You are on page 1of 11

RESUME PENGELOLAAN SAMPAH

(disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Aset bangunan dan Lingkungan)

Disusun oleh :
Rizka Siti Sholihah (155244022)
Rizki Puji Fadillah (155244023)
Sandi Septiadi Nugraha (155244024)
Shiva Noor Handia (155244025)
Sofi Nurfaiz (155244026)

KELAS 3A MA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN ASET


JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
Video Pengelolaan Sampah – Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman.

Sampah adalah buangan padat yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas sehari-
hari manusia yang dianggap sudah tidak memiliki nilai lagi.

Sumber: Google 2017


Setiap hari sampah dihasilkan dan dibuang dengan kapasitas yang kian
meningkat, khususnya sampah yang berasal dari aktivitas permukiman. Dalam rangka
menciptakan lingkungan permukiman yang sehat, bersih dan nyaman maka perlu
perhatian dari berbagai pihak dalam menerapkan sistem pengelolaan persampahan
yang mengikuti kaidah yang tepat. Pengelolaan sampah yang tepat dilakukan sejak
sampah dihasilkan yaitu pada tingkat rumah tangga (RT), pengelolaan tersebut
dikenal sebagai pengelolaan sampah disumber. Pengelolaan sampah disumber
dimulai dengan sistem pewadahan. Kondisi umum sistem pewadahan yang ada pada
saat ini adalah tercampur yaitu tanpa melakukan pemilahan sampah. Sistem
pewadahan yang seharusnya diterapkan adalah pewadahan dengan sistem pewadahan
terpilah dimana sampah dipilah berdasarkan kategorinya masing-masing seperti:
1. sampah sisa makanan
2. sampah bekas kemasan
3. sampah kertas, dan
4. buangan berbahaya dan beracun.

Sumber: Google 2017


Sampah tersebut disimpan pada tempat yang memiliki warna berbeda agar
tidak terjadi kesalahan dalam memilah. Sampah basah memiliki karakteristik mudah
terurai sehingga dalam skala rumah tangga (RT) dapat dimanfaatkan menjadi kompos
dengan menggunakan komposter salah satunya adalah keranjang takakura. Sampah
dapur, sisa makanan, dan daun adalah jenis sampah yang baik untuk dijadikan
kompos. Sampah yang tidak terkelola dalam tingkat RT diangkut oleh petugas
pengumpul sampah yang biasa nya melayani pada tingkat rumah tangga (RT).
Gerobak pengangkut terdiri dari:
1. Kategori sampah basah untuk sampah sisa makanan
Sumber: Google 2017
2. Kategori sampah kering untuk sisa kemasan, kertas, serta

Sumber: Google 2017


3. Kategori sampah buangan berbahaya dan beracun.
Sumber : Google 2017
Sampah basah yang tidak dikompos pada tingkat rumah tangga (RT) dibuang
dengan wadah tertutup untuk menghindari bau. Petugas pengumpul sampah
selanjutnya membawa sampah ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). TPS
merupakan tempat paling ideal untuk menerapkan sistem pengelolaan sampah skala
kawasan. TPS yang menerapkan sistem pengelolaan tersebut dilengkapi dengan
fasilitas pendukung seperti:
1. Kontainer sampah bersekat
Sumber: Google 2017
2. Rumah kompos maupun tungku bakar atau insenerator

Sumber: Google 2017


Fasilitas tersebut merupakan sarana penunjang bagi pengelolaan sampah
berbasis masyarakat. Di TPS sampah kering disortir oleh pemulung sebagai sektor
informal pengolah sampah untuk selanjutnya didaur ulang. Sementara itu sampah
basah dikumpulkan oleh petugas rumah kompos sebagai bahan dasar pembuatan
kompos. Sampah basah selanjutnya dicacah dengan mesin pencacah untuk
menghasilkan ukuran sampah yang kcil dan seragam agar mempercepat proses
pematangan kompos. Secara berkala sampah diaduk oleh petugas rumah kompos
guna mengkondisikan suasana aero pada proses komposting yang bertujuan
mempercepat proses komposting dan mengurangi timbulnya bau dari tumpukan
sampah. Salah satu metode komposting skala kawasan yang sering digunakan adalah
Open Windrow, selain tidak memerlukan bangunan khusus metode ini juga mudah
dalam hal pengoperasiannya yaitu cukup menerapkan proses pembalikan untuk
mendapatkan oksigen (O2) dan penyiraman untuk menjaga kelembapan. Hasil
pengelolaan sampah baik dalam bentuk komposting atau daur ulang dapat menambah
nilai ekonomi sampah sekaligus mereduksi sampah dalam jumlah yang signifikan.
Sampah basah atau kering yang tidak dapat dimanfaatkan lagi dikategorikan sebagai
sampah layak buang.
1. Sampah layak buang dikumpulkan pada kontainer untuk diangkut pada
proses berikutnya. Secara terjadwal truk sampah akan mengangkut
sampah layak buang yang telah dikumpulkan di TPS atau transfer depo.
Proses pengangkatan bak atau kontainer sampah dilakukan dengan
otomatis menggunakan truck amrof. Kontainer perlu menerapkan prinsip
kedap bau dan kedap air, untuk itu kontainer penutup sampah harus dalam
keadaan tertutup dan kedap agar mampu menahan bau dan air sampah
agar tidak mencemari disepanjang perjalanan.
2. Kemudian sampah layak buang yang terkumpul dibawa ke TPA. TPA
adalah tempat pemrosesan akhir sampah dimana sampah layak buang
perlu diproses lebih lanjut untuk menjaga agar tidak terjadi dampak
negatif pada lingkungan maupun makhluk hidup.
Pada TPA diperlukan fasilitas dan petugas operasional yang bekerja dengan
sistem manajemen yang baik. TPA atau land fill adalah sarana yang hendakanya
terisolasi dari luar baik secara fisik ataupun secara estetika dengan menggunakan
tanaman sebagai penyanggah. Gerbang merupakan satu-satunya akses masuk ke TPA
karena diperlukan kontrol terhadap masuknya sampah ke dalam TPA. Proses:
a. Pertama, melewati jembatan timbang, setiap petugas truck
dilengkapi identitas yang terdaftar agar jelas siapa yang
bertanggung jawab terhadap sampah yang masuk ke TPA. Sampah
perlu dicatat berat dan volumenya berdasarkan hasil penimbangan
dan kapasitas truck guna mengatur penempatan sampah pada
lahan urug. Hasil pencatatan berat dan volume sampah diberikan
kepada petugas truck sebagai surat bukti masuk ke kawasan TPA.

Sumber: Google 2017


b. Setelah proses administrasi selesai maka truck sampah siap masuk
ke dalam TPA untuk melaksanakan proses selanjutnya. Agar TPA
dapat berfungsi secara baik paling tidak di lokasi tersebut harus
tersedia prasarana yang disediakan secara baik, antara lain:
1) Prasarana jalan yang dilengkapi dengan jaringan
drainase
2) Fasilitas penyaluran dan instalasi pengolahan lini
3) Pipa penyaluran gas
4) Sumur pantau
5) Bagian penerimaan dan jembatan timbang

6) Fasilitas kantor dan laboratorium


7) Bengkel kendaraan dan alat berat
8) Area parkir dan pencucian kendaraan
9) Rumah kompos dan daur ulang
10) Buffer zone atau area penyanggah
11) Lahan urug
12) Area penyimpanan tanah penutup
c. Di TPA diterapkan sistem zonasi untuk mengatur sistem
pengurugan berdasarkan luas lahan yang tersedia, sampah akan
dibawa ke zona pengurugan aktif dimana terdapat sel yang siap
menerima sampah. Proses pertama yang terjadi di TPA adalah
pengurugan, sampah yang dibawa menuju zona pengurugan aktif
kemudian dituangkan secara teratur sesuai arahan petugas
lapangan di area kerja aktif atau disebut sel aktif. Sampah yang
dituangkan kemudian diangkat dengan alat berat untuk
menempatkan sampah secara mudah dan merata pada lahan sel
aktif.
d. Dozer bekerja untuk menyebarkan sampah dalam lapisan-lapisan
tidak lebih dari 50-60 cm.
e. Kemudian dipadatkan sebanyak 4 hingga 5 kali bilasan sehingga
membentuk sel-sel sampah yang stabil.
f. Secara rutin bila sampah sudah mencapai ketinggian tertentu maka
akan dilapisi tanah penutup antara dengan ketebalan minimum 15
cm. Setelah tanah penutup rata melapisi sampah maka lahan di
atas tanah penutup tersebut dapat menjadi sel aktif baru yang siap
menerima sampah kembali.
g. Apabila urugan sampah telah mencapai ketinggian maksimal
maka akan dilapisi dengan tanah penutup akhir dengan ketebalan
minimum 30 cm.
h. Pada zona pengurugan yang telah dilapisi tanah penutup final
selanjutnya dilakukan proses revegetasi yaitu penanaman
tumbuhan dan pohon yang sesuai dengan karakteristik lingkungan
TPA.
Operasional dan pemeliharaan TPA yang sesuai dengan sistem manajemen
pengelolaan sampah akan menghasilkan TPA yang hijau dan asri baik pada tahap
pengoperasian maupun pasca operasi. TPA yang sudah dipenuhi tanaman hijau
nantinya dapat dijadikan daerah paru-paru hijau, daerah perkemahan atau daerah
wisata.

(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=gPAtIq_i2ns)

You might also like