Professional Documents
Culture Documents
Tugas Makalah Keperawatan Anak Ii Ventrikel Septum Defek (VSD)
Tugas Makalah Keperawatan Anak Ii Ventrikel Septum Defek (VSD)
oleh:
Mayang Anggun Pertiwi 072310101005
Rahayu Dyah Lestarini 072310101020
Siska Ari Puspitasari 072310101036
Khofi Hadidi 072310101059
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SwT karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Ventricular Septal Defect (VSD)”. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas
mata kuliah Keperawatan Anak II pada semester VI (genap) pada Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk
itu kami ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. dr. Nugraha W Cahyana, Sp.M., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan, Universitas Jember.
2. Ns. Dini Kurniawati S.Kep, selaku Koordinator mata kuliah Keperawatan
Anak II pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Jember, yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan kritikan yang sifatnya
membangun.
3. teman-teman seangkatan dan seperjuangan “Perawat 2006” dan semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk kalian
semua.
Demi kesempurnaan makalah ini, kami mengharapkan berbagai masukan
berupa saran dan kritik dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Ventrikel septum defek (VSD) merupakan penyakit jantung bawaan
yang paling sering ditemukan, yaitu kelainan jantung bawaan berupa lubang
pada septum interventrikuler, dapat hanya satu atau lebih yang terjadi akibat
kegagalan fungsi septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan,
sehingga darah bisa mengalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya.
Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma.
VSD adalah contoh lain dimana gejala-gejala berhubungan dengan
kerusakan yang berat mengingat VSD adalah suatu lubang didinding antara
kedua ventricles. Ketika kerusakannya kecil, anak-anak tidak menderita
gejala-gejala, dan satu-satunya tanda VSD adalah suara desiran jantung yang
keras. Jika lubangnya besar, bayi dapat mengembangkan gagal jantung,
kurang gizi dan pertumbuhan yang lambat. Pada kasus-kasus yang lebih maju
dengan pengembangan pulmonary hypertension yang permanen (kenaikan
tekanan darah yang parah pada arteri-arteri dari paru-paru), cyanosis dapat
berkembang.
Defek Septum Ventrikel (VSD, Ventricular Septal Defect) adalah suatu
lubang pada septum ventrikel yaitu suatu dinding yang memisahkan jantung
bagian bawah (memisahkan ventrikel kiri dan ventrikel kanan). Ventricular
septal defect (VSD) merupakan suatu kelainan dimana terdapat adanya lubang
atau “defect” pada didinding pemisah antara ventrikel kiri dan kanan. Darah
kaya oksigen bercampur dengan darah miskin oksigen. Sehingga jantung
memompa sebagian darah miskin oksigen ke tubuh dan juga darah kaya
oksigen dipompa jantung ke paru. Ini berarti kerja jantung tidak efisien
Kadangkala VSD dapat menutup sendiri. Jika VSD besar biasanya selalu
harus dioperasi..VSD ini tergolong Penyakit Jantung bawaan (PJB) non
sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah. VSD ini memiliki sifat khusus,
yaitu: shunt pada daerah ventrikel; aliran darah pada arteri pulmonalis lebih
banyak; tidak ada sianosis. Defek septum ventrikel biasa sebagai defek
terisolasi dan sebagai komponen anomali gabungan. Lubang biasanya tunggal
dan terletak pada bagian membranosa septum. Gangguan fungsional lebih
tergantung pada ukurannya dan keadaan bantalan vaskuler paru, dari pada
lokasi defek.
2.2 Klasifikasi
Untuk tujuan penatalaksanaan medik dan bedah, diklasifikasikan
berdasarkan kelainan hemdinamik serta klasifikasi anatomik.
a. Berdasarkan kelainan hemodinamik:
1. Defek kecil dengan tahanan paru normal
Ada efek kecil ini terjadi pirau kiri ke kanan yang tidak bermakna,
sehingga tidak terjadi gangguan hemodinamik yang berati. Dengan
perkataan lain bahwa status kardivaskular masih dalam batas normal.
2. Defek sedang dengan tahanan vaskular paru normal
Ada defek ini sering terjadi pirau kiri ke kanan yang cukup besar.
Akibatnya terjadi peningkatan aliran darah ke paru, demikian pula darah
yang kembali ke atrium kiri bertambah akibatnya atrium kiri akan
melebar dan ventrikel kiri mengalman hipertrofi dan dilatasi.
3. Defek besar dengan hipertensi pulmonal hiperkinetik
Pasien dengan defek besar mengalami pirau kiri ke kanan yang hebat,
sedangkan teknan di ventrikel kanan dan arteri pulmonalis mendekati
tekanan sistemik. Di samping beban volume, vebtrikel kanan juga
mengalami beban tekanan. Hal ini sering merupakan stadium awal dari
hipertensi pulmonal yang ireversibel.
4. Defek besar dengan penyakit obstruksi vaskular paru
Sebagian besar defek septum ventrikel besar dengan hipertensi
pulmonal hiperkinetik akan menderita penyakit obstruksi vaskular paru
sehingga menjadi hipertensi pulmonalyang ireversibel. Jarang sekali
pasien mengalami obstruksi vaskuler parutanpa melalui fase
hiperkinetik. Pirau kiri ke kanan yang semula besar, dengan
meningkatnya tekanan ventrikel kanan, akan berkurang. Bila tekanan
ventrikel kanan sama dengan tekanan sistemik, maka tidak terjad pirau
sama sekali, bahkan dpat terjadi pirau terbalik (sindrom Eisenmenger).
b. Berdasarkan letak anatomis :
1. Defek daerah pars membranasea septum
disebut defek membran atau perimembran (karena hampir selalu
mengenai jaringan disekitarnya). Berdasarkan perluasan (ekstensi)
defeknya, defek perimembran ini dibagi lagi menjadi yang dengan
perluasan ke outlet, dengan perluasan ke inlet, dan defek perimembran
dengan perluasan ke daerah trabekular.
2. Defek muskular
dibagi lagi menjadi: defek mskular inlet, defek muskular outlet, defek
muskular trabekular.
3. Defek subarterial
Terletak tepat di bawah kedua katup aorta dan arteri pulmonalis, karena
itu disebut pula doubly committed subarterial VSD. Defek ini dahulu
disebut defek suprakristal, karena letaknya diatas krista
supraventrikularis. Beberapa penulis menyebutnya pula sebagai defek
subpulmonalik atau defek oriental karena banyak terdapat di Jepang
atau negara-negara Timur Jauh. Yang penting pada defek ini adalah
bahwa atup aorta dan katup arteri pulmonalis terletak pada ketinggian
yang sama, dengan defek septum ventrikel tepat berada di bawah
katuptersebut (dalam kedaan normal, katup pulmonal lebih tinggi dari
katup aorta, sehingga pada defek perimembran lubang terletak tepat di
bawah katup aorta namun jauh dari katup pulmonal.
2.3 Etilogi
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 25% dari
seluruh kelainan jantung. Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak
tertutup sempurna. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi
karena trauma.
VSD lebih sering ditemukan pada anak-anak dan seringkali merupakan
suatu kelainan jantung bawaan. Pada anak-anak, lubangnya sangat kecil, tidak
menimbulkan gejala dan seringkali menutup dengan sendirinya sebelum anak
berumur 18 tahun. Pada kasus yang lebih berat, bisa terjadi kelainan fungsi
ventrikel dan gagal jantung. VSD bisa ditemukan bersamaan dengan kelainan
jantung lainnya.
Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD:
1. Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil
2. Gizi ibu hamil yang buruk
3. Ibu yang alkoholik
4. Usia ibu diatas 40 tahun
5. Ibu menderita diabetes.
Lebih dari 90% kasus penyakit jantung bawaan penyebabnya adalah multi
faktor. Faktor yang berpengaruh adalah :
Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiorafi
Pada VSD besar biasanya gambaran EKGnya hipertrofi
biventrikular
2. Radiologi
Pada VSD besar akan menunjukkan:
a. hipertrofi biventricular dengan variasi dari ringan
sampai sedang.
b. pembesaran atrium kiri.
c. pembesaran batang a.pulmonalis sehingga tonjolan
pulmonal prominen.
d. ada corakan pembuluh darah yang berlebih
Secara umum, gejala yang ditunjukkan dari klien VSD antara lain :
1. Pasien dengan VSD kecil umumnya tidak mempunyai gejala
atau keluhan; dengan tumbuh-kembang normal. Pasien
dengan VSD sedang-besar akan mengalami hambatan
tumbuh-kembang, infeksi paru yang berulang, CHF, dan
intoleransi terhadap kegiatan fisik. Adanya PVOD akan
menyebabkan gejala sianosis dan menurunnya aktivitas anak
dengan nyata.
2. Terdapat murmur sistolik derajat 2 sampai 5/6 yang terdengar
maksimal di LLSB (tanda karakteristik). Thrill sistolik dapat
terlihat pada LLSB. Adanya rumble diastolik di daerah apeks
merupakan indikasi adanya L à R melalui defek. Bunyi
jantung S2 dapat terpisah (split), dan intensitas P2 meningkat
jika sudah terjadi hipertensi pulmonal.
3. Penutupan spontan terjadi pada 30-40% keseluruhan kasus
VSD, tersering pada jenis VSD trabekular kecil. Dan
umumnya terjadi pada tahun pertama kehidupan. Defek besar
cenderung mengecil sesuai pertambahan umur. VSD inlet dan
infundibulum tidak akan mengecil atau menutup. Gagal
jantung terjadi pada bayi dengan VSD besar setelah berumur
6-8 minggu (setelah tahanan vaskuler paru menurun). PVOD
dapat bermanifes pada bayi usia 6-12 bulan akan tetapi tidak
mengalami R à L shunt sebelum memasuki dekade kedua
umurnya.
4. Sesak nafas
5. Bayi sulit menyusui
6. Keringat yang berlebihan
7. Berat badan yang tidak bertambah
8. Asimtomatik pada VSD kecil
9. Takipneu, ISPA berulang
10. Kemampuan minum berkurang/lekas lelah
11. Pertumbuhan bayi terhambat
2.5 Patofisiologi
Darah arterial mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan melalui
defek pada septum intraventrikular. Perbedaan tekanan yang besar membuat
darah mengalir dengan deras dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan
menimbulkan bising. Darah dari ventrikel kanan didorong masuk ke arteri
pulmonalis. Semakin besar defek, semakin banyak darah masuk ke arteri
pulmonalis. Tekanan yang terus-menerus meninggi pada arteri pulmonalis
akan menaikan tekanan pada kapiler paru. Mula-mula naiknya tekanan kapiler
ini masih reversibel (belum ada perubahan pada endotel dan tunika muskularis
arteri-arteri kecil paru), tetapi kemudian pembuluh darah paru menjadi
sklerosis dan akan menyebabkan naiknya tahanan yang permanen. Bila
tahanan pada a.pulmonalis sudah tinggi dan permanen, tekanan pada ventrikel
kanan juga jadi tinggi dan permanen.
VSD ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan
darah mengalir langsung antar ventrikel biasanya dari kiri ke kanan. Diameter
defek bervariasi dari 0,5 – 3,0 cm. Kira – kira 20% dari defek ini pada anak
adalah defek sederhana, banyak diantaranya menutup secara spontan. Kira –
kira 50 % - 60% anak – anak menderita defek ini memiliki defek sedang dan
menunjukkan gejalanya pada masa kanak – kanak. Defek ini sering terjadi
bersamaan dengan defek jantung lain. Perubahan fisiologi yang terjadi sebagai
berikut : 1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningkatkan aliran
darah kaya oksigen melalui defek tersebut ke ventrikei kanan. 2. Volume
darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang akhirnya dipenuhi darah
dan dapat menyebabkan naiknya tahanan vaskular pulmonar. 3. Jika tahanan
pulmonar ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat menyebabkan pirau
terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dari ventrikel kanan ke kiri
menyebabkan sianosis ( sindrom eisenmenger)
2.6 PATHWAYS
Faktor Eksogen Faktor Endogen
COP menurun
Hipertropi pulmonal
Worklood
Takipnoe
sesak nafas pada saat aktivitas (bermain)
Kateterisasi jantung dilakukan pada kasus DSV sedang atau besar untuk
menilai besarnya pirau (flow ratio) yaitu perbandingna antara sirkulasi
sistemik. Operasi harus dilakukan bila ratio tersebut sama dengan atau lebih
besar dari2.
2.7 Penatalaksanaan
Terapi
1. Pada VSD kecil : . VSD kecil tidak perlu dirawat, pemantauan dilakukan
di poliklinik kardiologi anak. Berikan antibiotik seawal mungkin .
Vasopresor atau vasodilator adalah obat – obat yang dipakai untuk anak
dengan VSD dan gagal jantung misal dopamin ( intropin ) memiliki efek
inotropik positif pada miokard menyebabkan peningkatan curah jantung
dan peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi. Sedang isoproterenol
( isuprel ) memiliki efek inotropik posistif pada miokard menyebabkan
peningkatan curah jantung dan kerja jantung. Bayi dengan gagal jantung
kronik mungkin memerlukan pembedahan lengkap atau paliatif dalam
bentuk pengikatan / penyatuan arteri pulmonar. Pembedahan tidak ditunda
sampai melewati usia prasekolah.
2. Pada VSD sedang : jika tidak ada gejala-gejala gagal jantung, dapat
ditunggu sampai umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini dapat
mengecil. Bila terjadi gagal jantung diobati dengan digitalis. Bila
pertumbuhan normal, operasi dapat dilakukan pada umur 4-6 tahun atau
sampai berat badannya 12 kg.
3. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen :
biasanya pada keadaan menderita gagal jantung sehingga dalam
pengobatannya menggunakan digitalis. Bila ada anemia diberi transfusi
eritrosit terpampat selanjutnya diteruskan terapi besi. Operasi dapat
ditunda sambil menunggu penutupan spontan atau bila ada gangguan dapat
dilakukan setelah berumur 6 bulan.
4. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen:operasi paliatif
atau operasi koreksi total sudah tidak mungkin karena a.pulmonalis
mengalami arteriosklerosis. Bila defek ditutup, ventrikel kanan akan diberi
beban yang berat sekali dan akhirnya akan mengalami dekompensasi. Bila
defek tidak ditutup, kelebihan tekanan pada ventrikel kanan dapat
disalurkan ke ventrikel kiri melalui defek.
5. Antibiotic profilaksis → mencegah endokarditis p[ada tindakan tertentu
6. Penanganan gagal jantung jika terjadi operasi pada umur 2-5 tahun
7. Prognosis operasi baik jika tahanan vascular paru rendah, pasien dalam
keadaan baik, BB .15 kg. Bila sudah terjadi sindrom Eisenmenger → tidak
dapat dioperasi. Sindrom Eisenmenger diderita pada penderita dengan
VSD yang berat, yaitu ketika tekanan ventrikel kanan sama dengan
ventrikel kiri, sehingga shuntnya sebagian atau seluruhnya telah menjadi
dari kanan ke kiri sebagai akibat terjadinya penyakit vaskuler pulmonal.
2.8 Komplikasi
1. Gagal jantung kronik
2. Endokarditis infektif
3. Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonary
4. Penyakit vaskular paru progresif
5. kerusakan sistem konduksi ventrikel, Ro toraks memperlihatkan
kardiomegali dengan pembesaran LA, LV, dan kemungkinan RV.
Terdapat peningkatan PVM. Derajat kardiomegali dan peningkatan PVM
sesuai dengan bertambahnya besar defek VSD. Bila telah terjadi PVOD
maka gambaran lapangan paru akan iskemik dan segmen PA akan
membesar
6. Kelainan fungsi ventrikel
7. Gagal jantung
2.9 Prognosis
1. Dengan bertambahnya umur à VSD mengecil, bahkan menutup
2. Sebagian besar menutup pada 2 tahun pertama pada VSD kecil
3. Lebih dari 2 tahun tidak menutup à menetap
4. Defek sedang & besar à gagal jantung
BAB III.
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien
2. Riwayat kesehatan sekarang
3. Riwayat kesehatan dahulu, penyakit keturunan, penyakit kelamin
misalnya syphilis.
4. Riwayat perkawinan
5. Riwayat kehamilan, yaitu penyakit yang pernah diderita yang
dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin seperti
hipertensi, DM, Rubella, khususnya bila terserang pada trimester
1, merokok selama hamil, obat-obatan yang diminum selama
hamil, sebelum hamil ikut KB atau tidak, KB yang pernah
digunakan.
6. Gejala yang timbul :
a. Sesak nafas atau dispnea
b. Palpitasi
c. Kehilangan kesadaran yang tiba-tiba akibat penurunan
aliran darah keota Edema
d. Cyanosis
e. Bayi malas minum
7. Pemeriksaan fisik, meliputi : inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi
3.2 Diagnosa
1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi jantung.
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan cardiac output
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak
adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan anak.
3.3 Intervensi
1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi jantung
Tujuan : curah jantung dalam batas normal
Intervensi :
a. Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung , nadi perifer,
warna dan kehangatan kulit
Rasional : memberikan data untuk evaluasi intervensi dan
memungkinkan deteksi dini terhadap adanya komplikasi.
b. Tegakkan derajat cyanosis (misal : warna membran mukosa
derajat finger)
Rasional : mengetahui perkembangan kondisi klien serta menentukan
intervensi yang tepat.
c. Berikan obat – obat digitalis sesuai order
Rasional : obat – obat digitalis memperkuat kontraktilitas otot jantung
sehingga cardiak outpun meningkat / sekurang – kurangnya klien bisa
beradaptasi dengan keadaannya.
c. Berikan obat – obat diuretik sesuai order
Rasional : mengurangi timbunan cairan berlebih dalam tubuh sehingga
kerja jantung akan lebih ringan.
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan cardiac output
Tujuan : Gangguan perfusi jaringan teratasi
Intervensi :
a. Observasi frekuensi bunti jantung
b. Observasi adanya sianosis
c. Beri oksigen sesuai kebutuhan
d. Kaji kesadaran anak
e. Observasi TTV
f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen
dan zat nutrisi ke jaringan.
Tujuan : Gangguan tumbang teratasi
Intervensi
a. Monitor tinggi dan berat badan setiap hari dengan timbangan
yang sama dan waktu yang sama dan didokumentasikan dalam
bentuk grafik.
Rasional : mengetahui perubahan berat badan.
b. Ijinkan anak untuk sering beristirahat dan hindarkan gangguan pasa saat
tidur.
Rasional : tidur dapat mempercepat pertumbuhan dan perkembangan
anak.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
Tujuan : Aktivitas anak normal
Intervensi :
a. Anjurkan klien untuk melakukan permainan dan aktivitas yang
ringan. Rasional : melatih klien agar dapat beradaptasi dan
mentoleransi terhadap aktifitasnya.
b. Bantu klien untuk memilih aktifitas sesuai usia, kondisi dan
kemampuan.
Rasional : melatih klien agar dapat toleranan terhadap aktifitas.
c. Berikan periode istirahat setelah melakukan aktifitas
Rasional : mencegah kelelahan berkepanjangan .
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan : nutrisi anak terpenuhi
Intervensi :
a. Hindarkan kegiatan perawatan yang tidak perlu pada klien
Rasional : menghindari kelelahan pada klien
b. Libatkan keluarga dalam pelaksanaan aktifitas klien
Rasional : klien diharapkan lebih termotivasi untuk terus melakukan
latihan aktifitas
c. Hindarkan kelelahan yang sangat saat makan dengan porsi kecil tapi
sering
Rasional : jika kelelahan dapat diminimalkan maka masukan akan
lebih mudah diterima dan nutrisi dapat terpenuhi
d. Pertahankan nutrisi dengan mencegah kekurangan kalium dan natrium,
memberikan zat besi.
e. Sediakan diet yang seimbang, tinggi zat nutrisi untuk mencapai
pertumbuhan yang adekuat.
f. Jangan batasi minum bila anak sering minta minum karena kehausan
Rasional : anak yang mendapat terapi diuretik akan kehilangan cairan
cukup banyak sehingga secara fisiologis akan merasa sangat haus.
3.4 Implementasi
1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi jantung
Implementasi :
a. Mengobservasi kualitas dan kekuatan denyut jantung , nadi
perifer, warna dan kehangatan kulit
b. Menegakkan derajat cyanosis (misal : warna membran
mukosa derajat finger)
c. Memberikan obat – obat digitalis sesuai order
d. Memberikan obat – obat diuretik sesuai order
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan cardiac output
Implementasi:
a. Mengobservasi frekuensi bunti jantung
b. Mengobservasi adanya sianosis
c. Memberi oksigen sesuai kebutuhan
d. Mengkaji kesadaran anak
e. mengobservasi TTV
f. Mengkolaborasikan dengan dokter untuk
pemberian terapi
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak
adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
Implementasi
a. Memonitor tinggi dan berat badan setiap hari dengan
timbangan yang sama dan waktu yang sama dan
didokumentasikan dalam bentuk grafik.
b. Mengijinkan anak untuk sering beristirahat dan
hindarkan gangguan pasa saat tidur.
4.. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
Implementasi:
a. Menganjurkan klien untuk melakukan permainan dan aktivitas yang
ringan.
b. Membiarkan klien untuk memilih aktifitas sesuai usia, kondisi dan
kemampuan.
c. Memberikan periode istirahat setelah melakukan aktifitas
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelelahan pada saamakan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Implementasi :
a. Menghindarkan kegiatan perawatan yang tidak perlu pada klien
b. Meliibatkan keluarga dalam pelaksanaan aktifitas klien
c. Menghindarkan kelelahan yang sangat saat makan dengan porsi
kecil tapi sering
d. Mempertahankan nutrisi dengan mencegah kekurangan kalium dan
natrium, memberikan zat besi.
e. Menyediakan diet yang seimbang, tinggi zat nutrisi untuk mencapai
pertumbuhan yang adekuat.
f. Jangan batasi minum bila anak sering minta minum karena kehausan
3.5 Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
4 Intoleransi aktivitas S:
berhubungan dengan O: anak dapat beraktivitas
ketidakseimbangan antara A: Intervensi berhasil
pemakaian oksigen oleh tubuh P: Pertahankan intervensi
dan suplai oksigen ke sel.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Jantung adalah organ berupa otot berbentuk kerucut. Fungsi utama
jantung adalah untuk memompakan darah ke seluruh tubuh dengan cara
mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh karena adanya
rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom. Penyakit jantung bawaan
adalah kelainan struktural jantung yang kemungkinan terjadi sejak Ventrikel
septum defek (VSD) yaitu kelainan jantung bawaan berupa lubang pada
septum interventrikuler, dapat hanya satu atau lebih yang terjadi akibat
kegagalan fungsi septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan,
sehingga darah bisa mengalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya.
VSD juga adalah suatu defek yang biasanya terjadi pada septum pars
membranaseum dan terletak di bawah katup aorta dan dapat terjadi pula pada
pars muscolorum. VSD perimembraneus dapat pula terletak baik dibawah
cincin katup aorta maupun pulmonal, keadaan ini disebut “ doubly commited
vsd “. VSD biasanya bersifat tunggal tetapi dapat pula multiple, vsd muskuler
yang multiple disebut “ swiss cheese vsd”
VSD adalah suatu penyakit kelainan pada jantung bawaan berupa lubang
pada septum interventrikuler, lubang tersebut dapat hanya satu atau lebih,
yang terjadi akibat kegagalan fungsi septum interventrikuler semasa janin
dalam kandungan. Untuk menghindari atau mencegah penyebab dari penyakit
ini semaksimal mungkin perawat harus berusaha memberikan nasehat
terutama pada ibu yang sedang hamil untuk tidak mengkonsumsi alkohol
ataupun pengobatan sembarangan. Kelainan ini merupakan kelainan
terbanyak, yaitu sekitar 25% dari seluruh kelainan jantung. Dinding pemisah
antara kedua ventrikel tidak tertutup sempurna. Kelainan ini umumnya
congenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma. Kelainan VSD ini sering
bersama-sama dengan kelainan lain misalnya trunkus arteriosusTetralogi
Fallot. Darah arterial mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan melalui
defek pada septum intraventrikular. Perbedaan tekanan yang besar membuat
darah mengalir dengan deras dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan
menimbulkan bising. Darah dari ventrikel kanan didorong masuk ke arteri
pulmonalis. Semakin besar defek, semakin banyak darah masuk ke arteri
pulmonalis. Tekanan yang terus-menerus meninggi pada arteri pulmonalis
akan menaikan tekanan pada kapiler paru. Mula-mula naiknya tekanan kapiler
ini masih reversibel (belum ada perubahan pada endotel dan tunika muskularis
arteri-arteri kecil paru), tetapi kemudian pembuluh darah paru menjadi
sklerosis dan akan menyebabkan naiknya tahanan yang permanen. Bila
tahanan pada a.pulmonalis sudah tinggi dan permanen, tekanan pada ventrikel
kanan juga jadi tinggi dan permanen.
4.2 Saran
VSD adalah suatu kelainan jantung bawaan yang cukup mengancam jiwa
anak. Orang tua sebaiknya bias mendeteksi sedini mungkin kemungkinan-
kemungkinan yang bias terjadi agar anak bias mendapat pertolongan dan
pengobatan segera.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arief M. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Edisi III. Jakarta:
Media Aesculapius.