You are on page 1of 4

Marshela Kristian Sari / B0416036

Ilmu Sejarah / B

Nyai Dasima

IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Nyai Dasima


Penulis : S.M Ardan dan G. Francis
Pengantar : JJ Rizal
Penerbit,Tahun: Masup Jakarta, 2013
Tempat : Depok
Cetakan : Kedua
Jumlah Halaman:132 Halaman

Dalam buku ini pengantar mengambil cerita dari dua versi yaitu S.M Ardan dan G.
Francis. Walaupun mempunyai tokoh utama yang sama yaitu Nyai Dasima yang digambarkan
sebagai isteri simpanan seorang pejabat Inggris yang kaya raya namun alur di dalam cerita
keduanya berbeda.

Versi G. Francis ( Tjerita Njai Dasima)

Disebutkan pada tahun 1813,seorang pejabat tinggi bernama Edward W mempunyai satu
Nyai atau wanita simpanan yang dinikahinya secara tidak resmi yaitu Nyai Dasima. Perempuan
kampung Kuripan ini akhirnya pindah ke Batawi, di Gambir pinggir kali Ciliwung bersama Tuan
W. Di jelaskan Nyai Dasima menjalani kehidupannya di Gedongan bersama Tuan W selama 8
tahun serta memiliki seorang anak bernama Nancy. Nyai Dasima menikmati hidupnya dengan
menerima sejumlah hadiah yang disimpannya sendiri.

Dikarenakan kecantikannya yang sudah dikenal di kampung-kampung Islam, banyak


sekali lelaki yang ingin mendekatinya karena kekayaan yang dimiliki oleh Nyai Dasima namun
mereka tidak berani karena takut dengan pejabat tinggi Tuan W. Namun dari banyaknya laki-laki
yang ingin mendekati terdapat satu laki-laki muda bernama Samiun yang juga mendengar dan
ingin mendekati Nyai. Dengan bantuan Mak Buyung yang tinggal dekat dengan rumahnya,
Samiun yang mengatakan bila menolong dirinya adalah didalam amalan untuk Nabi Muhhamad
maka Mak Buyung bersedia membantu Samiun dan menjadi pembantu Nyai Dasima guna
melancarkan keinginanan Samiun untuk mendapatkan Nyai serta kekayaannya.

Nyai yang merupakan pemeluk agama Islam sejak tinggal dengan Tuan W menjadi tidak
tahu mengenai ajaran agama yang baik, Mak Buyung kemudian yang sudah bekerja cukup lama
dengan Nyai kemudian berani berkata kepada Nyai Dasima tentang tuntutan dan ajaran agama
Islam yang benar. Semakin hari semakin dipikirkan oleh Nyai bahwa Ia juga ingin menjadi
pribadi yang mengenal agama secara baik maka Mak Buyung memberikan saran untuk belajar
agama namun agar Tuan W tidak mengetahuinya maka Ia sudah berkerja sama dengan para
pekerja Tuan W supaya tidak ada yang mengatakan bahwa Nyai sedang belajar agama. Dengan
hasutan Mak Buyung serta pemberian jimat dari Haji Salihun yang tersohor dalam jimat atau
pelet-pelet orang yang diperintahkan oleh Samiun lama kelamaan Nyai Dasima mulai masuk
kedalam perangkapnya. Selain itu Mak Buyung juga mengenalkan Nyai kepada Hayati yaitu
isteri pertama Samiun dengan mengatakan bahwa Hayati mengerti ajaran agama Islam dengan
baik sehingga Nyai haruslah berteman dengan Hayati selain itu juga mengenalkan dengan
Embok Saleha ibu dari Samiun. Dengan seringnya pertemuan dengan Hayati serta Embok Saleha
yang mengatasnamakan mencari kehormatan,kekayaan, dan keselamatan serta sudah menikah
orang kafir. Dengan ajaran dari Embok Saleha yang menyakinkan Nyai Dasima akan mendapat
kehormatan di dalam rumahnya Baba Samiun, maka hati Nyai yang sedari awal suka dengan
Tuan W berbalik menjadi tidak menyukai Tuannya dan justru menjadi tertarik dan mau
menerima Baba Samiun.

Baba Samiun dating bertemu dengan Nyai Dasima di rumah besarnya pada saat Tuan W
pergi bekerja, dengan rayuan dari Samiun serta Embok Saleha bersama-sama dengan Bujung
membuat Nyai dengan lantang meminta cerai dengan syarat memberikan barang-barang serta
sejumlah uang, namun anaknya Nancy tetap ikut dengan Tuan W. Setelahnya Tuan W meminta
Notaris untuk mengurusi cerainya dengan Nyai,walaupun dengan berat hati untuk cerai karena
selama ini menurut Tuan W, Nyai Dasima tidak pernah berbuat salah. Setelah diberikan
keseluruhan syarat yang diinginkan Nyai Dasima berpaling dan pergi ke rumah Saimun dan
disambut dengan baik hingga di gelar pesta, setelahnya menikahlah Nyai Dasima dengan Samiun
dan menjadi isteri kedua setelah Hayati. Perasaan gembira karena seperti kembali lagi di
kampung halaman, Nyai diterima dengan baik. Selama satu bulan semua berjalan dengan lancar.
Hingga pada akhirnya uang yang dimiliki oleh Nyai mulai habis dan Nyai menjadi beban bagi
Hayati serta Samiun. Hayati mulai berani untuk bertindak tidak hormat kepada Nyai hingga
suatu ketika mengambil kalung emas pemberian ibu dari Nyai yang membuat dirinya tidak betah
dengan perilaku kasarnya dan meminta Mak Buyung untuk kembali pulang ke kampung
halamannya namun Mak Buyung meminta Nyai untuk sabar serta menunggu Samiun. Ketika
Nyai sudah mulai lelah dengan semua keadaan ini, timbullah niat Samiun untuk membunuh Nyai
Dasima supaya dapat diperolehnya seluruh kekayaan yang dimiliki serta ketakutannya dengan
Hayati yang sudah mengetahui semua permasalahan Samiun yaitu menadah barang gelap.
Dibuatnya suatu pertemuan dengan Haji Salihun untuk meminta saran agar dapat meminta
ampun atas dosanya yang akan membunuh isterinya sendiri.

Untuk melancarkan aksinya, Samiun meminta pertolongan dengan pembunuh tersohor,


tidak kenal takut namanya Poasa,tinggal di Kampung Kwintang. Samiun berjanji akan
memberikan 100 pamat apabila rencananya dapat dilaksanakan dengan baik. Poasa meminta
lokasi untuk aksinya nanti dan di dapatlah rumah Ma Musanip,pinggir kali. Besok sorenya
Samiun berbincang dengan Nyai bahwa mereka diundang ke kampung Ketapang untuk
mendengar orang membaca hikayat Amir Hamdjah tanpa berfikir panjang Nyai menetujui
permintaan suaminya itu.

Dalam melakukan perjalanan Samiun berjalan kearah lokasi yang ditentu, yaitu kebun
Ma Musanip, Poasa memukul kepala Nyai tetapi pukulan itu meleset dan Nyai sempat berteriak.
Samiun berbalik badan dan menjauh serta berkata’’ajal loe sudah sampe,biar pasrahkan diri
saja’’ pukulan kedua tepat mengenai kepalanya dan Poasa menyayat leher Nyai. Ternyata
kejadian itu berlangsung terdapat saksi mata selain Kuntum orang yang membawa obor unu
Poasa, yaitu Si Musanip dan Si Gani, selain itu Mida mantu dari Ma Musanip.

Mayat Nyai di buang ke kali hingga akhirnya tiba di tempat pemandian dari Tuan W
ketika Nancy tba ketempat itu terkejutlah para pekerja Tuan W dan melaporkan kepada Tuan W.
Setelah mengetahui bahwa itu adalah Nyai Dasima kemudian melaporlah Ia ke Tuan Residen
dan akhirnya dibuatlah sayembara siapa yang dapat memberitahukan siapa pembunuh Nyai akan
diberikan 200 pasmat. Maka dua saudara yang melihat kejadian tersebut berani untuk mengadu.
Atas informasi yang didapat Poasa di Kampung Kwitang serta Samiun di pejambon ditangkap.
Namun Samiun lebih dahulu melarikan diri. Dikatakan Samiun melarikan dii di rumah sakit
militer yang ada disebrang Pejambon berada di dekat Pintu Air Noordwijk dimana saat itu
bernama Benteng Prins Frederik berdiri.

Pesan yang didapat

1. Menjadi pribadi yang bersyukur dengan apa yang dimiliki, karena dengan rasa bersyukur
itu manusia tidak menjadi buta akan sesuatu. Seperti halnya Samiun seorang suami yang
tidak bersyukur dengan cukup beristeri satu dan harta yang dimiliki namun ingin lebih
yang berada di luar kemampuannya sehingga melakukan segala cara supaya
keinginannya dapat dipenuhi.
2. Terkadang niat seseorang untuk berbuat baik apabila tidak dibekali dengan pemahanan
ajaran agama yang baik serta pembelajaran duniawi yang baik menimbulkan salah
penafsiran dan menjerumuskan seseorang untuk melakukan hal yang salah. Seperti
contohnya Mak Buyung dengan niat yang baik yaitu untuk membantu pribumi (Nyai
Dasima) untuk belajar agama ternyata digunakan oleh Samiun sebagai alat untuk
menjebak Nyai supaya menjadi isteri keduanya.
3. Di jelaskan bahwa peran Nyai di dalam kalangan bangsawan asing seperti tidak terlalu
penting karena mereka hanyalah perempuan simpanan para pria dengan jabatan tinggi,
namun bagi masyarakat pribumi dengan memiliki gelar ‘Nyai’ memperoleh stratifikasi
yang berbeda karena mereka akan dikeluarkan dari kampung-kampung asalnya dan akan
mengikut pria yang memilihnya serta mempunyai pembantu serta segala jenis harta
meskipun demikian Nyai dikucilkan dari lingkungan kampungnya sendiri karena telah
menikah dengan seorang kafir, maka diceritakan Nyai Dasima menderita dengan
predikatnya sebagai Nyai yang disandangnya. Maka apa yang ada didepan tidak selalu
sesuai dengan harapan atau pemikiran saja tetapi juga harus dilihat bagaimana
lingkungan disekitarnya menilai.

You might also like