You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGAMBILAN SAMPEL, DIAGNOSA LAPANG DAN


DOKUMENTASI SAMPEL KLINIK TANAMAN

Oleh :
Golongan B/kelompok 1
1. Endang Setyoningsih (151510501007)
2. Khairul Anam (151510501017)
3. Ruwina Viandhani (151510501009)

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FA KU LTA S PERTA N I AN
UNIVERSITAS JEMBER
2017

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor penting yang harus ada pada suatu negara.
Indonesia khususnya merupakan negara yang salah satu mata pencahariannya
addalah sebagai petani. Hal ini didukung dengn letak Indonesia yang berada pada
garis khatulistiwa yang beriklim tropis. Tanaman padi (Oryza sativa L.)
merupakan tanaman pangan penting yang menjadi makanan pokok. Padi adalah
tanaman pokok penghasil pangan yang tumbuh didaerah tropis, terutama di negara
Asia dan Afrika. Padi dapat tumbuh pada tempat yang pengairannya cukup.
Tanaman padi juga ada yang dapat tumbuh pada daerah yang ketersediaan airnya
kurang. Namun tentu hasil produksi padi yang ditanam pada lahan yang cukup air
dengan yang ditanam pada lahan yang kurang air hasilnya akan berbeda yaitu
tanaman padi produksinya lebih rendah.
Buah naga (Hylocereus Undotus) merupakan tanaman hortikultura.
Tanaman ini berasal dari Meksiko, tempat hidupnya adalah kuat terhadap lahan
kurang air seperti halnya tanaman kaktus. Tamanam buah naga saat ini menjadi
fenomena menarik di dunia pertanian. Namun, hal ini dibarengi dengan adanya
OPT yang menyerang buah naga khususnya adalah penyakit busuk buah. Dalam
rangka peningkatan produktivitas tanaman, salah satu faktor penghambatnya
adanya organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Organisme pengganggu tanaman
merupakan semua organisme yang dapat menyebabkan kerusakan bahkan
kematian pada tanaman. Organisme pengganggu tanaman meliputi hama,
penyakit, gulma serta organisme lain yang dapat menyebabkan kerugian bagi
tanaman yang diusahakan oleh para petani.
Klinik tanaman merupakan suatu tempat dimana digunakan oleh para
petani untuk berkonsultasi dan sebagai pelayanan yang berhubungan dengan
gangguan pada tanaman yang dibudidaya. Tidak hanya gangguan OPT yang
dilayanai pada klinik tanaman namun gangguan abiotik dan keabnormalan yang
diakibatkan unsur hara juga dilayani di klinik tanaman. Beberapa tahapan yang
dilakukan diklinik tanaman adalah adanya sampel yang dibawa ke klinik atau bisa
juga dokter tanaman langsung datang ke lahan untuk mengambilnya. Sampel yang
dibawa harus representatif dan berkualitas, karena kualitas suatu sampel tanaman
berpengaruh besar terhadap proses diagnosis. Pendiagnosisan suatu gangguan
pada tanaman haruslah dilakukan dengan cepat, dikarenakan jika terlalu lama
mendiagnosis suatu gangguan Opt ditakutkan akan cepat menyebar dan malah
merusak tanaman lain yang sehat. Kemudian dokter tanaman melakukan diagnosis
lapang yang selanjutnya dibawa ke loboratorium untuk melakukan diagnosis
Pendiagnosisan suatu gangguan pada tanaman haruslah dilakukan dengan cepat,
dikarenakan jika terlalu lama mendiagnosis suatu gangguan Opt ditakutkan akan
cepat menyebar dan malah merusak tanaman lain yang sehat. lanjutan. Tahapan
terakhir adalah memberikan rekomendasi kepada petani. Dokter tanaman harus
memahami betul gejala-gejala awal OPT menyerang suatu tanaman. Sebagai
contoh tanaman padi yang terserang penyakit Blast muncul bercak berbentuk
belah ketupat dan buah naga yang terserang penyakit busuk buah menunjukkan
basah dan gugurnya calon buah.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui cara pengambilan sampel yang tepat dan kualitas sampel.
2. Dapat mendiagnosa lapang sampel yang diamati.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Klinik tanaman merupakan suatu tempat untuk petani dalam mendapatkan


informasi terkait segala permasahan yang ada pada tanaman yang dibudidayakan.
Gangguan pada tanaman dapat menyebabkan tanaman tidak bisa tumbuh,
berkembang, dan berproduksi dengan baik biasanya disebabkan oleh serangan
bakteri, virus, dan jamur. Segala macam penyakit tanaman yang disebabkan OPT
biasanya tedapat gejala-gejala yang mencirikan penyakit tersebut. Salah satu cara
untuk mengetahui penyebab penyakit tersebut diperlukan seorang pakar pertanian
untuk melakukan diagnosa sesuai dengan gejala penyakit yang ada. Tujuan
dilakukannnya diagnosa agar dapat mengetahui jenis penyakit serta memberikan
cara pengendaliannya (Sofa dkk., 2012).
Menurut Fang dan Ramasamy (2015), Pengumpulan informasi yang
diperlukan dalam mendiagnosa lapang ada dua cara yaitu pengumpulan informasi
secara langsung dan pengumpulan informasi tidak langsung. Pengumpulan
informasi secara langsung yaitu dokter tanaman harus terjun langsung ke lapangan
untuk melihat segala hal yang terjadi dilapang sebaliknya pengumpulan informasi
tidak langsung yaitu dokter tanaman harus melakukan wawancara kepada petani
untuk mendapatkan informasi terkait permasalahan yang mau dipecahkan. Salah
satu bentuk pengumpulan informasi secara langsung yang dilakukan dokter
tanaman yaitu melakukan pengamatan terhadap kondisi lapang dan populasi hama
yang ada jika penyakit tanaman tersebut disebabkan oleh hama. Pengamatan
populasi dilakukan dengan cara mengambil bagian tanaman yang ada hamanya
dan dibawa ke laboratorium untuk dilakuakan analisa dan menyusun rekomendasi
untuk mendapatkan penangan yang efektif yang nantinya akan diberikan kepada
petani (Tompunu dkk., 2014).
Keakuratan diagnosa yang dilakukan oleh dokter tanaman tidak lepas dari
sampel klinik yang diserahkan petani kepada dokter tanaman tersebut. sampel
klinik yang berkualiatas merupakan sampel yang dapat mewakili tanaman sampel
dari luasan lahan yang diamati. Pengambilan sampel klinik tanaman supaya
sampel yang diambil berkualitas maka cara pengambilannya harus sesuai dengan
prosedur pengambilan sampel klinik. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pengambilan sampel yaitu sampel yang diambil harus sampel yang mewakili
permasalahan yang ada dilapang, tidak boleh mengambil sampel yang gejalanya
masih sedikit atau sampel tanaman yang sudah mati tetapi sampel yang
menunjukkan gejala yang sudah berkembang, sampel masih tidak terkontaminasi
bahan pestisida, dan sampel yang akan dikumpulkan harus dalam keadaan segar
atau baru diambil dilapang (Tauruslina dkk., 2015).
Berdasarkan hasil diagnosa dan identifikasi sampel klinik tanaman maka
tugas terakhir dokter tanaman selain mengatahui jenis penyakit dan penyebabnya
yaitu harus memberikan rekomendasi kepada petani terkait cara penanganan
penyakit tanaman tersebut. Penyakit tanaman pada umumnya disebabkan oleh
pathogen yang masuk kedalam tubuh tanaman baik itu di akar, batang, dan daun.
Penyebaran pathogen sampai ke tanaman dapat melalui air irigasi, angin, benih,
serangga inang, tanah, dan aktivitas manusia. Salah satu cara untuk mengetahui
tanaman terinfeksi OPT yaitu dengan cara mengambil daun tanaman yang
terserang penyakit. Tahapannya dimulai dari tahap persiapan referensi, persiapan
peralatan, penentuan lokasi, dan analisa yang dilakukan di laboratorium. Hasil
dari analisa dicatat sebagai informasi penting (Arivazhagan et all., 2013).
Penyakit yang biasanya banyak ditemukan pada tanaman padi yaitu
penyakit tungro. Penyakit tungro disebabkan oleh dua virus yang berbeda secara
morfologi dan genomically yaitu Rice tungro bacilliform virus dan Rice tungro
spherical virus yang sebarkan oleh wereng hijau sebagai vektornya. Gejala
tanaman yang terserang tungro yaitu terlihat dari warna daun yang berubah
menjadi kekuningan dari ujung daun dan menyebar ke bagian pangkal daun.
Tanaman tampak kerdil serta jumlah anakan yang sedikit. Tungro biasanya sering
terjadi pada pertanaman yang tidak serempak (Bunawan et all., 2014).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum klinik tanaman acara 1 yang berjudul Pengambilan Sampel,
Diagnosa Lapang dan Dokumentasi Sampel Klinik Tanaman dilaksanakan pada
hari Kamis, 23 Maret 2017 pukul 06.15 – 18.00 di Agroteknopark Jubung
Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Sweepnet (alat Penangkap Serangga)
2. Pisau/cutter/gunting
3. Kantung plastic sampel
4. Kresek merah besar
5. Kertas label

3.2.2 Bahan
1. Sampel tanaman

3.3 Pelaksanaan Praktikum


A. Pengamatan Kondisi Lapangan :
1. Menentukan jenis tanaman dan lokasi petak yang akan di diagnose
2. Mencatat nama tanaman beserta nama daerah dan nama ilmiah
3. Menentukan gangguan tanaman yang akan didiagnosa penyebabnya.
4. Melakukan pemeriksaan dan membuat deskripsi gejala gangguan pada tanaman
dengan membandingkan dengan tanaman yang tidak bergejala dan melakukan
dokumentasi gangguan di lapangan.
5. Mengamati dan mencatat keberadaab tanda gangguan.
6. Mencatat bagian tanaman mana saja yang terinfeksi dan menunjukkan gejala.
7. Menggambar pola (peta/bagan) distribusi sebaran gangguan pada lahan
tersebut.
8. Menggambar peta/bagan jenis tanaman di sekeliling lahan yang diamati
9. Mencatat kondisi umum cuaca/iklim beberapa hari/bulan sebelumya.
10. Mengamati kondisi cara pengairan (irigasi) dan menggambar lokasi saluran
irigasi pada peta lahan.
11. Mengamati keberadaan dan jenis serangga yang ada.
12. Mengumpulkan informasi dalam bentuk laporan (terlampir).
13. Membandingkan hasil deskripsi pengamatan lapangan yang telah dilakukan
dengan buku/referensi yang dibawa.
14. Menentukan kemungkinan penyebab gangguan tanaman tersebut.
B. Pengambilan Sampel Tanaman Sakit :
1. Menenttukan lokasi petak sampel yang digunakan untuk mengambil contoh
tanaman.
2. Menentukan permasalahan utama tanaman yang akan diambil sampelnya.
3. Mengamati kondisi tanaman setiap petak sampelnya, dan meyakinkan setiap
petak sampel menunjukkan kondisi gangguan/menunjukkan gejala penyakit
yang sama.
4. Memilih dan mengambil sampel tanaman yang menunjukkan gejala, dan gejala
dalam berbagai kondisi perkembangan termasuk terdapat tanda penyakit.
5. Mendokumentasikan gejala dalam bentuk foto dan mendeskripsikan gejala.
6.sMeletakkan sampel dalam kondisi basah dalam kertas Koran untuk
mengeringkan permukaan sampel.
7. Menghilangkan bongkahan tanah pada sampel tanaman utuh pada bagian akar
dengan menggoyangkan akar yang dicabut dengan hati-hati hingga bongkahan
tanah terlepas dari akar. Memasukkan pada plastic tapi bagian daunnya tidak.
Memasukkan seluruh bagian tanaman ke kresek, melubangi kresek tersebut
supaya ada sirkulasi udara.
8. Memberi label pada sampel yang sudah dimasukkan pada kantong plastic atau
menandai menggunakan spidol tentang nomor ulangan, nama tanaman, lokasi,
tanggal pengambilan.
9. Membawa sampel ke laboratorium untuk mempreservasi dan mendokumentasi
sebelum menganalisa. Masing-masing sampel membuat 2 ulangan.

3.4 Variabel Pengamatan


1. Penyakit (patogen) padi : Hawar daun
Kerdil rumput
Blast
2. Hama padi : Kepik
Walang sangit
Belalang hijau
3. Penyakit (Patogen) buah naga : Busuk bakteri
4. Hama buah naga : Tungau
5. Pola sebaran penyakit tanaman padi. Pola penyebaran pathogen bervariasi
tergantung jenis penyakit yeng menyerang.
6. Pola sebaran hama tanaman padi : Pola penyebaran hama padi bervariasi
tergantung jenis hama yang menyerang.
7. Pola sebaran penyakit tanaman hortikultura : Tingkat penyebarannya bervariasi
tergantung jenis penyakit yang menyerang tanaman tersebut.
8. Pola sebaran hama tanaman hortikultura : Pola penyebaran hama hortikultura
bervariasi tergantung jenis hama yang menyerang.
9. Tingkat keparahan tanaman padi : Tingkat keparahan serangan penyakit pada
tanaman padi tidak terlalu tinggi karena serangan pathogen tidak menyeluruh.
Terbukti dengan tanaman padi yang masih bisa tumbuh dengan baik dan
menghasilkan produksi.
10.Tingkat Keparahan tanaman hortikultura : Tingkat keparahan serangan
penyakit pada tanaman hortikultura tidak terlalu tinggi, karena serangan
pathogen tidak menyeluruh terbukti tanaman hortikultra di jubung masih bisa
tumbuh dan menghasilkan buah dengan baik.

3.5 Analisis Data


Praktikum klinik tanaman acara 1 yang berjudul Pengambilan Sampel,
Diagnosa Lapang dan Dokumentasi Sampel Klinik Tanaman menggunakan
analisis data deskriptif.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

A. Hama dan Penyakit Tanaman Padi

Hama/Penyakit Pola Sebaran Deskripsi


Penyakit kerdil rumput Vektor seranga -Penyakit kerdil rumput
oleh wereng coklat memiliki ciri anakan berlebih
sehingga tampak seperti rumput
-Daun menjadi sempit, pendek
dan kaku
- Berwarna hijau pucat
-Tanaman tetap hidup namun
tidak menghasilkan malai
-Bercak berbentuk belah ketupat
Penyakit Blast oleh Terbawa oleh
dan berwarna abu-abu di bagian
Jamur Pyricularia grisea angin
tengah
-Bercak berwarna kuning sampai
Penyakit Hawar daun putih
Terbawa oleh
oleh Bakteri
angin atau air -Bercak dimulai dari sala satu
Xanthomonas campetris
sampai kedua tepi daun
-Belalang hijau mengalami 3
tahap metamorfosis
-Tubuhnya terbagi menjadi 3
bagian (Kepala-toraks-abdomen)
-Mempunyai sepasang antena
Hama Belalang hijau Tersebar acak -Memiliki2 pasang sayap
-Alat mulut berupa mandibula,
maksila dan labium
-Belalang memakan daun
sehinga meninggalkan bekas
gigitan
-Mengalami metamorfosis
sederhana yaitu telur-nimfa-
imago
Tersebar acak -Imago berbentuk ramping
Hama walang sangit dan
mendominasi -Memiliki antena dan tungkai
yang relatif panjang
-Hama ini menyerang malai padi
sehingga malai tidak berisi
-Panjang 3,8-6,7 mm dan lebar
Tersebar di 3,7-5,45 mm dan larva 7 mm
Hama kepik
plot
-Kepala berwarna hitam
B. Hama dan Penyakit Tanaman Buah Naga
Hama/Penyakit Pola Sebaran Deskripsi
-Gejala dari pangkal buah dan
Penyakit Busuk Buah
Terbawa air menyebar ke seluruh bagian
Naga oleh Bakteri
dan angin buah sehingga buah mengalami
Phytoptora Palmivora
busuk
Hama Tungau buah naga -Hama tungau akan menyerang
Tersebar pada
oleh Tetracyhus kulit batang atau cabang yang
plot tertentu
Bimaculatus merusak jaringan klorofil

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum pengambilan sampel tanaman sakit di lapang
Agroteknopark Jubung, dapat diketahui bahwa area persawahan yang digunakan
pada praktikum kali ini ditemukan beberapa gejala kerusakan. Kerusakan tersebut
terjadi pada tanaman padi dan tanaman hortikultura buah naga. Pengambilan
sample kami lakukan pada beberapa aspek yaitu hama, penyakit, dan juga tanah.
Hal ini karena kerusakan-kerusakan serta ketidaknormalan pada tanaman padi
juga beraneka ragam sehingga muncul banyak diagnosa mengenai penyebab dari
keruskan tersebut. Penyebab penyakit ada 3 macam atau yang lebih sering dikenal
dengan OPT. Penyakit yang berhasil ditemukan pada tanaman padi yaitu Penyakit
hawar daun, penyakit blast, dan penyakit kerdil. Hama yang dapat ditemukan pada
tanaman padi yaitu belalang hijau, walang sangait, dan kepik.
Hawar Daun merupakan penyebab berbagai penyakit pada berbagai
tanaman. Penyebab penyakit ini dapat berupa kelembaban tinggi, pemberian
pupuk nitrogen berlebihan serta terbawa oleh angin atau air. Disamping
penggunaan varietas yang potensi hasil tinggi jumlah anakan tinggi kelembaban
disekitar tanaman tinggi kondisi seperti ini merangsang munculnya penyakit ini.
Gejala yang ditimbulkan oleh bakteri ini yaitu mulai dari terbentuknya garis basah
pada helaian daun yang akan berubah menjadi kuning kemudian putih. Gejala ini
umum dijumpai pada stadium anakan, berbunga, dan pemasakan (Wahyudi, 2011).
Berdasarkan peta persebaran penyakit, hawar daun hampir mendominasi seluruh
area sawah yang diamati. Hampir seluruh plot terdeteksi adanya gejala penyakit
hawar daun.
Penyakit Blas disebabkan oleh jamur. Bibit jamur ini spora terbawa angin
dan air serta selalu terdapat disawah maupun pertanaman padi. Pertumbuhan dan
perkembangan jamur ini,dan perkembangan gejala penyakit berupa bercak pada
daun atau batang. Pemupukan nitrogen dosis tinggi dikombinasi dengan kondisi
cuaca yang berawan merupakan kondisi terbaik bagi blas untuk memulai infeksi.
Gejala serangan pada daun dan batang terutama pada leher malai padi, dimulai
dari bercak kecil tetapi melebar sampai beberapa centi panjangnya. Gejala itu
biasanya panjang dan meruncing dibagian akhir, di bagian tepi gelap dan bagian
tengah abuabu. Gejala semacam itu dapat mematikan bagian daun. Penyakit
tersebut dapat berkembang setiap waktu dalam musim tanam padi tetapi yang
paling parah pada persemaian. Infeksi yang terjadi setelah tanam biasanya tidak
parah tetapi gejala penyakit biasanya dapat ditemukan. Penyakit blas paling baik
dicegah dengan pengunaan varietas tahan. Penggunaan varietas tahan ini dapat
memberikan dampak yang baik terhadap lingkungan. Penyakit blast berdsarkan
peta yang telah digambarkan yakni menyebar ke seluruh plot tanaman padi.
Perumpun padi terdapat beberapa helai tanaman yang terserang penyakit ini
(Taufik, 2011).
Penyakit kerdil hanya menyerang pada beberapa plot tertentu dan paling
anyak di plot 1 dan 2. Pola sebaran penyakit ini tidak tersebar secra meluas. Hasil
diagnosis sementara, penyakit kerdil ini karena virus yang disebabkan oleh
wereng coklat. Populasi hama wereng dalam jumlah yang cukup tinggi dapat
menyebabkan tanaman padi mengalami kekeringan yaitu tanaman padi menjadi
kering kuning kemerahan seperti terbakar. Wereng coklat menyerang tanaman
pada bagian batang atau pelepah daun padi. Keberadaan wereng coklat yang
berlebihan juga dapat menyebabkan terjadinya tanaman padi tumbuh kerdil. Virus
kerdil rumput mudah dikenal karena sangat kerdil, perkembangan daun kaku dan
sempit, pembentukan ankanyang berlebihan, dan adanya bercak coklat dan merah
pada daun. Penyakit ini tidak akan terjadi kecuali bila terdapat banyak wereng
coklat, sehingga adanya wereng coklat juga merupakan bukti. Virus kenyataannya
ditemukan pada wereng batang dan tanaman. Penyakit kerdil yang terdapat di
lahan hanya pada plot 1 dan plot 2 sehingga didiagnosis, sumber dari penyakit ini
adalah vektor serangga dari lahan yang berdekatan dengan plot 1 dan plot 2
(Hermanto dkk., 2014).
Hama kepik memiliki serangan yang cukup tinggi pada kegiatan budidaya.
Hama kepik merupakan bagian dari arthropoda, ordo hemiptera dan tipe mulut
penghisap. Gejala kerusakan yang ditimbulkan yaitu biji mengempis, busuk dan
menghitam. Hal ini krena hama menghisap cairan. Penggerek batang padi,
merupakan salah satu hama yang banyak menimbulakn kerugian. Pada fase
vegetatif, hama ini menyerang tanaman dengan tipe mulut penggigit. (Hermanto
dkk., 2014). Hama walang sangit sebenarnya memiliki kesamaan dngan kepik
yakni dalam hal organ yang diserang yaitu malai nya. Walang sangit menyerang
bulir padi pada saat masak susu sehingga pada saat panen bulirpadi tidak terisi
penuh bahkan hampa. Berdasarkan penelitian, lima ekor walang sangit per
sembilan rumpun tanaman padi dapat menurunkan hasil panen 15% (Sihombing
dan Samino., 2015).
Tanaman yang tidak kalah pentingnya dari tanaman pangan yaitu
hortikultura. Contoh yang dilakukan pengamata adalah termasuk tungkainya tidak
terlalu besarbesar. Tanaman buah naga yang terkena penyakit mengalami
pembusukan pada bagian buahnya. Tanaman buah nya layu dan berarir pada
keseluruhan buah. Terdapat beberapa diagnosis mengenai penyebab dari busuk
buah naga tersebut yakni terkena air hujan sehingga lembab dan busu atau
disebabkan karea bakteri Phytoptora palmivora. Selain penyakit, tanaman buah
naga juga diserang olah hama Tetracidae bimaculatus sehingga menimbulkan
bekas gigitan atau gerekan pada panggak daunnya. Pola serangannya tersebar
hanya di plot-plot tertentu saja sehingga tidak bisa disimpulkan bahwa pola
sebarannya melalui angin namun ada beberapa kemungkinan seperti infeksi dari
manusia, atau kontaminasi oleh serangga vektor.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimbulkan, bahwa:
1. Sampel yang kita ambil untuk dilakukan diagnosa berasal dari 3 aspek yaitu
hama, penyakit, dan tanah pada tanaman yang terserang penyakit.
2. Macam penyakit yang ditemukan pada tanaman padi yaitu penyakit blast,
kerdil, dan hawar daun.
3. Pathogen penyebab penyakit pada tanaman padi dan hortikultura merupakan
pathogen yang terbawa oleh air irigasi, benih, angin, serangga inang, dan
aktivitas manusia,
4. Hama yang menyerang tanaman padi yaitu kepik dan walang sangit, kedua
hama tersebut menghisap bulir padi yang masih masak susu, sehingga bulir
menjadi hampa, busuk, dan menghitam.
5. Penyakit pada tanaman buah naga yaitu buah busuk, kemungkinan bisa
disebabkan bakteri Phytoptora palmivora atau terkena air hujan sehingga
lembab karena buah naga membutuhkan penyinaran penuh dan kelembapan
yang rendah.
5.2 Saran
Praktikum kali ini sudah berjalan dengan lancar baik dari segi pengadaan
alat dan ketepatan waktu tetapi alangkah lebih baiknya jika praktikan diberi
referensi tentang hama dan penyakit tanaman selain modul.

DAFTRA PUSTAKA

Arivazhagan, S., R. N. Shebiah, S. Ananthi, and S. V. Varthini. 2013. Detection of


Unhealthy Region of Plant Leaves and Classification of Plant Leaf Diseases
Using Texture Features. Agricultural Enginering, 15(1): 211-217.

Bunawan, H., L. Dusik, S. N. Bunawan, and N. M. Amin. 2014. Rice Tungro


Disease: from Identification to Disease Control. World Applied Sciences,
31(6): 1221-1226.

Fang, Y. and R. P. Ramasamy. 2015. Current and Prospective Methods for Plant
Disease Detection. Biosensors, 4(1): 537-561.

Hermanto, A., Gatot, M., dan Aminudin, A. 2014. Pnerapan PHT Berbasis
Ekologi Terhadap Wereng Batang Coklat Nilaparva lugens Stal
(HOMOPTERA : DELPHACAIDAE) dan Musuh Alami Pada
Pertanaman Padi. HPT, 2(2) : 2338-4336.

Sihombing, M.A.E.M., dan S. Samino. 2015. Daya Replikasi Biopestisida


Terhadap Walang Sangit di Laboratorium. Bioptropika, 3(2).

Sofa, R., D. Destiani, dan A. Susanto. 2012. Pembangunan Aplikasi Sistem Pakar
untuk Diagnosis Penyakit Tanaman Padi. Algoritma, 9(3): 1-8.

Taufik, M. 2011. Evaluasi Ketahanan Padi Gogo Lokal Terhadap Penyakit Blas
(Pyricularia Oryzae) Di Lapang. Agriplus, 21(1) : 0854-0128Wahyono,
T., dan Subanar. 2012. Rancang Bangun Sistem “Permadi” : Peringatan
Dini Serangan Hama Tanaman Padi Berbasis Teknologi Data Historis
Klimatologi. Sistem Komputer, 2(1) : 2087-4685.

Tauruslina, E., Trizelia, yaherwandi, dan H. Hamid. 2015. Analisis


Keanekaragaman Hayati Musuh Alami Pada Eksosistem Padi Sawah di
Daerah Endemik dan Non-Endemik Wereng Batang Cokelat Nilaparvata
Lugens di Sumatera Barat. Biodeversitas Indonesia, 1(3): 581-589.

Tompunu, V. P., M. Moningka, R. Maramis, dan D. kandowangko. 2014. Populasi


Hama Spodoptera Exempta Pada Tanaman Padi Sawah di Desa Molompar
Dua Utara Kabupaten Minahasa Tenggara. Agroekoteknologi, 1(1): 1-8.

Wahyudi,A.T., Siti, M. dan Abdjad, A.N. 2011. Xanthomonas Oryzae Pv. Oryzae
Bakteri Penyebab Hawar DaunPada Padi: Isolasi, Karakterisasi, dan
Telaah Mutagenesis dengan Transposon. Makara Sains, 15(1) : 89-96.

You might also like