0) adalah
1
𝑁(0, 𝑇) = 𝜇
(1.54)
exp (− 𝑘𝑇) − 1

Pada suhu T→ 0 hampir semua sistem menempati keadaan dengan energi terendah.
Dengan demikian, jumlah populasi pada tingkat ini memiliki orde kira-kira sama
dengan jumlah total sistem, atau

1
𝑁 ≈ lim 𝑁(0, 𝑇) = lim 𝜇 (1.55)
𝑇→0 𝑇→0 exp(− )−1
𝑘𝑇

Karena nilai N sangat besar (dalam orde 1023 ) maka ketika T→ 0 penyebut pada
𝜇 𝜇
1/[exp(− 𝑘𝑇) − 1] harus menuju nol. Jika tidak maka 1/[exp(− 𝑘𝑇) − 1] tidak akan
𝜇
menghasilkan nilai N yang sangat besar. Nilai [exp(− 𝑘𝑇) − 1] akan menuju nol
𝜇
hanya jika exp(− 𝑘𝑇) menuju satu. Dari sifat fungsi eksponensial bahwa exp[𝑥]
𝜇
mendekati 1 jika x→ 0. Jadi disimpulan bahwa pada T→ 0 akan berlaku →0
𝑘𝑇

maka dapat dilakukan aproksimasi

𝜇 𝜇
exp (− )≈1− (1.56)
𝑘𝑇 𝑘𝑇

Jadi dapat diaproksimasikan sebagai berikut ini

1 1 𝑘𝑇
𝑁 ≈ lim 𝜇 = 𝜇
=−
𝑇→0 exp(− )−1 (1 − 𝑘𝑇) − 1 𝜇
𝑘𝑇

Atau

𝑘𝑇
𝜇=− (1.57)
𝑁

Hubungan pada persamaan (1.57) menyatakan bahwa pada suhu T menuju 0 maka 𝜇
berharga negatif dan merupakan fungsi linear dari suhu. Sebagai ilustrasi, pada T=1
K dan N= 1022 maka 𝜇 = −1,4 × 10−38 𝑒𝑟𝑔. Ini adalah nilai yang sangat kecil.
Bahkan nilai ini jauh lebih kecil daipada jarak antar dua tingkat energi terdekat
dalam assembli atom helium di alam kubus dengan sisi 1 cm. Kebergantungan
𝜇 pada suhu itulah yang menyebabkan peristiwa kondensasi Bose-Einstein.
Agar lebih memahami fenomena kondensasi Bose-Einstein, perhatikan sistem-
sistem yang berada dalam kubus dengan sisi L. Tingkat-tingkat energi yang dimiliki
assembli memenuhi

ℏ2
𝐸(𝑛𝑥 𝑛𝑦 𝑛𝑧 ) = (𝜋/𝐿)2 (𝑛𝑥2 + 𝑛𝑦2 + 𝑛𝑧2 ) (1.58)
2𝑀

Tingkat energi terendah bersesuaian dengan 𝑛𝑥 = 𝑛𝑦 = 𝑛𝑧 = 1, yaitu


ℏ2 𝜋 2
𝐸(111) = ( ) (1 + 1 + 1)
2𝑀 𝐿

Salah satu tingkat energi berikutnya bersesuaian dengan 𝑛𝑥 = 𝑛𝑦 = 1 𝑑𝑎𝑛 𝑛𝑧 = 2


yaitu,

ℏ2 𝜋 2
𝐸(112) = ( ) (1 + 1 + 4)
2𝑀 𝐿

Selisih tingkat energi terendah dan tingkat energi berikutnya adalah

ℏ2 𝜋 2
∆𝐸 = 𝐸(111) − 𝐸(112) = 3 × ( )
2𝑀 𝐿

Jika assembli tersebut adalah atom helium (𝑀 = 6,6 × 10−24 𝑔 ) dalam kubus
dengan sisi 1 cm maka ∆𝐸 ≅ 2,48 × 10−30 𝑒𝑟𝑔 .

Apabila kita prediksi populasi sistem pada tingkat energi eksitasi pertama dan
tingkat energi terendah dengan menggunakan statistik Maxwell-Boltzman adalah

𝑁1 ∆𝐸
= exp(− )
𝑁0 𝑘𝑇

Pada suhu T = 1 mK maka

𝑁1 2,48 × 10−30 𝑒𝑟𝑔


= exp (− )≅1
𝑁0 𝑘 × 10−3 𝐾

Hasil diatas berarti bahwa pada suhu 1 mk, tingkat energi terendah dan eksitansi
pertama memiliki populasi yang hampir sama. Namun, dengan statistik Bose-
Einstein didapatkan hasil yang sangat berbeda. Dnegan asumsi N= 1020 dan suhu
T= 1 mK maka kita peroleh
𝑘𝑇 𝑘 × 10−3
𝜇=− =− = −1,4 × 10−41 𝑒𝑟𝑔
𝑁 1022

Jumlah populasi yang menempati tingkat energi eksitasi pertama (tepat di atas
tingkat energi paling rendah) adalah

1
𝑁(𝐸1 , 𝑇) = 𝐸1 −𝜇
exp −1
𝑘𝑇

Karena 𝐸0 = 0 maka 𝐸1 = ∆𝐸. Lebih lanjut, mengingat |𝜇| ≪ ∆𝐸 maka 𝐸1 − 𝜇 ≈


𝐸1 = ∆𝐸. Dengan demikian

1
𝑁(𝐸1 , 𝑇) = ∆𝐸
exp 𝑘𝑇 − 1

1
= 5 × 1010
2,48×1030
exp ( )−1
𝑘×10−3

Dengan demikian, fraksi sistem pada tingkat energi eksitasi pertama adalah

𝑘(𝑘1 ) 5 × 1010
= 22 = 5 × 10−12
𝑘 10

Tampak bahwa fraksi sistem pada tingkat energi eksitasi pertama amat kecil. Ini
berarti bahwa sebagian besar sistem berada pada tingkat energi terendah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penulisan makalah ini dapat dapat disimpulkan :
gi
1. Persamaan fungsi distribusi Bose-Einstein adalah ni = e−(α+βεi ) − 1

2. Kondensasi adalah perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat, seperti gas
(atau uap) menjadi cairan akibat temperaturnya turun
3. Pada kasus kondensasi fungsi distribusi yang tepat untuk menjelaskannya adalah
Bose-Einstein

Fungsi distribusi yang paling tepat untuk menjelaskan proses kondensasi adalah
fungsi distribusi statistik Bose-Einstein
B. Saran

You might also like